Pembuatan Pupuk Organik Cair
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Pembuatan Pupuk Organik Cair
PROPOSAL
OLEH
MAYANG REUBUN
NIM. 2016 41 065
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
AMBON
2020
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat Indonesia, kelapa mempunyai peran dalam kehidupan baik secara ekonomi, sosial
dan budaya. Hingga tahun 2010 luas areal tanaman kelapa tercatat 3.739,35 ribu hektar dan
didominasi oleh perkebunan rakyat (BPS, 2012). Upaya pengembangan pemanfaatan produk
sampingan dan limbah kelapa masih sangat sedikit, padahal hasilnya mampu meningkatkan nilai
jual yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan petani kelapa. Insustri pengolahan
buah kelapa umumnya masih terfokus kepada pengolahan daging, buah sebagai hasil utama,
sedangkan industry yang mengolah hasil samping buah (by-product) seperti: air, sabut,
tempurung kelapa masih secara tradisional dan berskala kecil padahal potensi kesediaan bahan
Menurut berita hariankompas, catatan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI),
Indonesia merupakan negara penghasil buah kelapa terbesar di dunia. Masyarakat menganggap
sabut kelapa sebagai limbah. Limbah tersebut tidak di olah secara optimal. Komposisi kimia
sabut kelapa menurut Santoso (2016), sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyrolyneous acid,
gas, arang, ter, tannin, dan kalium. Oleh karena itu, sabut kelapa dijadikan alternative bahan
Sabut kelapa merupakan salah satu limbah dari tanaman kelapa. Limbah sabut kelapa
biasanya hanya dimanfaatkan untuk pembuatan sapu, kaset, dan produk kerajinan. Namun
kebanyakan dari sabut kelapa hanya dibuang dan kurang dimanfaatkan. Sabut kelapa
mengandung unsur C sebagai bahan karbon aktif (Pertiwi dan Herumurti, 2009). Indonesia kaya
akan limbah sabut kelapa namun tidak dimanfaatkan secara optimal. Sehubungan dengan realita
yang terjadi saya mencoba memanfaatkan sabut kelapa untuk di olah sebagai pupuk organic cair.
Pupuk organik adalah pupuk yang berperan meningkatkan aktivitas biologi, kimia, dan
fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, tanaman tumbuh
lebih besar, lebih ramah lingkungan dengan proses daur ulang, mengurangi penumpukan limbah,
meminimalkan emisi gas, melindungi tanaman dari penyakit tertentu, aman dan lebih murah
daripada pupuk kimia. Pupuk organik terdapat dalam bentuk padat dan cair. Kelebihan pupuk
organic cair adalah unsur hara yang terdapat didalamnya lebih mudah diserap tanaman
(Murbandono, 1990).
Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari
satu unsur. Pada umumnya pupuk organik cair tidak merusak tanah dan tanaman meski
digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator
Pupuk organik cair kebanyakan di aplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk
cair foliar yang mengandung unsurhara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo,
Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cairmempunyai beberapa manfaat diantaranya
dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar
penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi
kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cengkaman cuaca dan
Air cucian beras merupakan limbah yang berasal dari pembersihan beras yang akan
dimasak. Limbah air ini biasanya dibuang percuma, padahal kandungan senyawa organik dan
mineral yang dimilik sangat beragam. Kandungannya antara lain karbohidrat, nitrogen, fosfor,
kalium, magnesium, sulfur, besi, Vitamin B1 (G.M dkk, 2012). Pemanfaatan air cucian beras
beberapa industri dan peningkatan hasil pertanian telah dilaporkan. Limbah ini telah digunakan
dalam pembuatan sirup melalui fermentasi dengan tanaman rosella sebagai pewarna alami
Limbah air cucian beras telah digunakan sebagai pupuk organik cair pengganti pupuk
kimia pada beberapa tumbuhan. Pupuk organik cair dapat meningkatkan pertumbuhan akar
tanaman selada pada jenis dan kadar air cucian beras yang berbeda. Selanjutnya, pemberian air
limbah ini juga meningkatkan pertumbuhan dan berat kering tanaman pacar air (Ratnadi dkk,
2014).
B. Perumusan Masalah
1. Bagaiman pembuatan pupuk organic cair (POC) dari sabut kelapa dan air cucian
beras.
C. Tujuan
1. Mengetahui pembuatan pupuk organik cair dari limbah sabut kelapa dan air cucian
beras.
2. Mengetahui efisiensi dari pupuk organik cair dalam pengaplikasiannya pada tanaman.
D. Manfaat
Memperkaya data ilmiah tentang pupuk organic cair yang dihasilkan dari limbah
sabut kelapa dan air cucian beras yang memiliki banyak kandungan hara.
b. Untuk Masyarakat
Memberikan data dan informasi pembuatan dan penggunaan pupuk organik cair dari
limbah sabut kelapa dan air cucian beras dalam proses bercocok tanam dan agar
A. Sabut Kelapa
Sabut kelapa merupakan 35% dari total berat buah kelapa yang berarti ada potensi
sabut kelapa Indonesia lebih dari 7,5 juta ton sabut kelapa tahun -1. jumlah tersebut cukup
berat dan menunjukkan bahwa sabut kelapa merupakan bahan yang memiliki potensi yang
harus terus digali. Menurut Tejano (1985), sabut kelapa mengandung selulosa 19,26-23,87%,
lignin 29,33-31,64%, hemiselulosa 8,15-8,50%, serta pectin, tannin dan bahan lain sebanyak
14,25-14,85%. Sabut kelapa di Indonesia belum di pergunakan secara optimal, padahal sabut
kelapa berpotensi untuk dikembangkan menjadi barang yang lebih berguna, salah satunya
Sabut kelapa mengandung serat yang merupakan material serat alami alternatif dalam
pembuatan komposit. Serat kelapa ini mulai dilirik penggunaannya karena selain mudah
penggunaan sabut kelapa sebagai serat dalam komposit akan mampu mengatasi
permasalahan lingkungan yang mungkin timbul dari banyaknya sabut kelapa yang tidak
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair yang tidak mudah
sekali larut pada tanah, dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan
dalam pupuk organic padat dalam bentuk kering. Pupuk organic cair apabila
dicampurkan dengan pupuk organic padat, maka akan mengaktifkan unsur hara
cara pemberian dan bentuk pupuk digunakan secara tepat. (Bastari, 1996)
Pupuk organic cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut
sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro essensial (N,
P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organic). Pupuk organic cair
menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
tanaman. Fungsi unsur hara makro diantaranya Nitrogen (N), yang berfungsi
hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi
asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. Meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah dan membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang
meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan. Selain itu dapat
1993). Selain unsur makro, tanaman juga memerlukan unsur mikro. Adapun
peranan Kalsium (Ca) dalam tanaman sebagai penguat dinding sel, memperbaiki
dalam perpanjangan sel, sintesis protein dan pembelahan sel (Leiwakabessy dan
unsur hara yang lain, sebagai carrier fosfat dalam tanaman, translokasi
Air cucian beras merupakan limbah yang berasal dari pembersihan beras yang
akan dimasak. Limbah air ini biasanya dibuang percuma, padahal kandungan
senyawa organik dan mineral yang dimilik sangat beragam. Air cucian beras
mudah diperoleh dan setiap hari dihasilkan di setiap rumah tangga dan tidak
didalamnya diantaranya adalah 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin
B6, 50% mangan, 50% fosfor, 60% zat besi (Nurhasanah, 2011 dalam Bahar,
(Wulandari, dkk. 2011). Hasil analisis kandungan air cucian beras adalah N
dan B1 0,043%. Air cucian beras memiliki kandungan unsur hara nitrogen,
golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik, lactobacillus sp, streptomices sp,
Penggunaan EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan
organik yang berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat
fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan
tersedia bagi tanaman, EM4 juga sangat efektif digunakan sebagai pestisida
Kelebihan dari EM4 ini adalah bahan yang mampu mempercepat proses
mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur
berikut :
c. Streptomycetes s.p
d. Actinomicetes
e. Ragi/yeast
berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi
atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri
Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000).
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802
kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan
hukum kuantum dari absorpsi dan emisi suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom
atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi
publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam
bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan
logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari:
It = Io.e-(εbc), atau
Dimana :
ε = Absortivitas molar
b = Panjang medium
A = Absorbans.
menghasilkan atomatom gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu sistem
optik untuk pengukuran sinyal. Suatu skema umum dari alat SSA adalah sebagai
berikut:
Gambar 1 Skema Umum Komponen pada Alat SSA (sumber: Haswel, 1991)
Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang lain,
contoh harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini dikenal
dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan didekomposisi
untuk membentuk atom dalam bentuk uap. Secara umum pembentukan atom
a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan meninggalkan
residu padat.
c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi
energi.
Sel Atom
Terdapat dua tahap utama yang terjadi dalam sel atom pada alat SSA
suatu bentuk aerosol yang halus dari larutan contoh. Kedua, disosiasi analit
menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas. Berdasarkan sumber panas yang
digunakan maka terdapat dua metode atomisasi yang dapat digunakan dalam
energi kalor sehingga didapatkan atom bebas dalam keadaan gas. Sedangkan pada
atomisasi tanpa nyala digunakan energi listrik seperti pada atomisasi tungku grafit
(grafit furnace atomization). Diperlukan nyala dengan suhu tinggi yang akan
menghasilkan atom bebas. Untuk alat SSA dengan sistem atomisasi nyala
oksidan bergantung kepada suhu nyala dan komposisi yang diperlukan untuk
Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan dalam alat AAS ialah lampu katoda
berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri dari suatu katoda dan anoda
yang terletak dalam suatu silinder gelas berongga yang terbuat dari kwarsa.
Katoda terbuat dari logam yang akan dianalisis. Silinder gelas berisi suatu gas
lembam pada tekanan rendah. Ketika diberikan potensial listrik maka muatan
positif ion gas akan menumbuk katoda sehingga tejadi pemancaran spektrum garis
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
Energi yang diteruskan dari sel atom harus diubah ke dalam bentuk sinyal
listrik untuk kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem pemproses data.
Proses pengubahan ini dalam alat SSA dilakukan oleh detektor. Detektor yang
biasa digunakan ialah tabung pengganda foton (photomultiplier tube), terdiri dari
katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang
akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat
yang sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik.
Untuk menambah kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada
METODE PENELITIAN
1. Alat
ukur, gelas ukur, sarung tangan, blender, hot plate, sepasang alat titrasi,
Erlenmeyer, labu ukur 500 ml, pipet tetes, labu ukur 50 ml.
2. Bahan
Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Variabel Tetap
Variabel Terikat
masing 2000 gr ke dalam 3 buah gallon air yang berukursan 5 liter. Galon
pertama ditambahkan EM4 40 ml dan air gula merah 600 ml, untuk galon ke dua
ditambahkan EM4 50 ml dan air gula merah 600 ml, dan untuk ke tiga
ditambahkan EM4 60 ml dan air gula merah 600 ml. Kemudian larutan diaduk
tutup plastik. Selanjutnya fermentasi dan lakukan pengamatan 10, 13, 16 hari
hingga diperoleh cairan kental atau pupuk organik cair, kemudian pupuk organik
cair disaring agar terpisah dari ampas buahnya. Sampel yang diperoleh,