Kerangka Dasar Kurikulum 2013

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013

Sejak indonesia merdeka,pendidikan telah mengalami berbagai perubahan dan perbaikan


kebijakan kurikulum. Dalam sejarah kurikulum di Indonesia paling tidak telah mengalami
sebelas kali dinamika perubahan. Berbagai kebijakan perubahan kurikulum tersebut didasarkan
pada hasil analisis,evaluasi,prediksi dan berbagai tantangan yang dihadapi baik internal maupun
eksternal yang terus berubah.

Kebijakan perubahan kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan wujud dari prinsip
dasar kurikulum change and continuity tersebut,yaitu hasil dari
kajian,evaluasi,kritik,respon,prediksi dan berbagai tantangan yang dihadapi. Kurikulum 2013
diyakini sebagai kebijakan strategis dan menyiapkan menghadapi tantangan. Kebijakan
kurikulum 2013 akan mampu memerankan fungsi penyesuaian  yaitu kurikulum yang mampu
mengarahkan peserta didiknya,mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang terus menerus berubah.        

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru didunia pendidikan indonesia. konsep
kurikulum 2013 ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar dari sebelumnya. Perubahan
kurikulum ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia sehingga menjadi
lebih efektif.Oleh karena itu,setiap orang yang berkecimpungan didalam dunia pendidikan wajib
memahami konsep kurikulum ini..

Kurikulum 2013 dirancang dalam proses yg cukup lama. Tentunya dengan berbagai
pertimbangan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di negara ini. Kurikulum 2013
menawarkan konsep tersendiri yang relatif berbeda dengan konsep kurikulum sebelumnya.
Dimana ada beberapa domain utama yang menjadi sorotan dalam kurikulum ini diantaranya
adalah sikap,keterampilan,dan juga pengetahuan.

Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi kekurangan-kekurangan yang


ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun dengan mengembangkan dan
memperkuat sikap,pengetahuan,dan keterampilan secara berimbang. Penekanan pembelajaran
diarahkan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dapat mengembangkan sikap
spiritual dan sosial
sesuai dengan karakteristik pendidikan agama islam dan budi pekerti diharapkan akan
menumbuhkan budaya keagamaan disekolah. Perubahan kurikulum 2013 merupakan wujud
pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum KTSP tahun 2006
yang dalam implementasinya dijumpai beberapa masalah. Perubahan kurikulum 2006 ke
kurikulum 2013 menyakut empat elemen yaitu,standar kompertensi lulusan(SKL),standar
isi(SI),standar proses,standar penilaian.

Titik tekan pengembangan kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan pola


pikir,penguatan tata kelola kurikulum,pendalaman dan perluasan materi,penguatan proses
pembelajaran.dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang
diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Oleh karena itu,implementasi kurikulum 2013 diyakini
sebagai langkah strategis dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan globalisasi dan tuntutan
masyarakat indonesia masa depan. Jadi kebijakan kurikulum 2013 dimaksudkan untuk
melengkapi dan menyempurnakan berbagai kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya.
Konsep dasar kurikulum 2013 adalah sikap,ketrampilan dan pengetahuan.Kurikulum 2013
disusun dengan mengembangkan dan memperkuat sikap,pengetahuan,dan ketrampilan secara
berimbang. Penekanan pembelajaran diarahkan pada kekuasaan pengetahuan dan ketrampilan
yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan sosial sesuai dengan karakteristik pendidikan
agama islam dan budi pekerti. Perubahan kebijakan 2013 menyangkut empat elemen peruabahan
kurikulum yaitu pada standar kompetensi lulusan(SKL),standar isi(SI),standar proses dan standar
penilaian.

A. Hakikat kurikulum

1. Pengertian kurikulum

Kurikulum didefinisikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan
oleh siswa dalam periode waktu tertentu, untuk mencapai gelar/ijazah tertentu. Pengertian ini
sering disebut pengertiantrasional atau konservatif, sebab menunjukan kepada rumusan yang
pertama kali lahir dan memiliki sifat-sifat untuk cenderung dipergunakan orang pada masanya.

Kalau ditelaah lebih lanjut rumusantersebut pada dasarnya sangat mengutamakan mata
pelajaran (subject matter) sebagai isi dari pada kurikulum. Oleh karena itu kurikulum dalam
pandangan yang tradisional, sering diidentifikasikn dengan “rencana pelajaran”.
Terlepas dari pandangan tradisional ataupun dari pandangan modern, hakekat kurikulum pada
dasarnya adalah sama yakni program belajar yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada
siswa/murid. Program belajar ini membuat tujuan-tujuan yang akan dicapai, bahan-bahan yang
harus dipelajari, berapa lama program itu diberikan, bagaimana program itu harus disusun dan
disajikan, serta dengan cara bagaimana mengukur keberhasilan pada program tersebut.

Dalam pandangan modern kurikulum mencangkup segala sesuatu yang mempengaruhi pribadi
anak/siswa dibaawah tanggung jawab lembaga pendidikan. Para ahli kurikulum seperti Harold
Albert, Arden, Frandsen, Roinine, Killpatrreck, Sarimuda Nasution, dan lain-lain, antara lain
dapat disarikan pendapatnya sebagai berikutyakni kurikulum jauh lebih luas isinya dan pada
sejumlah mata pelajran belaka, dan sebenarnya kurikulum itu seluas segala aspek kehidupan
manusia dalam masyarakat modern ini, yang dapat dimasukkan ke dalam tanggung jawab
lembaga pendidikan yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki mengembangkan pribadi siwa
serta memberi sumbangan untuk kehidupan masyarakat

Menurut pandangan modern ini dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah :

1)      Program pendidikan suatu lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh lembaga tersebut.

2)      Program pendidikan untuk suatu bidang studi tertentu yang memuat tujuan, materi, utnuk
suatu lembaga pendidikan tertentu.

3)      Semua pengalaman belajar yang disusun dan siorganisir menurut pola dan struktur tertentu
dan disajikan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan.

Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah suatu
pedoman yang terencana dan terorganisir dimana didalamnya tercakup tujuan, pembelajar,
pebelajar,sarana dan prasarana, alat/bahan, evaluasi untuk menciptakan suatu pengalaman belajar
pada pebelajar dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga penyelenggara pendidikan untuk
mencapai suatu tujuan.
2. Kurikulum sebagai sistem

Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb)
yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai
dalam mencapai satu tujuan.

Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang
terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang
sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-
komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.

3. Strategi pelaksanaan kurikulum

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan
dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu
saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi
pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan
penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku
maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.

Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan


disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata
disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya
menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum
meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

4. Evaluasi kurikulum

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam


konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan
strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi
dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah
siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat
keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.

Jenis-jenis penilaian meliputi :

a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)

b) Penilaian proses pembelajaran (Program)

c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)

5. Hakikat pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi
masa depan. Karena itu, kurikulum 2013 disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa
depan. Pengembangan kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta didik agar mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan
kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan
ini diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik.
Siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses
dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di jamannya, memasuki masa depan yang
lebih baik.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan Pasal 35, dimana kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Penyusunan kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-


integratif juga mengacu pada kurikulum 2006 dimana terdapat beberapa permasalahan, antara
lain: (1) konten kurikulum yang masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata
pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat
perkembangan usia anak; (2) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (3) kompetensi belum menggambarkan secara holistik
domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam
kurikulum; (4) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional, maupun global; (5) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci, sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan
berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) standar penilaian belum mengarahkan
pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya
remediasi secara berkala; dan (7) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih
rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

B. Landasan Kurikulum 2013

1)      Landasan Yuridis

Setiap kegiatan pengembangan kurikulum, baik pada level makro maupun mikro, selalu
membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran, sosial-
budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian yang mendalam, maupun
landasan yuridis. Hal ini disebabkan bahwa kurikulum pada hakikatnya merupakan rancangan
atau program pendidikan. Sebagai bentuk rancangan program, kurikulum ini menempati
posisi/kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan
sangat menjadi penentu terhadap proses pelaksanaan dan hasil-hasil yang ingin dicapai oleh
pendidikan. Landasan-landasan tersebut merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum.

Pengembangan dan implementasi kurikulum sekolah harus memiliki landasan yudis sebagai
kebijakan publik yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan pendidikan.
Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan di Indonesia dilandasi
oleh kebijakan perundang-undangan, antara lain:

1.        Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.
2.        Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan

3.        Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 yang
diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.

4.        Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 yang
diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

5.        Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 yang
diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

6.        Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indobesia Nomor 20 Tahun 2007 yang
diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7.        Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun


2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan

2).      Hakikat Kurikulum K13

Inti dari kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap didalam menghadapi masa depan.
Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

Ini bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melaksanakan
observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka
peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun objek yang menjadi
pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan pembelajaran 2013 menekankan pada
fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya,
memasuki masa depan yang lebih baik.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, ketrampilan sesuai dengan
standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum
2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.

Strategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada upaya meningkatkan capaian


pendidikan melalui pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; efektivitas pembelajaran
melalui kurikulum, dan peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru; serta lama tinggal di
sekolah dalam arti penambahan jam pelajaran.

Rasionalitas penambahan jam pelajaran dapat dijelaskan bahwa perubahan proses pembelajaran
(dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output
menjadi berbasis proses dan output) membutuhkan penambahan jam pelajaran. Dibanyak negara
seperti AS dan Korea Selatan, akhir-akhir ini ada kecenderungan dilakukan menambah jam
pelajaran. Diketahui juga bahwa perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam
pelajaran di indonesia relatif lebih singkat. Bagaimana dengan pembelajaran di Finlandia yang
relatif singkat. Jawabnya, di negar yang tingkat pendidikannya berada diperingkat satu
dunia,singkatnya pembelajaran didukung dengan pembelajaran tutorial yang baik.

Penyusunan Kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif


mengacu pada kurikulum 2006 dimana ada beberapa permasalahan di antaranya;

1. Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya
pelajaran dan materi dan keluasan dan tingkat kesulitannya melampaui tingkat
perkembangan usia anak;
2. Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional;
3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di
dalam kurikulum;
4. Belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,
nasional maupun global;
5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru;
6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses
dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala;
7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.
C. Prinsip-Prinsip  Dalam Pengembangan Kurikulum
1. Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:


perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun
kurikulum ketika pembuat kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan
Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional.Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan
dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
(1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2)
prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan
kegiatan penilaian.

Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam

a.       Prinsip Berorientasi Pada Tujuan

Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari
tujuan pendidikan Nasional.Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai
tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu.Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah
laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.

b.      Prinsip Relevansi (Kesesuaian)

Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan
(sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa,
serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c.       Prinsip Efisiensi dan Efektifitas

Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana,


waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana
yang terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembelajaran.Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus
dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan.
Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya
didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga
keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat
oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau
keberhasilan siswa.
d.      Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan
tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya
dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian.
Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian, maka yang dialaksanakan
program ketrampilan pendidikan industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada
program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan
ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan
kurikulum.

e.       Prinsip Kontiunitas

Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan


bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik
hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan
pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan
didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran.

   Prinsip Keseimbangan

Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara


berbagai program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku
yang ingin dikembangkan.Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara
unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan
tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya
saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.

g.      Prinsip Keterpaduan

Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu


bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan
terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter
sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Disamping
itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa
dan guru maupun antara teori dan praktek.

h.      Mutu

Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa


pelaksanaanpembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar
mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan
kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapka.

2.      Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum K13

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini :

1.      Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi. 

2.      Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. 

3.      Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum


berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. 

4.      Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai
setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi. 

5.      Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk


mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. 
6.      Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar. 

7.      Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,


dan seni. 

8.      Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. 

9.      Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan


pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 

10.  Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah. 

11.  Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian


kompetensi.

Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap
peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan
proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai