Hubungan Hukum Hindu Dengan Budaya, Adat-Istiadat, Dan Kearifan Daerah Setempat
Hubungan Hukum Hindu Dengan Budaya, Adat-Istiadat, Dan Kearifan Daerah Setempat
Hubungan Hukum Hindu Dengan Budaya, Adat-Istiadat, Dan Kearifan Daerah Setempat
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK D
Gusti Ayu Ketut Astri Meitasari Hambarsika (04)
I Gusti Agung Wahyu Utama Putra Kukuh (08)
I Komang Satriya Bhayangkara (12)
I Putu Gede Okan Bhaskara Muryananda (16)
Komang Regina Ardyana Putri (20)
Ni Kadek Putri Dariani (24)
Ni Made Ayu Pramistya Putri (28)
Putu Cahyu Sriwidani (32)
Hukum Hindu adalah hukum agama dalam arti yang sebenar-benarnya. Sebagai
hukum agama, hukum Hindu dapat disejajarkan atau disamakan dengan hukum yang lainnya
yang berlaku di wilayah tertentu dimana umat sedharma berada, dalam arti yang sebenar-
benarnya. Sebagai hukum agama, hukum Hindu disamakan pengertiannya dengan dharma
yang bersumber pada Rta. Agama merupakan norma atau kaidah-kaidah moral yang
bersumber langsung dari wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Dari sini tampak ada usaha untuk
mengaitkan nilai-nilai agama dengan praktik kehidupan, misalnya nilai agama itu telah
ditranformasikan ke dalam norma-norma sosial yang mengatur kehidupan manusia di dalam
masyarakat. Hubungan yang demikian tidak terlalu sulit mencari, karena Agama Hindu
memperlihatkan gejala yang multi-kompleks sebagai pandangan hidup yang menyeluruh dan
terpadu. John L. Esposito ketika memberi kata pendahuluan pada buku” Agama dan
Perubahan Sosiopolitik”, hanya melihat hubungaan agama pada dua dimensi, yakni
dikatakan: agama mempunyai suatu hubungan yang integral dan organik dengan politik dan
masyarakat (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:90).
Dalam prakteknya di tengah masyarakat memang tampak gejala yang bertautan antara
hukum Hindu dengan Hukum Adat. Kitab-kitab Hukum Hindu dalam bentuk kompilasi
seperti; Adigama, Agama, Kutaragama, Purwadigama dan Kutara Manawa, memang amat
sering dijadikan sumber penyusunan Hukum Adat. Hanya transfer ke dalam Hukum Adat
tidak dilakukan sepenuhnya, karena tidak semua materi dalam hukum Hindu tersebut sesuai
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini para tetua adat sangat
berperan sebagai tokoh yang bertugas khusus menyaring nilai-nilai hukum Hindu untuk
diselaraskan kebutuhannya sesuai dengan sistem sosial yang berkembang di lingkungan
sekitarnya.
Hukum adat menduduki orbit yang sentral dan telah berperan dominan dalam suatu
lingkungan budaya tertentu, yakni lingkungan masyarakat adat yang mendukungnya.
Konsekuensi dari peran yang dominan itu menjadikan hukum Adat semakin mengakar dan
melembaga dalam interaksi sosial masyarakatnya, dalam arti bahwa kepatuhan masyarakat
terhadap Hukum Adat tersebut tidak dapat dibantahkan. Konsekuensi lainnya adalah
membawa akibat yang sangat fatal, di mana mulai muncul tokoh-tokoh hukum adat yang
tidak lagi menerima anggapan bahwa hukum adat bersumber kepada hukum Hindu,
berkesempatan mengemukakan hasil penelitiannya. Gde Pudja lebih jauh mengemukakan,
“Hukum Hindu- lah yang merupakan sumber dasar dari Adat di Indonesia terutama di
daerah- daerah di mana pengaruh Hindu itu sangat besar. Untuk daerah Bali dan Lombok,
pembuktian itu tidaklah begitu sulit, karena seluruh pola pemikiran dan tata kehidupan
masyarakat yang beragama Hindu, tetap mendasarkan pada ajaran-ajaran Agama Hindu yang
mereka yakini (Pudja, 19977:192).
Menurut perkataan Soerjono Soekanto, mengenai hukum Adat yang bersumber dari
perkembangan perilaku yang berproses melalui cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat
istiadat, baru kemudian menjadi hukum adat, akan semakin mempertegas mengenai
pembuktian adanya hukum Hindu menjiwai hukum adat. Namun kerangka teori ini akan
melahirkan adat murni, karena ia bersumberkan kepada perilaku menjadi manusia, baik
personal maupun umum. Dalam proses menjadikan kebiasaan, tata dan adat-istiadat, kitab
Dharmasastra atau hukum Hindu sedikit banyak memberi pengaruh, berhubung kebiasaan,
tata kelakuan dan adat istiadat itu dibatasi oleh suatu norma-norma sosial dan norma-norma
agama yang bersumber langsung dari Wahyu Tuhan. Hukum Hindu dalam pembahasan di
muka dinyatakan berdasarkan pada Rta (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:92).
Pembuktian adanya pengaruh hukum Hindu menjiwai hukum adat telah terbukti sejak
berdirinya kerajaan Hindu di Indonesia. Penguatan ini diberikan oleh Gde Pudja ketika
membahas dimulainya pertumbuhan hukum Hindu. Pudja mengatakan, bagian-bagian dari
ajaran-ajaran Hindu dan pasal-pasal dalam Dharmasastra telah disesuaikan dan dipergunakan
sebagai hukum pada masa kerajaan Hindu di Indonesia. Bahkan bukan pada masa kerajaan
Hindu saja, karena secara tidak disadari bahwa hukum itu masih tetap berlaku dan
berpengaruh pula dalam hukum positif di Indonesia melalui bentuk-bentuk hukum adat.
Bentuk acara Hukum dan kehidupan hukum Hindu yang paling nyata terasa sangat
berpengaruh adalah bentuk hukum adat di Bali dan lombok, sebagai hukum yang berlaku
hanya bagi golongan Hindu semata-mata (Pudja, 1977:34). Dalam berbagai penelitian dan
penulisan Hukum Adat, baik dalam bidang hukum pidana, dalam bidang hukum perdata
terutama hukum waris, hukum kekeluargaan dan perkawinan yang dikatakan hukum adat,
semuanya ternyata hukum Hindu. Baik pengertian, istilah-istilah yang dipakai maupun dasar
filosofinya delapan belas titel hukum atau astadasa wyawahara, pembagian 12 jenis anak,
berbagai jenis pidana adat seperti brahmantia, wakparusia, sahasa dan sebaginya. Semuanya
merupakan hukum agama, ini berarti hukum Adat sebagian besar adalah hukum agama, yakni
hukum adat itu sebagian besar adalah hukum agama Hindu (Pudja, 1997:34-35) dalam
(Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015:91).
hindu, M. (2018, September 4). Hubungan Hukum Hindu dengan Budaya, Adat Istiadat, dan Kearifan
Daerah Setempat. Dipetik Juli 29, 2020, dari mutiarahindu:
https://www.mutiarahindu.com/2018/09/hubungan-hukum-hindu-dengan-budaya-
adat.html
Knowledge & Technology. (2018, September 13). Hubungan Hukum Hindu Dengan Budaya, Adat
Istiadat, dan Kearifan Daerah Setempat. Dipetik Juli 29, 2020, dari tri-learn: https://tri-
learn.blogspot.com/2018/09/hubungan-hukum-hindu-dengan-budaya-adat.html
Sanjaya, N. (2020, April 21). Hubungan Hukum Hindu dengan Budaya, Adat-Istiadat, dan Kearifan
Daerah Setempat. Dipetik Juli 29, 2020, dari teknomu:
https://teknomu.com/2020/04/hubungan-hukum-hindu-dengan-budaya-adat-istiadat-dan-
kearifan-daerah-setempat.html