Makalah Periodonsia II HD

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN DISKUSI HIPERSENSITIF DENTIN

BAGIAN PERIODONSIA

Oleh:

RIZKI WULANDARI
19100707360804030

Dosen Pembimbing:
drg. Fuzia Nilam Orienty, MDSc

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

diskusi“Operkulektomi”untuk melanjutkan prosedur Hipersensitif Dentin pada

bagian Periodonsia.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, 5 Mei 2020

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dentin hipersensitif merupakan masalah yang bisa ditemukan sehari-hari,

dapat terjadi pada laki- laki maupun perempuan utamanya pada orang yang sudah

beranjak lanjut umur. Keluhan nyeri dirasakan tidak hanya karena gigi berkontak

dengan minuman atau makanan yang dingin, tetapi juga oleh penyebab yang terasa

tidak mungkin misalnya udara/ angin pada saat membuka mulut. Kadang-kadang

sulit untuk menggambarkan rasa ngilu atau nyeri yang dialami, tetapi pada

umumnya dilaporkan sebagai rasa nyeri yang tajam dengan durasi singkat. Nyeri

gigi dapat disebabkan oleh adanya permukaan dentin yang berhubungan dengan

dunia luar, bisa disebabkan oleh karies, sindrom gigi retak maupun tanpa karies,

misalnya pada kasus abrasi, erosi, atrisi maupun abfraksi. Gangguan tersebut dapat

pula dikategorikan sebagai nyeri tanpa kavitas atau dengan kavitas.

Ciri khas dentin hipersensitif adalah rasa sakit yang diderita bersifat akut,

tajam tapi singkat pada dentin yang tidak terlindung email. Reaksi tersebut

merupakan respons pulpa terhadap rangsang termal, taktil, osmotik atau kimia

tanpa keterlibatan bakteri. Sebagian pasien melaporkan rasa sakit yang tajam tetapi

singkat namun adapula yang mengatakan rasa nyeri yang dialami hanya memberi

gejala samar- samar.1,2 Rasa sakit ini bisa dirasakan pada satu atau beberapa gigi..

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah perawatan hipersensitif dentin?

1.3 Tujuan

3
Untuk mengetahui bagaimana hipersensitif dentin

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hipersensitif Dentin

Sensitivitas dentin adalah rasa yang tidak nyaman atau nyeri yang

disebabkan rangsangan termal, kimiawi dan mekanik pada satu atau lebih gigi.

Rasa sensitif ini terjadi apabila dentin terbuka yang disebabkan oleh resesi

gingiva, abrasi, erosi, penyakit periodontal, kerusakan restorasi, atau karies.

Tubulus pada daerah yang sensitif lebih lebar dan banyak daripada di area yang

tidak sensitif. Daerah sensitif biasanya terletak pada permukaan servikal margin

gigi

2.2 Etiologi Hipersensitif Dentin

Etiologi dari hipersensitivitas dentin adalah resesi gingiva dan hilangnya

email. Resesi gingiva dan hilangnya email memiliki banyak sebab dan

mengakibatkan terbukanya sementun dan/atau dentin. Sementum yang terbuka

karena resesi gingiva menjadi tipis, mudah terabrasi atau tererosi dan bisa

menyebabkan hipersensitivitas dentin. Beberapa penyebab resesi gingiva

termasuk anatomi labial plate dari tulang alveolar, abrasi sikat gigi, penyakit

periodontal dan operasi, kebersihan mulut yang buruk, trauma akut dan kronis,

perlekatan frenulum, dan trauma oklusal.

Anatomi gigi dan posisi gigi dapat mempengaruhi ketebalan labial plate

dari tulang alveolar. Tipisnya labial plate dari tulang alveolar dapat menyebabkan

terjadinya resesi gingiva. Kebersihan mulut yang buruk merupakan faktor yang

berkontribusi terhadap resesi gingiva. Plaque-induce gingivitis dapat

4
menyebabkan resesi dan hilangnya perlekatan bila plak kontrol tidak adekuat.

Teknik menyikat gigi menyebabkan trauma gingiva juga merupakan faktor

penyebab resesi gingiva, yaitu frekuensi, durasi, dan kekuatan menggosok gigi.

Kekuatan yang berlebihan dan teknik yang tidak tepat dapat menyebabkan resesi.

Trauma oklusal dan perlekatan frenulum merupakan dua faktor yang

menyebabkan resesi dan hipersensitivitas. Penyebab resesi gingiva yang lain

adalah gingiva cekat yang tidak adekuat, operasi gingiva, skeling dan root planing

yang berlebihan, pembersihan gigi dan flossing yang berlebihan, hilangnya

perlekatan gingiva karena patologis dan hilangnya perlekatan selama prosedur

restorasi. Semua etiologi tersebut memungkinkan terbentuknya permukaan akar

yang terbuka yang kemudian menjadi faktor predisposisi dari hipersensitivitas

dentin.

Klasifikasi resesi gingival:

1. Klas I : Sempit atau lebar, resesi terlokalisasi pada permukaan fasial,

papilla interdental masih baik, resesi tidak sampai ke mucogingival line.

Dapat dilakukan perawatan lengkap cangkok jaringan lunak (free

connective tissue graft). Jaringan dapat menutup 100%.

2. Klas II : Sempit dan lebar, resesi terlokalisasi pada permukaan fasial,

resesi memanjang melewati mucogingival line sampai mukosa bergerak.

Masih bisa dilakukan perawatan untuk menutup akar gigi yang terbuka.

Dapat dilakukan dengan GTR (Guided tissue regeneration).

3. Klas III : Resesi gingiva memanjang melewati mucogingival line sampai

mukosa bergerak, papila interdental menyusut (mulai mengalami resesi)

dan terjadi malposisi gigi. Tidak dapat dilakukan perawatan lengkap.

5
Gingiva bagian akar dapat menutup dengan baik, namun perawatan bedah

pun tidak dapat meregenerasi jaringan papila interdental.

4. Klas IV : Hilangnya tulang alveolar dan jaringan lunak di sekitar gigi.

Hilangnya jaringan lunak dapat terjadi karena periodontitis. Regenerasi

dari jaringan lunak yang hilang dengan prosedur bedah tidak

memungkinkan.

Hilangnya email yang mengakibatkan terpaparnya dentin akan

mengakibatkan hipersensitivitas dentin. Atrisi, abrasi, erosi dan abfraksi adalah

kondisi kerusakan email.. Ketika terjadi hilangnya email dan atau resesi gingiva,

dentin atau sementum akan terkelupas dan abrasi yang terjadi lebih cepat daripada

email karena komposisi material anorganik dalam dentin maupun sementum lebih

rendah. Dalam hal ini dentin akan terabrasi 25 kali lebih cepat daripada email dan

sementum akan terabrasi 35 kali lebih cepat daripada email.

Faktor yang mempengaruhi hilangnya email:

1. Abrasi : Abrasi biasanya disebabkan karena menggosok gigi, seperti

metode menggosok gigi, frekuensi menggosok, bahan abrasif pada pasta

gigi, dan durasi menggosok gigi adalah faktor yang akan mempengaruhi

hilangnya struktur gigi

2. Atrisi : Merupakan kerusakan email yang disebabkan oleh gigi dalam

menjalankan fungsinya.

3. Erosi : Erosi adalah suatu kondisi yang irrefersibel dan bisa berasal dari

dalam maupun luar. Salah satu faktor intrinsiknya adalah tingginya asam

lambung dan bulimia, sedangkan faktor entrinsiknya adalah diet makanan

6
yang akan mempengaruhi keasaman mulut. Kerusakan email akan terjadi

pada pH di antara 5-5,7. Asam yang tinggi akan merusak email, yang

semakin lama dentin akan terpapar dan akan menghilangkan smear layer

kemudian akan membuka tubulus dentin yang menyebabkan gigi menjadi

sensitif dan nyeri. Dalam hal ini erosi merupakan faktor yang lebih bersar

untuk mempengaruhi hipersensitivitas dentin daripada abrasi.

4. Abfraksi

2.3 Mekanisme penjalaran rasa nyeri

Berbagai teori dikembangkan untuk memahami bagaimana perjalanan

rangsangan dikirim ke otak sehingga diterima sebagai rasa ngilu, nyeri, atau sakit

misalnya teori transdusi, teori modulasi, teori vibrasi dan kontrol “pintu gerbang”

serta teori hidrodinamik.

Transmisi rangsang dari dentin yang terbuka ke akhiran saraf yang

berlokasi di dalam pulpa gigi melalui prosesus odontoblas merupakan dasar teori

mekanisme hidrodinamik. Dikatakan bahwa ketika terjadi kehilangan email atau

sementum maka tubulus dentinalis terbuka ke rongga mulut. Adanya rangsang

tertentu menyebabkan pergerakan cairan di dalam tubulus, secara tidak langsung

akan merangsang akhiran saraf di dalam pulpa yang akan diteruskan ke otak dan

dipersepsi sebagai ngilu, nyeri atau sakit.9

Stimulus yang menyebabkan nyeri dikategorikan menjadi mekanik, termal,

kimiawi dan osmotik.

7
1. Mekanik : Salah satu contoh faktor mekanik yang menyebabkan

hipersensitivitas dentin adalah dehidrasi pada dentin. Udara akan

menyebabkan cairan dalam dentin keluar dari alur sehingga mendorong

proses odontoblas menjauhi tubulus, menstimulasi saraf sensori pulpa.

Selain itu faktor mekanik langsung bisa disebabkan oleh instrumen dental

(seperti scaling). Selain itu trauma mekanik juga bisa disebabkan saat sikat

gigi. Cara menggosok gigi yang salah dapat menyebabkan resesi gingiva

maupun abrasi.

2. Termal : Nyeri dapat disebabkan juga oleh suhu. Misalnya beberapa orang

merasa nyeri ketika makan makanan yang dingin atau panas atau ketika

area dentin terekspos air dingin. Hal ini disebabkan karena suhu akan

mengekspansi cairan dalam dentin menyebabkan penekanan pada

odontoblas yang menyebabkan nyeri.

3. Kimiawi dan Osmotik : Contoh faktor kimiawi yang menyebabkan

hipersensitivitas dentin adalah makanan yang manis, masam, atau

makanan yang mengadung asam tinggi. Cairan tubular memiliki

osmolalitas yang lebih rendah daripada larutan gula atau garam sehingga

cairan tubular akan bergerak menuju larutan dengan osmolalitas yang lebih

tinggi. Pergerakan cairan tubular tersebut akan menyebabkan nyeri.

Beberapa makanan yang mengandung asam akan larut dalam enamel dan

akan mencapai dentin.

Penyebab nyeri/ngilu gigi dapat diklasifikasikan sebagai nyeri/ngilu dengan

kavitas karena ada atau karies, misalnya karena abrasi, atrisi, erosi atau abfraksi;

8
nyeri/ngilu tanpa kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva yang

menyebabkan permukaan akar terbuka; dan ngilu setelah perawatan bleaching,

scaling dan root planing, restorasi yang cacat, sindroma gigi retak, penggunaan

bur tanpa air pendingin dan lain-lain.

Karies gigi merupakan penyakit infeksi mulut yang multi faktor, yang

dapat ditransmisi karena adanya interaksi antara flora mulut/bakteri kariogenik

(biofilm) dengan diet karbohidrat yang terfermentasi di permukaan gigi dalam

jangka waktu yang lama. Aktivitas tersebut menyebabkan demineralisasi local

mengakibatkan adanya struktur gigi yang hilang. Demineralisasi fase inorganik

dan denaturasi, serta degradasi fase organik menyebabkan terbentuknya kavitas di

dentin.3 Pulpa yang mengalami iritasi lalu menimbulkan rasa tidak nyaman/ngilu

tapi cepat pulih setelah iritannya dihilangkan, didiagnosis sebagai pulpitis

reversibel. Penyebabnya antara lain karies, dentin yang terbuka, perawatan dental

dan restorasi yang cacat.4

Abrasi adalah keausan di permukaan gigi, yang umumnya di bagian

servikal permukaan bukal/fasial yang disebabkan adanya gesekan benda-benda

asing, misalnya sikat gigi yang kasar, pasta gigi yang abrasif dan lain-lain.3,5

Abfraksi secara klinis mirip abrasi, merupakan kerusakan di bagian servikal

gigi yang disebabkan oleh kekuatan oklusi eksentrik yang menyebabkan terjadi

cekungan yang tajam, biasanya karena pasien mengalami bruksisma atau

maloklusi.3,6

9
Atrisi adalah keausan di permukaan insisal atau oklusal gigi karena faktor

mekanis sebagai akibat terjadi pergerakan fungsional atau parafungsional dari

mandibula.3,5

Erosi adalah hilangnya struktur permukaan gigi karena faktor kimia,

misalnya konsumsi makanan/ minuman asam yang menyebabkan penurunan pH

saliva di dalam rongga mulut sehingga terjadi demineralisasi email

yangmenyebabkan terpaparnya dentin3,7 Erosi dapat pula dikatakan sebagai

demineralisasi sebagian email atau dentin akibat asamyang berasal dari

ekstrinsik maupun intrinsik, dan secara klinis dapat berkombinasi dengan abrasi

atau abfraksi.7

Abrasi, abfraksi, atrisi maupun erosi tidak melibatkan bakteri namun pada

kasus yang cukup parah maka respon pulpa memberi reaksi serupa pulpitis

reversibel.

Dentin hipersensitif dikatakan sebagai nyeri/ ngilu pada gigi yang

menyebabkan respon pulpa vital yang berlebihan terhadap berbagai stimulasi. Hal

ini terjadi karena dentin terbuka terhadap lingkungan mulut yang menyebabkan

rasa tidak nyaman bagi seseorang.8 Pada kasus ini tidak terdapat kavitas

sebagaimana halnya lesi dengan kavitas karies atau non karies.

Hipersensitivitas dentin terutama ditemukan pada kasus resesi gingiva yang

menyebabkan terpaparnya permukaan akar terhadap berbagai rangsangan panas,

10
dingin, asam, manis maupun udara.8 Permukaan akar aspek fasial dari gigi

kaninus, premolar dan molar merupakan area yang paling sering kehilangan

perlekatan periodontal dan dapat meningkat setelah menjalani perawatan scaling

serta root planing. Dentin hipersensitif terjadi akibat berkurangnya perlindungan

sementum, smear layer dan pergerakan hidrodinamik cairan dalam tubulus

dentinalis. Gejala inflamasi pulpa dalam hal ini tidak spesifik tetapi pada kasus

dentin sudah terbuka maka keluhannya dapat dianggap sebagai inflamasi

reversibel yang terlokalisasi.10 Dua hal yang harus diingat untuk mendiagnosis

dentin hipersensitif, yaitu ada dentin yang terpapar dan tubulus dentinalis harus

terbuka. Tidak selalu dentin yang terpapar akan mengalami hipersensitif.

Resesi gingiva adalah kondisi permukaan akar terbuka karena hilang atau

tertariknya atau retraksi gingiva ke arah akar yang mengakibatkan permukaan akar

tidak terlindung. Resesi gingiva umumnya terjadi di usia 40 tahun ke atas, tetapi

bisa juga ditemukan pada usia yang lebih muda.11

Bleaching adalah tindakan untuk memutihkan gigi yang mengalami

perubahan warna yang dapat disebabkan secara ekstrinsik maupun intrinsik dari

gigi. Perawatan bleaching ada 2 cara, yaitu bleaching vital yang dilakukan pada

gigi dengan pulpa vital dan bleaching nonvital yang dilakukan pada gigi yang

telah dirawat endodontik. Akibat perawatan bleaching pada gigi vital berpotensi

mengiritasi pulpa sehingga menyebabkan dentin hipersensitif, namun pulpa tetap

vital.10

11
Scaling dan root planing merupakan tindakan untuk menghilangkan

kalkulus baik supra dan sub gingiva. Perawatan ini merupakan tindakan non bedah

untuk mengeluarkan plak dan tartar yang terletak di bawah gingiva. Akibatnya

dapat menyebabkan rasa ngilu setelah perawatan karena hilangnya sementum yang

melindungi akar gigi.11

2.4 Deteksi Pasien Dentin Hipersensitif

Dalam menentukan dentin hipersensitif, perlu memperhatikan adanya

dentin yang tidak terlindung dan tubulus dentinalis yang terbuka.12 Dua hal yang

perlu diperhatikan ialah 1) lokalisasi lesi, terbukanya dentin oleh karena hilangnya

enamel atau jaringan periodontal; dan aktivasi lesi, apakah tubulus dentin terbuka

dan mengganggu pulpa.13

Untuk memudahkan pendeteksian dentin hipersensitif dapat dengan cara

menghembuskan air atau udara ringan dari three way syringe, sentuhan ringan

dengan sonde/alat yang terbuat dari logam. Pada kasus dentin hipersensitif, rasa

tidak nyaman segera hilang setelah penyebab ditiadakan sedangkan pada kasus

misalnya sindroma gigi retak rasa tidak nyaman/nyeri akan menetap.

Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam

mendeteksi pasien dentin hipersensiitf adalah

1) sifat dari rasa sakitnya tajam, tumpul, menyakitkan;

2) apakah sakitnya menetap atau segera menghilang;

3) penyebab rasa sakit dipicu oleh dingin, panas, sentuhan atau pengunyahan;

12
4) timbulnya rasa sakit tidak terduga atau sewaktu-waktu;

5) rasa tidak nyaman hanya mengenai satu gigi, beberapa gigi atau seluruh gigi;

6) rasa sakit meningkat di pagi hari;

7) apakah menghindari makanan/minuman tertentu;

8) adakah makanan tertentu yang menimbulkan ketidaknyamanan; dan berapa

lama merasakan ketidaknyamanan. 12

2.5 Tatalaksana dentin hipersensitif

Mengedukasi pasien tentang penyebab dan manajemen hipersensitivitas

dentin. Langkah pertama adalah mengindentifikasi penyebab atau etiologi. Setelah

itu baru mengedukasi pasien. Modifikasi perilaku seperti instruksi pada teknik

menyikat gigi, menggunakan tipe bulu sikat yang tepat (menghindari penggunaan

sikat gigi yang medium atau keras) dan menghindari menggunakan terlalu banyak

pasta gigi atau pengulangan pengaplikasian pasta gigi saat sedang menyikat gigi.

Edukasi tentang penggunaan sikat gigi, floss dan alat interdental penting untuk

mencegah hilangnya struktur gigi lebih lanjut dan hipersensitivitas dentin.

Modifikasi perilaku lainnya berfokus pada pilihan diet, menghindari minuman

yang berkarbonasi, makanan dan minuman asam untuk mengurangi risiko erosi

(dan meningkatkan terpaparnya dentin dan hipersensitivitas dentin), dan

menghindari minuman dan makanan yang panas/dingin untuk mengurangi

stimulasi perpindahan cairan dan impuls transmisi dan menghasilkan nyeri.18

Pasien harus diedukasi kapan dia harus menyikat gigi, misalnya tidak

langsung menyikat gigi setelah memakan makanan dan minuman asam, lebih baik

berkumur dengan air dan menunggu paling tidak 2 sampai 3 jam sebelum

13
menyikat gigi. pasien juga memerlukan edukasi tentang efek pemutihan gigi,

pemutihan gigi dapat berkontribusi pada hipersensitivas dentin, karena membuka

tubulus dentinalis selama perawatan pemutihan gigi. pasien yang memiliki gigi

sensitif harus ditangani dulu sensitivitasnya sebelum perawatan pemutihan gigi

dilakukan dan sama seperti pasien yang mengalami sensitivitas selama perawatan

pemutihan gigi berlangsung, juga harus diberikan instruksi yang spesifik dan

benar.

A. Pilihan perawatan

Perawatan hipersensivitas dentin meliputi self-applied, at-home

desensitizing agent dan professional in-office. Pilihan perawatan dapat

dikategorikan menjadi dua berdasarkan metode aksinya.17

1. Untuk memblok tubulus dentinalis, bahan yang dapat digunakan adalah

oxalate compounds, stronsium klorid, hidroksietilmetakrilat (HEMA) dan

fluoride. Selain fluoride, dapat digunakan kalsium fosfat, kalsium

hidroksida, CPP ACP dan kalsium sodium fosfosilikat. Perawatan

hipersensitivitas juga melihat pada potensi untuk remineralisasi dengan

meningkatkan kadar kalsium dan fosfat pada saliva, serta menstimulasi

pembentukan kalsium fosfat atau hidroksiapatit. Kalsium fosfat memblok

tubuli dengan membentuk kalsium fosfat, ketika kalsium hidroksida

memblok tubuli dan menghasilkan pembentukan peritubular dentin.

2. Produk yang mengganggu transmisi impuls saraf bekerja dengan

meningkatkan konsentrasi ion potasium ekstraseluler dan menyebabkan

polarisasi. Eksitasi saraf berkurang dan saraf menjadi kurang sensitif

14
terhadap stimulus. Potasium nitrat merupakan bahan aktif yang

menggunakan metode ini.

a. In office

Glutaraldehid/HEMA-based dapat meredakan hipersensitivitas dengan

segera setelah perawatan dan mengurangi permeabilitas dentin. Oxalate-based

treatment (protect) juga efektif dalam mengurangi permeabilitas dentin. Pilihan

ketiga adalah 5% sodium fluoride varnish yang diaplikasikan secara topikal untuk

memblok tubulus dentinalis. Pada awalnya membentuk sebuah barier yang

menutupi dentin yang terbuka. Perawatan ini efektif dalam waktu 6 bulan. Terapi

laser juga merupakan perawatan hipersensitivitas dentin.

b. Home-use treatment

Merupakan perawatan yang murah, aman, non invasif dan mudah

digunakan. Berdasar mekanisme aksinya, perawatan di rumah dikategorikan

menjadi dua

1. Perawatan rumah yang mengganggu transmisi saraf : Bahan yang paling

sering digunakan adalah 5% potasium nitrat. Ion potasium bekerja dengan

memenetrasi sepanjang tubulus dentinalis dan memblok repolarisasi

serabut saraf A. Peningkatan potasium ekstraseluler memungkinkan

konsentrasi yang cukup besar untuk mendepolarisasi serabut saraf dan

tidak memungkinkan terjadinya repolarisasi. Sebagai hasilnya, transmisi

saraf tidak terjadi menyertai paparan stimulus dan pasien tidak akan

merasakan sensasi atau sensitivitas nyeri. Dentifrices memiliki

kemampuan mereduksi hipersensitivitas dalam waktu 2 minggu ketika

digunakan dua kali sehari.

15
2. Perawatan rumah yang memblok tubulus dentinalis : Perawatan ini dapat

dalam bentuk pasta gigi, gel, dan obat kumur. Salah satu bahan aktif yang

sering digunakan adalah fluoride. Stannous fluoride (0,4%) diketahui

dapat meredakan hipersensitivitas dentin. Ketika fluoride diaplikasikan

pada dentin yang terbuka, terjadi presipitasi dan memblok tubulus

dentinalis. Selain fluoride, CPP ACP, CP dan kalsium sodium fluoride. 5%

dan 7,5% sodium fosfosilikat efektif meredakan hipersensitivitas dentin.

CPP ACP membantu menghambat demineralisasi dan meningkatkan

remineralisasi.

Seleksi kasus adalah hal yang penting dalam menentukan diagnosis yang

tepat. Untuk maksud tersebut diperlukan anamnesis yang cermat dan pemeriksaan

klinis yang detail untuk menentukan terapi yang tepat.

Berdasarkan teori hidrodinamik, maka dasar pemikiran dari perawatan

dentin hipersensitif adalah menghalangi menjalarnya rangsang dengan cara

menutup tubulus dentinalis yang terbuka.

Dentin hipersensitif karena adanya kavitas, baik yang disebabkan karies

atau non karies memerlukan restorasi yang sesuai; semisal melapisi dengan semen

ionomer kaca, bahan adesif atau komposit. Pada kasus tanpa kavitas, berbagai

bahan dan teknik dikembangkan untuk mengatasi keluhan dentin hipersensitif

dentin, misalnya pasta gigi khusus, iradiasi laser dengan karbon dioksida, dentin

adesif, agen antibakteri, aldehida, suspensi resin, membilas dengan fluoride,

varnish fluoride, kalsium fosfat, potasium nitrat, dan oksalat. Agen desensitisasi

16
dibedakan atas klasifikasi cara pemberian, yaitu at home atau in-office, dan

klasifikasi berdasar mekanisme aksi.14-16

Klasifikasi berdasar mekanisme aksi dibedakan atas mekanisme kerjanya,

yaitu mengganggu respon neural terhadap stimulus sakit (desensitisasi saraf dengan

menggunakan potasium nitrat) dan memblok aliran cairan tubuler sehingga

menutup tubulus dentinalis. Beberapa contohnya adalah presipitasi protein dengan

glutaraldehida, silver nitrat, zinc chloride, dan strontium chloride hexahydrate;

memblok tubulus dentinalis dengan sodium fluoride, stannous fluoride, strontium

chloride, potassium oxalate, calcium phosphate, calcium carbonate, dan bioactive

glasses (SiO2–P2O5–CaO–Na2O); pelapis (sealer) dentin adesif dengan fluoride

varnishes, oxalic acid and resin, glass ionomer cement, komposit, dan dentin

bonding agent; laser dengan neodymium:yttrium aluminum garnet (Nd-YAG)

laser, GaAlAs (galium-aluminium-arsenide laser), dan Erbium-YAG laser;

medikasi homeopathic dengan propolis.14-16

Teknik aplikasi agen desensitisasi dentin ada bermacam-macam dalam

berbagai bentuk, misalnya krim topikal, varnish, pasta gigi, bubuk polis, single

dose applicator, campuran bubuk/cairan, modifikasi resin.

Strategi perawatan dentin hipersensitif adalah:

1) diagnosis dan rencana perawatan yang tepat serta DHE mengenai faktor

etiologi, 2) pada kasus sensitif ringan sampai sedang, DHE mengenai

metode penyikatan gigi yang benar dan pemilihan pasta gigi yang sesuai

yang dapat dilakukan di rumah (at home therapy), 3) bila masih tetap

17
merasa ngilu dapat dilanjutkan dengan perawatan di ruang dokter (in- office

therapy) menggunakan sistem iontoforesis dengan alat khusus, yaitu

desensitron, dan 4) apabila kedua cara sebelumnya belum efektif,

pertimbangkan perawatan endodontik sebagai langkah terakhir

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya, disimpulkan bahwa dentin hipersensitif

merupakan gangguan yang sering dihadapi terutama pada orang-oang usia lanjut.

Keluhan sensitif ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, tapi yang dikategorikan

sebagai dentin hipersensitif merupakan gangguan ngilu/nyeri tanpa kavitas, tetapi

karena terbukanya tubulus dentinalis. Dentin hipersensitif umumnya disebabkan

akibat adanya resesi gingiva di daerah akar gigi, permukaan akar yang terbuka

sebagai dampak perawatan scaling dan root planning atau setelah perawatan

bleaching. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan pada kasus ringan

dapat dilakukan sendiri di rumah menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi

sensitif; kasus berat dilaksanakan dokter gigi di klinik gigi

4.2 Saran

Pemahaman lebih mendalam tentang perawatan hipersensitif dentin baik

indikasi kontraindikasi dan teknik yang benar sangat membantu dalam kesuksesan

tindakan perawatan periodontal.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Barlow APS, Mason SC. Overview of the clinical evidence for the use of

novamin in providing relief from the pain of dentin hypersensitive. J Clin Dent

2011; 22 (Spec Iss): 90-5

2. Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In:

th
Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s pathways of the pulp. 10 Ed. Missouri:

Mosby Elsevier; 2011. p.504

3. Ritter AV, Eidson RS, Donovan TE. Dental caries: etiology, clinical

characteristics, risk assessment and management. In: Heymann HO, Swift Jr

EI, Ritter AV. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 6th Ed. St

Louis: Elsevier; 2013. p.41

4. Berman LH, Hartwell GR. Diagnosis. In: Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s

pathways of the pulp. 10th Ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2011. p.30

19
5. Eidson RS, Shugars DA. Patient assessment, examination and diagnosis, and

treatment planning. In: Heymann HO, Swift Jr EI, Ritter AV. Sturdevant’s art

and science of operative dentistry. 6th Ed. St Louis: Elsevier; 2013. p. 99-100

6. Sarode GS, Sarode SC. Abfraction: a review. J Oral Maxillofac Pathol 2013;

17(2): 222–7

7. Huysmans MC, Chew HP, Ellwood RP. Clinical studies of dental erosion and

erosive wear. Caries Res 2011; 45 Suppl 1: 60-8. doi: 10.1159/000325947.

Epub 2011 May 31.

8. Camilotti V, Zilly J, Monte Ribeiro Busato P, Nassar CA, Nassar PO.

Desensitizing treatment for dentin hypersensitiveity: a randomized, split-mouth

clinical trial. Braz Oral Res 2012;26(3):263-8

9. Perdigão J, Swift EJ, Walter R. Fundamental concept of enamel and dentin

adhesion. In: Heymann HO, Swift Jr EI, Ritter AV. Sturdevant’s art and

science of operative dentistry. 6th Ed. St Louis: Elsevier; 2013. p.133-4

10.Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In:

th
Hargreaves KM, Cohen S Cohen’s pathways of the pulp. 10 Ed. Missouri:

Mosby Elsevier; 2011. p. 510

11.Wikipedia. Gingival recession (accept May 8, 2016)

20
12.Guignon AN. Dentinal hypersensitivity. eliminate guesswork in cases that

often frustrate clinicians. www.rdhmag.com/articles/print/volume.../dentinal-

hypersensitivity.html

13.Addy M. Dentine hypersensitive: new perspective on an old problem. Int Dent

J 2002; 52:367-75

14.Miglani S, Aggarwal V, Ahuja B. Dentin hypersensitivity: Recent trends in

management. J Conserv Dent 2010; 13(4): 218–24

15.Davari AR, Ataei E, Assarzadeh H. Dentin hypersensitivity: etiology, diagnosis

and treatment; a literature review. J Dent (Shiraz) 2013; 14(3): 136–45

16.Layer TM. Development of a fluoridated, daily-use toothpaste containing

novamin technology for the treatment of dentin hypesensitive. J Clin Dent

2011; 22 (Spec iss) 59-61

17.Daniel, S.J., and Harfst, S.A., 2004, Dental Hygiene : Concepts, Cases and

Competencies. Mosby, St. Louis Missouri, p. 429-437.

18.Saylor, C. D., dan Overman, P. R., 2011, Dentinal Hypersensitivity: A Review,

The Academy of Dental Therapeutica and Stomatology, 1-16

21

Anda mungkin juga menyukai