Logbook Hepatobilier

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

NAMA : ADE PUTRI AULIA

NIM: 1914301084

TINGGKAT 2 REGULER 2

LOGBOOK GANGGUAN HEPATOBILIER

SIROSIS HEPATIS

Kasus 4

Seorang laki-laki didiagnosa menderita Sirosis Hepatis. Keluhan yang dirasakan perut makin
membesar, mual, tidak nafsu makan, badan lemas, dan kadang – kadang nafas terasa agak
sesak. Hasil pemeriksaan diperoleh sklera ikterik, kulit jaundice, spider nevi pada daerah
leher dan dada, kaki odem, shifting dullness (+), fluid wave (+), eritema palmaris (+)
ginekomastia (-),caput medusae (-). Hasil lab. kadar albumin serum 1,5 gr/dl

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan penyakit sirosis
hepatis dan sebutkan bagian-bagiannya
2. Identifikasi istilah yang belum anda ketahui, dan jelaskan definisinya!
Jawab:
1. sklera ikterik
Definisi Ikterik adalah kata sifat dari ikterus (jaundice), perubahan
warna kuning pada kulit, selaput lendir, dan bagian putih mata yang
disebabkan oleh peningkatan jumlah bilirubin dalam darah. Ikterik
merupakan tanda dari proses penyakit yang mendasarinya.

2. kulit jaundice
Jaundis, juga dikenal dengan nama ikterus atau penyakit kuning,
adalah pigmentasi kekuningan atau kehijauan
pada kulit dan sklera (bagian putih pada mata) yang disebabkan
oleh tingginya kadar bilirubin

3. spider nevi
Spider nevus adalah suatu kondisi yang menyebabkan kumpulan
pembuluh darah kecil yang menyerupai sarang laba-laba terlihat pada
permukaan kulit.
Spider nevi (jamak) dapat disebabkan oleh cedera, paparan sinar
matahari, perubahan hormon, atau gangguan pada hati. Seringkali
penyebab spider nevi tidak diketahui. Bagi kebanyakan orang, spider nevi
itu sendiri bukan merupakan suatu masalah medis, melainkan hanya
sebagai pertanda dari suatu penyakit yang mendasarinya.

4. shifting dullness (+)


shifting dullness : Kepekaan pada waktu perkusi abdomen yang pada
ketinggian tertentu lalu menghilang, saat pasien diputar dari sisi ke sisi,
yang berarti adanya cairan bebas dalam rongga abdomen.

5. fluid wave (+)


Pemeriksaan asites bisa dilakukan dengan cara menekan secara
dalam ke arah garis tengah dinding abdomen (untuk mencegah vibrasi
sepanjang dinding abdomen), letakkan telapak tangan yang satu
berlawanan dengan telapak tangan yang lain untuk mendengarkan
adanya cairan asites

6. eritema palmaris (+)


Palmar erythema, atau "hati" telapak tangan - adalah gejala dari beberapa
penyakit hati, ditandai dengan kemerahan yang merata dari kedua telapak
tangan, dan dalam beberapa kasus, dan kaki. Gejala ini biasanya terjadi
bersamaan dengan spider veins (telangiectasias). Ketika menekan telapak
tangan, kemerahan ini memudar atau menghilang sepenuhnya, tetapi setelah
penghentian gejala kembali ke yang penuh. Pasien tidak merasakan
ketidaknyamanan atau rasa sakit.

7. ginekomastia (-)
Definisi Ginekomastia remaja (adolescent gynecomastia)
adalah pertumbuhan jaringan kelenjar dan pembesaran payudara sebagai
respon terhadap hormon-hormon pubertas. 

8. caput medusae (-).


aput medusae, terkadang disebut sebagai tanda pohon palem,
mengacu pada munculnya jaringan vena bengkak tanpa rasa sakit di
sekitar perut Anda. Meskipun bukan penyakit, ini adalah tanda dari negara
yang mendasari, biasanya penyakit hati.

3. Apakah yang dimaksud dengan sirosis hepatis ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)
Jawab:
sirosis adalah suatu keadaan patofisiologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang di tandai dengan distroi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsitektur hati normal oleh
lembar –lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak
berkaitan dengan vaskulator normal. (Sylvis A.Price) (sumber: NIC NOC )

4. Sebutkan dan jelaskan proses terjadinya sirosis hepatis!


Jawab:

Patogenesis Sirosis hepatis terjadi ketika kapasitas regeneratif hati


kewalahan oleh fibrosis yg disebabkan beberapa faktor seperti virus hepatitis,
penyalahgunaan alkoh0l, obat atau kimia, infeksi jangka panjang, dan/atau
gangguan empedu.Banyak infiltrasi dari sel-sel inflamasi sebagai pemicu
perkembangan fibrosis dalam menanggapi kerusakan masif tersebut.Kondisi
ini menciptakan jaringan parut yang semakin meningkat dan meluas
membentuk jaringan fibrosa hingga seluruh lobulus hati.
Jaringan parut yang terbentuk akan mengisolasi daerah hati yang
masih mempertahankan kapasitas regeneratif mereka. Daerah-daerah
terpisah disebut nodul (berbentuk benjolan-benjolan abnormal) yang tampak
jelas di permukaan hati. Hasil dari bentukan nodul dan fibrosis pada
permukaan hati inilah sebagai konsep yang mengawali proses terjadinya
sirosis hepatis.

5. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis sirosis hepatis !


Jawab:
TANDA DAN GEJALA
1.Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2.Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan
pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama
sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus
B.
3.Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-
14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu
dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4.Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu
hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah
timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa
segar kembali, namun lemas dan lekas capai

6. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari sirosis hepatis !


Jawab:
Sirosis hati diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologinya.
Klasifikasi morfologi telah jarang dipakai karena sering tumpang tindih satu
sama lainnya. Klasifikasi ini terdiri dari :
a. Sirosis mikronoduler ; nodul berbentuk uniform, diameter kurang dari
3 mm. Penyebabnya antara lain: alkoholisme, hemakromatosis,
obstruksi bilier dan obstruksi vena hepatika.
b. Sirosis makronoduler; nodul bervariasi dengan diameter lebih dari
3mm. Penyebabnya antara lain: hepatitis kronik B, hepatitis kronik C,
defisiensi α-1-antitripsin dan sirosis bilier primer .
c. Sirosis campuran kombinasi antara mikronoduler dan makronoduler.

Klasifikasi etiologi lebih serig dipakai. Mayoritas penderita sirosis awalnya


merupakan penderita penyakit hati kronis yang disebabkan oleh virus
hepatitis atau penderita steatohepatitis yang berkaitan dengan kebiasaan
minum alkohol ataupun obesitas. Beberapa etiologi lain dari penyakit hati
kronis diantaranya adalah infestasi parasit (schistosomiasis), penyakit
autoimun yang menyerang hepatosit atau epitel bilier, penyakit hati bawaan,
penyakit metabolik seperti Wilson’s disease, penyakit granulomatosa
(sarcoidosis), efek toksisitas obat (methotrexate dan hipervitaminosis A), dan
obstuksi aliran vena seperti sindrom Budd-Chiari dan penyakit veno-oklusif.
(Sulaiman, 2007) Di Amerika Serikat, kecanduan alkohol adalah penyebab
yang paling sering dari sirosis hati. Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia,
virus hepatitis B merupakan penyebab tersering dari sirosis hati yaitu sebesar
40- 50% kasus, diikuti oleh virus hepatitis C dengan 30-40% kasus,
sedangkan 10-20% sisanya tidak diketahui penyebabnya dan termasuk
kelompok virus bukan B dan C (Rockey, 2006).
7. Sebutkan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit sirosis hepatis!
Jawab:
1. Edema serebral

Ini adalah cairan yang berlebihan dalam otak yang dapat menyebabkan
tekanan di otak dan mencegah otak dari mendapatkan oksigen.

1. Gangguan perdarahan

Hati bertanggung jawab untuk memproduksi faktor pembekuan darah.


Maka itu, gagal hati akut akan menyebabkan perdarahan yang tidak terkontrol,
biasanya di saluran pencernaan.

2. Infeksi

Anda menjadi lebih berisiko untuk infeksi, terutama infeksi saluran


pernapasan dan saluran kencing.

3. Gagal ginjal

Bila hati gagal, ginjal akan bekerja lebih keras dan sulit untuk mengelola
penyaringan racun dalam tubuh. Ini bisa menjadi organ berikutnya yang gagal.

8. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis sirosis hepatis dan jelaskan


hasilnya!
Jawab:
1. pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
 peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST ( Akibat dari destruksi jaringan
hepar )
 peningkatan kadar ammonia darah ( akibat dari kerusakan metabolism protein)
 peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolism bilirubin)
 PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)

2. biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan


pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpilkan.

3. scan CT, atau MRI di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan
airan darah hepatik.

4. elektrilit serum menunjukan hypokalemia, alkalosis, dan hiponatremia


(disebabkan oleh peningkata sekresi aldosterone pada respons terhadap kekurangan
volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukan penurunan SDM, hemoglobin, hematocrit, trombosit, dan SDP
(hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan
metabolism nutrient)

6. urinalisis menunjukan bilirubinuria


7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus).
9. esofogoskopi (arises) dengan barium esofagografi
10. biopsy hepar & ultrasonografi

9. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien sirosis hepatis !


Jawab:
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnyaa berupa:
1. simtomatis
2. supportif, yaitu anatara lain:
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya: cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/ hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat infeksi
virus hepatitis C dapat dicoba dengan interferon.
3. pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
a. asites
b. spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai keadaan sebagai berikut:
 Dicurigai sebagai sirosis tinggkat B dan C dengan asites
 Gambaran klinis mungkin tidak ada dan leukosittetap normal
 Protein asites biasanya < 1g/dl
 Biasanya monomicrobial dan bakteri Gram-Negative
 Mulai pemberian antibiotic jika asites> 250 mm polymorphs
 50% mengalami kematian dan 69% sembuh dalam 1 tahun
pengobatan SBP dengan memberikan cephalosporins Generasi III
(Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara
oral. Mengingat akab rekuennya tinggi maka untuk profilaxis dapat
diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu.
c. hepatorenal syndrome
adapun kriteria diagnostic dapat dilihat sebagai berikut:
 Majo : penyakit hato kronis dengan asites, glomerular fitration rate
yang rendah, serum creatin > 1,5 mg/dl, creatine clearance (24 hour) <
4,0 ml/minute, tidak ada syok, infeksi berat, kehilangan cairan dan
obat obatan nephrotoxic, proteinuria< 500 mg/hari, tidak ada
peningkatan ekspansi volume plasma.
 Minor: volume urin< 1 liter/hari, sodium urin < 10 mmol/liter,
osmolaritas urin>osmolaritas plasma, konsentrasi sodium serum < 13
mmol/liter
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian diuretic yang
berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan
elektrolit, pendarahan dan infeksi. Penanganan secara konseratif dapat
dilakukan berupa: retiksi cairan, garam potassium dan protein. Serta
menghentikan obat – obatan yang nefrontoxic. Menitol tidak bermanfaat
bahkan dapat menyebabkan asidosis intraseluler. Diuretic dengan dosis
yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan pendarahan dan
shock. Pilihan terbaik adalah transplatasi hati yang diikuti dengan
perbaikan dan fungsi ginjal.
a. pendarahan karena pecahnya Varises Esofagus
kasus ini merupakan kasus emergensi. Prinsip penangananya:
 pasien diistirahatkan dan dipuaskan
 pemasangan IVFD berupagaram fisiologis dan kalau perlu transfuse
 pemasanfan NGT, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaanya yaitu:
untuk mengetahui pendarahan, cooling dengan es pemberian obat –
obatan, evaluasi pendarahan.
 Pemberian obat – obatan berupa antasida, ARH2 Antifibrinotilik,
Vitamin K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin.
 Disamping itu diperlukan tindakan – tindakan lain dalam rangka
menghentikan pendarahan misalnya pemasangan Ballon Tamponade
dan Tindakan Skleroterapi / ligase atau Oesophageal Transection.
b. Ensefalophaty hepatic
Suatu syndrome neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit hati
menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah
sampai ke pra koma dan koma. Factor pencetus, Antara lain: infeksi,
pendarahan gastro intestinal, obat – obatan yang hepatotoxic. Prinsip
penangganan ada 3 sasaran :
 Mengenali dan mengobati factor pencetus.
 Interverensi untuk menurunkan produksi dan absorsi amoniak serta
toxin – toxin yang berasal dari usus dengan jalan: diet rendah protein,
pemberian antibiotic (neomisin), pemberian lactulose/ lactikol.
 Obat – obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter: secara
langsung (Bromocriptin, Flumazemil) dan tak langsung ( pemberian
AARS).
10. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien sirosis hepatis!
Jawab:
eberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus

11. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien
dengan sirosis hepatis !
Jawab:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal
nutrisi.
a.Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b.Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
R/adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
c.Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak
sedap yang menurunkan nafsu makan.
d.Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
e.Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.

2.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar


yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a.Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
R/nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih
efektif mengurangi nyeri.
b.Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan
bahwa ia mengalami nyeri
c.Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah


sekunder terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya
2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur


R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi
kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh
melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam
kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap


hepatitis
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung
lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang
sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang
kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang
dapat menimbulkan keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan


pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung
syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan
kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi
cairan dalam abdomen
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular


dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau
spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi
infeksius dan mencegah transmisi penyakit
c.Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga
dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
infeksi
d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan
yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi

12. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien sirosis hepatis !
Jawab :
 Anjurkan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Anjurkan nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
LOGBOOK OBSTRUKSI SISTEM PENCERNAAN

KOLELITIASIS-KOLESISTITIS

Kasus 5

Seorang wanita dirawat dengan Kolelitiasis. Keluhan yang dirasakan kadang-kadang timbul
nyeri secara mendadak di daerah perut sebelah kanan atas yang berangsur hilang ketika
klien merubah posisi tubuhnya. Hasil pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan sklera ikterus

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan kolelitiasis dan
sebutkan bagian-bagiannya

2. Jelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis ? (tuliskan referensi yang anda gunakan)
Jawab:
Kolelitiasis atau koledoklitiasis merupakan adanya batu di kandunf empedu,
atau pada saluran kandung empedu yang umumnya komposisi utamanya adalah
kolestrol (Williams, 2003). (sumber: nanda nic noc)
3. Sebutkan penyebab kolelitiasis dan jelaskan proses terjadinya!
Jawab:
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledokolitiasis atau batu empedu belum
diketahui. Suatu teori menyatakan bahwa kolestrol dapat menyebabkan
supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang
telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal Dn memulai membentuk batu.
Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium
bilirubin, yang telah terjadi ketika bilirubinbebas berkombinasi dengan kalsium.
(Williams, 2003).

4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis kolelitiasis!


Jawab:

Kondisi penyakit batu empedu atau kolelitiasis yang ringan jarang


menimbulkan gejala. Penderitanya mulai dapat merasakan gejala jika saluran
empedu tersumbat akibat pengendapan batu empedu.
Gejala utama batu empedu adalah nyeri secara mendadak di bagian kanan
atas atau tengah perut. Sakit perut juga dapat disertai dengan gejala lain,
seperti mual, muntah, hilang nafsu makan, urine berwarna gelap, sakit maag,
dan diare.

5. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk kolelitiasis !


Jawab:
1. pemeriksaan laboratorium
2. pemeriksaan radiologis
3. USG, kolesistografi oral, ERC
4. foto olos abdomen

6. Sebutkan komplikasi yang dapat timbul dari kolelitiasis!


Jawab:

Penyakit ini dapat mengalami komplikasi yang disebut cholecystitis akut. Ini


terjadi karena batu empedu menghalangi saluran empedu. Di balik ‘halangan’
tersebut terdapat akumulasi cairan yang membuat saluran dan kantung
empedu lama kelamaan menggelembung dan menyebabkan komplikasi ini.
Beberapa gejala yang menunjukkan komplikasi ini di antaranya adalah:

1. Rasa sakit yang amat sangat pada bagian atas perut atau tengah kanan
punggung
2. Demam
3. Meriang
4. Kehilangan selera makan
5. Mual, dan
6. Muntah

7. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan kolelitiasis!


Jawab:
 Penataklaksanaan
Penanganan non bedah
1. Disolusi medis
Harus memenuho kriteria terapi non operatif, seperti batu kolestrol
diameternya < 20mm dan batu < 4 batu, fungsinya kandung empedu baik,
dan duktus sistik paten.
2. Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)
Batu didalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau balon
ekstrasi melalui muara yang sudah besar menuju lumen duodenum sehingga
batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu besar, batu yang terjepit
disaluran empedu atau batu yang terletak diatas saluran empedu yang
sempit diperlukan prosedur endoskopik tambahan sesudah sfingterotomi
seperti pemecahan batu dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser.
3. Extracorporeal Shock Wave Lithotripshy (ESWL)
Merupakan pemecahan batu dengan gelombang suara.
Penanganan bedah
1. Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan
Kolesistektomi simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk Kolesistektomi
adalah kolik biliris rekuren, diikuti oleh kolesitisis akut.
2. Kolesistektomi laparoskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau kandung
empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2cm, kelebihan yang
diperoleh pasien luka operasi kecil (1-10) sehingga nyeri pasca minimal.

8. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis !

Jawab :
1.       Nyeri Akut b/d agen injuri fisik
2.       Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan nutrisi, faktor biologis
3.       Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, terpasangnya alat invasif.
4.       Kurang perawatan diri b/d kelemahan
5.       Kurang Pengetahuan tentang penyakit, diet dan perawatannya b/d mis interpretasi informasi
9. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien
dengan kolelitiasis!
Jawab:

        observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri


R : membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya
         catat respon terhadap obat nyeri
R : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
         Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
R : posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal
         Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
R : meningkatkan istirahat dan koping
         Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan)
R : mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyeri
         Kompres hangat
R : dilatasi dingin empedu spasme menurun
         Kolaborasi
 Antibiotik
 Analgetik
 Sedatif
 Relaksasi otot halus

10. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan
kolelitiasis!
Jawab:
 Jealaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memontir nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan anagetik secara tepat
 Kolaborsi pemberian analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai