Contoh Kasus Pelanggaran Hak Merek Dagang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN KEUANGAN

RESUME

“KASUS PELANGGARAN HAKI”

Nama Dosen:

PANCA PUTRA KURNIAWAN, S.H.,M.Si

Disusun oleh:
PUTRI RAMADHANI SISWANTO (02201840066)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

KELAS R1

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KOSGORO 1957

2019/2020
BAB I
LATAR BELAKANG

Dalam dunia perdagangan pasti tiap-tiap perusahaan memiliki merek


dagang masing-masing. Tentu saja merek dagang menjadi faktor penting bagi
suatu perusahaan untuk membedakan perusahaan dan layanan yang diberikan oleh
suatu pihak. Hampir semua perusahaan bahkan semua perusahaan dewasa ini
memiliki trademark-nya tersendiri. Perusahaan dapat membedakan merek
dagangnya dari nama merek perusahaan itu sendiri ataupun logo perusahaan yang
diinginkan. Merek dagang terlindungi jika digunakan secara khusus untuk
mengidentifikasi suatu produk atau layanan.

Namun, bagaimana jika suatu perushaan meniru atau menggunakan


trademark yang telah digunakan oleh perusahaan lain. Tentu saja hal ini
melanggar peraturan yang berlaku dalam UU No.20 Tahun 2016 dan dapat
dituntut oleh perusahaan yang merasa dirugikan. Tolak ukur dalam pelanggaran
merek dagang disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama, seseorang
menggunakan merek dagang (atau merek dagang serupa) dari pemilik merek
dagang tanpa izin. Kedua, penggunaan tersebut dilakukan pelanggar di bidang
perdagangan, artinya ini dilakukan sehubungan dengan penjualan atau promosi
barang atau layanan DAN. Ketiga, penggunaan tersebut kemungkinan membuat
konsumen bingung mengenai sumber, dukungan, atau afiliasi barang atau layanan
milik pelanggar.

Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini ada beberapa contoh kasus
pelanggaran tentang hak merek dagang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengejutkannya Merek Pierre Cardin Jadi Milik Orang Jakarta


Jakarta - Sepanjang 2018, sengketa merek masih mewarnai dunia
peradilan Indonesia. Salah satunya sengketa merek Pierre Cardin yang
divonis Mahkamah Agung (MA) menjadi milik orang Jakarta.
Kasus bermula saat Pierre Cardin melayangkan gugatan dari 59 reu du
Faubourg Saint-Honore, Paris Prancis ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
(PN Jakpus). Ia menunjuk pengacara Ludiyanto untuk menggugat
pengusaha lokal, Alexander Satryo Wibowo yang memproduksi barang
dengan merek yang sama.
Ludiyanto mendalilkan bahwa kliennya merupakan desainer yang
dikenal dunia.
Pierre Cardin dari Prancis kaget menemukan merek serupa di
Indonesia untuk kelas yang sama yang diproduksi Alexander Satryo
Wibowo. Tidak terima, Pierre Cardin Prancis menggugat Alexander
Satryo Wibowo yang beralamat di Kayu Putih, Jakarta Timur.
Tapi apa daya, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menolak gugatan
tersebut pada 9 Juni 2015. Pierre Cardin asal Prancis tak terima dan
mengajukan kasasi. Tapi kasasi itu ditolak MA.
Merasa lebih berhak, Pierre Cardin mengajukan upaya hukum luar
biasa dengan mengajukan PK. Tapi apa kata MA?
"Menolak permohonan PK Pierre Cardin," putus MA pada September
2018.
Duduk sebagai ketua majelis Soltoni Mohdally dengan anggota
Sudrajad Dimyati dan Panji Widagdo. Ketiganya menolak PK dengan
alasan kasus itu pernah digugat pada tahun 1981 dan ditolak.
"Menurut hukum, penggugat tida diperbolehkan lagi untuk
mengajukan gugatan ini," ujar majelis.
Dari keenam hakim agung yang menangani kasus ini (3 di tingkat
kasasi dan 3 di tingkat PK), hakim agung Nurul Elmiyah tidak setuju
Pierre Cardin milik orang Jakarta. Ia beralasan merek Pierre Cardin sudah
terkenal di berbagai negara dan merujuk nama desainer Prancis.
"Merek dagang suatu produk tidak hanya bermakna sekadar nama atau
tulisan, akan tetapi lebih jauh juga mengandung arti dan maksud yang
dapat berhubungan langsung dengan produk yang bersangkutan. Di
samping itu merek yang tertulis pada suatu produk juga dapat merupakan
ciri pembeda dari daerah mana (dalam negeri) atau dari negara mana (luar
negeri) asal-usul produk tersebut," kata Nurul.
Dalam perkawa a quo, nama Pierre Cardin yang merupakan nama asli
Penggugat, sedangkan nama atau tulisan produk yang digunakan
Terguguat (Alex) juga 'Pierre Cardin' yang terbukti sama pada pokoknya.
"Dan terbukti pula kedua nama atau tulisan tersebut bukan merupakan
bahasa atau tulisan dalam bahasa Indonesia, akan tetapi merupakan bahasa
atau tulisan dalam bahasa asing yang merupakan bahasa negara asal
Penggugat," ujar hakim agung yang juga dosen UI itu.
Namun, suara Nurul kalah dengan hakim agung lainnya. Pierre Cardin
pun jadi merek milik orang Jakarta. (asp/rvk).
1. What (Kasus Apa Yang Terjadi?)
Penggugatan Merek Pierre Cardin Perancis kepada Merek Pierre
Cardin Indonesia.
2. Why (Mengapa Kasus Itu Bisa Terjadi?)
Karena Pierre Cardin Perancis dan Pierre Cardin Indonesia memiliki
merek dan barang yang sama dengan kelas yang sama pula.
3. Who (Siapa Saja yang Terlibat Dalam Kasus Ini?)
 Pierre Cardin Perancis (A Quo)
 Pierre Cardin Indonesia (Alexander Satryo Wibowo)
 Ludiyanto (Pengacara Pierre Cardin Perancis)
4. When (Kapan Kasus Ini Terjadi?)
Pierre Cardin Perancis menggugat pertama kali pada 9 juni 2015,
namun keputusan MA keluar pada September 2018.
5. Where (Dimana Kasus Ini Terjadi?)
Pierre Cardin melayangkan gugatan dari 59 reu du Faubourg Saint-
Honore, Paris Prancis ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat (PN Jakpus).

6. How (Bagaimana Kasus Ini Bisa Terjadi?)


 1950-1954
Pierre Cardin mulai merintis koleksinya.
 1959
Pierre Cardin membuat bubble dress dan women ready to wear
untuk departemen sotre Printemps.
 1971
Pierre Cardin setelah melakukan tur ke Jepang dn menjadi
perancang busana untuk Pakistan International Airlines. Ia juga
menjadi pendesain pakaian nasional Filipina Barong Tagalog.
 1972
Pierre Cardin meluncurkan produk parfum dengan merek Pierre
Cardin Por Monsieur.
 1974
Pierre Cardin mengantongi hak eksklusif merek di Prancis. Selama
enam dekade berkiprah akhirnya mendapatkanSuperstar Award
dari Fashion Group International.
 29 Juli 1977
Orang Indonesia membuat baju dan fashion dengan merek Pierre
Cardin dan merek itu didaftarkan di Indonesia oleh Wenas Widjaja.
 24 Oktober 1985
Merek Pierre Cardin beralih ke Raiman dan dilaihkan ke Eddy Tan.
 18 Mei 1987
Merek Pierre Cardin beralih dari Eddy Tan ke Alexander Satryo
Wibowo.
 24 Oktober 1995
Alex memperpanjang hak ekslusif merek Pierre Cardin.
 2005
Alex kembali memperpanjang hak ekslusif merek Pierre Cardin.
 6 Februari 2009
Pierre Cardin baru mendaftarkan mereknya di Dirjen Kekayaan
Intelektual (KI) Kemenkum HAM dengan Nomor ID000192198.
 11 November 2014
Pierre Cardin memperpanjang hak mereknya di Indonesia.
 4 Maret 2015
Pierre Cardin yang bermarkas di 59 reu du Faubourg Saint-Honore,
Paris, Prancis menggugat Alex. Dalam bantahannya, Alex
mendalilkan bahwa gugatan Pierre Cardin sudah kedaluwarsa.

B. Spotify Dituntut Triliunan Rupiah oleh Label Musik


Jakarta, CNN Indonesia -- Spotify dituntut gara-gara dianggap tidak
membayar lisensi musisi dengan benar. Tuntutan ini dilayangkan oleh
Wixen Music Publishing. Perusahaan label musik ini mewakili artis seperti
Tom Petty, Missy Elliot, Stevie Nicks dan Neil Young.
Spotify dituntut Rp21,6 trilun (US$ 1,6 miliar) dalam gugatan yang
diajukan pada 29 Desember lalu. Mereka menuduh pelanggaran hak cipta
yang dilakukan Spotify karena menggunakan ribuan lagu Wixen tanpa
lisensi yang layak.
"Spotify telah membangun bisnis bernilai miliaran dolar berkat
penulis lagu dan penerbit yang musiknya digunakan oleh Spotify yang
dalam banyak kasus tidak mendapatkan dan membayar lisensi yang
diperlukan," demikian isi gugatan tersebut.
Tuntutan dengan angka yang besar itu diajukan sebagian kompensasi
kerusakan dan ganti rugi. Sebab, Wixen juga menduga bahwa Spotify
mengetahui, sengaja, dan melakukan pembiaran mereproduksi lagu-lagu di
internet kepada warga di California.
"Akibatnya, ketika Spotify telah menjadi perusahaan bernilai miliaran
dolar, penulis lagu dan penerbit mereka, seperti Wixen, belum dapat
merasakan kesuksesan Spotify secara adil dan benar, karena Spotify dalam
banyak kasus menggunakan musik mereka tanpa lisensi dan tanpa
kompensasi," demikian isi gugatan tersebut.
Sebelum beroperasi di AS, Spotify sudah membuat kesepakatan
dengan banyak label rekaman besar. Spotify menjanjikan memberi harga
yang sesuai dengan hak cipta rekaman suara dalam lagu. Namun menurut
tuntutan, Spotify gagal "memenuhi hak yang setara untuk komposisi
(musik) itu"
Ini bukan pertama kalinya Spotify dituntut masalah hak cipta. Saat ini
Spotify sedang dalam tahap penyelesaian kasus US$ 43 juta yang diajukan
pemegang hak musik dan Spotify atau yang biasa dikenal sebagai kasus
Ferrick vs Spotify.
Sayangnya penyelesaian itu, menurut Wixen "tidak cukup memberi
kompensasi kepada Wixen atau penulis lagu yang diwakilinya", seperti
dikutip TechCrunch (3/1).
Dalam penyelesaian itu, Spotify mengaku gagal mendapatkan lisensi
undang-undang yang diperlukan untuk mereproduksi dan/atau
mendistribusikan komposisi musik pada platformnya. (eks/eks)

1. What (Kasus Apa Yang Terjadi?)


Penggugatan oleh Wixen Music Publishing pada Spotify.
2. Why (Mengapa Kasus Itu Bisa Terjadi?)
Spotify dituntut gara-gara dianggap tidak membayar lisensi musisi
dengan benar. Tuntutan ini dilayangkan oleh Wixen Music Publishing.
Perusahaan label musik ini mewakili artis seperti Tom Petty, Missy
Elliot, Stevie Nicks dan Neil Young.
3. Who (Siapa Saja yang Terlibat Dalam Kasus Ini?)
 Wixen Music Publishing
 Spotify
4. When (Kapan Kasus Ini Terjadi?)
Spotify dituntut Rp21,6 trilun (US$ 1,6 miliar) dalam gugatan yang
diajukan pada 29 Desember 2018.
5. Where (Dimana Kasus Ini Terjadi?)
California, Amerika Serikat.
6. How (Bagaimana Kasus Ini Bisa Terjadi?)
Ketika Spotify telah menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar,
penulis lagu dan penerbit mereka, seperti Wixen, belum dapat
merasakan kesuksesan Spotify secara adil dan benar, karena Spotify
dalam banyak kasus menggunakan musik mereka tanpa lisensi dan
tanpa kompensasi," demikian isi gugatan tersebut. Sebelum beroperasi
di AS, Spotify sudah membuat kesepakatan dengan banyak label
rekaman besar. Spotify menjanjikan memberi harga yang sesuai
dengan hak cipta rekaman suara dalam lagu. Namun menurut tuntutan,
Spotify gagal "memenuhi hak yang setara untuk komposisi (musik)
itu". Ini bukan pertama kalinya Spotify dituntut masalah hak cipta.
Saat ini Spotify sedang dalam tahap penyelesaian kasus US$ 43 juta
yang diajukan pemegang hak musik dan Spotify atau yang biasa
dikenal sebagai kasus Ferrick vs Spotify. Sayangnya penyelesaian itu,
menurut Wixen "tidak cukup memberi kompensasi kepada Wixen atau
penulis lagu yang diwakilinya", seperti dikutip TechCrunch (3/1).
Dalam penyelesaian itu, Spotify mengaku gagal mendapatkan lisensi
undang-undang yang diperlukan untuk mereproduksi dan/atau
mendistribusikan komposisi musik pada platformnya.

C. IKEA Kehilangan Merek Dagang di Indonesia


Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan furnitur rumah tangga asal
Swedia, IKEA, dinyatakan kalah oleh Mahkamah Agung (MA) dalam
sengketa penggunaan hak nama dagang (trademark) di Indonesia.
Pasalnya nama IKEA sudah terlebih dahulu muncul di Indonesia dan
dimiliki oleh perusahaan pengrajin rotan asal Surabaya Jawa Timur, PT
Ratania Khatulistiwa.
Perkara ini bermula pada 2013 silam. PT Ratania Khatulistiwa
menggugat IKEA dan Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terkait pembatalan merek IKEA untuk
kelas barang 20 dan 21.
Ratania diketahui telah mendaftarkan nama IKEA yang merupakan
singkatan Intan Khatulistiwa Esa Abadi (IKEA) pada Desember 2013 lalu.
Sementara, IKEA (Swedia) merupakan singkatan dari nama dan asal
pendirinya, Ingvar Kamprad and the farm Elmtaryd and village
Agunnaryd.
Keputusan tersebut ternyata dibuat oleh Mahkamah Agung pada Mei
2015 lalu, namun baru terungkap pada saat MA mengeluarkan pernyataan
mengenai putusan resminya Kamis (4/2) kemarin.
Dalam putusan yang diunggah di situs resmi MA, MA resmi menolak
kasasi IKEA. Putusan dengan nomor 264 K/Pdt.Sus-HKI/2015 ini diputus
pada 12 Mei 2015 oleh Abdurrahman selaku hakim ketua dan I Gusti
Agung Sumanatha dan Syamsul Ma'arif sebagai hakim anggota.
Dilansir dari The Guardian, salah seorang juru bicara MA mengatakan
keputusan tersebut tidak bulat. Salah satu dari tiga hakim panel
berpendapat bahwa hukum merek dagang tidak dapat diterapkan untuk
perusahaan ukuran IKEA (Swedia), yang jauh lebih besar dari perusahaan
penggugat, Ratania.
Saat ini toko IKEA buka di berbagai negara di dunia di bawah sistem
franchise. Pada 1980-an, IKEA Group dimiliki oleh lembaga yang
bermarkas di Belanda.
Di Indonesia sendiri, IKEA berdiri di bawah naungan PT. Hero
Supermarket Tbk dan membuka satu gerainya di Alam Sutera Tangerang.
1. What (Kasus Apa Yang Terjadi?)
Perusahaan furnitur rumah tangga asal Swedia, IKEA, dinyatakan
kalah oleh Mahkamah Agung (MA) dalam sengketa penggunaan hak
nama dagang (trademark) di Indonesia.
2. Why (Mengapa Kasus Itu Bisa Terjadi?)
Nama IKEA sudah terlebih dahulu muncul di Indonesia dan dimiliki
oleh perusahaan pengrajin rotan asal Surabaya Jawa Timur, PT
Ratania Khatulistiwa
3. Who (Siapa Saja yang Terlibat Dalam Kasus Ini?)
 IKEA
 PT Ratania Khatulistiwa.
 PT. Hero Supermarket Tbk.
4. When (Kapan Kasus Ini Terjadi?)
Perkara ini bermula pada 2013 silam dan MA mengeluarka keputusan
pada tanggal 12 Mei 2015.
5. Where (Dimana Kasus Ini Terjadi?)
PT Ratania Khatulistiwa menggugat IKEA dan Dirjen Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terkait
pembatalan merek IKEA untuk kelas barang 20 dan 21.
6. How (Bagaimana Kasus Ini Bisa Terjadi?)
 2010
IKEA mengantongi sertifikat merek untuk 40 kelas, termasuk kelas
20 dan 21 yang dipermasalahkan.
 2012
Inter IKEA System BV melakukan registrasi ulang atas merek
IKEA padakelas 20 dan 21 dan sertifikatnya terbit pada tahun
2014. 
 2013
Gugatan didaftarkan ke PN Jakpus. PT Ratania Khatulistiwa
menggugat Inter IKEA System BV untuk sertifikat tahun 2010.
 17 September 2014
PN Jakpus mengabulkan gugatan PT Ratania
 15 Oktober 2014
IKEA buka toko di Alam Sutera, Tangerang. Pertengahan 2015
MA menguatkan putusan PN Jakpus,
"MA tidak mencabut merek IKEA di Indonesia, yang benar adalah
MA menghapus registrasi tahun 2010 atas merek IKEA untuk kelas
20 dan kelas 21. Saat ini Inter IKEA System BV telah memegang
sertifikasi merek IKEA yang diterbitkan oleh Dirjen HAKI pada
tahun 2014 berdasarkan registrasi ulang tahun 2012," kata Director
Of PT Hero Supermarket Tbk IKEA Division, Mark Megee.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://news.detik.com/berita/d-4360668/mengejutkannya-merek-
pierre-cardin-jadi-milik-orang-jakarta
2. https://news.detik.com/berita/d-3295808/begini-kisah-perjalanan-
merek-pierre-cardin-jatuh-ke-tangan-orang-jakarta
3. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180103152623-185-
266437/spotify-dituntut-triliunan-rupiah-oleh-label-musik
4. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160207165056-92-
109451/ikea-kehilangan-merek-dagang-di-indonesia
5. https://news.detik.com/berita/3140795/kronologi-sengketa-merek-
ikea-alam-sutera

Anda mungkin juga menyukai