Revie Artikel Ekonomi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putu Dhrityaning Patgata

NIM :

Artikel:
"Perekonomian Indonesia Pasca-Pandemi Covid-19"
KOMPAS.com - Berdasarkan data dari situs worldometer per 5 Mei 2020, penderita
positif virus Corona di dunia sudah mencapai 3,669 juta dengan jumlah yang meninggal
253,183 dan yang sembuh 1,210 juta. Jumlah penderita terbanyak ada di Amerika Serikat,
Spanyol, Italia, Inggris dan Perancis. Sementara jumlah yang meninggal terbanyak berturut-
turut adalah Amerika Serikat, Italia, Inggris, Spanyol dan Perancis. Walalupun jumlah yang
sembuh sudah semakin banyak daripada yang meninggal, namun tren jumlah penderita dan
yang meninggal belum menunjukkan penurunan. Begitu juga di Indonesia. Berdasarkan data
per 5 Mei 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, total jumlah penderita
positif corona di Indonesia mencapai 12.071 orang. Jumlah ini bertambah sebanyak 484
orang dari hari sebelumnya. Jumlah kasus baru ini juga yang tertinggi sejak 2 Maret 2020.
Pada triwulan pertama 2020 ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra
dagang Indonesia tumbuh negatif: Singapura -2.2, Hongkong -8,9, Uni Eropa -2,7 dan China
mengalami penurunan sampai minus 6,8. Beberapa negara masih tumbuh positif namun
menurun bila dibanding dengan kuartal sebelumnya. Amerika Serikat turun dari 2,3 menjadi
0,3, Koreea Selatan dari 2,3 menjadi 1,3 dan Vietnam dari 6,8 menjadi 3,8. Indonesia
mengalami kontraksi yang cukup dalam dari 4,97 di kuartal 4 tahun 2019 menjadi tumbuh
hanya 2,97 pada kuartal pertama 2020 ini. Kontraksi yang cukup dalam pada kuartal 1 di
Indonesia ini di luar perkiraan mengingat pengaturan physical distancing dan PSBB mulai
diberlakukan pada awal bulan April 2020.
Perekonomian Indonesia
Berdasarkan pertumbuhan year-on-year, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen.
Hal ini wajar mengingat dengan adanya anjuran untuk tidak keluar rumah maka banyak
orang mengakses pekerjaan, hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring hal
tersebut, volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga meningkat. Berdasarkan rilis dari
Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada
Triwulan I-2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan, berkurang 34,9
persen bila dibanding tahun lalu. Hal ini sejalan dengan adanya larangan penerbangan antar
negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan Februari lalu. Jumlah penumpang
angkutan rel dan udara juga tumbuh negative seiring dengan diberlakukannya PSBB.
Lalu kapan wabah Covid-19 ini berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap
perekonomian Indoensia? Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore
University of Technology and Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi,
Susceptible Infected Recovered (SIR) dengan DDE (Data Driven Estimation), maka
diperkirakan puncak pandemi di Indonesia telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu
dan secara berangsur akan berakhir secara total pada akhir Juli 2020. Data ini dikeluarkan
per 5 Mei 2020 yang diambil berdasarkan data dari berbagai negara untuk memprediksi
berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan akhir Mei 2020
kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni seluruh aktifitas dapat
berjalan dengan normal.
Bila prediksi yang ditujukan untuk pendidikan dan penelitian ini benar, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah pada kuartal kedua. Idul Fitri
yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan perekonomian,
akan menjadi sebaliknya karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan Juni aktifitas sudah berjalan
maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai waktu untuk langsung operasional.
Peluang untuk bangkit
Kekosongan aktifitas selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih
memberikan peluang bagi perusahaan untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan
diperkirakan masih bisa bertahan sampai tiga bulan. Beda halnya bila aktifitas normal mulai
diadakan pada bulan Agustus atau bahkan Desember. Perusahaan perlu waktu mencari lagi
pegawai baru untuk memulai operasi. Banyak perusahaan juga akan tidak kuat bertahan
selama lebih dari tiga bulan. Dari sisi makro ekonomi, dengan adanya stimulus fiskal yang
disertai dengan realokasi anggaran untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan
ekonomi nasional dari sektor keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan
perekonomian secara perlahan di kuartal ketiga. Dengan menggunakan model Input-Output
(IO), Tim Riset Ekonomi PT Sarana Multi Infrastruktur memperkirakan bahwa stimulus fiskal
oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun akan tercipta output dalam perekonomian sebesar
Rp 649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah dan pendapatan pekerja akan meningkat
masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan Rp 146,9 triliun.
Stimulus fiskal
Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan pendapatan dalam perekonomian,
stimulus fiskal yang digelontorkan akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta
orang atau 11,84 persen dari total tenaga kerja. Stimulus fiskal ini diharapkan dapat
memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24
persen.
Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus moneter yang diberikan oleh Bank
Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro Wajib Minimum
(GWM). Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan diikuti dengan penurunan
tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Pandemi Covid-19 ini juga telah memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia
(global supply chain). Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen
oleh negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi ini.
Tentu saja untuk dapat merebut kue pada global supply chain, Indonesia harus berbenah
diri agar lebih menarik investor. Penurunan tarif pajak penghasilan perusahaan yang telah
dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum
investasi, reformasi birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya
perlu dikerahkan secara bersinergi agar Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi
Covid-19 ini.

Review Artikel
1. Identitas Artikel
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perekonomian Indonesia
Pasca-Pandemi Covid-19".
Link akses: https://money.kompas.com/read/2020/05/10/091500226/perekonomian-
indonesia-pasca-pandemi-covid-19?page=all#page2. Diakses pada 21 mei 2020.
Editor : Bambang P. Jatmiko
2. Pendahuluan
Berdasarkan data dari situs worldometer per 5 Mei 2020, penderita positif virus
Corona di dunia sudah mencapai 3,669 juta dengan jumlah yang meninggal 253,183 dan
yang sembuh 1,210 juta. Jumlah penderita terbanyak ada di Amerika Serikat, Spanyol,
Italia, Inggris dan Perancis. Sementara jumlah yang meninggal terbanyak berturut-turut
adalah Amerika Serikat, Italia, Inggris, Spanyol dan Perancis. Walalupun jumlah yang
sembuh sudah semakin banyak daripada yang meninggal, namun tren jumlah penderita
dan yang meninggal belum menunjukkan penurunan. Begitu juga di Indonesia.
Berdasarkan data per 5 Mei 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19,
total jumlah penderita positif corona di Indonesia mencapai 12.071 orang. Jumlah ini
bertambah sebanyak 484 orang dari hari sebelumnya. Jumlah kasus baru ini juga yang
tertinggi sejak 2 Maret 2020.
Pada triwulan pertama 2020 ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra
dagang Indonesia tumbuh negatif. Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam dari
4,97 di kuartal 4 tahun 2019 menjadi tumbuh hanya 2,97 pada kuartal pertama 2020 ini.
Kontraksi yang cukup dalam pada kuartal 1 di Indonesia ini di luar perkiraan mengingat
pengaturan physical distancing dan PSBB mulai diberlakukan pada awal bulan April 2020.
Lalu kapan wabah Covid-19 ini berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap
perekonomian Indoensia?

3. Kajian Informasi
Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore University of
Technology and Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi, Susceptible
Infected Recovered (SIR) dengan DDE (Data Driven Estimation), maka diperkirakan
puncak pandemi di Indonesia telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu dan secara
berangsur akan berakhir secara total pada akhir Juli 2020. Data ini dikeluarkan per 5 Mei
2020 yang diambil berdasarkan data dari berbagai negara untuk memprediksi berakhirnya
pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan akhir Mei 2020 kebijakan
PSBB dapat segera berakhir.
Bila prediksi yang ditujukan untuk pendidikan dan penelitian ini benar, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah pada kuartal kedua. Idul
Fitri yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan
perekonomian, akan menjadi sebaliknya karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan Juni
aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai waktu untuk
langsung operasional.
Selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan peluang bagi
perusahaan untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan diperkirakan masih bisa
bertahan sampai tiga bulan. Dari sisi makro ekonomi, dengan adanya stimulus fiskal yang
disertai dengan realokasi anggaran untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan
ekonomi nasional dari sektor keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan
perekonomian secara perlahan di kuartal ketiga. Dengan menggunakan model Input-
Output (IO), Tim Riset Ekonomi PT Sarana Multi Infrastruktur memperkirakan bahwa
stimulus fiskal oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun akan tercipta output dalam
perekonomian sebesar Rp 649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah dan pendapatan
pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan Rp 146,9 triliun.
Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus moneter yang diberikan oleh Bank
Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro Wajib
Minimum (GWM). Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan diikuti dengan
penurunan tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan
ekonomi. Indonesia harus berbenah diri agar lebih menarik investor. Penurunan tarif pajak
penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu diikuti oleh
pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi birokrasi dan iklim
ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya perlu dikerahkan secara bersinergi agar
Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi Covid-19 ini.

4. Kelebihan dan Kekurangan


Keunggulan dari artikel ini adalah informasi yang disajikan sangat relevan dan valid
berdasarakan keadaan perekonomian Indonesia saat ini. validitas Informasi yang disajikan
berdasarkan survey dan riset dari lembaga yang terpercaya, sehingga stakeholder akan
mudah memahami dan percaya terkait permasalahan perekonomian Indonesia pasca-
pandemi covid-19
Kekurangan pada artikel ini adalah, penulis kurang mencantumkan rilis resmi dari
beberapa lembaga riset ekonomi berkaitan dengan kondisi ekonomi Indonesia. Ini
bertujuan jika para pembaca ingin menggali informasi lebih mendalam dari perkembangan
terbaru keadaan ekonomi Indonesia dapat mengkases informasi tersebut secara langsung.
Pada artikel tidak menyebutkan bebrapa dampak kebijakan yang telah diambil Bank
Indonsesia dan pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19

5. Kesimpulan
Indonesia harus OPTIMIS, demi pemulihan perekonomian di masa pandemi Covid-
19. Upaya pemerintah memberikan Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus
moneter yang diberikan oleh Bank Indonesia berupa menurunkan tingkat bunga acuan dan
pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM), diharapkan akan diikuti dengan penurunan
tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Indonesia perlu melalkukan pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi
birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat, agar Indonesia dapat bangkit dari dampak
pandemi Covid-19 ini.

Anda mungkin juga menyukai