Resume Stroke
Resume Stroke
Resume Stroke
Disusun Oleh :
MUH. FARHAN RIZQULLAH/1801019
1. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan subarachnoid
yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu
( Hudak Gallow, 1996 ).
Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskemia di otak dan hipoksia di sebelah hilir (Corwin, 2000) .
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik
adalah keadaan penyakit yang diakibatkan oleh karena adanya gangguan pada
pembuluh darah serebral yang diakibatkan adanya perdarahan serebral dapat
menimbulkan kematian.
a. Penyebab Stroke Hemoragik
Penyebab terjadinya stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di
dalam otak. Beberapa kondisi yang dapat memicu hal ini, antara lain.
Aneurisma otak.
Cedera kepala berat.
Efek samping penggunaan obat pengencer darah, seperti warfarin.
Kelainan darah, seperti penyakit anemia sel sabit dan hemofilia.
Kelainan pembuluh darah otak sejak lahir (malformasi pembuluh
darah arteri dan vena).
Penyakit liver.
Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tumor otak.
b. Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke hemoragik, antara
lain:
Usia lanjut.
Pengguna kokain dan amfetamin
Pengguna alkohol berat.
c. Pemeriksaan penunjang
CT scan, yang merupakan pemeriksaan yang paling cepat dan paling
efektif, untuk menentukan lokasi perdarahan otak yang terjadi.
MRI scan, yang dapat membantu dalam memberikan informasi
mengenai aliran darah ke otak.
Angiografi otak, yang dapat dilakukan sebagai pemeriksaan
tambahan, untuk mengetahui perkembangan perdarahan yang
terjadi.
Pemeriksaan cairan serebrospinal, yang dilakukan dengan
mengambil cairan dari area otak dan tulang belakang, dapat
dilakukan jika hasil CT scan atau MRI belum cukup untuk
menegakkan diagnosis. Pemeriksaan ini sangat jarang dilakukan.
b. Faktor Resiko
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
penyakit stroke, di antaranya:
Kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas
Jarang bergerak atau berolahraga
Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan metamfetamin
Penyakit tertentu, seperti gangguan irama jantung, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi
Riwayat stroke dalam keluarga
d. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Grace, Pierce A & Borley (2007),
beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien stroke non
hemoragik yaitu :
a. Scan dupleks merupakan scan mode-B dan velositometer ultrasonik
Doppler yaitu metode pilihan untuk menilai derajar stenosis karotis.
b. Angiografi karotis, saat ini sering dilakukan MRA, yang lebih aman dari
aniografi strandar.
c. CT scan atau MRI otak menampilkan adanya infark serebral.
B. KONSEP KEPERAWATAN STROKE HEMAROGIK DAN NON
HEMAROGIK
2. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber untuk mengevaluasi maupun mengidentifikasi apa
yang dihadapi pasien baik fisik, sosial, mental maupun spiritual dapat
ditentukan untuk mengetahui status pasien. Dalam hal ini terdapat 3 tahap
kegiatan yaitu: pengumpulan data, menganalisis data dan penentuan
masalah kesehatan serta keperawatan (Hidayat, 2010).
3. Identitas Umum
Identitas umum meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin (pada umumnya stroke lebih banyak menyerang pada laki-laki
dibandingkan pada wanita, risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dibandingkan
wanita, hal ini tidak lepas karena laki-laki memiliki pola gaya hidup yang tidak
sehat. Pola makan yang salah, merokok, meminum, alkohol, dan kurang
berolahraga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
stroke), pendidikan, alamat, pekerjaan (menurut Xu dari southern Medical
university di Guangzhou Cina mengatakan bahwa pekerjaan yang memiliki
tekanan, dapat memicu stress dan menjadikan seseorang rentan terkena stroke),
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis
(Widoyono, 2011).
4. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Umum
Keluhan utama adalah keluhan pernyataan yang mengenai masalah atau
penyakit yang mendorong penderita melakukan pemeriksaan diri. Pada umum
keluhan pasien stroke terjadi dalam dua hal yaitu stroke hemoragik dan non
hemoragik. Stroke Non hemoragik biasanya mengalami perubahan tingkat
kesadaran, mual muntah, kelemahan refleks, afasia (gangguan komunikasi),
difasia (memahami kata), kesemutan, nyeri kepala, kejang sampai tidak sadar.
Kemudian pada stroke hemoragik biasanya memiliki keluhan perubahan tingkat
kesadaran, sakit kepala berat, mual muntah, menggigil/berkeringat.
5. Riwayat psikososial-spiritual
adalah masalah-masalah psikologis yang dialami pasien yang berhubungan
dengan keluarga maupun masyarakat. Seperti penyakit stroke yang merupakan
suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya
tersebut dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
Perubahan hubungan dan peran terjadi karena pasien sulit melakukan aktivitas
dan komunikasi. Rasa cemas dan takut dalam menghadapi gangguan citra
tubuh. Rasa cemas pada klien mengakibatkan kegelisahan, kegelisahan tersebut
mengakibatkan gangguan dalam melakukan pelaksanaan tindakan dalam
pemenuhan kebutuhan defisit perawatan diri pasien. Dalam hal tersebut perawat
harus mengantisipasi ketidakpatuhan pasien dalam pemenuhan kebutuhan
defisit perawatan diri mandi pasien. Perawat harus memberikan penjelasan dan
tindakan dalam meningkatkan kepatuhan dalam pemenuhan defisit perawatan
diri: mandi pasien (Hidayat, 2010).
5. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda –
tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan
warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus
tidak teridentifikasi.
11) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2
sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan S2
tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2 detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid, terpasang
kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak disadari ,
atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.
6. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot
facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular.
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi.
9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.
7. Rencana Asuhan
Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
NOC :
1. Circulation status
2. Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
1. mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
a. Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
a. berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
b. menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
c. memproses informasi
d. membuat keputusan dengan benar
e. menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC :
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
Diagnosa 2: Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan
kontrol otot facial atau oral
NOC
1. Anxiety self control
2. Coping
3. Sensory function : hearing & vision
4. Fear self control
Kriteria hasil :
1. Komunikasi : penerimaan, interpretasi, dan ekspresi pesan lisan, tulisan,
dan non verbal meningkat.
2. Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara) : ekspresif pesan verbal dan
atau non verbal yang bermakna.
3. Komunikasi resptif (kesulitan mendengar) : penerimaan komunikasi dan
interpretasi pesan verbal dan/atau non verbal.
4. Gerakan terkoordinasi : mampu mengkoordinasi gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi : klien mampu untuk memperoleh, mengatur, dan
menggunakan informasi
6. Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap
ketidakmapuan berbicara
7. Mampu manajemen kemampuan fisik yang dimiliki
8. Mampu mengkomunikasikan kebutuha dengan lingkungan.
NIC
Communication Enhancement : Speech Deficit.
1. Gunakan penerjemah, jika diperlukan
2. Beri satu kalimat simple setiap bertemu, jika diperlukan
3. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlah dan untuk mengulangi
permintaan
4. Berikan pujian positif