407-Article Text-551-1-10-20191111

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang

Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU MENGGUNAKAN


SERUM DAN PLASMA EDTA

THE DIFFERENCE OF BLOOD GLUCOSE LEVEL USING EDTA SERUM


AND PLASMA

Qurotul Aini Nur Ramadhani , Ardiya Garini, Nurhayati, Sri Hartini Harianja
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
(email penulis korespodensi: [email protected])

Info Artikel: Diterima: 04 Agustus 2019 Revisi: 20 September 2019 Diterima: 15 Oktober 2019

ABSTRAK
Latar Belakang: Pemeriksaan gula darah sewaktu digunakan sebagai pemeriksaan penyaring
(screening) dan memantau (follow up) pada pasien Diabetes Mellitus. Bahan pemeriksaan kadar
glukosa darah dapat menggunakan spesimen darah utuh, serum, dan plasma dengan antikoagulan
heparin, EDTA, oksalat, dan fluoride. Perbedaan antara plasma dan serum terjadi karena pada serum
tidak terbentuk fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi lainnya, sedangkan plasma masih
mengandung semua protein dan partikel antikoagulan yang dapat mempengaruhi pemeriksaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah sewaktu menggunakan
serum dan plasma EDTA.
Metode: Jenis penelitian ini observasional analitik, desain potong lintang dan dilakukan di Balai
Besar Laboratorium Kesehatan Palembang. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 33 sampel,, jumlah
sampel ditentukan dengan rumus Lemeshow. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling
secara accidental sampling, hingga memenuhi kuota sampel penelitian.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan terhadap kadar glukosa darah
menggunakan serum dan plasma EDTA dengan p value 0,001 (<ɑ 0,05) dengan nilai rata-rata pada
serum adalah 100,3 mg/dL serta nilai rata-rata pada plasma EDTA adalah 113,5 mg/dL.
Kesimpulan: Nilai rata-rata hasil pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan spesimen serum
adalah 91,8 mg/dL sedangkan rata-rata spesimen plasma EDTA adalah 97,2 mg/dL. Hasil uji statistik
menyimpulkan ada perbedaan terhadap kadar glukosa menggunakan serum dan plasma EDTA.
Kata kunci : Glukosa Darah, Serum, Plasma EDTA

ABSTRACT

Background:Blood Sugar Sometimes is one of examination parameters of blood glucose levels for
patients without fasting permission and can be examined any time. BSS is often being used as a
screening test for diabetes disease, it is also one of routine test for monitoring blood glucose levels in
diabetic patients. Blood glucose test can use whole blood, serum, and plasma as the specimens.
Heparin, EDTA, oxalate, and fluoride can be used as anticoagulants. The difference of BSS levels
between plasma and serum occurs because serum does not contain of fibrinogen and other
coagulation factors while plasma contains of all the proteins from blood, plasma also contains of
EDTA particles that can affect the results. This research aims to determine differences of blood
glucose levels using serum and plasma EDTA as specimens.
Methods:It was an analytical research with cross-sectional approach and was conducted in Balai
Besar Laboratorium Kesehatan Palembang. The samples were 33 respondents.
Results:The results showed that there was a difference in blood glucose levels using serum and
plasma EDTA as specimens with p value in amount of 0.001 (<ɑ 0.05). Serum specimen has an
average value in amount of 100,3 mg/dL and plasma EDTA has an average value in amount of 113,5
mg/dL.
Conclusion:It can be concluded, there are some differences of BSS levels in serum and plasma EDTA.
Keywords: Blood Glucose, Serum, Plasma EDTA

| 80
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

PENDAHULUAN
Pelayanan laboratorium medik merupakan pemeriksaan laboratorium terjadi pada fase pra-
salah satu hal yang sangat penting untuk analitik proses pemeriksaan.4,5
pengelolaan pasien dan oleh karena itu harus Salah satu pemeriksaan laboratorium yang
tersedia fasilitas yang memenuhi kebutuhan sering dilakukan adalah pemeriksaan glukosa
pasien dan petugas klinis yang bertanggung darah. Pemeriksaan glukosa darah yang
jawab dalam pengelolaan pasien. Pelayanan ini dilakukan di laboratorium salah satunya adalah
mencakup pengaturan untuk permintaan glukosa darah sewaktu. Glukosa merupakan
pemeriksaan, persiapan pasien, identifikasi kerbohidrat terpenting yang kebanyakan diserap
pasien, pengambilan spesimen, transportasi, kedalam aliran darah sebagai glukosa dan gula
penyimpanan, pengelolaan dan pemeriksaan lain diubah menjadi glukosa di hati. Pemeriksaan
spesimen klinik, disertai dengan interpretasinya, kadar glukosa darah banyak diusulkan oleh
laporan hasil dan saran, disamping paraklinisi baik untuk tujuan skrining atau
mempertimbangkan keselamatan dan etika pemantauan penyakit Diabetes Militus. Diabetes
bekerja di laboratorium medik.1 Melitus adalah penyakit gangguan metabolisme
Laboratorium klinik telah memusatkan karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan
pada metode kontrol kualitas dan program kadar gula darah (hiperglikemia) ≥ 200 mg/dL.
penilaian kualitas yang berhubungan dengan WHO memprediksikan kenaikan jumlah
aspek analitik pemeriksaan. Namun, semakin penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
banyak bukti yang terkumpul dalam beberapa tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
dekade terakhir menunjukkan bahwa kualitas di 2030. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
laboratorium klinik tidak dapat dijamin hanya 2-3 kali jumlah penderita DM pada tahun 2030 di
dengan berfokus pada aspek analitik semata. Indonesia.6
Mutu pelayanan didasari penilaian hasil Akurasi hasil pemeriksaan kadar glukosa
pelayanan laboratorium secara keseluruhan, dan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
salah satu titik penting terletak di mutu persiapan pasien yaitu puasa atau tidak,
pemeriksaan atau parameter yang diperiksa. pengumpulan sampel (sampling), preparasi
Pemeriksaan akan melalui proses yang kompleks sampel, dan metode pemeriksaan yang digunakan
dan panjang sebelum dikeluarkan pemberitahuan untuk pengukuran kadar glukosa darah. Kadar
oleh laboratorium. Proses yang dilalui dapat glukosa darah dapat diperiksa dari sampel darah
dibagi menjadi praanalitik, analitik, dan pasca lengkap (whole blood) yang berasal dari
analitik. Di samping itu dipengaruhi pula oleh pembuluh darah kapiler atau vena; serum; dan
bahan, alat, metode, dan hal lain yang terkait. plasma dengan antikoagulan Natrium Fluorida
Oleh karena itu perlu strategi guna mencapai (NaF), Na-oxalate, Na-sitrat, atau Lithium-
mutu pemeriksaan yang diharapkan.2 heparin.2,7
Berdasarkan fakta dalam suatu Pengukuran glukosa darah dengan
laboratorium tahap pemeriksaan yang sering spektrofotometer menggunakan prinsip enzimatik
diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap yang lebih spesifik untuk glukosa, yaitu
analitik dan pasca analitik, sedangkan tahap pra perubahan enzimatik glukosa menjadi produk
analitik kurang mendapat perhatian. Padahal dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna
tahap pra analitik ini dapat memberikan (kolorimetri) sebagai reaksi akhir dari
kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan serangkaian reaksi kimia.8 Pemeriksaan sampel
laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dilakukan dengan menggunakan metode Glukosa
dan kesalahan pasca analitik 14%.2,3 Tujuan Oksidase – Para Aminofenazon (GOD-PAP). 9,10
menetapkan standar kualitas laboratorium adalah Pemeriksaaan kadar glukosa darah dapat
untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan, menggunakan darah lengkap seperti serum atau
meningkatkan kepercayaan pasien terhadap hasil plasma. Serum lebih banyak mengandung air
laboratorium, dan masyarakat dalam menilai daripada darah lengkap sehingga serum berisi
kualitas pengujian laboratorium. Semua kegiatan lebih banyak glukosa daripada darah lengkap. 9
laboratorium dapat mengalami kesalahan, dan Serum merupakan bagian cair darah yang bebas
penelitian telah menunjukkan bahwa kesalahan di dari sel darah dan tanpa fibrinogen karena protein
laboratorium dapat terjadi di semua fase prosedur darah sudah berubah menjadi jaring fibrin dan
diagnostik. Sebagian besar kesalahan dalam menggumpal bersama sel. Serum diperoleh dari
| 81
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

spesimen darah yang tidak diberi antikoagulan 139,3 mg/dL sedangkan menggunakan spesimen
dan membiarkan darah dalam tabung membeku plasma EDTA adalah 171 mg/dL.14
dalam waktu 15 sampai 30 menit dan kemudian Meskipun plasma tidak memiliki eritrosit
disentifus untuk mengendapkan semua sel-sel dan leukosit, namun plasma masih mengandung
darah. Cairan berwarna kuning hasil sentrifugasi trombosit. Oleh karena itu trombosit dapat
itu disebut sebagai serum darah.11 mempengaruhi jumlah glukosa. Di sisi lain,
Plasma adalah campuran darah dengan serum bebas dari sel apapun. Serum memiliki
antikoagulan. Antikoagulan adalah bahan yang kandungan protein yang lebih sedikit jika
digunakan untuk mencegah pembekuan darah. dibandingkan dengan plasma. Protein terkadang
Antikoagulan yang paling sering digunakan dianggap mengganggu beberapa zat tertentu
antara lain adalah EDTA, heparin, natrium sitrat, dalam beberapa pemeriksaan laboratorium karena
ammonium oxalate, dan kalsium oxalate.9 plasma bereaksi dengan antikoagulan. Meskipun
Pemeriksaan kimiawi khususnya pemeriksaan nilai serum dan plasma tidak memiliki perbedaan
glukosa darah jarang bahkan hampir tidak pernah yang signifikan,sedikit perbedaan ini dapat
menggunakan spesimen plasma EDTA. memengaruhi diagnosis khususnya untuk pasien
Pemilihan spesimen plasma untuk pemeriksaan dengan nilai batas toleransi glukosa terganggu.15
glukosa darah diputuskan apabila adanya Sebagian besar laboratorium menggunakan
permintaan glukosa yang cito (segera) dan serum sebagai sampel pemeriksaan kimia
apabila pemeriksaan glukosa darah tidak diikuti termasuk pemeriksaan glukosa. Sebelum
pemeriksaan kimia yang lain dan hanya dilakukan proses pemeriksaan, sampel serum
bersamaan dengan pemeriksaan hematologi rutin, dibekukan terlebih dahulu sehingga memerlukan
sehingga terkadang cukup menggunakan darah waktu yang lebih lama dibandingkan
EDTA.12 menggunakan sampel plasma. Proses pembekuan
Berdasarkan penelitian sebelumnya tersebut mengkonsumsi glukosa sehingga kadar
didapatkan nilai rata-rata hasil pemeriksaan kadar glukosa menggunakan serum lebih rendah
glukosa darah menggunakan spesimen serum dibandingkan dengan menggunakan plasma. 16
adalah 91,8 mg/dL sedangkan spesimen plasma Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
EDTA adalah 97,2 mg/dL.13 Didukung juga oleh tertarik untuk mengetahui perbedaan kadar
penelitian lain, didapatkan nilai rata-rata hasil glukosa darah sewaktu menggunakan
pemeriksaan glukosa darah sewaktu spesimen serum dan plasma EDTA.
menggunakan spesimen serum adalah

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah sampling, yakni pasien yang kebetulan bertemu
penelitian yang bersifat observasional analitik, dengan peneliti di Balai Besar Laboratorium
desain potong lintang, yang bertujuan Kesehatan (BBLK) Palembang hingga memenuhi
membandingkan hasil pemeriksaan kadar glukosa kuota sampel penelitian. Sampel yang diambil
darah sewaktu menggunakan serum dan plasma sebagai sampel penelitian adalah pasien yang
EDTA. Lokasi penelitian dilakukan di Balai melakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu.
Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Pemeriksaan sampel dilakukan dengan
Palembang, dilaksanakan pada bulan Maret-Mei menggunakan metode Glukosa Oksidase – Para
2019. Spesimen pasien yang diambil sebanyak 33 Aminofenazon (GOD-PAP). Glukosa dioksidasi
responden. Jumlah sampel ditentukan dengan secara enzimatik menggunakan enzim GOD
rumus Lemeshow:17 (glukosa oksidase), membentuk asam glukonik
dan H2O2 kemudian bereaksi dengan fenol dan
n= 4-aminoantipirin dengan enzim peroksidase
(POD) sebagai katalisator membentuk
Untuk mengantisipasi jika terdapat quinoeimin. Intensitas warna yang terbentuk
kesalahan data atau pemeriksaan maka peneliti sebanding dengan konsentrasi glukosa dalam
menambahkan sebanyak 10% dari jumlah sampel sampel dan diukur secara fotometri pada panjang
penelitian, sehingga jumlah sampel penelitian ini gelombang 546 nm. 9,10
sebanyak 33 sampel. Pengambilan sampel
menggunakan teknik sampling secara accidental
| 82
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

HASIL
Tabel 1. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Menggunakan Serum dan Plasma EDTA

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL)


Variabel n Mean Min Max Std. Deviasi p value
GlukosaDarah
33 100,3 71,3 146,9 19,9
(Serum)
0,001
Glukosa Darah
33 113,5 74,3 172,3 22,2
(Plasma EDTA)

Kadar glukosa darah sewaktu 74,3 mg/dL dan kadar maksimum 172,3 mg/dL.
menggunakan serum memiliki nilai rata-rata Hasil uji t dependent yang menghubungkan
sebesar 100,3 mg/dL dengan kadar minimum variabel kadar glukosa darah sewaktu
71,3 mg/dL dan kadar maksimum 146,9 menggunakan serum dan menggunakan plasma
mg/dL.Kadar glukosa darah sewaktu EDTA menunjukkan nilai p value 0,001 yang
menggunakan plasma EDTA memiliki nilai rata- berarti terdapat perbedaan terhadap kedua jenis
rata sebesar 113,5 mg/dL dengan kadar minimun spesimen tersebut.

PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pemeriksaan glukosa mengandung partikel antikoagulan EDTA yang
darah sewaktu menggunakan serum dan plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan.12
EDTA dan dilakukan analisis data diperoleh hasil Meskipun plasma tidak memiliki eritrosit
yang menunjukkan adanya perbedaan. Dengan dan leukosit, namun plasma masih mengandung
analisis data statistik yang telah dilakukan, trombosit. Oleh karena itu trombosit dapat
diketahui rata-rata kadar glukosa darah sewaktu mempengaruhi peningkatan jumlah glukosa. Di
menggunakan serum adalah 100,3 mg/dL sisi lain, serum bebas dari sel apapun. Serum
sedangkan yang menggunakan spesimen plasma memiliki kandungan protein yang lebih sedikit
EDTA memiliki rata-rata sebesar 113,5 mg/dL. jika dibandingkan dengan plasma. Protein
Hasil penelitian sebelumnya telah terkadang dianggap mengganggu zat-zat tertentu
dilaporkan bahwa nilai rata-rata hasil dalam beberapa pemeriksaan laboratorium.15
pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan Sebagian besar laboratorium menggunakan
spesimen serum adalah 91,8 mg/dL sedangkan serum sebagai sampel pemeriksaan kimia
rata-rata spesimen plasma EDTA adalah 97,2 termasuk pemeriksaan glukosa. Sebelum
mg/dL. Penelitian ini juga didukung dari dilakukan proses pemeriksaan, sampel serum
penelitian lainnya, telah dilaporkan nilai rata-rata dibekukan terlebih dahulu sehingga memerlukan
hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu waktu yang lebih lama dibandingkan
menggunakan spesimen serum adalah 139,3 menggunakan sampel plasma.16
mg/dL sedangkan menggunakan spesimen Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
plasma EDTA adalah 171 mg/dL.13,14 Perbedaan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kadar glukosa darah pada spesimen serum dan kadar glukosa darah menggunakan spesimen
plasma EDTA terjadi karena pada serum tidak serum dan plasma EDTA. Penggunaan
mengandung beberapa faktor koagulasi lainnya, antikoagulan dan kandungan sel darah yang
sedangkan plasma masih mengandung faktor berbeda dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
koagulasi yang terdapat di dalam darah serta sehingga kadar glukosa pada plasma lebih tinggi
daripada serum.19

KESIMPULAN DAN SARAN


Nilai rata-rata hasil pemeriksaan kadar plasma EDTA adalah 97,2 mg/dL. Hasil uji
glukosa darah menggunakan spesimen serum statistik menyimpulkan adanya perbedaan hasil
adalah 91,8 mg/dL sedangkan rata-rata spesimen pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
| 83
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 2, Desember 2019, eISSN 2654-3427

menggunakan serum dan plasma EDTA. Bagi menggunakan serum sebagi bahan pemeriksaan
tenaga kerja laboratorium disarankan untuk tetap glukosa darah sewaktu

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kepada Kepala Balai Besar diberikan bisa melakukan penelitian di BBLK
Laboratorium Kesehatan (BBLK) atas izin yang Palembang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia SN. Laboratorium medik– GOD-PAP (Glucose Oxsidase–Peroxidase
Persyaratan mutu dan kompetensi Medical Aminoantypirin) Sampel Serum dan
laboratories—Requirements for quality and Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta
competence. Acetat). Jurnal Teknologi Laboratorium.
2. Kahar H. Peningkatan Mutu Pemeriksaan 2016;5(1):45-8.
di Laboratorium Klinik Rumah Sakit. 10. Kustiningsih Y, Megawati N, Kartiko JJ,
Indonesian Journal of Clinical Pathology Lutpiatina L. Pengaruh Variasi Suhu Awal
and Medical Laboratory. 2018;12(1):38-40. Reagen terhadap Kadar Glukosa Darah
3. Yaqin A. Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Metode Enzimatik. Medical Laboratory
Analitik Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Technology Journal. 2017;3(1):27-31.
Hasil Laboratorium di RS. Muji Rahayu 11. Nugraha G. Panduan Pemeriksaan
Surabaya Jurnal Sains. 2015;5(10). Laboratorium Hematologi Dasar. Trans
4. Livesey JH, Ellis MJ, Evans MJ. Pre- Info Media, Jakarta. 2015.
analytical requirements. The Clinical 12. Apriani A, Umami A. Perbedaan Kadar
Biochemist Reviews. 2008;29(Suppl Glukosa Darah pada Plasma Edta dan
1):S11. Serum dengan Penundaan Pemeriksaan.
5. Organization WH. Laboratory quality Jurnal Vokasi Kesehatan. 2018;4(1):19-22.
standards and their implementation. 13. Dimeski G, Yow KS, Brown NN. What is
Manila: WHO Regional Office for the the most suitable blood collection tube for
Western Pacific; 2011. glucose estimation? Annals of clinical
6. Amir SM, Wungouw H, Pangemanan D. biochemistry. 2015;52(2):270-5.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien 14. Safitri Y. Perbedaan Glukosa Darah
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Sewaktu Segera dan Ditunda Antara Serum
Bahu Kota Manado. Jurnal e-Biomedik. dan Plasma EDTA: Universitas
2015;3(1). Muhammadiyah Semarang; 2017.
7. Julitania E. Perbandingan Stabilitas Kadar 15. Frank EA, Shubha M, D'Souza CJ. Blood
Glukosa Darah Dalam Sampel Serum glucose determination: plasma or serum?
Dengan Plasma Natrium Flourida (Naf): Journal of clinical laboratory analysis.
Universitas Kristen Maranatha; 2011. 2012;26(5):317-20.
8. Firgiansyah A. Perbandingan Kadar 16. Gupta S, Kaur H. Inhibition of glycolysis
Glukosa Darah Menggunakan for glucose estimation in plasma: recent
Spektrofotometer dan Glukometer. Skripsi. guidelines and their implications. Indian
2016. Journal of Clinical Biochemistry.
9. Subiyono S, Martsiningsih MA, Gabrela D. 2014;29(2):262-4.
Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode 17. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: rineka cipta; 2010.

| 84

Anda mungkin juga menyukai