1F Laporan Pengeringan PDF
1F Laporan Pengeringan PDF
1F Laporan Pengeringan PDF
I. TUJUAN PERCOBAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengeringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
B. Pengeringan Kayu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
C. Klasifikasi Proses Pengeringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
D. Proses Pengeringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
E. Mekanisme Zat Padat dalam Pengering . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
F. Perpindahan Massa dan Panas pada Pengeringan . . . . . . . . . . . . . . .4
G. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan . . . . . . . . . . . . . .5
H. Kecepatan Pengeringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
I. Hubungan Moisture Content dan Drying Rate terhadap Waktu
Pengeringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
B. Bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
C. Gambar Alat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
IV. CARA KERJA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11
V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
B. Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
DAFTAR PUSTAKA
VI. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
B. Perhitungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
C. Analisis Galat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat kurva pengeringan dan memahami pentingnya kurva tersebut
dalam menentukan waktu pengeringan bahan padatan.
2. Menjelaskan perbedaan antara kandungan air bebas (free moisture) dan
air terikat (bound moisture).
3. Menentukan waktu pengeringan padatan pada masing-masing periode.
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi lama waktu
pengeringan.
5. Menentukan koefisien transfer panas dan massa proses pengeringan
padatan.
1
2
B. Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam
kayu, baik berupa air bebas maupun air terikat dengan maksud untuk
menstabilkan dimensi kayu, sehingga dapat digunakan secara lebih
efisien dan efektif (Juheri dkk, 2017).
Pengeringan kayu adalah suatu proses menurunkan kadar air kayu
hingga kadar air pemakaian melalui teknik penumpukan yang benar,
dengan atau tanpa pengaturan faktor-faktor pengeringan untuk
meningkatkan kestabilan dimesnsi kayu (Wahyudi, 2013).
D. Proses Pengeringan
Proses pengeringan berlangsung dengan cara memecahkan ikatan
molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila ikatan
molekul air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen
dipecahkan, maka molekul tersebut akan keluar dari bahan. Akibatnya
bahan tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya. Untuk
memecah ikatan oksigen dan hidrogen biasanya digunakan gelombang
mikro (Hasibuan, 2005).
Pengurangan kadar air dilakukan secara manual yaitu penyerapaan
dan pengeringan. Penyerapan dilakukan dengan menempatkan
slurry/lampur hasil olahan gips yang telah dilapisi kain saring.
Sedangkan pengeringan dilakukan dengan menempatkan lumpur pada
tempat yang teduh (tidak di bawah sinar matahari langsung) agar air
teruapkan oleh udara kering (Effendi dkk, 2018).
Proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari
mempunyai banyak kekurangan, yaitu dalam proses pengeringannya
membutuhkan waktu yang lama, memerlukan area yang cukup luas
dan cuaca yang sering berubah-ubah. Proses pengeringan bertujuan
untuk mengurangi kadar air sampai batas tertentu. Pengeringan yang
menghasilkan produk dengan mutu lebih baik dan efisien, maka
dibutuhkan pengering dengan kinerja yang baik, dan pengaturan serta
pengendalian kondisi proses pengeringan seperti suhu yang digunakan,
kelembaban udara, serta waktu pengeringan (Yerizam dkk, 2019).
4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan
udara untuk mengangkut air selama pengeringan, karena akan
semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara semakin
berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tertampung dan
disingkirkan dari bahan. Sebaliknya jika tekanan udara di sekitar
pengeringan semakin besar maka akan terjadi kelembaban.
H. Kecepatan Pengeringan
Kecepatan pengeringan dapat diketahui dengan melakukan
percobaan pengeringan secara batch. Padatan yang akan dikeringkan
ditempatkan dalam alat pengering yang bersuhu tetap dan dialiri
medium pengering dengan kecepatan tetap. Dari percobaan akan
diperoleh hubungan massa padatan yang dikeringkan dengan waktu.
Persamaan kecepatan pengeringan, seperti ( Couper et al, 2004):
𝐿𝑠 𝑑𝑥
𝑁=−
𝐴 𝑑𝑡
N = kecepatan pengeringan (kg.jam-1.m-2)
Ls = massa bahan kering (kg)
A = luas efektif permukaan bahan (m2)
x = kandungan cairan basis padatan kering (kgcairan.kgpadatan
kering-1)
t = waktu pengeringan (jam)
7
8
9
B. Bahan
Berikut ini merupakan bahan yang digunakan dalam percobaan
pengeringan padatan.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam percobaan pengeringan padatan.
C. Gambar Alat
Berikut merupakan gambar alat dari praktikum pengeringan
11 10 9 8 7 5
6
1 2 3 4
Keterangan :
1. Ruang Pengering
2. Tray tempat bahan dikeringkan
3. Tutup pengering transparan
4. Skema proses
5. Sensor kecepatan udara
6. Sensor kelembaban dan suhu
7. Timbangan
8. Pengait tray
9. Sensor kelembaban dan suhu
10. Panel control
11. Heater dan fan
11
12
Koefisien Koefisien
Waktu Waktun
No. Nama bahan Transfer Transfer
menurun konstan
massa panas
1 Bola kayu 232.6015 14.0952 0.0461 0.8842
2 Silinderkayu 168.7465 8.6956 0.0205 1.2637
3 Slurry 174.3846 11.4285 0.1602 14.7709
B. Pembahasan
Pada percobaan pengeringan padatan bahan yang digunakan yaitu
bola kayu, silinder kayu dan slurry yang terbuat dari campuran aquades
dan CaCo3, dalam percobaan kali ini menggunakan metode batch
dimana bahan-bahan dimasukan ke dalam alat pengering dengan suhu
yang tetap dan di aliri udara kering dengan kecepatan konstan.
Terdapat 3 periode yang terjadi pada proses pengeringan padatan,
berikut adalah periode-periode tersebut :
1. Periode pengeringan konstan
Dalam periode ini cairan pada permukaan partikel menguap
secara merata, sehingga kelembaban di dalam partikel berkurang,
lalu cairan di dalam partikel akan berdifusi kepermukaan partikel,
pada periode ini perpindahan panas terjadi melalui konversi dan
radiasi.
12
13
0.0001
0.00005
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Xc
0.0002
0.00015
Nc
0.0001
0.00005
0
0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
Xc
180
160
Grafik t Vs X
140
t (waktu) - menit
120
100
t vs X Bola
80
60 t vs X Silinder
40 t vs X Slurry
20
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
X ( kadar air)
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pada percobaan pengeringan padatan yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Periode konstan (t tetap)dari masing-masing bahan yaitu :
a. Bola kayu : 49,14285714 menit
b. Silinder kayu : 42menit
c. Slurry CaCO3 : 44menit
2. Periode menurun (t menurun) dari masing-masing bahan yaitu :
a. Bola kayu : 230,6130097menit
b. Silinder kayu : 131,6055447menit
c. Slurry CaCO3 : 169,8192156menit
3. Perbedaan antara kandungan air bebas (free moisture) dan air terikat
(bound moisture) yaitu:
Kandungan air bebas (free moisture) merupakan air yang
terkandung dalam bahan yang dapat dengan mudah dihilangkan
dengan cara penguapan atau pengeringan.
Kandugan air terikat (bound moisture) merupakan air yang
terkandung dalam bahan yang sangat sukar untuk dihilangkan
meskipun dengan cara penguapan atau pengeringan.
4. Faktor yang mempengaruhi lamanya waktu pengeringan yaitu:
1) Perbedaan Suhu dan Udara Sekitar (Temperature)
Semakin besar perbedaan suhu antar medium pemanas
dengan bahan maka semakin cepat perpindahan panas kedalam
bahan dan semakin cepat pula penghilangan air dari bahan.
2) Luas Permukaan
Semakin kecil luas permukaan suatu bahan maka semakin cepat
proses pengeringan suatu bahan.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. G. (1978)Unit Operation, Jhon Willey and Sans Inc, New York.
Couper, J. R., Penney, W. R., Fair, J. R. and Walas, S.M. (2004)Chemical Process
Equipment : Selection and Design 2nd ed.Elsevier Inc, United States.
Juheri, Usman, F.H., & Yani, A. (2017 ‘Stabilitas Dimensi Kayu Mahang
(Macaranga hypoleuca (Reichb.f.et Zoll.) M.A) Berdasarkan Posisi Ketinggian
Batang dan Suhu Pengeringan’, Jurnal Hutan Lestari, 5 (4), pp. 987–998.
Perry, R..H., and Green, D. (1984) Perry’s Chemical Enggineer’s Handbook, 6th
ed. McGraw-Hill Book Company, New York.
19
Yerizam, M., Purnamasari, I., Dillah, V. F., & Pakpahan, C. (2019) ‘Kinerja
Rotary Dryer pada Pengeringan Chips Manihot Esculenta dalam Pembuatan
Mocaf berdasarkan Variasi Waktu, Temperatur dan Laju Pengeringan’, Jurnal
Kinetika. 10(02), pp. 24–28.
20
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
Berikut ini merupakan data percobaan pengeringan padatan yang
telah dilakukan :
1. Massa cawan sebelum dioven : 28,92 gram
2. Massa cawan setelah dioven : 28,9 gram
3. Massa piknometer kosong :12,715 gram
4. Massa piknometer + aquades : 22,123 gram
5. Massa air : 5 mL
6. Massa CaCO3 : 5 gram
7. Massa bola : 51,67 gram
8. Massa silinder : 62,04 gram
9. Diameter bola : 5,8 cm
10. Diameter silinder : 3,91 cm
11. Diameter slurry : 4,64 cm
12. Panjang bola : 4,3 cm
13. Panjang silinder : 7,9 cm
14. Suhu (T) lingkungan : 30 °C
20
21
B. Perhitungan
1. Pengeringan Bola Kayu
a. Menghitung Kadar Air
Diketahui : Massa bahan basah (menit ke-0) = 55 gram
Massa bahan basah (menit ke-1) = 54,71 gram
Massa bahan kering = 51,67 gram
Ditanya : -Kandungan air sebelum dikeringkan…?
-Kandungan air sesudah dikeringkan…?
Dijawab :
• Kandungan air sebelum dikeringkan (X0)
massa bahan basah (menit ke−0)−massa bahan kering
X0 =
massa bahan kering
55 gram−51,67 gram
X0 =
51,67 gram
X0 = 0,06445 gram
• Kandungan air setelah dikeringkan (X1)
massa bahan basah (menit ke−1)−massa bahan kering
X1 =
massa bahan kering
54,71 gram−51,67 gram
X1 =
51,67 gram
X1 = 0,05883 gram
=- 0,000702 gram/menit
Ditanya : Kecepatan pengeringan (N)…?
23
Dijawab :
Ls dX
• N bola= − A x dt
51,67
= − 105,6296 x (−0,000702)
= 0,000343 g/cm2.menit
• Grafik hubungan antara X dan N bola kayu
0.00015
0.0001
0.00005
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Xc
0,000166−1,18x10−5
= 0,000166
ln
1,18x10−5
= 5,8293 x 10-5g/cm2.menit
= 230,61 menit
Ls (X1−Xc)
• t tetap = x
A Nc
51,67 (0,05883−0,423)
= x
105,6296 0,000166
= 49,14 menit
25
e. Menghitung Nilai H
H1+H2
H=
2
H dalam satuan W/cm2K
f. Mencari Nilai Ts
Menggunakan Grafik Psychrometric Chartdengan
menggunakan nilai T1 dan H. Ts dalam satuan °C.
ln Ps = 8,655390892
Ps = Exp (ln Ps)
Ps = Exp (8,655390892)
Ps = 5741,01264 Pa
• Menghitung Nilai K
− Nc
K =
A(Ps−P)
−0,000166
K =
105,6296(5741,01264−101325)
213222x8,3145x(53+273,15)2
=
((35,5+273,15)−45,15)2
= 2716074,492 J Kg-1
h = 0,884291445 W/cm2.K
Dijawab :
X0 = 0,092843 gram
• Kandungan air setelah dikeringkan (X1)
massa bahan basah (menit ke−1)−massa bahan kering
X1 =
massa bahan kering
67,23 gram−62,04 gram
X1 =
62,04 gram
X1 = 0,083656 gram
= - 0,001148gram/menit
Ditanya : Kecepatan pengeringan (N)…?
Dijawab :
Ls dX
• N silinder = − A x dt
62,04
= − 120,9938 x (−0,001148)
= 0,0005889g/cm2.menit
28
0.0002
0.00015
Nc
0.0001
0.00005
0
0.05 0.055 0.06 0.065 0.07 0.075 0.08 0.085 0.09
Xc
Dijawab :
Nc−Ne
Nlm silinder = Nc
ln
Ne
0,000165−1,033x10−5
= 0,000165
ln
1,033 x 10−5
= 5,58924 x10-5g/cm2.menit
= 131,6055 menit
Ls (X1−Xc)
• t tetap = x
A Nc
62,04 (0,083656−0,07012)
= x
120,9938 0,000165
= 42 menit
30
e. Menghitung Nilai H
H1+H2
H=
2
H dalam satuan W/cm2K
f. Mencari Nilai Ts
Menggunakan Grafik Psychrometric Chartdengan
menggunakan nilai T1 dan H. Ts dalam satuan °C.
ln Ps = 8,655390892
Ps = Exp (ln Ps)
Ps = Exp (8,655390892)
Ps = 5741,01264 Pa
• Menghitung Nilai K
− Nc
K =
A(Ps−P)
−0,000165
K =
120,9938(5741,01264−101325)
213222x8,3145x(53+273,15)2
=
((35,5+273,15)−45,15)2
= 2716074,492 J Kg-1
h = 1,263751124 W/cm2.K
Dijawab :
X0 = 0,976 gram
• Kandungan air setelah dikeringkan (X1)
massa bahan basah (menit ke−1)−massa bahan kering
X1 =
massa bahan kering
9,73 gram−5 gram
X1 =
5 gram
X1 = 0,946 gram
Nc
0.0004
0.0002
0
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Xc
Dijawab :
Nc−Ne
Nlm slurry = Nc
ln
Ne
0,0003698−0,0001479
= 0,0003698
ln
0,0001479
= 169,82 menit
Ls (X1−Xc)
• t tetap = x
A Nc
5 (0,946−0,836)
= x
33,801472 0,0003698
= 44 menit
35
e. Menghitung Nilai H
H1+H2
H=
2
H dalam satuan W/cm2K
f. Mencari Nilai Ts
Menggunakan Grafik Psychrometric Chartdengan
menggunakan nilai T1 dan H. Ts dalam satuan °C.
ln Ps = 8,655390892
Ps = Exp (ln Ps)
Ps = Exp (8,655390892)
Ps = 5741,01264 Pa
• Menghitung Nilai K
− Nc
K =
A(Ps−P)
−0,0003698
K =
33,801472(5741,01264−101325)
213222x8,3145x(53+273,15)2
=
((35,5+273,15)−45,15)2
= 2716074,492 J Kg-1
h = 14,770907 W/cm2.K
37
C. Analisis Galat
1. Bola Kayu
a. Galat Acak
(55+54,71+54,47+54,34+54,13+53,99+53,85+53,71+53,59+53,42+53,23+
53,11+53,01+52,96+52,87+52,62+52,51+52,43+52,42+52,4)
R= 21
1068,77
= 21
= 53,4358
Galat acak
1
((55 − 53,4385)2 + (54,71 − 53,4385)2 + (54,47 − 53,4385)2 +
21
(54,34 − 53,4385)2 + (54,13 − 53,4385)2 + (53,99 − 53,4385)2 +
(53,85 − 53,4385)2 + (53,71 − 53,4385)2 + (53,59 − 53,4385)2 +
ƩR= (53,42 − 53,4385)2 + (53,23 − 53,4385)2 + (53,11 − 53,4385)2 +
(53,01 − 53,4385)2 + (52,96 − 53,4385)2 + (52,87 − 53,4385)2 +
(52,62 − 53,4385)2 + (52,51 − 53,4385)2 + (52,43 − 53,4385)2 +
√ (52,42 − 53,4385)2 + (52,4 − 53,4385)2 + (0 − 53,4385)2 )
ƩR= 11,68679
b. Galat Sistematis
1
ƩS = 2 𝑥0,1
ƩS =0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ƩR2 + ƩS 2
Ʃ = √(11,68679)2 + (0,05)2
Ʃ = 11,68690
38
2. Silinder Kayu
a. Galat Acak
(67,8+67,23+67,03+66,98+66,75+66,61+66,5+66,39+66,23+66,09+65,9+
65,83+65,76+65,65+65,59+65,5+65,49+65,47)
R = 21
1192,8
= 21
= 66,2667
Galat acak
1
((67,8 − 66,2667)2 + (67,23 − 66,2667)2 + (67,03 − 66,2667)2 +
21
(66,98 − 66,2667)2 + (66,75 − 66,2667)2 + (66,61 − 66,2667)2 +
(66,5 − 66,2667)2 + (66,39 − 66,2667)2 + (66,23 − 66,2667)2 +
ƩR= (66,09 − 66,2667)2 + (65,9 − 66,2667)2 + (65,83 − 66,2667)2 +
(65,76 − 66,2667)2 + (65,65 − 66,2667)2 + (65,59 − 66,2667)2 +
(65,5 − 66,2667)2 + (65,49 − 66,2667)2 + (65,47 − 66,2667)2 +
√ (0 − 66,2667)2 + (0 − 66,2667)2 + (0 − 66,2667)2
ƩR= 25,054116
b. Galat Sistematis
1
ƩS = 2 𝑥0,1
ƩS =0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ƩR2 + ƩS 2
Ʃ = √(25,054116)2 + (0,05)2
Ʃ = 25,054165
39
3. Slurry (CaCO3)
a. Galat Acak
(9,88+9,73+9,61+9,53+9,39+9,28+9,18+9,08+8,99+8,79+8,68+8,59+8,46+
8,32+8,27+8,12+8,01+7,9+7,79+7,75+7,74)
R= 21
183,09
= 21
= 8,7186
Galat acak
1
((9,88 − 8,7186)2 + (9,73 − 8,7186)2 + (9,61 − 8,7186)2 +
21
(9,53 − 8,7186)2 + (9,39 − 8,7186)2 + (9,28 − 8,7186)2 +
(9,18 − 8,7186)2 + (9,08 − 8,7186)2 + (8,99 − 8,7186)2 +
ƩR= (8,79 − 8,7186)2 + (8,68 − 8,7186)2 + (8,59 − 8,7186)2 +
(8,46 − 8,7186)2 + (8,32 − 8,7186)2 + (8,27 − 8,7186)2 +
(8,12 − 8,7186)2 + (8,01 − 8,7186)2 + (7,9 − 8,7186)2 +
2 2 2
√ (7,79 − 8,7186) + (7,75 − 8,7186) + (7,74 − 8,7186)
ƩR= 0,681268
b. Galat Sistematis
1
ƩS = 2 𝑥0,1
ƩS =0,05
c. Galat Campuran
Ʃ = √ƩR2 + ƩS 2
Ʃ = √(0,681268)2 + (0,05)2
Ʃ = 0,683100
40
Waktu Massa X Bola dX/dt Bola N Bola NlmBoLa t menurun Bola t tetap Bola H Ts ln Ps Ps K delta Hv h
(menit) Bola
0 55 0,064447455 -0,000701568 0,00034318 5,82933E-05 230,6130097 49,14285714 25,8 35,5 8,655390892 5741,01264 1,6409E-11 2716074,492 0,884291445
8 54,71 0,058834914 -0,000580608 0,000284011 26,8 35,8 8,671968916 5836,980567 1,64255E-11 2709900,428
16 54,47 0,054190052 -0,000314496 0,000153839 27,2 36 8,683 5901,725236 1,64366E-11 2705796,074
24 54,34 0,051674086 -0,000508032 0,00024851 26,65 35,7 8,666447099 5804,838651 1,64199E-11 2711956,109
32 54,13 0,047609832 -0,000338688 0,000165673 27,15 35,9 8,677486548 5869,275893 1,6431E-11 2707847,085
40 53,99 0,044900329 -0,000338688 0,000165673 26,5 35,6 8,660921093 5772,849543 1,64144E-11 2714014,129
48 53,85 0,042190826 -0,000338688 0,000165673 27 35,2 8,638775076 5646,409164 1,63928E-11 2722269,68
56 53,71 0,039481324 -0,000290304 0,000142006 26,65 35 8,627676806 5584,090247 1,63821E-11 2726411,589
64 53,59 0,037158893 -0,000411264 0,000201175 26,2 34,8 8,616561644 5522,365852 1,63715E-11 2730562,957
72 53,42 0,033868783 -0,000459648 0,000224842 27,45 36 8,683 5901,725236 1,64366E-11 2705796,074
80 53,23 0,030191601 -0,000290304 0,000142006 27,35 35,2 8,638775076 5646,409164 1,63928E-11 2722269,68
88 53,11 0,02786917 -0,00024192 0,000118338 25,7 35,5 8,655390892 5741,01264 1,6409E-11 2716074,492
96 53,01 0,025933811 -0,00012096 5,9169E-05 26,1 35,2 8,638775076 5646,409164 1,63928E-11 2722269,68
104 52,96 0,024966131 -0,000217728 0,000106504 25,5 34,5 8,599857143 5430,883695 1,63559E-11 2736807,81
112 52,87 0,023224308 -0,0006048 0,000295845 25,95 35 8,627676806 5584,090247 1,63821E-11 2726411,589
120 52,62 0,018385911 -0,000266112 0,000130172 25,4 35,3 8,644317888 5677,793048 1,63981E-11 2720202,265
128 52,51 0,016257016 -0,000193536 9,46704E-05 24,8 35 8,627676806 5584,090247 1,63821E-11 2726411,589
136 52,43 0,014708728 -2,4192E-05 1,18338E-05 24,15 34,4 8,594280488 5400,681821 1,63508E-11 2738894,189
144 52,42 0,014515193 -4,8384E-05 2,36676E-05 24,55 34,9 8,622121339 5553,154029 1,63768E-11 2728486,088
152 52,4 0,014128121 24,25 33,9 8,566333333 5251,837705 1,63254E-11 2749361,958
160 -1 24,35 34,7 8,610997716 5491,725128 1,63663E-11 1916683,545
41
Massa
Waktu X Silinder dX/dtSilinder N Silinder NlmSilinder t menurunSilinder t tetapSilinder H Ts ln Ps Ps K delta Hv h
Silinder
0 67,8 0,092843327 -0,001148453 0,000588873 25,8 35,5 8,655390892 5741,01264 1,42928E-11 2716074,492 1,263751124
8 67,23 0,083655706 -0,000402966 0,000206622 26,8 35,8 8,671968916 5836,980567 1,43072E-11 2709900,428
16 67,03 0,080431979 -0,000100741 5,16555E-05 27,2 36 8,683 5901,725236 1,43169E-11 2705796,074
24 66,98 0,079626048 -0,000463411 0,000237616 26,65 35,7 8,666447099 5804,838651 1,43024E-11 2711956,109
32 66,75 0,075918762 -0,000282076 0,000144636 27,15 35,9 8,677486548 5869,275893 1,43121E-11 2707847,085
40 66,61 0,073662153 -0,000221631 0,000113642 26,5 35,6 8,660921093 5772,849543 1,42976E-11 2714014,129
48 66,5 0,071889104 -0,000221631 0,000113642 27 35,2 8,638775076 5646,409164 1,42787E-11 2722269,68
56 66,39 0,070116054 -0,000322373 0,000165298 26,65 35 8,627676806 5584,090247 1,42694E-11 2726411,589
64 66,23 0,067537073 -0,000282076 0,000144636 26,2 34,8 8,616561644 5522,365852 1,42602E-11 2730562,957
72 66,09 0,065280464 -0,000382818 0,000196291 27,45 36 8,683 5901,725236 1,43169E-11 2705796,074
80 65,9 0,062217924 -0,000141038 7,23178E-05 5,58924E-05 131,6055447 42 27,35 35,2 8,638775076 5646,409164 1,42787E-11 2722269,68
88 65,83 0,06108962 -0,000141038 7,23178E-05 25,7 35,5 8,655390892 5741,01264 1,42928E-11 2716074,492
96 65,76 0,059961315 -0,000221631 0,000113642 26,1 35,2 8,638775076 5646,409164 1,42787E-11 2722269,68
104 65,65 0,058188266 -0,00012089 6,19867E-05 25,5 34,5 8,599857143 5430,883695 1,42466E-11 2736807,81
112 65,59 0,057221148 -0,000181335 9,298E-05 25,95 35 8,627676806 5584,090247 1,42694E-11 2726411,589
120 65,5 0,055770471 -2,01483E-05 1,03311E-05 25,4 35,3 8,644317888 5677,793048 1,42834E-11 2720202,265
128 65,49 0,055609284 -4,02966E-05 2,06622E-05 24,8 35 8,627676806 5584,090247 1,42694E-11 2726411,589
136 65,47 0,055286912 24,15 34,4 8,594280488 5400,681821 1,42421E-11 2738894,189
144 24,55 34,9 8,622121339 5553,154029 1,42648E-11 2728486,088
152 24,25 33,9 8,566333333 5251,837705 1,42201E-11 2749361,958
160 24,35 34,7 8,610997716 5491,725128 1,42557E-11 2732642,198
42
Waktu Massa X Slurry dX/dt Slurry N Slurry Nlm Slurry t menurun Slurry t tetap Slurry H Ts ln Ps Ps K delta Hv h
Slurrry
0 9,88 0,976 -0,00375 0,00055471 25,8 35,5 8,655390892 5741,01264 1,1446E-10 2716074,492 14,770907
8 9,73 0,946 -0,003 0,000443768 26,8 35,8 8,671968916 5836,980567 1,14575E-10 2709900,428
16 9,61 0,922 -0,002 0,000295845 27,2 36 8,683 5901,725236 1,14653E-10 2705796,074
24 9,53 0,906 -0,0035 0,000517729 26,65 35,7 8,666447099 5804,838651 1,14536E-10 2711956,109
32 9,39 0,878 -0,00275 0,000406787 27,15 35,9 8,677486548 5869,275893 1,14614E-10 2707847,085
40 9,28 0,856 -0,0025 0,000369806 26,5 35,6 8,660921093 5772,849543 1,14498E-10 2714014,129
48 9,18 0,836 -0,0025 0,000369806 27 35,2 8,638775076 5646,409164 1,14347E-10 2722269,68
56 9,08 0,816 -0,00225 0,000332826 26,65 35 8,627676806 5584,090247 1,14272E-10 2726411,589
64 8,99 0,798 -0,005 0,000739613 26,2 34,8 8,616561644 5522,365852 1,14199E-10 2730562,957
72 8,79 0,758 -0,00275 0,000406787 27,45 36 8,683 5901,725236 1,14653E-10 2705796,074
80 8,68 0,736 -0,00225 0,000332826 0,000242154 169,8192156 44 27,35 35,2 8,638775076 5646,409164 1,14347E-10 2722269,68
88 8,59 0,718 -0,00325 0,000480748 25,7 35,5 8,655390892 5741,01264 1,1446E-10 2716074,492
96 8,46 0,692 -0,0035 0,000517729 26,1 35,2 8,638775076 5646,409164 1,14347E-10 2722269,68
104 8,32 0,664 -0,00125 0,000184903 25,5 34,5 8,599857143 5430,883695 1,1409E-10 2736807,81
112 8,27 0,654 -0,00375 0,00055471 25,95 35 8,627676806 5584,090247 1,14272E-10 2726411,589
120 8,12 0,624 -0,00275 0,000406787 25,4 35,3 8,644317888 5677,793048 1,14384E-10 2720202,265
128 8,01 0,602 -0,00275 0,000406787 24,8 35 8,627676806 5584,090247 1,14272E-10 2726411,589
136 7,9 0,58 -0,00275 0,000406787 24,15 34,4 8,594280488 5400,681821 1,14054E-10 2738894,189
144 7,79 0,558 -0,001 0,000147923 24,55 34,9 8,622121339 5553,154029 1,14235E-10 2728486,088
152 7,75 0,55 -0,00025 3,69806E-05 24,25 33,9 8,566333333 5251,837705 1,13877E-10 2749361,958
160 7,74 0,548 24,35 34,7 8,610997716 5491,725128 1,14162E-10 2732642,198
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 10, No. 02 (Juli 2019): 24-28
Muhammad Yerizam*1, Anerasari1, Indah Purnamasari1, Fadarina1, Vonnie Fani Dillah1, Cindy Pakpahan1
1
Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknologi Kimia Industri Politeknik Negeri Sriwijaya
ABSTRACT
Rotary Dryer performance in mocaf making process based on time and drying rate variations aims to
produce quality cassava with a moisture content of 12%, therefore the formulation of the problem is
focused on the right drying rate so as to produce good quality cassava products with water content in
accordance with SNI namely 12%. It can be seen that cassava is a strategic commodity sector in
Indonesia, but the cassava drying method still uses sunlight because it has a very low cost because
sufficient energy from sunlight is available. This method of drying has several drawbacks, such as
contamination of material by impurities from the surrounding environment, highly dependent on the
weather, a long drying time, a large area of sun drying and the occurrence of rain that causes the
material's water content to become unstable. In the process of drying cassava using a rotary dryer,
the drying chamber is first flowed hot air with a temperature of 60°C then cassava is inserted at the
input, the drying process takes 270 minutes with a cylinder rotation of 3 rpm. During the process
several test parameters were measured at each time interval of 60 minutes including measurements of
the temperature of the wet ball and the temperature of the dry ball, air rate, sample weight and%
water content. The results of these measurements will be used to calculate the drying rate and% water
content. From the analysis results obtained a good Drying rate of 2.488070 kg/hour m2 with a water
content according to the standard that is 12.5% at 210 minutes.
24
Yerizam, dkk
ruang pemanas udara dan barulah udara akan dialirkan Salah satu jenis pengering ialah Rotary Dryer Pemilihan
menuju ke tabung silinder yang berisi chip ubi kayu. jenis mesin dilkukan setelah melakukan survei dipasaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan Rotary dryer atau bisa disebut drum dryer merupakan alat
sebelumnya maka dilakukan perancangan Alat Pengering pengering yang berbentuk sebuah drum dan berputar secara
Tipe Rotary yang akan digunakan untuk proses pembuatan kontinyu yang dipanaskan dengan tungku atau gasifier.
tepung mocaf. Rotary dryer terdiri atas silinder stainless Rotary dryer sudah sangat dikenal luas di kalangan industri
steel yang berputar sehingga bahan yang terdapat di karena proses pengeringannya jarang menghadapi kegagalan
dalamnya akan ikut berputar, tidak hanya permukaan atas baik dari segi output kualitas maupun kuantitas. Pengering
yang mengalami proses pengeringan, namun juga pada rotary dryer biasa digunakan untuk mengeringkan bahan
seluruh bagian yaitu atas dan bawah secara bergantian yang berbentuk bubuk, granula, gumpalan partikel padat
(Faisal, 2018). Rotary dryer, juga merupakan tipe dalam ukuran besar.
pengeringan yang memiliki proses pencampuran yang Secara umum, alat rotary dryer terdiri dari sebuah
merata. Sehingga diharapkan nantinya akan dihasilkan alat silinder yang berputar dan digunakan untuk mengurangi atau
yang aman dan efisien yang dapat dijadikan salah satu meminimalkan cairan kelembaban isi materi dan
teknologi agar mendapatkan tepung mocaf yang baik dengan penanganannya ialah kontak langsung dengan gas panas di
waktu yang efisien. dalam ruang pengering. Pada alat pengering rotary dryer
Proses pengeringan ubi kayu dengan menggunakan terjadi dua hal yaitu kontak bahan dengan dinding dan aliran
pengering tipe rotary dapat membantu proses pengeringan uap panas yang masuk ke dalam drum. Kelebihan alat
menjadi lebih cepat dan efisien. Parameter yang berpengaruh Rotary Dryer dibandingkan dengan jenis pengering lainnya
dalam kecepatan pengeringan bahan adalah sifat fisik bahan, yakni dapat digunakan untuk mengeringkan baik lapisan luar
laju pengeringan, suhu, kelembaban dan kecepatan udara. ataupun dalam dari suatu padatan, proses pencampuran yang
Salah satu parameter yang diperhatikan adalah laju baik dan memastikan bahwa terjadinya proses pengeringan
pengeringan karena nilai laju pengeringan dapat menunjukan bahan yang seragam atau merata. Selain itu Rotary dryer
mekanisme perpindahan panas dari udara pengering dengan juga bisa digunakan untuk mengeringkan bahan yang
bahan yang dikeringkan berjalan baik oleh karena itu yang berbentuk bubuk, granula, gumpalan partikel padat dalam
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ukuran besar.
mendapatkan laju pengeringan yang sesuai dengan alat yang
digunakan sehingga dihasilkan produk tepung mocaf yang 2. METODE
bermutu dengan kandungan air sesuai dengan standar SNI Pada penelitian ini bahan yang digunakan yaitu Plat
dari 60% - 12% . stainless steelfinish F4 0,6 mm (5x20feet) dan 3 lembar
Tujuan dari penelitian ini adalah : Plat stainless steelfinish F4 0,4 mm (5x20feet) 2 lembar dan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini antara menggunakan elemen pemanas berupa heater yang berada di
lain: bagian tengah tabung silinder. Terdapat lifting flight yang
1. Memperoleh alat pengering tipe rotary dalam pembuatan menempel pada bagian dalam ruang pengering silinder yang
tepung mocaf. berfungsi mengangkat feed dan menebarkannya melewati
2. Mendapatkan kondisi operasional optimum pada dryer udara panas agar proses pengeringan bahan dapat
yang telah dirancang terhadap pengolahan tepung mocaf. maksimal.desain alat Rotary Dryer dapat dilihat pada
3. Menghasilkan produk tepung mocaf dari ubi kayu dengan Gambar 1 berikut ini .
kadar air yang sesuai dengan SNI.
Adapun dalam mekanisme pengeringan, Proses
pengeringan juga harus memperhatikan suhu udara dan
kelembaban. Suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara
yang relatif rendah dapat mengakibatkan air pada bagian
permukaan bahan yang akan dikeringkan menjadi lebih
cepat menguap. Hal ini dapat berakibat terbentuknya suatu
lapisan yang tidak dapat ditembus dan menghambat difusi
air secara bebas. Kondisi ini lebih dikenal dengan case
hardening (Desrosier, 1988). Laju pengeringan suatu bahan
yang dikeringkan antara lain ditentukan oleh variabel bahan
tersebut seperti temperatur bola basah dan bola kering,
kecepatan massa udara dan koefisisen perpindahan panas
(h).
Faktor yang mempengaruhi pengeringan suatu bahan : Gambar 1. Desain 3D Rotary Dyer
1. Temperatur,
2. Kecepatan volumetrik udara pengering. Keterangan :
3. Kelembaban udara. 1. Motor Penggerak
4. Waktu pengeringan. 2. Blower jenis Keong
5. Ukuran bahan. 3. Output (produk)
6. Sifat fisik dan kimia bahan. 4. Tabung silinder pengering
7. Kadar air awal. 5. Lifting flight
8. Jumlah dan varietas bahan. 6. Input (feed)
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417 25
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 10, No. 02 (Juli 2019): 24-28
26
Yerizam, dkk
sebab semakin tinggi suhu maka semakin besar pula laju Pada penelitian ini proses pengeringan yang terjadi pada laju
pengeringan yang terjadi karena semakin besar pula pengeringan 1.745 kg/jam m2 telah mengalami penurunan
perbedaan antara suhu media pemanas dengan media yang kadar air ubi kayu dari 60 % menjadi 46.5 % dan untuk laju
dikeringkan (Damar dkk, 2016). pengeringan 2.062679 kg/jam m2 terjadi penurunan kadar air
dari 30 % menjadi 12.5 % sedangkan untuk laju pengeringan
3 2.89701 kg/jam m2 penurunan kadar air telah mencapai
2.5 1.9 %. Penurunan kandungan kadar air yang terjadi pada ubi
Laju Pengeringan
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417 27
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 10, No. 02 (Juli 2019): 24-28
28
P-ISSN : 2303-3142 E-ISSN : 2548-8570 Vol. 7, No. 1, April 2018
Abstrak
Indonesia dikenal memiliki sumberdaya mineral yang berlimpah dan beberapa
diantaranya belum termanfaatkan dengan baik. Batuan beku dari daerah Gayo, yang
terletak di Aceh diduga memiliki kandungan felspar yang dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan keramik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan
batuan Gayo dan fisibilitasnya sebagai bahan keramik. Untuk itu telah dilakukan
identifikasi kandungan mineral yang ada dalam batuan tersebut dan kemudian dibuat
komposisi bahan baku keramik stoneware dengan metode pencampuran triaxial.
o
Perlakuan proses sintering pada suhu yang berbeda (800, 900, 1000, 1100 dan 1250 C)
dilakukan untk mengetahui efek perbedaan suhu sintering terhadap badan keramik. Dari
percobaan tersebut, diketahui bahwa batu Gayo mengandung kandungan feldspar
3
sebesar 69 % dengan berat jenis batu Gayo yang diuji adalah 2,6963 + 0,1290 gram/cm .
o
Pada pengujian sampel, diperoleh hasil pada suhu sintering 1250 C dicapai peresapan air
1,09%, suatu angka yang termasuk dalam daerah peresapan air untuk keramik stoneware
menurut ketentuan ISO 10543-3 / ASTM C373 yaitu <3%. Prototipe benda keramik yang
dibuat dengan teknik putar menunjukkan kualitas yang baik berdasarkan ketentuan SNI
7275:2008 (tidak retak, bentuk terjaga, badan keramik padat).
Abstract
Indonesia is known to have abundant mineral resources and some of them have not been
properly utilized. Frozen rock from Gayo area, Aceh is suspected to have a feldspar
content that can be used as a raw material for the manufacture of ceramics. This study is
intended to determine the content of Gayo rocks and their compatibility as ceramic
materials. For that purpose, has been identified the existing mineral content in these rocks
and then made the composition of stoneware ceramic raw materials with triaxial blend
o
method. Different sintering temperature (800, 900, 1000, 1100 and 1250 C respectively)
has been conducted to known the efffect of sintering temperature on ceramic body. From
the experiment, it is known that Gayo stone contains 69%of feldspar with specific gravity is
3
2.6963 + 0.1290 gram / cm . In the sample test, the results obtained at the sintering
o
temperature of 1250 C achieved 1.09% water absorption, a number which is included in
the water impregnation area for stoneware ceramics according to the provisions of ISO
10543-3 / ASTM C373 ie <3%, .The prototype of ceramic objects made with rotary
technique showing good quality according to the provisions of SNI 7275:2008 (not
cracked, shape do not change, solid ceramic body).
.
Keywords: natural mineral resources, local felspar, stoneware, traditonal ceramic
ketiga macam grinding ball dengan tanda garis panjang tepat 10 cm, untuk
perbandingan 1 : 1 : 1 (Effendi, MD. (2001). penentuan tingkat keplastisan, susut kering,
Untuk mengetahui kapan proses ini dapat susut bakar, susut jumlah, peresapan air,
dihentikan dilakukan dengan menguji slurry keporian semu, berat isi, berat jenis semu,
yang didapatkan, jika bahan yang digiling warna, tekstur dan suara. Bahan baku
telah mencapai kehalusan tertentu maka kering udara dengan kehalusan butiran
proses dihentikan. Standar yang digunakan dibawah 0,125 mm ditambahkan air serata
untuk uji kehalusan butiran adalah 95 % mungkin sehingga mencapai air
bahan dapat lolos dari ayakan No. 230 pembentukan optimum. Kemudian ditutup
(diameter lobang 0,063 mm) atau 99 % dengan lap basah dan dibiarkan selama 2
lolos ayakan No. 120 (diameter lubang jam, supaya terjadi pemerataan kadar air.
0,125 mm). Pengujian ukuran butiran ini Campuran lalu diulek dan dibanting-banting
diperlukan agar kepadatan badan keramik cukup lama, supaya airnya merata betul
yang dihasilkan cukup tinggi. Kondisi dan terbentuk masa plastis (tidak ada
tersebut dicapai setelah proses gelembung udara). Sifat plastis ditandai
penggilingan berjalan selama tiga jam. dengan sifat masa yang tidak lengket ketika
Pengurangan kadar air dilakukan ditekan dengan jari tangan dan dapat
secara manual yaitu penyerapan dan membentuk lingkaran 360o dengan keliling
pengeringan. Penyerapan dilakukan 10 cm, tebalnya 1 cm tanpa terjadi retak.
dengan menempatkan slurry/lumpur hasil Dari masa plastis itu dibentuk sampel
olahan pada gips yang telah dilapisi kain dengan menggunakan cetakan kayu yang
saring, sedangkan pengeringan dilakukan sebelumnya bagian dalamnya diolesi
dengan menempatkan lumpur tersebut minyak mineral supaya sampel tidak
pada tempat yang teduh (tidak di bawah melekat pada cetakan dan mudah
sinar matahari langsung) agar air teruapkan dikeluarkan. Ukuran sampel 12 cm x 2,5
oleh udara kering. cm x 1,5 cm. Untuk penentuan susut kering
Proses pengurangan kadar udara dan susut bakar pada tiap tingkat
bertujuan menghilangkan gelembung- pembakaran digunakan paling sedikit 6
gelembung udara yang masih terperangkap sampel.
dalam bahan yang didapatkan. Gelembung Masa plastis yang dimasukkan dalam
udara perlu dihilangkan karena jika ada cetakan sedikit lebih banyak dari yang
gelembung udara dalam keramik maka diperlukan untuk pembentukan ujinya,
akan menyebabkan produk yang terjadi panjangnya dan lebarnya sedikit kurang,
menjadi pecah/retak. Proses ini dilakukan tetapi tebalnya lebih. Masanya ditekan dari
secara manual dengan proses penguletan. tengah ketepi hingga cetakannya berisi
Pemeraman (aging) dilakukan antara penuh. Kelebihan masa kemudian dipotong
tiga sampai tujuh hari, Proses ini hanya dan permukaannya dibuat licin dengan
mendiamkan bahan baku yang telah pisau atau potongan kayu, yang dibasahi.
terbentuk dalam suatu tempat yang dijaga Setelah dibentuk, pada permukaannya
kelembabannya dan tidak ada cahaya diberi tanda garis 10 cm. Sampel ditimbang
karena proses ini melibatkan bakteri lalu dibiarkan pada udara terbuka sampai
anaerob. Proses ini dilakukan untuk menjadi kering pada papan yang diberi
menghilangkan (dekomposisi) bahan-bahan sedikit berminyak.
organik, penghomogenan kadar air serta
untuk menambah keplastisan massa raga c.1. Penentuan Susut Kering (SNI 15-0255-
yang dihasilkan 1984)
Sampel yang dikeringkan pada
c. Pembentukan sampel uji dan metode papan, pada waktu-waktu tertentu dibalik-
pengujian balik supaya pengeringannya merata dan
Massa raga hasil komposisi dibentuk mengurangi terjadi kelengkungan. Setelah
bata-bata sampel dengan ukuran bagian Sampel menjadi kering (dikontrol dengan
dalam 12 cm x 2,5 cm x 1,5 cm, penimbangan, selisih berat kurang dari 0,5
mikrometer ketepatan 0,1 mm, cetakan g untuk 2 hari berturut-turut), jarak tanda
garis ditentukan dengan mikrometer tepat berat keringnya (D gram) dengan ketelitian
sampai 0,1 mm (p cm), maka susut kering 0,01 g. Sampel dipanaskan dalam wadah
(SK) dihitung berdasarkan rumus: berisi air sampai mendidih dan ditahan
selama 5 jam. Penyekat digunakan sebagai
−p pemisah antara sampel dengan dinding
SK = x % (1)
atau dasar wadah, begitupun antara sampel
satu dengan lainnya agar tidak
dengan:
bersentuhan. Kemudian dinginkan selama
p = jarak tanda garis pasca pengeringan
24 jam, direndam dalam air, lalu keluarkan
dan seka dengan kain lembab. Sampel
c.2. Penentuan Susut Bakar (SNI 15-0255-
segera ditimbang dengan neraca yang
1984)
ketelitiannya 0,01 g ( W gram) maka,
Sampel yang telah diukur jarak tanda
peresapan airnya ditentukan dengan
garisnya p cm, untuk mengetahui susut
rumus:
kering, dibakar dalam tungku laboratorium
sampai suhu yang telah ditentukan untuk 𝑊−𝐷
setiap pembakaran. Kondisi pembakaran 𝑃 = 𝑥 %% (4)
𝐷
netral. Sampel dimasukkan dalam kapsel (9
utuk tungku non listrik) supaya terlindung Dengan:
dari api langsung. Kecepatan kenaikan W = berat sampel kering
suhu diatur sedemikian, sehingga suhu D= berat sampel basah
900oC dicapai dalam waktu 4 - 5 jam,
sesudah itu setiap kenaikan 100oC dalam Untuk menentukan keporian semu (KS),
waktu 1 jam. Setelah pembakaran selesai, berat isi (BI) dan berat jenis semu (BJS)
sampel dibiarkan menjadi dingin dalam dilakukan penimbangan sampel dalam air
tungku. Jarak tanda garis ditentukan (W1 gram), dan selanjutnya dilakukan
dengan mikrometer tepat sampai 0,1 mm perhitungan KS, BJI dan BJS dengan
(p1 cm). persamaan
Susut bakar (Sb) ditentukan dengan
rumus: 𝑊−𝐷
𝐾𝑆 = 𝑥 % (5)
𝐷 𝑊−𝑊
𝑝−𝑝
𝑆 = 𝑥 % (2) 𝐷
𝑝 𝐵𝐼 = 𝑊−𝑊
(6)
−𝑝
𝑆𝑗 = 𝑥 % (3) Dengan:
W = berat sampel kering
Dengan: D= berat sampel basah
p = jarak tanda garis pasca pengeringan W1 = berat sampel dalam air
p1 = jarak tanda garis pascabakar
c.4. Penentuan warna, tekstur dan suara
Susut bakar atau susut jumlah Selain melakukan pengukuran untuk
diberikan sebagai hasil rata-rata semua menentukan susut kering, susut bakar,
susut bakar atau susut jumlah Sampel yang susut jumlah, peresapan air, keporian
diukur. semu, berat isi, berat jenis semu, juga
dilakukan penentuan warna, tekstur dan
c.3. Penentuan peresapan air (SNI 12- suara. Warna dan tekstur ditentukan
2580-92) dengan pengamatan secara visual dan
Mula-mula Sampel pascabakar penentuan suara dengan memukul salah
dikeringkan dalam oven pada suhu 105 – satu ujung Sampel dengan sesamanya atau
110oC, sehingga beratnya tetap. Kemudian benda pejal lainnya. Suara yang terdengar
didinginkan dalam desikator dan ditentukan
Jurnal Sains danTeknologi| 17
P-ISSN : 2303-3142 E-ISSN : 2548-8570 Vol. 7, No. 1, April 2018
maka bahan digunakan sebagai pemberi yang dihasilkan akan lebih putih sehingga
sifat plastis. Dengan memakai ketentuan lebih netral terhadap glasir yang diterapkan
dalam perhitungan analisa rasional dalam padanya. Dengan mengacu pada
pengelompokan oksida- oksida berdasarkan pemanfaatan feldspar Lodoyo maka untuk
jenis mineral (Suparta, A. R.1990), maka skala terbatas yaitu industri keramik
analisa kelompok mineral yang terdapat konvensional, batu Gayo ini masih dapat
dalam batuan Gayo disajikan tabel 3. dimanfaatkan.
Dengan memperhitungkan bahwa mineral Tabel 4 menunjukkan komposisi
albit, orthoklas, serpentine dan hematite massaraga yang dibuat dengan tanah
adalah komponen dalam katagori mineral Kalimantan, kaolin Belitung dan kuarsa
felspar, maka komposisi triaxial dari batuan Bangka dengan penambahan batuan Gayo
Gayo terdiri dari felspar 69,07%, clay 2,59% sebagai sumber felspar pengganti felspar
dan kuarsa 26,98% Lodoyo yang merupakan formulasi pada
penelitan sebelumnya (Cingah, Made dan
Tabel 3. Hasil perhitungan Kandungan Effendi, MD.2005)
Mineral dalam batuan Gayo
Mineral Equival Berat Berat % Tabel 4. Komposisi triaxial tanah
en Equival Kalimantan, batu Gayo, Kuarsa bangka dan
en Kaolin Belitung
Albit 0,0382 524,6 20,05 20,04 No Bahan Clay Feld. Kuarsa
33 07 .
Orthokl 0,0781 556,8 43,50 43,47 1. Tanah 59,78 1,68 38,54
as 37 65 Kalimantan
Anortit 0,0200 278,3 5,556 5,552 2. Batuan Gayo 2,59 69,07 26,98
1 6 3. Kuarsa Bangka 1,04 0,76 98,02
Serpent 0,0045 277,1 1,237 1,236 4. Kaolin Belitung 84,94 12,03 2,72
ine 7 9
Hematit 0,0008 159,7 0,120 0,119 f. Uji keplastisan
0 9 Keplastisan adalah sifat dari bahan
Kaolinit 0,0101 258,2 2,595 2,593 basah untuk dapat diberi bentuk dan
1 5 mampu mempertahankan bentuk walaupun
Kuarsa 0,4492 60,1 26,99 26,97 tenaga pembentuknya ditiadakan. Dengan
68 99 difinisi ini berarti untuk memperoleh sifat
Jumlah 100 plastis, pada tanah kering perlu
ditambahkan air sampai bisa dibentuk, yang
Kandungan feldspar sebesar 69 % disebut air pembentukan. Untuk
relatif cukup besar dan batuan Gayo dapat mengembangkan sifat plastis formula ini
bersaing dengan feldspar Lodoyo yang memerlukan air 30% dari bahan kering.
mimiliki kandungan (kandungan feldspar 50 Pengujian keplastisan dengan peralatan
– 60 % yang berasal dari Malang, Jawa Pfefferkorn menunjukkan bahwa massa
Timur. Selama ini, feldspar Lodoyo telah raga stoneware yang dibuat mempunyai
banyak dieksploitasi dan digunakan dalam keplastisan yang sangat tinggi dan dapat
industry keramik nasional khususnya dibentuk dengan menggunakan teknik
keramik konvensional baik untuk putar. Syarat menjadi massa plastis
pembuatan keramik-keramik jenis keramik halus menurut Pfefferkorn adalah
tableware maupun tile. Penggunaan bahan perpotongan antara grafik angka/indeks
batuan Gayo mempunyai keuntungan jika keplastisan vs kadar air dengan garis
dibanding feldspar Lodoyo yaitu warnanya vertital pada indeks keplastisan 3,3 bukan
yang putih. Feldspar Lodoyo mempunyai berupa garis tegak lurus. Syarat ini dapat
kandungan besi relatif cukup besar (> 0,3 dipenuhi (gambar 4).
%) (Cingah, Made., Effendi, M. D.2005),
sedangkan batuan Gayo hanya 0,12 %
sehingga batu Gayo lebih putih. Massaraga
35
30
25
Gambar 4. Grafik Hubungan Indeks Keplastisan (a) dengan Kadar Air massa raga stoneware
Tabel 5 memperlihatkan bahwa benda yang berada sedikit diatas penyusutan yang
uji mengalami penyusutan dalam dianggap ideal ( < 5%). Angka susut kering
pengeringan sebesar 5,97%, yaitu angka ini tidak berakibat buruk pada badan secara
Jurnal Sains danTeknologi| 21
P-ISSN : 2303-3142 E-ISSN : 2548-8570 Vol. 7, No. 1, April 2018
nyata dengan angka susut bakar yang massa stoneware ini juga melalui
tinggi, seperti terlihatnya permukaan penyaringan menggunakan MFF maka
keramik yang tidak rata atau bergelombang. kemungkinan besar warnanya akan lebih
Hal ini perlu dipertimbangkan dalam disain putih. Dengan demikian, untuk
produk, misalnya dengan menambah mendapatkan benda keramik setara
ukuran produk prabakar sedikit lebih besar dengan porselin secara visual, proses
agar produk pascabakar memiliki dimensi produksinya relatif lebih murah karena
yang diinginkan. konsumsi energi untuk penggunaan
Peresapan air berkaitan dengan magneto ferro filter dapat dihindarkan,
tingkat kepadatan badan. Makin kecil prosesnya pun menjadi lebih mudah dan
peresapan airnya maka badan keramik sederhana.
semakin padat. Kepadatan merupakan
indikator kekuatan suatu bahan. Pada suhu SIMPULAN
1250oC dicapai peresapan air 1,09% suatu Batuan Gayo dapat dimanfaatkan
angka yang termasuk dalam daerah sebagai bahan baku untuk pembuatan
peresapan air untuk keramik stoneware keramik stoneware untuk berbagai
menurut ketentuan ASTM yaitu <3% untuk peralatan makan (tableware) dan sanitaire,
kelas keramik stoneware. Jadi pada suhu ini mengacu kepada terpenuhinya beberapa
tingkat kepadatan badan sudah memenuhi kriteria standard ISO 6486-1, ISO 1817 /
persyaratan secara teknis. ASTM C326 - 09(2014) dan SNI 7275 :
Dari data diatas (tabel 4) terlihat 2008 (tableware). Dengan komposisi triaxial
bahwa terdapat perbedaan yang nyata yang tepat, susutbakar dapat dikurangi
antara penyusutan pada level suhu 8500C dengan pengurangan kadar lempung
dan 1250oC. Demikian juga peresapan air, secara terukur. Namun untuk menjadi
warna maupun suara. Hal ini menunjukkan bahan baku keramik secara komersial,
pengaruh perbedaan suhu bakar terhadap mengingat bahwa batu Gayo diambil dari
sifat-sifat fisik bahan baku keramik. Lebih alam tanpa pengolahan, maka perlu
jauh, fenomena penyusutan dan densifikasi dilakukan usaha-usaha benefisiasi dan
ini dijelaskan oleh Reyes Lopez, Simon. pembubukan (powderisasi) sehingga
(2007) yang mengungkapkan bahwa evolusi mineral tersebut dapat siap pakai.
mikrostruktur dalam tubuh triaksial yang
mengandung kaolin, kuarsa dan anorthoclas DAFTAR PUSTAKA
adalah sebagai berikut : terjadinya kaolin A. Tsetsekou, C. Agrafiotis, and A. Milias.
dehidroksilat pada 494.56°C dan mullitisasi (2001) J. Eur. Ceram. Soc., Vol. 21 p.
dimulai pada 990 °C, terjadinya pelarutan 363
sebagian α-kuarsa pada suhu lebih tinggi Dal Bó, Marcelo and Hotza, Dachamir.
dari 1200 ° C. Mullite terbentuk pada 1050 ° (2013). Using Recycled Ceramics to
C. Porositas nyata dan penyusutan linear make new Triaxial Ceramics.
menunjukkan permulaan densifikasi pada Refractories and Industrial Ceramics.
1000 ° C dan munculnya kembung pada 243-250
suhu lebih tinggi dari 1250 ° C. C. Knight, J. (2006). Porcellanite-clay-
Seperti tampak pada gambar 6, volcanic ash triaxial ceramics:
massaraga stoneware yang menggunakan Physical and mechanical properties.
batuan Gayo sebagai bahan peleburnya Industrial Ceramics. .95-99
mempunyai penampilan putih yang cukup Cingah, Made. (2011). Pemanfaatan
mirip dengan massa raga porselin. Lumpur Lapindo dan Mineral lokal
Massaraga stoneware ini dibuat dengan Feldpar Aceh Tenggara Sebagai
cara manual tanpa melalui penyaringan Bahan Glasir dan Bodi Keramik
menggunakan MFF (Magnetic ferro Filter) Stoneware. Laporan Akhir, Program
yang akan mengurangi kandungan besi di Insentif Kementerian Riset dan
dalamnya, sedangkan massa porselin Teknologi
umumnya dibuat secara massal melalui Cingah, Made., dan Effendi, M. Dachyar.
penyaringan MFF. Jika saat pembuatan (2005), Studi Sifat Campuran 75% R-
Abstract
This study aims to determine the effect of stem height position, drying temperature and the
interaction of both factors. factorial experiment method in the Completely Randomized Design
(RAL) it is consists of two factors treatment with three timer repetitions. Tha’s factor is the
Position of the height of the tree trunk that conret of 3 sub factors namely the base of the stem,
the middle of the stem and the top of the stem. Drying of Temperature consist of 3 sub factors is
550C, 700C and 850C. The average result of the dimension changiry on the highest radial is in
the middle of the stem with the drying temperature 850C is 2.0740% and the lowest is the base
of the stem with drying temperature of 700C is 1.0667%. While the highest tangential of
dimension is in the base of the stem with drying temperature 550C is 2.9598% and the lowest is
in the position of stem with drying temperature 550C is 1.1163%. Based on the research the
position of the height stem and the drying temperature is having the real effect, on the
dimension of the wood with the height of the stem. However the high of drying temperature is
not inflounce no the value of depreciation of ratio. The best Dimension Stability is on the top of
the stem, in the drying temperature 550C, with the ratio’s result tangensial depriciation 0,87.
While in the dry condition, the lowest ratio’n is in the middle of the stem in 700C temperature is
0.62. Generally the result shows dimensional of stability with the ration tangenial of
depreciation is sufficient after drying wood.
Keywords : Dimensional Stability, Drying Temperature, Height Position of the stem
987
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
988
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
Gambar 1. Grafik Nilai Rerata Kadar Air Kayu (Graph of Average Value of Wood
Water Content)
989
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
bagian tengah yang sesuai dengan teori dalam penurunan kadar air kayu.
tersebut yaitu semakin besar suhu maka Walaupun demikian jika dilihat dari
semakin rendah nilai kadar airnya. Jika nilainya terjadi peningkatan kadar air
dibandingkan dengan hasil Penelitian pada bagian pangkal dengan semakin
yang dilakukan Coto (2004) dengan tingginya suhu perlakuan.
berbagai perlakuan suhu yaitu 30°C, Kadar Air Setelah Dikeringudarakan
55°C, 80°C, dan 105°C dengan nilai Nilai rerata kadar air kering udara
kadar air berturut-turut yaitu sebesar yang tertinggi adalah pada bagian
5,64%; 4,89%; 3,88%; dan 2,97%, pangkal dan pada suhu 85ᴼC (a1b3)
maka nilai kadar air masih relatif tinggi. dengan nilai 11,8855% dan terendah
Berdasarkan hasil analisis pada bagian tengah pada suhu 55ᴼC
keragaman pada posisi ketinggian (a2b1) dengan nilai 11,2458 %. jika
batang (A) dan suhu pengeringan (B) dibandingkan dengan nilai kadar air
serta interaksi ke 2 faktor tersebut (AB) pada pengeringan awal dengan
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar perlakuan suhu maka nilai tersebut
air. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan, dan secara lengkap
perlakuan posisi ketinggian batang dan dapat dilihat pada Gambar 2.
suhu pengeringan belum berperan
Suhu 55ᴼC (a1) Suhu 70ᴼC (a2) Suhu 85ᴼC (a3)
12 11,8411 11,8158 11,8855
11,4338 11,4889 11,4808
11,5 11,4280
11,3339
11,2458
11
10,5
Pangkal (a1) Tengah (a2) Ujung (a3)
Gambar 2. Grafik Kadar Air Kayu Setelah dikeringudarakan (Graph of Wood Water
Content After Airing)
Hal ini karena perlakuan suhu Pengeringan kayu dengan suhu
pengeringan belum dapat merusak sifat tinggi dapat menyebabkan sebagai
higroskopis kayu, sehingga kayu daerah amorf menjadi kristalit dan dapat
tersebut masih dapat menyerap air berkurangnya tangan OH yang tersedia
sesuai dengan keadaan lingkungannya. untuk berikatan dengan molekul air.
Berdasarkan hasil analisis keragaman Pemanasan diperkirakan menyebabkan
diketahui bahwa perlakuan posisi dekomposisi hemiselulosa yang
ketinggian batang (A) berpengaruh berakibat terjadinya penurunan sifat
sangat nyata terhadap kadar air, higroskopisitas (Coto, 2004). Kadar air
sedangkan suhu pengeringan (B) dan kering udara cenderung turun dengan
interaksi kedua faktor tersebut (AB) suhu yang semakin tinggi. Hal ini
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar diduga makin besar suhu pengeringan
air keringudara. maka semakin besar pula tekanan untuk
990
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
mendorong air ke luar. Walaupun secara tersebut, untuk jangka waktu yang lama
statistik tidak berpengaruh nyata, tapi dapat menyebabkan menurunnya sifat
jika dilihat dari hasil penelitian berbeda higroskofis
nyata. Namun ada juga suhu yang tinggi 2. Kerapatan
semangkin kecil penurunannya, Nilai kerapatan tertinggi terdapat
sehingga kadar air lebih besar dari pada bagian ujung dan suhu 550C
perlakuan suhu 550C dan suhu 700C. (a3b1) dengan nilai 0,4345 gr/cm3 dan
Tingginya suhu kadar air tersebut terendah pada bagian pangkal dan pada
disebabkan karena pemanasan suhu suhu 550C (a1b1) dengan nilai 0,3613
dibawah 1000C. Menurut Haygreen dan gr/cm3. Nilai tersebut secara lengkap
Bowyer (1989) suhu pemanasan yang dapat dilihat pada Gambar 3.
tinggi berpengaruh terhadap kayu
991
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
Gambar 4. Grafik Kerapatan Kayu Setelah dikeringudarakan (Wood Density Chart After
drying up)
Kerapatan kayu berhubungan dari hasil penelitian ini kerapatan
lansung dengan porositasnya, yaitu bagian ujung lebih besar dibandingkan
proporsi volume rongga kosong dan dari tengah dan pangkal. Menurut
kerapatan juga sangat berhubungan Haygreen dan Bowyer (1989),
dengan sifat mekanik kayu, dalam kerapatan kayu bervariasi yaitu meliputi
penentuan kerapatan dinding sel, letak di dalam pohon, kisaran jenis
volume umumnya ditentukan oleh kondisi tempat tumbuh dan sumber-
pemindahan suatu cairan. Cairan yang sumber genetik yang dapat
berbeda bervariasi dalam kemampuan mempengaruhi ukuran dan ketebalan
untuk menembus rongga-rongga dalam dinding sel. Kerapatan didefinisikan
dinding dan persatuan fisiknya dengan sebagai massa atau berat persatuan
komponen-komponen kimia kayu volume.
(Haygreen dan Bowyer 1996). 3. Penyusutan Arah Radial
Dapat diketahui bahwa perlakuan Nilai rerata penyusutan kayu yang
posisi ketinggian batang (A) dan suhu tertinggi adalah pada bagian tengah dan
pengeringan (B) serta interaksi kedua pada suhu 850C (a2b3) dengan nilai
perlakuan (AB) tidak berpengaruh nyata 2,0740% dan penyusutan terendah pada
terhadap kerapatan kayu (gr/cm3) bagian pangkal dan pada suhu 70oC
setelah dikeringudarakan. Namun (a1b2) dengan nilai 1,0667%. Nilai
kenyataanya walaupun secara statistik tersebut secara lengkap dapat dilihat
tidak berpengaruh nyata, tapi jika dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Penyusutan Kayu Setelah dioven (Graph of Wood Depreciation After
the Oven)
Nilai penyusutan tersebut masih (1990) bahwa dalam arah radial angka
sesuai dengan pendapat Dumanau perubahan dimensi bervariasi antara
992
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
2,1% - 8,5%. Namun kenyataanya akibat air yang di absorsi oleh selulosa
walaupun secara statistik tidak sehingga merengangkan struktur
berpengaruh nyata, tapi jika dilihat dari selulosa kayu dan sebaliknya
hasil penelitian ini penyusutan pada penyusutan kayu disebabkan oleh
bagian ujung lebih rendah dari bagian berkurangnya volume kayu ketika air
tengah dan bagian pangkal karena hasil ditiadakan dan struktur selulosa yang
penelitian tinggi BJ kerapatan bagian tidak teratur menyusut Haygreen dan
pangkal lebih rendah dari bagian Bowyer (1989) menyatakan bahwa
tengah. Hal ini sudah sesuai dengan apabila kayu kehilangan air dibawah
teori bahwa kayu yang mempunyai titik jenuh serat maka akan terjadi
kerapatan tinggi, akan menghasilkan penyusutan kayu.
penyusutan yang tinggi pula, diketahui Penyusutan Setelah Dikeringudarakan
bahwa posisi ketinggian batang (A) dan Nilai rerata yang tertinggi untuk
suhu Pengeringan (B) serta interaksi penyusutan kayu adalah pada bagian
kedua faktor perlakuan (AB) tidak pangkal dan suhu pada 70oC (a1b2)
berpengaruh nyata terhadap penyusutan dengan nilai 4,7856% dan terendah
kayu pada arah radial. Penyusutan dan pada bagian pangkal dan pada suhu
pengembangan kayu adalah karena 550C (a1b1) dengan nilai 1,9847%.
adanya sifat higroskopis selulosa, Nilai tersebut secara lengkap dapat
komponen utama kayu yang bertambah dilihat pada Gambar 6.
Suhu 55ᴼC (a1) Suhu 70ᴼC (a2) Suhu 85ᴼC (a3)
6 4,7856
4 3,7330 3,5062 3,7316 3,2878 3,2472
1,9847 2,4414 2,0218
2
0
Pangkal (a1) Tengah (a2) Ujung (a3)
993
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
dan pada suhu 55oC (a1b1) dengan nilai (a3b1) dengan nilai 1,1163%. Nilai
2,9598% dan penyusutan terendah pada tersebut secara lengkap dapat dilihat
bagian ujung dan pada suhu 55oC pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Penyusutan Kayu Setelah dioven (Graph of Wood Depreciation After
the Oven)
994
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
Menurut Basri, (2000). Dimensi kayu stabilitas dimensi dan kekuatan kayu.
tetap stabil selama pemakaian, kayu perlu Makin banyak zat dinding sel ( makin
dikeringkan hingga mencapai kadar air besar BJ nya), makin besar perubahan
keseimbangan dengan lingkungan dimana dimensi yang mungkin terjadi pada
kayu tersebut digunakan. Berdasarkan perubahan kadar air yang sama (Haygreen
hasil analisis keragaman diketahui bahwa dan Bowyer, 1989).
perlakuan posisi ketinggian batang (A) dan Kayu yang telah dikering udarakan
suhu pengeringan (B) serta interaksi kedua pada berbagai tinggat posisi ketinggian
faktor (AB) tidak berpengaruh nyata batang dan suhu pengeringan mencapai
terhadap penyusutan kayu setelah kadar air keseimbangan, penyusutan kayu
dikeringudarakan. Namun kenyataanya pada arah tangensial setelah dikering
walaupun secara statistik tidak udaraka. Pengurangan air di bawah titik
berpengaruh nyata, tapi jika dilihat dari jenuh serat akan menyebabkan dinding sel
hasil menelitian ini bagian ujung kayu itu menyusut dan pengerutan
penyusutannya lebih besar dibandingkan (Dumanauw, 1990). Namun pada
dari tengah dan pangkal. Hal ini perlakuan ini belum sampai pada
diperkirakan karena ketidak seragaman penyusutan yang berarti. Keadaan tersebut
contoh uji dimana pangkal lebih kecil. menunjukan bahwa perlakuan suhu
Data diatas dapat dilihat bahwa 550C,700C dan 850C belum sepenuhnya
penyusutan kayu setelah dikeringudarakan dapat merusak sifat higrokopis kayu,
lebih besar dibandingkan dengan sehingga begitu dikering udarakan, kayu
penyusutan dengan perlakuan suhu. tersebut masih mengisap air kembali
Penyusutan pada arah tangensial (menguap) dari udara airnya menjadi
cukup besar yaitu pada posisi ketinggian meningkat kayu perlu dikeringkan hingga
batang (a1) – (a2) tetapi pada posisi mencapai kadar air kesetimbangan dengan
ketinggian batang (a3) penyusutan tidak lingkungan dimana kayu tersebut
terlalu berarti. Pengurangan air umumnya digunakan. Besarnya kadar air
tidak segera mengakibatkan terjadinya kesetimbangan bervariasi yaitu antara 12%
penyusutan, karena air yang keluar sampai 20%, tergantung pada kelembaban
tersebut adalah air yang terdapat pada dimana kayu tersebut berada (Usman,
rongga sel (air bebas). Penyusutan baru 2006). Menurut Rasmussem (1961) dalam
akan terjadi bila air terikat pada kayu Basri (2000) untuk komponen meubel,
tersebut mulai menguap, yaitu setelah lantai, pintu atau barang – barang kayu
kadar air kayu turun dibawah titik jenuh dalam ruangan yang dipanasi atau
serat (Usman, 2006). perbandingan dirasakan kadar air tidak
Air yang terdapat pada rongga sel (air melebihi 12%, sementara komponen kayu
bebas) kosong dan yang terdapat pada yang dipasang diluar ruangan kandungan
dinding sel (air terikat) berkurang sampai kadar air sampai 17% masih
kadar air titik jenuh serat, dimana pada diperkenankan.
keadaan ini akan berpengaruh pada
995
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
5. Rasio Penyusutan T/R dengan nilai 1,71 dan nilai terendah adalah
Hasil penelitian rasio T/R pada pada bagian ujung dan pada suhu 550C
berbagai posisi ketinggian batang dan suhu (a3b1) dengan nilai 0,87. Nilai tersebut
pengeringan, nilai tertinggi adalah pada secara lengkap dapat dilihat pada Gambar
pangkal dan pada suhu 550C (a1b1) 9.
Suhu 55ᴼC )a1) Suhu 70ᴼC (a2) Suhu 85ᴼC (a3)
2 1,71 1,65
1,5 1,27 1,26
1,10 0,92 1,02
1 0,93 0,87
0,5
0
Pangkal a1) Tengaha2) Ujung (a3)
Gambar 9. Grafik Rasio antara Penyusutan Arah Tangensial terhadap Radial Setelah di
Oven (Graph of Ratio Among Depreciation of Tergential Directions to
Radial After on Oven )
Rasio penyusutan T/R merupakan termasuk kurang baik dan lebih 2,0
cara untuk mengetahui stabilitas termasuk tidak baik (Usman, 1996).
dimensi kayu. Kayu yang baik untuk Rasio Penyusutan T/R Setelah
pengunaan memerlukan syarat Dikering udarakan
kestabilan dimensi dengan angka T/R Nilai rasio T/R pada perlakuan
yang rendah dan angka-angka setelah dikering udarakan tertinggi
penyusutan tangensial dan radial yang adalah pada bagian ujung dan pada suhu
rendah pula. Untuk menilai 850C (a3b3) yaitu 1,68 dan nilai
perbandingan nilai penyusutan arah terendah pada bagian tengah batang
tangensial dan radial yaitu apabila nilai dengan suhu 700C (a2b2) yaitu 0,62.
rasio tersebut sekitar 1,0 berarti terbaik, Nilai tersebut secara lengkap dapat
sampai 1,5 termasuk baik, sampai 2,0 dilihat pada Gambar 10.
Suhu 55ᴼC (a1) Suhu 70ᴼC (a2) Suhu 85ᴼC (a3)
2
1,64 1,68
1,5 1,42
1,13
1 0,82
0,63 0,64 0,62 0,70
0,5
0
Pangkal (a1) Tengah (a2) Ujung (a3)
Nilai rasio T/R pada perlakuan setelah tengah batang dengan suhu 700C (a2b2)
dikeringudarakan tertinggi adalah pada yaitu 0,62.
bagian ujung dan pada suhu 850C (a3b3) Hasil penelitian dapat dilihat bahwa
yaitu 1,68 dan nilai terendah pada bagian rasio penyusutan antara T/R terendah pada
996
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
bagian ujung batang dan suhu pengeringan 700C adalah 0,4452 gr/cm3 dan pada
550C (a3b3) dengan nilai 0,87, dari hasil suhu 850C nilainya 0,4140 gr/cm3.
tersebut menunjukan bahwa semua 4. Penyusutan secara umum perlakuan
perlakuan termasuk katagori baik. sebelum dioven dan sesudah dioven
Sedangkan pada keadaan keringudara nilai atau setelah dikeringudarakan tidak
rasio penyusutan terendah terdapat dapat berpengaruh nyata terhadap stabilitas
bagian tengah batang dan suhu dimensi kayu.
pengeringan 700C (a2b2) dengan nilai 5. Posisi ketinggian batang pada ujung
0,62. Hal ini menunjukan bahwa kayu batang menunjukan nilai stabilitas
setelah keringudarakan lebih stabil dimensinya terbaik dengan suhu
dibandingkan dengan perlakuan awal yaitu pengeringan 550C yaitu dengan rasio
kayu yang dikeringkan pada berbagai penyusutan T/R terkecil yaitu 0,87.
tingkat posisi ketinggian batang dan suhu Kemudian setelah kering udara nilai
pengeringan. rasio penyusutan T/R terendah terdapat
Kesimpulan pada tengah batang dengan suhu 700C
Hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu 0,62 dan masih masuk katagori
beberapa hal sebagai berikut: stabilitas terbaik karena masih lebih
1. Secara umum perlakuan posisi kecil dari 1.
ketinggian batang dan suhu Saran
pengeringan berpengaruh sangat nyata 1. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan
dan nyata terhadap stabilitas dimensi suhu pengeringan di atas 900C dan
kayu, sedangkan interaksi kedua faktor pemanasan berulang, karena
tersebut tidak berpengaruh yang nyata. pengeringan pada suhu ini belum dapat
2. Kadar Air sebelum dikeringudarakan merusak sifat higroskopis, secara
perlakuan pada tengah batang dengan sempurna karena belum menunjukan
suhu 550C, dengan nilai 12,6217%. nilai rasio antara penyusutan T/R yang
Setelah dikeringudarakan perlakuan lbih rendah.
pada pangkal batang dengan suhu 550C 2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang
menghasilkan kadar air paling kecil ketinggian batang dengan interval jarak
yaitu 11,0748%. Namun secara umum ketinggian yang lebih besar.
semua perlakuan posisi ketinggian
batang dan suhu pengeringan DAFTAR PUSTAKA
menunjukan nilai kadar air dibawah Anonim, 1957. Merhodz of Testing
Small Clear Specimens of Timber
17%, yaitu kadar air yang
(BS 373)British Standar
diperkenankan untuk kayu yang Institution. London.
digunakan sebagai komponen yang Basri, E., 2000. Penetapan Bagan
dipasang diluar ruangan. Pengeringan Tiga Jenis Kayu
3. Nilai kerapatan hampir sama pada Dalam Dapur Pengeringan
semua perlakuan yaitu pada perlakuan Konvensional (Klin Drying).
suhu 550C adalah 0,4568gr/cm3; suhu Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan dan
997
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 987 - 998
998
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
Bagian 1 Proyek/penelitian/kegiatan
1.1: Deskripsi singkat tentang proyek/penelitian/kegiatan
1. menentukan orde reaksi oksidasi iodida
2. mempelajari pengaruh suhu dan katalis pada laju reaksi
3. menentukan energi aktivasi dari reaksi
BKB3 v1 Page 1 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
BKB3 v1 Page 2 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
Jas Lab Keseluruhan Chemical suit baju sekali pakai Apron Pilih semua yang
Kaus tangan kacamata kacamata/Goggles pelindung muka Kaus sesuai
tangan Alat pelindung kepala sepatu keselamatan lainnya
Training khusus diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan selamat (Jika ya, isi detilnya di ya
bawah)
BKB3 v1 Page 3 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen
lainnya
Bagian 6 Persetujuan
6.1: Pengisi borang
Nama : Tanda tangan Tanggal
Agnes Dea Prahesti 26 oktober 2020
6.2: Penanggung jawab/peneliti utama
Nama Tanda tangan Tanggal
BKB3 v1 Page 4 of 4
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
Laboratorium Teknik Kimia Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Judul Penelitian/Title of project Pengeringan padatan
or activity
Penanggung jawab/Responsible
Person / Manager
Asal Institusi/Faculty/Prodi Teknik Kimia
Tanggal Penilaian/Date of
assessment
Tempat Penelitian/Location of Laboratorium Teknik Kimia Universitas
work Muhammadiyah Surakarta
Pendahuluan
Borang penilaian resiko (risk assessment form) berikut dibuat memberi penilaian
terhadap aktivitas yang berpotensi menyebabkan bahaya dan resiko terhadap
kesehatan dan keselamatan, serta untuk mengidentifikasi cara dan metode yang tepat
untuk mencegah dan mengendalikan bahaya dan resiko tersebut. Hal ini juga
bertujuan untuk memastikan bahwa cara
dan metode pengendalian sudah dilaksanakan dengan baik.
Aktivitas yang berpotensi bahaya dan resiko yang signifikan
Semua Aktivitas harus dinilai sehingga aktivitas yang berbahaya dan resiko yang
disebabkan aktivitas tersebut dapat diidenfikasi.
CaCO3 Telah
Bahaya/ Date
dilaksankan
Hazard 1
Resiko/ iritasi pada kulit
Risks
Metode dan
peralatan
kendali
Page 1 of 3
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
kendali
Implemente Date
Emergency Procedures d
Resiko/
Risks
Metode dan
peralatan
kendali
Page 2 of 3
HSL.02 Risk
Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
kendali
Penilai
Nama Tanda tangan Tanggal
Page 3 of 3