Makalah HNP Kelompok 10 KMB II
Makalah HNP Kelompok 10 KMB II
Makalah HNP Kelompok 10 KMB II
Dosen Pembimbing
Nama Kelompok 10 :
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas dalam
perkuliahan KMB II. Makalah ini membahas mengenai Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP). Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak / ibu dosen atas segala
arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B.Tujuan.........................................................................................................4
C.Rumusan Masalah.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.......................................................................................................5
B. Anatomi Fisiologi....................................................................................15
C. Etiologi.....................................................................................................17
D. Patofisiologi.............................................................................................17
F. Manifestasi Klinis.....................................................................................18
G. Penatalaksanaan Medis............................................................................22
H. Pemeriksaan.............................................................................................23
I. WOC..........................................................................................................25
J. Asuhan Keperawatan teoritis....................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Herniasi nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis
melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
disebabkan oleh proses apatologik di kolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis / diskogenik ( Muttaqin. 2008: 192).
Pada kebanyakan klien, gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan
atau ahun, Kemudian pada generasi diskus, kapsul mendorong ke arah medula
spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong
terhadap sakus dural atau terhadap sarat spinal saat muncul dari kolumna spinal
( Muttaqin. 2008 : 192).
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologis
2. Untuk mengetahui Definisi
3. Untuk mengetahui Etiologi
4. Untuk mengetahui Klasifikasi
5. Untuk mengetahui Patofisiologi
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis
C. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Anatomi Fisiologis
2. Menjelaskan Definisi
3. Menjelaskan Etiologi
4. Menjelaskan Klasifikasi
5. Menjelaskan Patofisiologi
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGIS
1. Tujuh vetebra servikal atau ruas tulang leher membentuk daerah tekuk
2. Dua belas vetebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian
belakang toraks atau dada.
3. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
4. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.
5. Empat vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang
koksigeus atau tulang tungging (Pearce, Evelyn. 2011 : 66).
5
tulang rawan yang tipis. Discus terletak diantara dua corpus vertebra, terdiri
dari:
1. Nukleus pulposus
2. Anulus Fibrosus
Myologi (Otot)
Pada semua otot rangka dikenal dua perlengketan otot, yaitu origo dan
insersio. Pada anggota badan origo terletak di proksimal pada tulang yang
kurang bergerak dan tidak akan berggerak pada waktu otot berkontraksi.
6
Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : M.
obliqus eksternus abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis
dan M. rectus abdominis, M. psoas mayor dan M. psoas minor.
7
Dengan perkecualian dua ruas pertama tulang leher, semua ruas yang dapat
bergerak memiliki ciri khas yang sama. Setiap vertebra terdiri atas dua bagian:
anterior – disebut badan vertebra; dan posterior – disebut arkus neuralis yang
melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran sumsum tulang
belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang (Pearce, Evelyn. 2011 : 67)
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil.
Kecuali yang pertama dan kedua, yang berbentuk istimewa, ruas tulang leher
pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut: Badannya kecil dan persegi
panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke
belakang. Lengkungnya besar. Prosesus spinosus atau taju duri di ujungnya
memecah dua atau bifida. Prosesus transversusnya atau taju sayap berlubang-
lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis (Pearce,
Evelyn. 2011 : 67)
8
membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo-sakral (Pearce, Evelyn.
2011 : 69).
9
Kedua lengkungan yang menghadap ke anterior adalah sekunder
lengkung servikal berkembang ketika anak-anak mengangkat kepalanya untuk
melihat sekeliling sambil menyelidiki, dan lengkungan lumbal dibentuk ketika
ia merangkak, berdiri, berjalan, dan mempertahankan tegak (Evelyn C,2011 :
71).
10
Kolumna vertebralis juga memikul berat badan, menyediakan
permukaan untuk kaitan otot, dan membentuk tapal batas posterior yangkukuh
untuk rongga-rongga badan dan memberi kaitan pada iga (Evelyn C,2011 : 72).
Pelvis terbagi atas panggul besar atau pelvis mayor yang merupakan
suatu pasu dan terletak di bawah garis tepi atau linea terminalis dan panggul
kecil yang dibentuk dari tulang ilium yang melebar di atas linea terminalis.
Pintu atas panggul yang disebut aditus pelvis (inlet) dibentuk promontorium
sacrum, garis ilio pektinal (di setiap sisi), dan Krista tulang-tulang pubis (tulang
duduk). Pintu bawah panggul (outlet) atau eksitus pelvis dilingkari oleh os
koksigeus dan tuberositas iski (Evelyn C,2011 : 74).
Gambar Gelang panggul pria. Pelvis pria lebih panjang dan lebih sempit.
Tulang lebih kuat. Tempat kaitan otot lebih tegas, gawang masuknya lebih kecil
dan berbentuk jantung.
Gambar Pelvis wanita. Pelvis wanita disesuaikan untuk melahirkan anak, lebar
dan pendek, bergawang-masuk besar dan bundar. Arkus pubis lebih besar, jarak
11
tebursitas iski lebih jauh dari pada pria dan tulang koksigis dapat bergerak
sedikit.
B. DEFINISI
Herniasi nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis
melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
disebabkan oleh proses apatologik di kolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis / diskogenik ( Muttaqin. 2008: 192).
12
Hernia nukleus porposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan
rupture annulus polposus (cincin luar diskus) sehingga nucleus polposus
menonjol (mengalami herniasi) dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan
nyeri dan mungkin defisit neurologic. Sebagian besar terjadi antara L4 dan L5,
menekan akar saraf L5 atau antara L5 dan S1, menekan akar saraf S1 (Nurarif:
2015).
1. Kondisi ini umumnya disebut sebagai diskus tergelincir atau hernias dikus,
yang biasanya terjadi di spinal lumbal bawah (L5-L-S) tempat membawa
bagian badan yang bear dan tempat teradinya pemelintiran dan
pembungkukan yang paling banyak.
2. Area lain yang rentan terkena cedera dan distungsi adalah diskus di spinal
servikal antara C6-C7 dan antara C5-C6.
3. Ketika nukleus mulai menonjol keluar, itu biasanya terjadi pada titik
terlemah penopang struktural di sekitar badan vertebral di bagian posterior
tempat nukieus dan ligamen penopang paiing tipis (Hurst, Marlene. 2011:
321).
C. ETIOLOGI
13
menimbulkan perubahan yang menyebabkan herniasi nucleus pulposus melalui
annulus disertai penekanan akar saraf spinal. Umumnya herniasi kemungkinan
paling besar terjadi didaerah kolumna vertebralis tempat terjadinya transisi dari
segmen yang lebih banyak bergerak ke yang kurang bergerak (hubungan
lumbosakral dan servikotorakalis) (Nurarif: 2015).
1. Skenario lain dapat terjadi seining dengan waktu ketika nukieus Paposus
menonjol keluar menembus tempat yang lemah di anulus untuk memberikan
tekanan ke sarat spinal sebelum akhirnya mengalami herniasi
2. Trauma akut akibat jatuh atau pukulan ke punggung atau leher juga
menyebabkan herniasi mendadak
3. Setelah peristiwa pertama yang melukai anulus, gejala dapat reda dan
kemudian kembali terjadi dalam beberapa bulan atau beberapa tahun
berikutnya di sertai herniasi di tempat cedera sama yang melemahkan cincin
suportif
4. Karena HNP cenderung terjadi di dalam keluarga, anulus fibrosus diyakini
lemah secara kongenital, yang merupakan alasan terjadinya herniasi dengan
peningkatan tekanan intradiskus (Hurst, Marlene. 2011: 321).
D. Klasifikasi
14
1. Protusi diskus intervetebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan anulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervetebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intevetebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada
di bawah ligamentum, longamentum
4. Sequstrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior.
E. PATOFISIOLOGI
Pada tahap pertama robeknya anulus fibrosus itu bersifat
sirkumferensial. Oleh karena adanya gaya traumatis yang berulang, robekan itu
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Jika hal ini telah terjadi, maka
risiko herniasi nuklkus pulposus hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatis ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan
sebagainya. Penonjolan (herniasi) nukleus pulposus dapat ke arah korpus
vertebra diatas atau di bawahnya. Dapat juga menonjol langsung ke kanalis
vertebralis. Penonjolan sebagian nukleus pulposus ke dalam korpus vertebra
dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl.
Robekan sirkumferensial dan radial pada anulus fibrosus diskus intervertebralis
berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl merupakan kelainan yang
mendasari low back pain subkronik atau kronik yang kemudian disusul oleh
nyeri sepanjang rungkai yang dikenal schagai iskialgia atau skiatika. Penonjolan
nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada
dalam bungkusan dura. Hal itu terjadi kalau tempat penjebolan di sisi lateral.
Jika tempat herniasinya ditengah-tengah, tidak ada radiks yang terkena. Selain
itu, karena pada tingkat L2 dan terus ke bawah sudah tidak terdapat medula
spinalis lagi, herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada
kolumna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa diskus
15
intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang
rindih ranpa ganjalan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP
sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine.
Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada
punggung bawah, di tengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit, dan
telapak kaki. Di tempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari
ke V kaki berkurang dan retlcks achiles negatif. Pada HNP lateral I. 4 – 5 rasa
nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai
bawah ( Muttaqin. 2008 : 192 - 193).
F. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dapat memberikan riwayat cedera punggung atau leher (baru atau
lama) dan akan memiliki keluhan yang akan di jelaskan berikut ini. Munculnya
keluhan inı bergantung pada seberapa cepat kerusakan terjadı (akur atau kronis)
dan sarat spinal mana yang tertekan oleh tonjolan atau hernasi nukleus pulposus
(Hurst, Marlene. 2011: 322) :
a. Nyeri di area lokal (lumbal atau servikal)
b. Kelemahan dan atrohi otor (keduanya)
c. Nyeri alih ke sendi sakroiliaka, paha, dan turun ke kedua kaki (lumbal)
d. Skiatika ketika diskus bersentuhan dengan akar saraf di punggung (lumbal)
e. Kesemutan, kebas, atau sensasi terbakar pada lengan dan tangan (servikal)
f. Nyeri yang memburuk ketika duduk, menekuk, memelintir, atau
mengangkat (lumbal)
g. Memilih untuk berjalan, berdiri, atau berbaring daripada duduk (lumbal)
h. Perubahan kontrol kandung kemih atau usus ketika saraf spinal teriritasi
atau terkompresı (lumbal) (Hurst, Marlene. 2011: 322).
1. HNP Lumbal
a. Terjadi pada area L5-S1 dan L4-L5 dan yang jarang terjadi pada L3-L4.
16
b. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam periode beberapa minggu
sampai beberapa tahun).
h. Tes laseque (mengangkat tungkai lurus keatas) dan tes kompresi poplitea
umumnya akan positif.
2. HNP Servikal
17
e. Penurunan reflex triseps.
f. Central cord sindrom ditandai kelumpuhan akut atau tidak nyeri terutama
pada ekstremitas atas dimana bagian distal lebih berat daripada bagian
proksimal
G. PENATALAKSAAN
Penanganan konservatif
18
2. Pembedahan
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Terapi konservatif
a) Tirah Baring
b) Medikamentosa
1) Simtomatik
2) Kausal; kolagen ( Muttaqin. 2008 : 200).
19
c) Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi
lordosis ( Muttaqin. 2008 : 200).
2) Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan jika dengan tindakan konscrvatif tidak
mcmberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit
neurologis ( Muttaqin. 2008 : 200).
3) Rehabilitasi
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula agar tidak
menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari
(activity of daily lhving) scrta klien tidak mengalami komplikasi
pneumonia, infcksi saluran kemih, dan sebagainya ( Muttaqin. 2008 : 200).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan radiologis
a. Foto polos
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
(sendi sakroiliaka). foto polos bertujuan untuk melihat adanya
penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra
yang tidak stabil (spondililistesis).
20
d. Scanning : scanning tulang dilakukan dengan menggunakan bahan
radioisotop (SR dan F) > pemeriksaan ini terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit paget (Nurarif: 2015).
Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan darah yaitu laju endap darah dan hitung diferensial untuk
menyingkirkan adanya tumor ganas, infeksi dan penyakit reumatik
(Nurarif: 2015).
Discharge planning
4. Makan makanan yang banyak mengandung nutrisi dan vitamin dan kalsium
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
6. Tirah baring singkat diatas kasur yang keras dan rata serta OAINS untuk nyeri
diikuti oleh terapi fisik.
8. Fisioterapi
21
10. Pemakaian alat bantu lumbo-sakral berupa korset dan penyangga jika nyeri
menetap pada bagian belakang (punggung).
11. Olah raga secara bertahap jika nyeri punggung sudah mereda untuk
memperkuat otot punggung dan abdomen
WOC
Materi nukleus
Rencana tindakan Menjepit akar menyusup keluar
pembedahan saraf ipsilateral dari diskus
kedalam kanalis
spinalis
Kurangnya
informasi Nyeri
Ansietas defisit
- perubahan sensasi Ganngguan rasa
pengetahuan
- penurunan kerja nyaman
reflek
22
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis. HNP terjadi pada usia pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengngkat barang berat atau
mendorong benda berat).
2. KELUHAN UTAMA
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri pada punggung bawah. Untuk lebih lengkap pengkajian nyeri
dengan pendekatan PQRST.
1. Provocking Accident. Adanya riwayat trauma (mengangkat atau
mendorong benda berat)
2. Quality and Quantity. Sifat nyari seperti ditusuk-tusuk atau seperti
disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemang yang
terus-menerus.
3. Region, Radiating, and Relief. Letak atau lokasi nyeri menunjukkan
nyeri dengan tepat sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
4. Scale of Pain. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan
dengan aktivitas tubuh, posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri.
5. Time. Sifatnya akut, subakut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
23
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang
berat. Pengkajian yang didapat, meliputi keluhan paraparesis flasid,
parestesia, dan retensi urine. Keluhan nyeri pada punggung bawah, di
tengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.
Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan
otot menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adncksitis dupleks kronik, yang juga dapat
menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhan hampir mirip dengan
keluhan nyeri HNP sangat diperlukan agar penegakan masalah klien lebih
komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan
selanjutnya ( Muttaqin. 2008 : 196).
4. Riwayal penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita
TB tulang, osteomalitis, keganasan (mieloma multiplcks), metabolik
(osteoporosis) yang sering berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP). Pengkajian lainnya untuk
mendengar adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung yang berguna sebagai
tindakan lainnya untuk menghindari komplikasi ( Muttaqin. 2008 : 196).
5. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang mengalami hipertensi
dan diabetes melitus. Pengkajian psikososiospiritual Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien berguna untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari- harinya, baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul
seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan berupa paralisis anggota
24
gerak bawah memberikan manifestasi yang berbeda pada seriap klien yang
mengalami gangguan tulang belakang dari HNP. Semakin lama klien
menderita paraparese tersebut bermanifestasi pada koping yang tidak
efektif ( Muttaqin. 2008 : 196).
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan
hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese (
Muttaqin. 2008 : 196).
b. Pemeriksaan fungsi serebri
Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia,
biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
ketajaman penglihatan.
25
Seraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
d. B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya didapatkan: pada
inspeksi, ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak napas, dan frekuensi
pernapasan normal. Palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada perkusi,
terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi tidak terdengar bunyi
napas tambahan.
e. B2 (Blood)
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya nadi kualitas
dan frekuensi nadi normal, dan ada auskultasi tidak di temukan bunyi jantung
tambahan.
f. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di
bandingkan pengkajian pada sistem lainnya
g. B4(Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berar
jenis urine. Penurunan jumlah urinc dan peningkatan retensi cairan dapar terjadi
akibat menurunnya perfusi pada ginjal ( Muttaqin. 2008 : 199).
h. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi ada mulut
atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi ( Muttaqin. 2008 :
199).
26
i. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri,
kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat ( Muttaqin. 2008 : 199).
a. Look. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis
yang miring / asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, dan
postur tungkai yang abnormal.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
27
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah adalah segala Teatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan
dan pernilaian klinis untuk mencapai luaran (Outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, hal. 8 : 2018).
28
9. Monitor efek samping peJgunaan anaigetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfammakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
axupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, Kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu uangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasitasi istirahat dan tidur
4. Perimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
29
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jike perlu
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
30
bantu (mis. tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari temapt tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
Dukungan Mobilisasi
Observası
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
31
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika pertu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)
32
diagnosis, prognosis, anestesi, 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah menurun
nyeri, hilangnya fungsi (mis. kondisi, waktu, stresor) 2. Verbelisasi khawatir
2. Identifikasi kemampuan mengambil akibat kondisi yang
keputusan dihadapi menurun
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan 3. Perilaku gelisah menurun
nonverbal) 4. Perilaku tegang menurun
Terapeutik 5. Konsentrasi membaik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk 6. Pola tidur membaik
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkaan
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang
33
peristiwa yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, temmasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Infomasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika pertu
4. Anjurkan umelakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
34
4 Defisiensi pengetahuan b.d Observasi 1. Perilaku sesuai anjuran
kurangnya informasi tentang 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan meningkat
penyakit menerima informasi 2. Verbalisasi minat dalam
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat belajar meningkat
meningkatkan dan menurunkan motivasi 3. Kemampuan
perilaku hidup bersih dan sehat menjelaskan
Terapeutik pengetahuan tentang
1. Sediakan materi dan media pendidikan suatu topik meningkkat
kesehatan 4. Kemampuan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai mengambarkan
kesepakatan pengalaman sebelumnya
3. Berikan kesempatan untuk bertanya sesuai dengan topik
Edukasi 5. Perilaku sesuai dengan
1. Jekaskan faktor risiko yang dapat pengetahuan meningkat
mempengaruhi kesehatan 6. Pertanyaan tentang
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat masalah yang dihadapi
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menurun
meningkatkan perilaku hidup bersih dan 7. Perasaan yang keliru
35
sehat. terhadap masalah
menurun
Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktifitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, hal. 8 : 2018).
36
7. Mengidentifikasi penganuh nyeri pada kualitas
hidup
8. Memonitor keberhasilan terapi kornplementer
yang sudah diberikan
9. Memonitor efek samping peJgunaan anaigetik
Terapeutik
1. Memberikan teknik nonfammakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
axupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
Kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Mengkontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu uangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Menfasilitasi istirahat dan tidur
4. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
37
nyeri
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
7. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
9. Mengajarkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. Berkolaborasi pemberian analgetik, jike perlu
2 Hambatan mobilitas fisik b.d 1. Pergerakan ekstremitas Dukungan Ambulasi
hemiparese / hemiplegia meningkat Observasi
2. Kekuatan otot 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
meningat lainnya
3. Rentang gerak (ROM) 2. Mengientifikasi toleransi fisik melakukan
meningkat ambulasi
3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
4. Memonitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
38
Terapeutik
4. Mefasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
(mis. tongkat, kruk)
5. Mefasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
6. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
5. Menganjurkan melakukan ambulasi dini
6. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari temapt tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi)
Dukungan Mobilisasi
Observası
7. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
39
8. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
9. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
10. Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1. Menfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat tidur)
2. Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika pertu
3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
5. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
40
3 Ansietas b.d prosedur operasi, 1. Vebralisasi Observasi
diagnosis, prognosis, anestesi, kebingungan menurun 1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
nyeri, hilangnya fungsi 2. Verbelisasi khawatir (mis. kondisi, waktu, stresor)
akibat kondisi yang 2. Mengidentifikasi kemampuan mengambil
dihadapi menurun keputusan
3. Perilaku gelisah 3. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
menurun nonverbal)
4. Perilaku tegang Terapeutik
menurun 4. Menciptakan suasana terapeutik untuk
5. Konsentrasi membaik menumbuhkan kepercayaan
6. Pola tidur membaik 5. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
6. Memahami situasi yang membuat ansietas
7. Mendengarkan dengan penuh perhatian
8. Mengunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkaan
9. Menempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
41
10. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
11. Mendiskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
12. Menjelaskan prosedur, temmasuk sensasi yang
mungkin dialami
13. Menginfomasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
14. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika pertu
15. Menganjurkan umelakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
16. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
17. Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
18. Melatih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
19. Melatih teknik relaksasi
42
Kolaborasi
20. Berkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
43
masalah yang dihadapi 7. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
menurun 8. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan
7. Perasaan yang keliru untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
terhadap masalah sehat.
menurun
44
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Herniasi nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis
melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
disebabkan oleh proses apatologik di kolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis / diskogenik ( Muttaqin. 2008: 192).
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
45
DAFTAR PUSTAKA
Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal - Bedah. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Cetakan Kedua. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
46