Dengue Fever
Dengue Fever
Dengue Fever
Oleh :
dr. Christianto wisman
Pembimbing :
Dr. Yusian Sp. A
dr. Maya Dewi Hanggraningrum
dr. Ifadatul Waro
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
besarnya kepada dr. yusian Sp.A, dr. Maya Dewi dan dr. Ifadatul Waro, selaku
pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan kasus ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak yang telah
bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama penderita : An M
Umur : 5 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jombok RT 03/02, Wonorejo, Sambeng, Lamongan
Status : Belum Menikah
Pekerjaan :-
Tanggal MRS : 06 Juni 2019
Tanggal Pemeriksaan : 07 Juni 2019
No. RM : 233770
DATA DASAR
Keluhan Utama
Panas badan
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah MRS di RS karang geneng 1 hari yang lalu
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
Suhu = 38 C Frek. nadi = 110x/menit
Frek. Pernapasan = 24 x/menit Tekanan Darah = 90/70 mmHg
TORAKS
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka, kontraksi m intercostalis (-)
sela antar iga menyempit (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus raba (+) normal, pergerakan kedua
dada sama
Perkusi : sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : depan dan belakang: suara dasar vesikuler, suara
tambahan :wheezing -/-, ronkhi -/-.
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis (+), punctum maksimum di ICS IV AAL S
Perkusi : batas jantung kiri pada ICS IV/V pada garis MCL S
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), bising (-)
ABDOMEN
Hati : Hepatomegali (+) 2-3-3
Limpa : tidak teraba
Kelenjar getah bening : pembesaran -/-
Asictes : shifting dullnes (-)
Anggota gerak : Superior Inferior
Edema : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
Akral dingin : +/+ +/+
Capillary refill : 2“ 2”
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Hematologi (06 Juni 2019)
Hb : 8.3
Trombosit : 65.000
PCV : 41 %
Leukosit : 4.800
LED : 30-60
Elektrolit (06 Juni 2019)
Natrium : 129
Kalium : 4.1
Chlorida : 94
Faal Ginjal (06 Juni 2019)
Serum Creatinine : 0.52
Urea : 60
Faal Hati (06 Juni 2019)
SGOT : 98
SGPT : 32
ASSESMENT
Dengue hemoragik fever grade III + Hematemesis melena + hepatomegaly
PLANNING
Diagnosis
Darah lengkap serial, Faal hepar, Faal ginjal, thoraks foto
Terapi
• O2 Nasal 3 lpm
• Pasang kateter urine
• Loading Asering 200 cc/ jam→ 140 cc/jam → 100 cc/ jam→60 cc/jam
• Maintenance Asering 1000cc/24 jam
• Inj. Paracetamol 4x 250 mg
• Inj. Ondansetron 3 x 2 mg
• Inj. Vit K 3 x ½ amp
• Inj. Asam Traneksamat 3 x 125 mg
• Tranfusi Whole blood 1 kolf→ evaluasi ulang
• Pro ICU
O2 nasal 3 lpm
07/6/19 S: penurunan kesadaran (+), panas (+)
Loading asering 200 cc/
O: KU:lemah Kes : Somnolen
jam
GCS : 2 2 4
Suhu = 38° C
Infus asering 1000cc/24
Frek. nadi = 120 x/menit
jam
Frek. Pernapasan = 24 x/menit
NGT
Tekanan darah = 70/60 mmHg
Diet sonde 8x 20 cc
Thorax: simetris, retraksi (-)
Inj. Ranitidine 2 x 20mg
Abdomen: hepatomegali (+), nyeri tekan
Inj. Paracetamol 4x 250mg
kuadran kanan atas
ektremitas Inj. Ondansetron 3 x 2mg
pucat +/+ +/+
Inj. Vit K 3 x ½ amp
sianosis -/- -/-
capilary refill 2” 2” Inj. Asam Traneksamat 3
akral dingin +/+ +/+
x125 mg
GDA: 57
A: dengue shock syndrome + Hematemesis Inj dexametason 3x 5mg
melena + hepatomegali + hipoglikemia
Tranfusi whole blood 1
kolf
Tranfusi FFP 1 kantong
jeda 6 jam
D40 1 flash, evaluasi
O2 nasal 3 lpm
08/6/19 S: penurunan kesadaran (+), panas (+), Infus asering 1000cc/24
muntah berwarna hitam massif jam
O: KU:lemah Kes : Somnolen NGT
GCS : 3 4 5 Diet sonde 8x 20 cc
Suhu = 38° C Inj. Ranitidine 2 x 20mg
Frek. nadi = 126 x/menit Inj. Paracetamol 4x 250mg
Frek. Pernapasan = 24 x/menit
Inj. Ondansetron 3 x 2mg
Tekanan darah = 100/64 mmHg
Thorax: simetris, retraksi (-) Inj. Vit K 3 x ½ amp
Abdomen: hepatomegali (+), nyeri tekan
Inj. Asam Traneksamat 3
kuadran kanan atas
ektremitas x125 mg
pucat -/- -/-
Ca glukonas ½ ampul IV
sianosis -/- -/-
capilary refill <2” < 2” pelan
akral dingin -/- -/-
Tranfusi PRC (WB) 250
GDA : 90
A: dengue shock syndrome +Hematemesis premed Lasix 10mg
melena + hepatomegali + hipoglikemia
teratasi
O2 nasal 3 lpm
Infus asering 1000cc/24
09/6/19 S: kesadaran mulai pulih , panas mulai turun,
jam
sudah tidak BAB dan muntah hitam
NGT
O: KU:lemah Kes : compos mentis
Diet sonde 8x 20 cc
Suhu = 37.8° C
Inj. Ranitidine 2 x 20mg
Frek. nadi = 110 x/menit
Inj. Paracetamol 4x 250mg
Frek. Pernapasan = 24 x/menit
Tekanan darah = 110/60 mmHg Inj. Ondansetron 3 x 2mg
Thorax: simetris, retraksi (-)
Inj. Vit K 3 x ½ amp
Abdomen: hepatomegali (+), nyeri tekan
kuadran kanan atas Inj. Asam Traneksamat 3
ektremitas
x125 mg
pucat -/- -/-
sianosis -/- -/- Inj dexametason 3x 5mg
capilary refill <2” <2”
Tranfusi TC
akral dingin -/- -/-
GDA : 89 Tranfusi WB 1 kolf
A: dengue shock syndrome + Hematemesis
melena profus (post)+ hepatomegali +
hipoglikemia teratasi
O2 nasal 3 lpm
10/6/19 S: kesadaran kembali menurun panas
Infus asering 1000cc/24
berkurang
jam
O: KU:lemah Kes : Somnolen
NGT
GCS : 3 3 5
Diet sonde 8x 20 cc
Suhu = 37.6° C
Inj. Ranitidine 2 x 20mg
Frek. nadi = 122 x/menit Inj. Paracetamol 4x 250mg
Frek. Pernapasan = 24 x/menit
Inj. Ondansetron 3 x 2mg
Tekanan darah = 90/60 mmHg
Pupil: anisikor(D: 3mm, S: 6 mm ) Inj. Vit K 3 x ½ amp
Thorax: simetris, retraksi (-)
Inj. Asam Traneksamat 3
Abdomen: hepatomegali (+), nyeri tekan
kuadran kanan atas x125 mg
ektremitas
Inj dexametason 3x 5mg
pucat -/- -/-
sianosis -/- -/- Tranfusi WB 1 kolf
capilary refill <2” < 2”
akral dingin -/- -/-
GDA : 92
A: dengue shock syndrome + Hematemesis
melena (post)+ hepatomegali hipoglikemia
teratasi + S intracranial bleeding
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam dengue / Dengue Fever (DF) dan DBD atau Dengue
Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik.
Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan
sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan
yang terlambat. Dengue shock syndrome (DSS) merupakan sindroma syok
yang terjadi pada penderita DHF.
B. Etiologi
Penyakit DF dan DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
arbovirus B, yaitu arthropod-born virus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Virus dengue secara serologi mempunyai 4 tipe yaitu DEN1,
DEN2, DEN3, dan DEN4. Serotipe DEN 2 dan DEN 3 merupakan penyebab
paling sering di Asia Tenggara. Vector utama penyakit DF dan DHF adalah
nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah
pedesaan).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,
telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-40 C. Bila kelembapan
terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk
menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang
sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir.
C. Manifestasi klinis
Gejala klinis utama pada DF dan DHF adalah demam dan manifestasi
perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.
a. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari. Yang tidak
dipengaruhi oleh antipiretik
b. Manifestasi perdarahan
Uji tourniquet positif.
Perdarahan spontan berbentuk petekie, purpura, ekimosis,
epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
c. Hepatomegali
d. Kriteria laboratorium yaitu adanya Trombositopenia ≤100.000/mm3 dan
atau leukopenia
e. Kriteria DHF yaitu adanya tanda kebocoran plasma yang ditandai dengan
adanya hemokonsentrasi ≥ 20% dari masa konvalesen atau nilai normal
pasien ini. Tanda lainnya berupa tanda efusi pleura, edema paru, ascites
dan lain-lain
f. Kriteria dengue shock syndrome adalah ditandai dengan nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau sampai nadi tak teraba,
kulit dingin pucat dan anak gelisah
g. Pemeriksaan penunjang dengue:
- Darah lengkap : terjadi trombositopenia, leukopenia dan
hemokonsentrasi. Hb cenderung meningkat kabiat hemokonentrasi
tetapi dapat menurun jika terjadi perdarah masif
- Faal hepar : terjadi peningkatan SGOT dan SGPT akibat
peningkatan kerja hepar
- Serologi dengue : pemeriksaan IG g dan IG m anti dengue positif
pada hari ketiga
- NS1 : merupakan protein pada virus dengue.
pemeriksaan NS1 positif pada hari pertama dan kedua
- Fotothoraks : digunakan untuk mencari manifestasi
kebocoran plasma pada paru dan pleura
D. Klasifikasi
Dengue Fever dan Dengue Hemoragic Fever dibagi menjadi 4 stadium
yaitu:
a. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.
b. Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau
perdarahan lain.
c. Derajat III (preshock): Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak
disertai hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi
meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)/
hipotensi disertai ekstremitas dingin, dan anak gelisah.
d. Derajat IV (shock): demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba
dan tekanan darah tak terukur).
E. Patofisiologi
Virus dengue mempunyai 4 serotipe. Infeksi salah satu serotype
menyebabkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Pembentukkan
antibodi pada infeksi pertama oleh salah satu dari keempat jenis virus dengue
akan menghasilkan kekebalan silang (cross protection) yang berlaku untuk
keempat jenis virus dengue, sehingga infeksi kedua oleh virus dengue dengan
tipe yang sama bahkan dapat menimbulkan kekebalan seluler (sel mediated
immunity) yang dapat bertahan seumur hidup.
Virus dengue masuk ke tubuh penderita sehingga menyebabkan reaksi
viremia. Reaksi ini merangsang prostaglandin (PGE2) sehingga
mempengaruhi pusat pengatur panas dihipotalamus maka terjadi hipertermia.
Viremia juga menyebabkan pelepasan zat seperti bradikinin dan serotonin
sehingga terjadi nyeri otot dan sakit kepala. Hepatomegaly terjadi karena
peningkatan kerja hepar akibat replikasi virus yang terjadi di hepar.
Protein yang paling berperan dalam mekanisme autoimun dalam
patogenesis dengue adalah N1, protein E dan Protein M. proses autoimun
diduga karena adanya kemiripan antara protein NS1, pr M, , protein ddengan
komponen tertentu pada sel endotel dan trombosit( molecular mimicry).
Akibatnya sel-sel tersebut dapat dihancurkan oleh makrofag sehingga terjadi
trombositipenia dan kerusakan endotel .
Virus dengue akan beraksi dengan antibody sehingga terjadi nya
kompleks antigen-antibodi. Kompleks ini akan mengaktivasi sistem
komplemen terutama komplemen C3 dan C5. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma (
plasma leakage)
F. Tatalaksana
1. Rawat jalan
Pasien tersangka infeksi dengue mempunayi indikasi untuk rawat inap.
Jika tidak ada indikasi maka pasien disarankan rawat jalan. Indikasi rawat inap
adalah adanya warning sign (nyeri perut hebat, letargi, gelisah, adanya
kebocoran plasma). Menolak makan minum, tanda presyok dan syok, tanda
keterlibatan organ ( hematemesis melena, hematuria, ensefalopati) dan
indikasi social ( rumah jauh atau tidak ada orangtua/wali yang dapat
diandalkan untuk merawat anak dirumah)
Pasien Dengue fever tanpa komplikasi diperlakukan sebagai pasien rawat
jalan. Diberikan nasihat dirumah berupa:
- Anak harus istirahat
- Cukup minum air putih, susu atau jus buah. Minum secukupnya
ditanda dengan frekuensi buang air kecil setiap 4-6 jam
- Diberikan parasetamol 10mg/kgBB/kali apabila suhu >38 C dengan
interval 4-6 jam, hindari pemberian aspirin/ibuprofen
- Pasien rawat jalan harus kembali berobat setiap hari dan dinilai oleh
petugas kesehatan sampai melewati fase kritis.
- Pasien harus dibawa ke rumah sakit jika ditemukan satu atau dua
keadaan warning sign atau tanda presyok-syok diatas
2. Rawat inap tanpa syok
Tatalaksana dengue fever dan Dengue hemoragik fever npa syok di rumah
sakit. Prinsip tatalaskana DF dan DHF adalah simtomatis dan suprotif. Terapi
suportif berupa penggantian cairan yang hilang. Jenis cairan yang dipakai
adalah cairan kristaloid isotonic. Volume cairan yang diberikan disesuaikan
dengan berat badan, kondisi klinis dan temuan laboratorium. Pemberian cairan
dimulai dengan 10ml/kgBB/jam kemudian dievaluasi dan diturunkan menjadi
5ml/kgBB/jam kemudian 3ml/kgBB/jam dan dihentikan setelah 24-48 jam.
Pemberian cairan koloid dipertimbangkan pada perembesan plasma massif
yang ditunjukan nilai hematocrit yang makin meningkat atau tetap tinggi
sekalipun telah diberikan cairan kristaloid yang adekuat atau pada keadaan
syok yang tidak berhasil dengan pemeberian cairan kristaloid bolus kedua.
Perlu dipantau keadaan umum pasien, nafsu makan, muntah dan warning
sign. Tanda vital dab Perfusi perifer harus sering dievaluasi setiap 2-4 jam
sekali. Pemeriksaan hematocrit awal dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian cairan. Volume urine perlu ditampung minimal 8-12 jam
3. Rawat inap dengan syok
Syok pada infeksi dengue merupakan syok hipovolemik akibat
perembesan plasma. Prinsip utama adalah pemberian cairan yang cepat dan
adekuat. Selain itu bila ditemukan factor ko-morbid dan penulit seperti
hipoglikemia dan gangguan asam basa harus segera diobati
Prinsip penatalaksaan
- berikan oksigen 2-4 L/ menit
- berikan resusitasi cairan kristalodi isotonic intravena dengan jumlah 20
ml/kgBB/jam
- bila syok teratasi dan keadaan sirkulasi tetap stabil maka dikurangi
secarabertahapdengan dosis 10/7/5/3 ml/kgBB/jam. Pada umumnya
setelah 24-48 jam pasca resusitasi, cairan intravena sudah tidak
diperlukan
- periksa analisis gas darah, kalsium, gula darah untuk dikoreksijika ada
kelainan
- jika curiga adanya perdarahan maka dapat dilakukan tranfusi dapat
berupa whole blood dengan dosis 10ml/kgBB atau packed red ceel
dengan dosis 5ml/kgBB
- apabila hematocrit masih tinggi, berikan bolus kedua. Jika tidak
membaik maka pilih larutan koloid dengan jumlah 10-20 ml/kgBB
dalam waktu 10-20 menit
G. Komplikasi
1. Perdarahan
Manifestasi perdarahan merupakan mainfestasi tersering dari DF dan
DHF. Apabila sumber perdarahan tampak secara klinis, segera lakukan
tindakan untuk menghentikannya misalnya mimisan berat dapat dihentikan
dengan tampon nasal. Salah satu manifestasi tersering adalah perdarahan
gastrointestinal yang ditandai hematemesis melena. Pemberian H2 antagonis
dan protom pump inhibitor dinilai kurang efektif. Tranfusi darah dilakukan
segera pada kadar hematocrit yang menurun. Dapat diberikan 10ml/kgBB
whole blood atau 5ml/kgBB Packed red cell.
Salah satu manifestasi perdarahan yang paling berbahaya adalah
perdarahan intracranial. Terjadinya perdarahan intracranial akibat
trombositopenia yang parah. Gambaran klinis berupa penurunan kesadaran,
pupil anisiokor dan reflek pupil yang negatif.
2. Ensefalopati dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang
tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia,
atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat
ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga
disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat
dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue
dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan
ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak dan alkalosis, maka bila
syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03-
dan jumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera
ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi
udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila
terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan.
Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg
selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu
diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit.
Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk
mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa.
Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat.
Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan
asam amino rantai pendek.
3. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom
uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah
syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan
apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter
yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah
teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila
syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi
dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin.
4. Edema paru
Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga
sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan edem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi
pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan
diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan
hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan
ditunjang dengan gambaran edema paru pada foto rontgen dada.
5. Gangguan elektrolit
Gangguan elektrolit paling sering terjadi selama fase kritis dan
tersering adalah hiponatremia dan hipokalsemia. Sedangkan hypokalemia
sering pada fase konvalesens.hiponatremia sering terjadi akibat pemberian
cairan hipotonis yang tidak adekuat. Dapat diberikan cairan dextrose 5% atau
NaCl 0.9%. jika terjadi kejang diberikan Natrium 3%.
Hipokalsemia disebabkan perembesan kalsium yang mengikuti
albumin masuk ke cairan pleura atau peritoneal. Direkomendasika pemberian
kalsium glukonas 10% dengan dosis 1ml/kgBB/dosis (maks 10 ml) diencerkan
dengan aquadest diberikan setiap 6 jam hanya untuk kasus dengue shock
syndrome atau pasien kelebihan cairan
BAB III
KESIMPULAN
Demam dengue dan demam berdarah dengue merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Penyebabnya adalah virus dengue.
Virus dengue secara serologi mempunyai 4 tipe yaitu DEN1, DEN2, DEN3,
dan DEN4
Manifestasi klinik dari demam dengue dan demam berdarah dengue
adalah demam 2-7 hari seperti pelana kuda disertai manifestasi perdarahan
spontan maupun uji tourniquet. Hasil laboratorium menunjukan
trombositopenia, leukopenia maupun hemokonsentrasi. Dengue shock
syndrome merupakan keadaan syok yang terjadi pada demam berdarah.
Prinsip tatalaksana pada demam dengue dan demam berdarah dengue
adalah simptomatis dan suportif seperti pemberian cairan kristaloid isotonis.
Jika terjadi syok maka dilakukan resusitasi cairan. Komplikasi tersering adalah
perdarahan massif selain itu bisa terjadi ensefalopati dengue, kelainan ginjal,
edema paru akibat pemberian cairan berlebihan maupun gangguan elektrolit
DAFTAR PUSTAKA