KEL 1 Askep Retardasi Mental
KEL 1 Askep Retardasi Mental
KEL 1 Askep Retardasi Mental
DISUSUN OLEH:
PRODI S1 KEPERAWATAN
1
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji sykur kelompok ucapkan kehadirat Tuhan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
yang diberikan kepada kelompok kami sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan dengan Retardasi Mental” sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Askep Keperawatan anak untuk melengkapi
materi berikutnya. Kami mengucapkan banyak terimakasih pada narasumber yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Mohon maaf kami sampaikan apabila
terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena kami masih dalam proses belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah wawasan
kepada pembaca.penulis sadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan,maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa
yang akan datang.Terimakasih
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian....................................................................................... 6
B. Etiologi........................................................................................... 6
C. Patofisiologi................................................................................... 8
D. WOC............................................................................................... 8
E. Klasifikasi Retardasi Mental.......................................................... 8
F. Manisfestasi Klinis......................................................................... 9
G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 12
H. Penatalaksanaan.............................................................................. 13
I. Komplikasi..................................................................................... 14
A. Pengkajian.......................................................................................... 15
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 19
C. Intervensi Keperawatan...................................................................... 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 24
B. Saran................................................................................................... 24
3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental ?
2. Apa penyebab dari retardasi mental ?
3. Bagaimana klasifikasi dari retardasi mental ?
4. Bagaimana gejala klinis dari retardasi mental dan penegakkan diagnosis pada retardasi
mental ?
5. Apa penatalaksanaan pada retardasi mental?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan pada retardasi mental ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teoritis dari retardasi mental ?
4
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui yang dimaksud retardasi mental , penyebab dari retardasi mental,
mengenal macam-macam pembagian mengenai retardasi mental, gejala yang mucul pada
retardasi mental, penegakkan diagnosis nya dan prognosis pada retardasi mental serta
penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam
penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
6
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih
merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental
di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
a. Penyebab pranatal
o Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria (PKU), Maple
Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofia
okulorenal Lowe, hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan
metabolisme lemak yaitu degenerasi serebromakuler dan lekoensefalopati
progresif. Gangguan metabolisme karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen
storabe disease.
o Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan, kebanyakan
kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhri dengan kasus keguguran
hanya setenggah dari satu persen yang lahir memiliki kelainan kromosom, dan
akan meninggal segera setelah lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan
memiliki kelainan down syndrome, atau trisomy 21. Manusia normal memiliki 46
kromosom (23 pasang). orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47
kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
o Infeksi maternal selama kehamilan
yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body disease
merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering menyebabkan retardasi
mental. Infeksi virus ringan atau subklinik pada ibu hamil dapat menyebabkan
kerusakan otak janin yang bersifat fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat
menyebabkan defisit mental.
o Komplikasi kehamilan
7
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil yang tak
terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa dan solutio plasenta
serta penggunaan sitostatika selama hamil.
b. Penyebab perinatal
o Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi menyebabkan
meningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan bayi-
bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami kerusakan otak, sehingga
akan didapatkan lebih banyak anak dengan retardasi mental.
o Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
o Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin tak
terkonjugasi di dalam sel-sel otak.
o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab postnatal
o Infeksi (meningitis, ensefalitis)
o Trauma fisik
o Kejang lama
o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
C. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hiudp sehari- hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan dibawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasa-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan berbahasa,
kemampuan/ keterampilan merawat diri, kerumah tanggaan, keterampilan sosial,
penggunaan sarana- sarana komunitas, pengarah diri, kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa
8
digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada masa kanak- kanak.
D. WOC
Terlampir dibelakang.
E. Klasifikasi Retardasi Mental
Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III:
1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik
kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau
mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini.
Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya
tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.
2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya.
Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak
mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruh
kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus
dan dukungan pelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan
bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM.
Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya,
memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang
pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-
kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan
self care yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan
supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-
benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
9
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi Mental
intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan
karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan penyandang yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F. Manifestasi Klinis
Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja,
melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah,
pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak
hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat
diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental. Pemeriksaan fisis pada
anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena
anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum
(adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan
pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan
fisik pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan
bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan down
syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral sangan mudah dikenali seperti
hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan
ekspresi wajah yang tampak tumpul.
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia. Namun,
tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus
dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda. penilaian
tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk
temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi
(USG) kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra
kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium
dilakuka atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat
dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila
dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti
pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi adalah kalau
penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan
pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus
10
maupun kasar, serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi
mental juga mengalami keterlambatan motor dan American Psychiatric Association
(APA) pada tahun 1994, mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:
Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau
kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individu.
Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi
adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang
diharapkan pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam
bidang berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah
tangga, keterampilan sosial-interpersonal, penggunaan sumber dalam
komunitas, self dierection, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan,
waktu luang, kesehatan dan keamanan.
Terjadi sebelum berusia 18 tahun.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi
mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate mental
retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe mental retardation
(tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound mental retardation (tingkat
IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan
Keterbelakangan mental :
Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan,
makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat
keterbelakangan ini.
Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan
kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh remaja
tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan
kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan
bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.
Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 – 49)
Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan
dengan jelas terlambat.
11
Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan
dasar dan kebutuhan keamanan.
Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi
terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan
sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu
merawat diri sendiri.
Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 – 34)
Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit
atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri
(misalnya makan sendiri).
Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat
ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan, dapat
mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain
yang dapat diterima.
Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan
memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan
ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.
Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang,
kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas
tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari pelatihan
dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.
Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan cara
primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat
merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental,yaitu:
o Kromosom kariotipe
o EEG (Elektro Ensefalogram)
12
o CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
o Titer virus untuk infeksi congenital
o Serum asam urat (Uric acid serum)
o Laktat dan piruvat
o Plasma asam lemak rantai sangat panjang
o Serum seng (Zn)
o Logam berat dalam darah
o Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
o Serum asam amino atau asam organik
o Plasma ammonia
o Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
o Urin mukopolisakarida
H. Penatalaksanaan
Obat- obat psikotropika (tioridazin, Mellaril untuk perilaku yang
membahayakan diri sendiri).
Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda- tanda gangguan
konsentrasi/ gangguan hyperaktif.
Antidepresan (imipramin, Torfanil).
Karbamazepin (tegrevetol) dan propanolol (indera).
Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan
lingkungan yang merangsang pertumbuhan.
Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal
anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini:
o Perawatan prenatal.
o Pengawasan kesehatan regular.
o Pelayanan dukungan keluarga.
Penatalaksanaan anak dengan retradasi mental adalah multidimensi
dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak
penanganan multidisiplin merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat
rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
13
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu
melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama
kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa fisik anak,
menganalisis penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin
ada. Juga kehadiran pekerja sosial kadang- kadang diperlukan untuk menilai
situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali
melibatkan lebih banyak ahli lagi, misaknya ahli saraf bila anak juga
menderita epilepsi, palsi serebral, dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan
kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi
keluarga. Ahli rehabilitasi,mbila diperlukan untuk merangsang perkembangan
motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan
bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan
buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai
keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkandari terapi yang diberikan.
Kadang-kadangdiperlukan waktu yang lama untuk menyakinkan orang tua
mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan
psikiater. Disamping itu diperlukan kerja
I. Komplikasi
Serebral palcy.
Gangguan kejang.
Gangguan kejiwaan.
Gangguan konsentrasi/ hiperaktif.
Defisit komunikasi.
Konstipasi.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS RETARDASI MENTAL PADA ANAK
A. Pengkajian
1. Identitas (data biografi)
Biasanya anak dengan jenis kelamin laki- laki lebih banyak terkena retardasi mental
karena rasio laki- laki dan perempuan yaitu 1,5:1.
2. Identitas orang tua
Terdiri dari nama, usia, pendidikan, pekerjaan/ sumber penghasilan, dan agama.
3. Keluhan utama masuk
Biasanya anak akan menunjukkan gangguan kognitif (pola persepsi, proses pikir).
Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa. Gagal melewati tahap
perkembangan yang utama. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal (kadang-
kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal), lambatnya pertumbuhan,
tonus otot abnormal (lebih sering tonus otot lemah), ciri- ciri dismorfik, dan
terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.
4. Reaksi alergi
Biasanya tidak ada alergi apapun. Kecuali adanya alergi obat pada anak.
5. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak akan menunjukkan gangguan kognitif (pola persepsi, proses
pikir). Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa. Gagal melewati
tahap perkembangan yang utama. Lingkar kepala diatas atau dibawah
normal (kadang- kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal),
lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal (lebih sering tonus otot
15
lemah), ciri- ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus
dan kasar.
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya kemungkinan besar pasien pernah mengalami penyakit kromosom
(trisomi 21) (sindrom Down), Sindrom Fragile X, gangguan sindrom
(distrofi otot Duchene), neurofibromatosis (tipe 1), gangguan metabolisme
sejak lahir (feniketonuria), Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, kelahiran
premature, kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial, cedera kepala, infeksi, gangguan degenerative.
Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang
serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental,
terutama dari ibu tersebut.
6. Riwayat kehamilan
Biasanya pada saat hamil mengalami kelainan kromosom, infeksi intrauterin, zat-
zat tetratogen (alkohol, radiasi), disfungsi plasenta, kelainan kongenital dari otak,
ibu mengalami diabetes mellitus saat hamil, ibu malnutrisi.
7. Riwayat tumbuh kembang anak
Biasanya usia pra sekolah tidak tampak sebagai anak rtardasi mental, tetapi
terlambat dalam kemampuan berjalan, berbicara, makan sendiri, dll. Retardasi
mental pada kriteria sedang biasanya usia sekolah kelambatan terlihat pada
perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
Retardasi mental pada kriteria berat usia prasekolah anak kelambatan nyata pada
perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa
berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan. Retardasi mental dalam
kriteria sangat berat pada usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi sensorimotor
minimal, butuh perawatan total.
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Biasanya keadaan umum anak dengan retardasi mental kepala mikro/
makrosepai, plagiosepali (kepala tidak simetris), rambut jarang/ tidak ada,
halus, mudah rontok. Mata biasanya mikroftalmia, juling, nistagmus.
Hidung biasanya jembatan/ punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
16
cuping melengkung ke atas. Mulut biasanya bentuk V yang terbalik dari
bibir atas, langit- langit lebar/ melengkung tinggi. Telinga biasanya
keduanya terletak rendah. Leher biasanya pendek, tidak mempunyai
kemampuan gerak sempurna. Tangan biasanya jari pendek dan tegap atau
panjang kecil, meruncing, ibu jari gemuk dan lebar, klinodaktil.
Tanda- tanda vital
Biasanya tidak mengalami gangguan.
Pernafasan
Biasanya anak tidak mengalami gangguan pada pernafasan.
Sirkulasi
Neurologi
Biasanya anak akan mengalami kesulitan untuk mempelajari hal- hal baru,
sulit untuk berokonsentrasi, bahkan sulit untuk berbicara.
Gastrointestinal
Biasanya tidak mengalami gangguan.
Eliminasi
Biasanya anak dengan retardasi mental sedang anak masih mampu
mengontrol buang air besar dan buang air kecil. Tapi pada anak dengan
retardasi mental sangat berat anak sudah tidak mampu mengontrol buang air
besar dan buang air kecil.
Integumen
Biasanya tidak ada masalah.
Muskuloskeletal
Biasanya anak dengan retardasi mental akan mengalami kesulitan gerak
fisik, tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan.
Mereka lambat dalam mengerjakan tugas- tugas yang sangat sederhana, sulit
menjangkau sesuatu.
Genitalia
biasanya anak akan mengalami mikopenis, testis tidak turun.
Resiko cedera/ jatuh
Biasannya kemungkinan mengalami masalah perkembangan, aktivitas
bermain dan pergerakan pada anak- anak karena pada retardasi mental akan
lebih terbatas aktivitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak
17
stabil serta mudah lelah sehingga pergerakan bermain anak akan terganggu
akibat terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan mototrik anak.
9. Kebutuhan dasar
Cairan dan nutrisi
Biasanya anak dengan retardasi mental cairan dan nutrisinya tidak
terganggu.
Tidur
Biasanya tidak terganggu.
Personal hygine
Biasanya anak dengan retardasi mental sangat berat hygine anak terganggu
akibat fungsi sensorimotor anak mengalami gangguan, sehingga anak butuh
perawatan total.
Aktivitas bermain
Biasannya kemungkinan mengalami masalah perkembangan, aktivitas
bermain dan pergerakan pada bayi dan anak- anak karena pada penderita
retardasi mental anak akan lebih terbatas aktivitas bermainnya dikarenakan
kondisi tubuh yang tidak stabil yang mengalami masalah pada koordinasi.
10. Status fungsional
Biasannya pada pasien retardasi mental sangat berat aktivitasnya masih di bantu
oleh keluarganya seperti ibu. Biasannya pada pasien retardasi mental keadaan
umum anak hiperaktif.
11. Skrining nyeri
Biasanya tidak mengalami gangguan.
12. Skrining nutrisi
Biasanya anak dengan retardasi mental ringan anak masih mampu untuk makan
sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Dan nutrisi masih tetap tercukupi pada
anak.
13. Skrining resiko jatuh
Biasanya seringkali penderita retardasi mental mengalami masalah pada koordinasi.
Untuk itu mereka kurang stabil dan juga terkadang seringkali terlihat tidak bisa
bergerak dengan benar. Hal ini bisa terlihat pada anak yang ragu- ragu melangkah
dan menggerakkan tangannya sehingga resiko jatuh pada anak sangat tinggi.
18
14. Pemeriksaan penunjang
Kromosom kariotipe
EEG (Elektro Ensefalogram)
CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Titer virus untuk infeksi congenital
Serum asam urat (Uric acid serum)
Laktat dan piruvat
Plasma asam lemak rantai sangat panjang
Serum seng (Zn)
Logam berat dalam darah
Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
Serum asam amino atau asam organik
Plasma ammonia
Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
Urin mukopolisakarida
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko keterlambatan perkembangan b/d gangguan genetik (NANDA, 2015:479).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan makan.
(NANDA, 2015:177).
3. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan perkembangan (NANDA, 2015:279).
4. Resiko jatuh b/d gangguan keseimbangan (NANDA, 2015:410).
5. Hambatan interaksi sosial b/d kendala komunikasi (NANDA, 2015:321).
C. Intervensi Keperawatan
19
normal perkembangan situasi krisis
Pengetahuan sangat yang akan terjadi dan efek
banyakperilaku anak yang dari krisis yang bisa
normal berdampak pada klien dan
Pengetahuan sangat keluarga
banyak kebutuhan Instruksikan klien mengenai
keamanan perilaku dan perkembangan
Pengetahuan sangat dengan cara yang tepat
banyakkebutuhan nutrisi Berikan informasi mengenai
Pengetahuan sangat harapan-harapan yang
banyak kebutuhan realistis terkait dengan
stimulasi perilaku pasien
2. Kinerja pengasuhan. (NOC, Pertimbangkan metode yang
2013:211). biasa digunakan klien dalam
Outcome: pemecahan masalah
Secara konsisten Bantu klien untuk
menunjukkan memutuskan bagaiana
menyediakan kebutuhan masalah dipecahkan
fisik anak 2. Dukungan pengasuhan
Secara konsisten (caregiver support). (NIC,
menunjukkan 2013:93).
menyediakan nutrisi yang Aktivitas:
sesuai usia Mengkaji tingkat
Secara konsisten pengetahuan caregiver
menunjukkanmemberikan Mengkaji tingkat
rutinitas harian anak penerimaan caregiver
Secara konsisten terkait dengan perannya
menunjukkan (untuk menyediakan
menstimulasi perawatan)
perkembangan sosial Menerima ekspresi negatif
Secara konsisten dari caregier
menunjukkan Tidak menyepelekan peran
menstimulasi sulit caregiver
20
perkembangan emosi Monitor interaksi keluarga
dalam permasalahan
berkaitan dengan pasien
2. Ketidakseimbangan 1. Status nutrisi (NOC, 1. Manajemen gangguan
nutrisi kurang dari 2013:551). makan (NIC, 2013:179).
kebutuhan tubuh
Outcome: Aktivitas:
b/d
Tidak menyimpang dari Kolaborasi dengan tim
ketidakmampuan
rentang normal asupan kesehatan lain untuk
makan.
gizi. mengembangkan rencana
Tidak menyimpang dari perawatan dengan
rentang normal asupan melibatkan klien dan orang-
makanan. orang terdekatnya dengan
Tidak menyimpang dari tepat.
rentang normal asupan Ajarkan dan dukung konsep
cairan. nutrisi yang baik dengan
Tidak menyimpang dari klien (dan orang terdekat
rentang normal rasio berat klien dengan tepat).
badan/tinggi badan. Monitor intake/asupan dan
Tidak menyimpang dari asupan cairan secara tepat.
rentang normal energi. Bantu klien untuk
2. Asupan nutrisi (NOC, mengembangkan harga diri
2013:553). yang sesuai dengan berat
badan yang sehat.
Outcome:
Bantu klien untuk
Sepenuhnya adekuat mengevaluasi kesesuaian
asupan zat besi /konsekuensi pilihan
Sepenuhnya adekuat makanan dan aktivitas fisik.
asupan serat. 2. Manajemen nutrisi
Sepenuhnya adekuat (NIC,2013:197)
asupan kalsium Aktivitas:
Sepenuhnya adekuat Tentukan status gizi pasien
asupan karbohidrat. dan kemampuan pasien
Sepenuhnya adekuat untuk memenuhi kebutuhan
21
asupan vitamin. gizi.
Instruksikan pasien
mengenai kebutuhan nutrisi
(yaitu:membahas pedoman
diet dan piramida makanan).
Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan.
Anjurkan pasien untu duduk
pada posisi tegak
dikursi,jika memungkinkan.
Pastikan makanan
disajiakan dengan cara yang
menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk
konsumsi secara optimal.
3. Hambatan 1. Komunikasi. (NOC, 1. Mendengar aktif. (NIC,
komunukasi verbal 2013:229). 2013:223).
b/d gangguan Outcome: Aktivitas:
perkembangan Tidak terganggu Buat tujuan interaksi
menggunakan bahasa Tunjukkan ketertarikan
tertulis kepada klien
Tidak terganggu Gunakan perilaku non
menggunakan bahasalisan verbal untuk memfasilitasi
Tidak terganggu komunikasi
menggunakan bahasa non Dengarkan isi pesan
verbal maupun perasaan yang tidak
Tidak terganggu terungkap selama
mengenali pesan yang percakapan
diterima Berespon segera sehingga
Tidak terganggu menunjukkan pemahaman
menggunakan foto dan terhadap pesan yang
gambar diterima (dari pasien)
22
2. Komunikasi: penerimaan. 2. Peningkatan komunikasi:
(NOC, 2013:231). kurang bicara. (NIC,
Outcome: 2013:335).
Tidak terganggu Aktivitas:
interpretasi bahasa tertulis Monitor kecepatan bicara,
Tidak terganggu tekanan, kecepatan,
interpretasi bahasa lisan kuantitas, volume, dan diksi
Tidak terganggu foto dan Ulangi apa yang
gambar disampaikan pasien untuk
Tidak terganggu bahasa menjamin akurasi
non verbal Instruksikan pasien untuk
Tidak terganggu bicara pelan
mengenali pesan yang Sediakan rujukan pada
diterima terapis bicara patologis
Koordinasi aktivitas-
aktivitas tim rehabilitasi
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari
fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga
muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau
sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya
faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita
retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
B. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan
buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif
guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan
remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada
masyarakat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol.2. jakarta: EGC.
Butcher Howard K & Gloria M. Bulechek. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
Indonesia: Elseiver.
Moorhead Sue & Marion Johnson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia:
Elseiver.
Heather Herdman, T. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC.
25