Makalah Ines

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

oriflame maret 2016

JUMAT, 08 APRIL 2016

perkembangan Embrionik

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan
perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan
sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Tahap awal
perkembangan diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang
dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan
zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan
perkembangan menjadi embrio.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana embriogenesis pada serangga?

2. Bagaimana morfogenesis pada serangga?

3. Bagaimana ganti kuliit pada serangga?

4. Bagaimana metamorfosis pada serangga?

5. Bagaimana siklus hidup dan ekolisis?

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui embriogenesis pada serangga

2. Untuk mengetahui morfogenesis pada serangga

3. Untuk mengetahui ganti kuliit pada serangga

4. Untuk mengetahui metamorfosis pada serangga


5. Untuk mengetahui siklus hidup dan ekolisis

BAB II

PEMBAHASAN

A. TELUR DAN PROSES FERTILISASI

Telur yang matang diletakkan, dan bentuknya beragam mulai dari yang pipih, bulat telur (oval), seperti
tong sampai bulat. Sebagian besar telur bagian terbesar telur terisi oleh kuning telur (yolk) atau
deutoplasma (deutoplasm), sitoplasma dan inti hanya menempati bagian kecil dari telur. Kuning telur
mengandung karbohidrat, protein dan lipida. Protein adalah bagian yang terbanyak. Sitoplasma
terdapat di sekitar inti (sitoplasma inti) dan sekitar tepi kuning telur (periplasma atau sitoplasma korteks
= cortical cytoplasm). Telur dapat terbungkus oleh dua membran: membran vitelin yang merupakan
membran sel telur dan korion (chorion) atau kulit telur.

Korion berfungsi seperti kutikula pada serangga betinanya, melindungi terhadap gangguan fisik,
terhadap penguapan air, dan juga untuk ventilasi (pernapasan) telur. Telur-telur jenis serangga tertentu
yang diletakkan di tempat lembab dapat menyerap air dari lingkungannya.

Spermatozoa dapat masuk ke dalam telur melalui satu atau lebih saluran khusus disebut mikropil, yang
merupakan perforasi, pada korion yang terdapat di bagian tertentu dari telur. Pembuahan telur terjadi
setelah ovulasi, dimulai dengan transfer sperma dari serangga jantan ke serangga betina di dalam sistem
reproduksinya pada waktu kopulasi.

Sperma yang ditransfer itu bebas atau dalam spermatofor. Spermatofor biasanya diletakkan dalam
bursa kopulatriks atau vagina, jarang di dalam spermateka. Spermatozoa, apapun kondisinya waktu
ditransfer ke serangga betina akhirnya berkumpul di spermateka.

Proses pembuahan adalah sebagai berikut:

a.) pelepasan sejumlah spermatozoa dari spermateka.


Spermateka Kantung sperma pada serangga betinaSpermateka berfungsi memproduksi bahan likat
untuk menempelkan telur.

b.) masuknya spematozoa ke dalam telur melalui mikropil (micropyle),

mikropil adalah saluran khusus untuk memasukkan sperma kedalam sel telur.

c.) fusi pronuklei telur dan spermatozoa menjadi zigot.

Penentuan kelamin (seks) pada serangga seksual tergantung dari keseimbangan antara gen-gen sifat
jantan dan gen-gen sifat betina. Pada sebagian besar kelompok serangga jantan adalah heterogamet
dan betina homogamet.

Pada serangga primitif, pejantan meletakkan spermatozoa pada suatu substrat, kadang-kadang
dilindungi oleh struktur tertentu, dan kemudian mencumbu si betina untuk mengambil spermatozoa
tersebut dan dimasukkan ke dalam bukaan organ kelaminnya. Capung dan laba-laba memasukkan
langsung spermatozoa ke dalam struktur kopulasi sekunder, yang kemudian digunakan untuk membuahi
betina. Serangga yang lebih maju memiliki organ khusus untuk memasukkan spermatozoa langsung ke
saluran reproduksi betina.

Kebanyakan serangga pemakan tumbuhan meletakkan telur-telur mereka di dalam air,seringkali


menempelkan telur-telurnya dalam substrat di dalam air.Serangga parasitik biasanya meletakkan telur-
telurnya di dalam tubuh inang.

B. EMBRIOGENESIS (PERKEMBANGAN EMBRIO)

Embriogenesis mencakup perkembangan sejak terjadinya zigot dan keluarnya individu yang sudah
berkembang penuh dari telur. Proses individu keluar dari telur ini disebut penetasan atau eklosi
(eclosion). Morfogenesis adalah perkembangan sejak terjadi zigot sampai menjadi serangga dewasa.
Embriogenesis antara kelompok-kelompok serangga beragam, ulasan umumnya dapat disajikan sebagai
berikut.

Lapisan sel pertama yang terbentuk adalah blastoderm, yang terdiri dari lapis tunggal sel-sel, yaitu
blastomer. Proses terbentuknya blastomer berbeda pada satu jenis binatang dengan jenis yang lainnya,
hal ini berhubungan dengan banyaknya bahan kuning telur di dalam telur. Namun pada sebagian besar
serangga, telurnya mempunyai bahan kuning telur yang banyak. Pada kebanyakan serangga nukleus
yang berfungsi dengan sitoplasmanya, berperilaku seperti individu sel dan membelah diri (cleavage)
secara mitosis. Nukleus-nukleus baru yang terjadi bergerak ke daerah tepi telur dan membentuk
blastoderm. Selama proses itu berlangsung, tiap nukleus membentuk sel lengkap dengan selaput selnya.

Sel-sel hasil pembelahan di atas sebagian tetap di bagian kuning telur, atau sebagian yang sudah di tepi
kembali ke kuning telur; sel-sel ini disebut vitofag (vitellophages) atau sel-sel kuning telur (yolk cells).
Vetelofag ini berperan dalam pencernaan awal kuning telur, sehingga memudahkan pengasimilasian
oleh sel-sel embrio lain.

Pada waktu bersamaan terjadinya blastoderm, beberapa sel hasil pembelahan berubah menjadi sel-sel
lembaga (germ cells) yang nantinya berkembang menjadi gamet atau sel-sel reproduktif pada tahap
larva tua, pupa atau dewasa.

Setelah pembentukan blastoderm selesai, sel-sel pada satu sisi telur berubah bentuk menjadi kolumnar
(columnar) (artinya seperti tiang besar) sepanjang garis tengah-longitodinal telur, ke arah dua sisi dari
garis ini sel-sel itu secara berurutan kurang kolumnar, akhirnya bersatu dengan sel-sel blastoderm yang
tersisa, yang cenderung menjadi pipih (sequamous). Daerah yang menebal dari blastoderm terdiri dari
sel-sel kolumnar itu adalah pita lembaga (germ band), yang kemudian memanjang dan berkembang
menjadi embrio. Sel-sel lain ikut dalam pembentukan selaput atau membran ekstraembrio. Pada
sebagian besar serangga lipatan pada daerah di luar pita lembaga tumbuh ke arah atas pita lembaga,
nantinya bertemu sepanjang garis tengah longitudinal. Lapis luar dan dalam dari satu lipatan bersatu
dengan lapis yang sama dan lipatan lainnya. Lipatan dalam membentuk amnion (amnion) di sekeliling
embrio yang berkembang dan lapis luar membentuk serosa yang mengelilingi kuning telur, ammon dan
embrio. Pada beberapa serangga selaput ekstraembrio terbentuk dari invaginasi (Apterigota) atau
involusi embrio (Odonata, beberapa Orthoptera dan Homoptera).

Pada waktu pembentukan ammnion dan serosa, terjadi juga proses gastrulasi, yang dimulai dengan
invaginasi (melekuk ke dalam) bagian bawah (venter) pita lembaga. Nantinya invaginasi itu mendatar ke
arah keluar dan pinggir-pinggir luarnya bertemu dan bersatu membentuk pita longitudinal dari sel-sel
(lapis dalam atau mesentoderm) yang dikelilingi oleh lapis luar, disebut ektoderm. Tipe lain
pembentukan lapisan dalam ialah mengendapnya pita longitudinal bawah ke dalam kuning telur, yang
kemudian tertumbuhi oleh sel-sel pita lembaga yang tertinggal. Tipe yang lain lagi, lapisan dalam itu
berkembang dari proliferasi pita lembaga. Kemudian lapisan dalam berkembang menjadi dua pita
longitudinal lateral (mesoderm) dan untingan tengah (median strands) dengan massa sel pada ujung
anterior dan posterior. Untingan tengah bagian massa sel di kedua ujungnya akan menjadi endorm.

Pada tahap perkembangan ini -yaitu mulai adanya mesoderm dan endorm -terjadi alur-alur melintang
sehingga embrio terbagi-bagi menjadi satu seri ruas-ruas, 20 jumlahnya. Segmentasi atau peruasan ini
adalah proses bertahap (gradual), mulai dari bagian depan dan berlanjut ke belakang. Pada saat yang
sama terjadi juga evaginasi ektoderm, yang membentuk berbagai embelan (appendages) tubuh. Apabila
segementasi embrio itu telah sempurna dan semua dasar-awal (rudiments) dari embelan telah
terbentuk, bagian-bagian embrio yang akan membentuk ketiga tagmata tubuh serangga sudah dapat
terlihat. Setelah pembentukan tiga lapis lembaga (germ layers) (endorm, mesoderm, ektoderm),
masing-masing berkembang lebih lanjut yang nantinya membentuk berbagai jaringan dan organ-organ.
Proses ini disebut organogenesis.
Otot-otot, jantung dan aorta (pembuluh dorsal, jaringan lunak dan organ reproduksi berasal dari
perkembangan mesoderm. Mesenteron adalah endodermal, sedang stomodeum dan proktodeum
ektodermal, otak, sistem saraf, sistem trakea dan integumen juga ektodermal.

Ø Perkembangan embrio pada serangga dapat dikelompokkan dalam tiga tipe utama, yaitu :

1. OVIPAR

Serangga betina meletakkan telur yang telah matang baik dibuahi maupun tidak. Perkembangan embrio
terjadi diluar tubuh induknya dan embrio memperoleh makanan dari kuning telur. Kebanyakan serangga
memiliki perkembangan ovipar.

2. VIVIPAR

Pada perkembangan vivipar serangga betina tidak meletakkan telur tapi melahirkan larva atau nimfa
muda dalam bentuk individu yang tidak terbungkus kulit telur (korion) . Perkembangan embrio
berlangsung dalam tubuh induknya dan embrio memperoleh makanan langsung dari tubuh induknya.

3. OVOVIVIPAR

Telur mengandung cukup kuning telur untuk memberi makan embrio yang sedang berkembang dan
diletakkan oleh induknya segera setelah menetas. Istilah ovovivipar juga digunakan untuk serangga-
serangga yang meletakkan telur yang mengandung embrio yang telah berkembang (telur telah siap
menetas).

Istilah larvipar, nimfipar dan pupipar, menunjuk pada bentuk individu baru yang dilepas oleh induknya.
Lalat Tachinidae ada yang larvipar, kutudaun di daerah panas adalah nimfipar, sedang lalat tse-tse
(Glossina spp., Muscidae) adalah pupipar. Pada lalat tse-tse ini keturunan baru dilahirkan dalam fase
larva yang sudah siap berpupa, sehingga hanya dalam beberapa jam setelah dilepas oleh induknya
sudah menjadi pupa.

Ø Selain ketiga tipe utama di atas, serangga juga memiliki beberapa tipe perkembangan embrio yang
lain, yaitu :

a.) Pada poliembrioni setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah secara mitosis dan
menjadi beberapa sampai banyak embrio. Tipe perkembangan ini biasanya terdapat pada Hymenoptera.
Telur pada serangga polimbrioni berbeda dari serangga non-poliembrioni, sebagai berikut: (1) telurnya
sangat kecil, (2) tidak ada kuning telur, (3) karion, jika ada, sangat tipis dan permeabel.

b.) Paedogenesis, Serangga pradewasa memiliki alat kelamin yang telah matang dan dapat
menghasilkan keturunan. Beberapa jenis Coleoptera memiliki perkembangan paedogenesis.

c.) Parthenogenesis, Sel telur berkembang menjadi embrio tanpa mengalami pembuahan.
Partenogenesis dapat terjadi pada serangga ovipar maupun vivipar.Pada lebahmadu hasil
parthenogenesis menghasilkan lebah jantan (drone) sedangkan jika ada fertilisasi akan menjadi lebah
betina.

C. PROSES GANTI KULIT SERANGGA (molting)

Molting atau sebut saja “pergantian kulit” adalah suatu proses yang kompleks dan dikendalikan oleh
hormon-hormon tertentu dalam tubuh serangga. Molting meliputi lapisan kutikula dinding tubuh,
lapisan kutikula trakea, foregut, hindgut, dan struktur endoskeleton (McGavin 2001; Triplehorn &
Johnson, 2005). Molting dapat terjadi sampai tiga atau empat kali, bahkan pada beberapa serangga
tertentu, molting dapat terjadi sampai lima puluh kali atau lebih selama hidupnya (McGavin, 2001).

Ø Proses molting pada serangga,melewati tiga tahap, yaitu apolysis,ecdysis, dan sklerotinisasi. Ketiga
tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

http://4.bp.blogspot.com/_2HwXzyGplTc/TUuxvYSzXtI/AAAAAAAAAH4/McXkO4vbTbY/s640/LANGKAH+
MOLTING.png

1. Proses apolisis melibatkan terjadinya pemisahan lapisan epidermis dari kutikula secara bertahap
mulai dari bagian anterior menuju posterior. Proses ini dimediasi oleh molekul 20-hidroksi ekdison.
Proses ini terjadi mulai saat instar melepaskan kutikula pada stadium pharate. Saat lepas dari kutikula
epidermis mulai melakukan pembelahan mitosis, sehingga permukaan epidermis menjadi luas yang
akan menjadi cetakan kutikula yang lebih meluas/besar.

2. Ecdysis ― Pembentukan kutikula baru. Tahap ini dimulai dengan pemisahan kutikula lama,
biasanya dimulai pada garis tengah sisi dorsal thoraks. Pemisahan terjadi,terutama, karena tekanan
haemolymph yang dipaksa masuk menuju thoraks oleh kontraksi otot abdomen yang disebabkan karena
serangga menerima udara atau air. Setelah ini, serangga akan keluar dari kutikula lama.

3. Sclerotinisasi ― Pengerasan kutikula baru. Kutikula baru yang baru terbentuk, sangat lembut dan
pucat sehingga ini merupakan saat yang sangat rentan bagi serangga. Dengan demikian, serangga harus
melakukan pengerasan (hardening) terhadap kutikula baru tersebut. Sklerotinisasi terjadi setelah satu
atau dua jam, dimana eksokutikula akan mengeras dan menjadi gelap. Pada serangga dewasa, sayap
akan berkembang karena kekuatan haemolymph yang masuk melalui vena sayap (McGavin, 2001;
Triplehorn & Johnson, 2005).
1. Awal apolisis sepanjang anteroposterior secara bertahap

Proses apolisis ini dimulai segera setelah terjadinya pengerasan kutikula. Pada periode aktif makan
setelah terjadinya ekdisis, kerapatan cel menurun, kutikula di atas sel epidermis meregang dan sel
epidermis menjadi bentuk squamose (pipih).

2. Pembelahan mitosis sel-sel epidermis (terjadi pertambahan sel dan pelipatan permukaan lapisan
epidermis).

Pembelahan mitosis mulai terjadi, jumlah sel bertambah dan meningkat tajam serta diikuti dengan
bentuk sel menjadi kolumner. Karena sel bentuknya berubah, mengakibatkan terjadinya tegangan
permukaan epidermis sehingga sel epidermis mulai terpisah dari kutikula. Mitosis epidermal ini
mendahului selesainya apolisis. Pemisahan kutikula diatasnya epidermis ini disebut proses apolisis.
Ruang apolisis yang dibentuk antara epidermis dan kutikula disebut rongga eksuvial atau rongga
subkutikuler. Pada Collembola bagian membran luar dari sel epidermis mengeluarkan vesikel-vesikel
membentuk busa sehingga mendorong lapisan kutikula terlepas dari epidermis. Lepasnya droplet ke
dalam rongga ini dengan cara eksositosis plasma membran.

3. Sekresi cairan molting

Droplet tersebut diduga prekursor enzim moulting yang masih tidak aktif. Pada beberapa spesies enzim
moulting disekresikan ke dalam ruang eksuvial setelah selesai proses apolisis. Enzim ini ada yang
disekresikan dalam bentuk granule dan pada beberapa Lepidoptera dikeluarkan dalam bentuk gel.
Ruang apolisis berangsur angsur menjadi besar karena adanya akumulasi enzim atau cairan moulting.
Enzim pencerna kutikula ini terdiri dari enzim khitinase, protease menyerupai tripsin dan
aminopeptidase. Enzim ini masih tetap belum aktif sebelum selesainya pembentukan lapisan luar
epikutikula dari kutikula baru.

4. Formasi epikutikula luar pharate pada permukaan epidermis yang telah mengalami apolisis dan
crenulat, yang akan menghasilkan patokan pola permukaan kutikula pharate.

5. Sekresi epikutikula saat serangga dalam keadaan pharate.

6. Aktivasi enzim cairan molting, terjadi proses lisis endokutikula dan terjadi penyerapan (resorpsi)
endokutikula lama.

Aktivasi enzim dihubungkan dengan terjadinya transport potassium ke dalam ruang eksuvial disertai
dengan aliran air. Cairan ini disebut cairan moulting dan mengandung komposisi ion sebagai buffer
enzim yang mengatur pH selama pencernaan kutikula. Enzim tersebut akan mencerna seluruh lapisan
kutikula yang tidak tersklerotisasi tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap otot-otot atau syaraf yang
berhubungan dengan kutikula lama. Produk kutikula yang tercerna ini diabsorbsi melalui mulut atau
anus dan mungkin juga secara langsung melalui integumen itu sendiri.

7. Deposisi calon eksokutikula pharate


Deposisi kutikula baru berangsur-angsur bertambah seiring dengan pencernaan dan penyerapan
kembali kutikula lama. Keadaan ini dapat mengkonservasi 90% kutikula lama.

8. Ekdisis

Saat cairan molting dan hasil cernaannya diresorbsi, kutikula lama makin menipis dan lama kelamaan
habis dan meninggalkan epikutikula dan eksokutikula lama yang terpisah dari prokutikula baru. Rongga
apolisis jelas terpisah dan serangga mulai melakukan aktivitas ekdisis. Ekdisi diawali dengan pecahnya
garis ekdisis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara. PadaSchistocerca atau serangga lainnya,
terjadi peningkatan volume darah. Persiapan ekdisis diawali dengan menelan udara atau air, kemudian
ditelan ke dalam usus sehingga tekanan hemolimf meningkat. Darah dipompa ke bagian toraks atau
kepala dan memecahkan bagian integumen yang tipis atau lemah. Ekdisis biasanya dimulai dari kepala
atau toraks dahulu kemudian diikuti oleh abdomen dan embelannya.

9. Ekspansi kutikula baru

Setelah selesai ekdisis, instar baru akan mengawali aktivitas makan dan mulai mengawali siklus apolisis
dikuti ekdisis. Kutikula baru yang masih lentur akan mengembang sejalan dengan pertumbuhan dan
perbesaran tubuhnya. Ekspansi kutikula akan diikuti proses tanning dan akan terhenti hingga kutikula
mengeras dan segera akan melakukan molting berikutnya.

10. Permulaan tanning

Enzim fenol oksidase terlibat dalam proses tanning kutikula. Enzim ini pada awalnya berada di dalam
hemolimf dalam bentuk proenzim tidak aktif, kemudian diaktivasi oleh enzim yang berasal dari ekstrak
kutikula. Ada tiga jenis enzim profenol oksidase. Dua enzim yang mengoksidasi L-dopa yaitu dopa
oksidase dan satu enzim yang mengoksidasi dihidroksifenilalanin (dopa) maupun tirosin (tirosin adalah
substrat awal dalam tanifikasi). Struktur protein dan enzim pada kutikula berpartisipasi dalam proses
tanning yang disebut sklerotisasi. Proses ini melibatkan hidroksilasi tirosin menjadi dihidroksifenilalanin
(DOPA) yang didekarboksilasi menjadi dopamine dengan perantara dopa-dekarboksilase. Dopamin
kembali diasetilasi membentuk N-asetildopamin. Melalui system fenolase N-asetildopamin dioksidasi
menjadi o-Quinon yang bereaksi dengan kelompok amino di dalam protein kutikula.

11. Sekresi endokutikula

12. Sekresi lilin

13. Lanjutan deposisi dan tanifikasi endokutikula

14. Formasi membran apolisis untuk molting berikutnya.


Urutan kejadian dalam pengaturan proses apolisi dan pembentukan kutikula adalah sebagai berikut:

1. PTTH (prothoracicotropic hormone) akan merangsang kelenjar protorak untuk mensintesis dan
melepaskan hormon ekdison,

2. Hormon ekdison beredar di dalam hemolimfa,

3. Hormon ekdison akan mengalami hidroksilasi pada jaringan tubuh menjadi 20-hidroksiekdison,

4. 20-hidroksiekdison mengatur gen yang akan membentuk kutikula.

5. Hormon pemicu ekdisis (ecdysis trigerring hormone, ETH) merangsang pelepasan hormon eklosi
(eclosion hormone, EH) dari otak,ETH juga akan mengaktifkan perilaku pre-eklosi,

6. Simpul umpan-balik positif antara ETH dan EH mengakibatkan pelepasan EH dalam jumlah besar,

7. Pelepasan EH terpusat merangsang pelepasan Crustacean cardioactive peptide (CCAP) dari


neuron pada ganglion ventral, EH yang bekerja melalui hemolimfa mengakibatkan pengenyalan kutikula

8. CCAP mengaktifkan perilaku eklosi dan menghentikan perilaku pre-eklosiCCAP yang bekerja
melalui hemolimfa meningkatkan denyut jantung,

9. Bursikon mula-mula merangsang pengenyalan kutikula, kemudian mengaktifkan proses


sklerotisasi kutikula.

D. METAMORFOSIS

Metamorfosis serangga mempunyai keuntungan secara ekologis yaitu:

1. adanya perbedaan habitat,dimana beberapa larva serangga mempunyai habitat yang berbeda
dengan habitat imagonya.

2. Adanya perbedaan jenis makanan antara larva dengan imagonya.

perubahan selama metamorfosis dilaksanakan oleh 2 proses yaitu

1. Histolisis adalah suatu proses dimana struktur larva terpecah hancur menjadi bahan yang dapat
digunakan dalam perkembngan struktur-struktur dewasa.

2. Histogenesis adalah proses perkembangan struktur-srtuktur dewasa dari produk histolisis. Sumber-
sumber utama dari bahan untuk histogenesis adalah hemolimf,lemak badan dan jaringan-jaringan yang
larut seperti urat-urat daging larva.
Ø Ada beberapa keragaman dalam metamorfosis yang terjadi dalam kelompok-kelompok serangga yang
mengalami metamorfisis.dan dapat di kelompokkan menjadi 3 tipe umum,yaitu

1. Metamorfosis bertahap (paurometabol)

Hasil paurometabol pada umumnya nimfa menyerupai imago namun perubahan bentuk berlangsung
secara bertahap seperti terbentuknya bakal sayap dan embelan alat kelamin pada instar yang lebih tua
dan bertambah ukuran. Nimfa dan imago berbeda dalam hal ukuran,perkembangan sayap,alat
kelamin,namun nimfa dan imago sama-sama sebagai herbivor aktif.

Paurometabol terjadi pada orthopthera,isoptera,thysanoptera,hemiptera,homoptera,neroptera,dan


dermaptera.

v Contoh Metamorfosis serangga

| Belalang adalah anggota Insecta dari ordo Orthoptera. Metamorfosis yang terjadi pada belalang
termasuk dalam kriteria metamorfosis tidak sempurna. Seperti yang kita ketahui, dalam fase
perkembangan belalang terdapat tiga fase yaitu telur, nimfa, kemudian dewasa.

1. Belalang Kawin

Belalang jantan dewasa dalam proses reproduksi akan memasukkan spermatophore (satu paket berisi
sperma) ke dalam ovoposistor belalang betina. Lubang halus bernama micropyles merupakan saluran
halus yang akan dilalui oleh sperma untuk menjangkau sel telur pada belalang betina.

2. Belalang bertelur

Belalang betina akan mencari tempat yang cocok untuk meletakkan telurnya seperti tanah ataupun
tumbuhan tertentu. Bila belalang betina bertelur ditanah, tanah tersebut akan digali sekitar 1-2 inci
kemudian telur akan dimasukkan menggunakan ovopositor pada ujung perut belalang. Proses bertelur
ini memiliki interval 3-4 hari hingga semua telur belalang dikeluarkan.

3. Nimfa

Telur menetas menjadi nimfa yaitu belalang muda yang tak bersayap yang telah memiliki bentuk secara
umum mirip dengan belalang dewasa akan tetapi belum mampu bereproduksi. Nimfa belalang yang
baru menetas umumnya berwarna putih, akan tetapi berubah setelah beberapa lama terkena sinar
matahari. Nimfa seperti larva lainnya mengalami instar atau berganti kulit, umumnya sebanyak 4-6 kali
sebelum menjadi belalang dewasa. Proses nimfa ini umumnya berlangsung selama 25-40 hari.
4. Belalang Dewasa (Imago)

Nimfa kemudian mengalami pergantian kulit terakhir sehingga menghasilkan belalang dewasa yang
bersayap setelah sekitar satu bulan menjadi nimfa. Setelah 14 hari menjadi belalang bersayap akan
terbentuk belalang dewasa yang mampu bereproduksi. Setelah ini, belalang dewasa hanya memiliki
sekitar 2-3 minggu untuk melestarikan spesiesnya sebelum mati.

2. Metamorfosis sederhana ( hemimetabol)

Serangga muda hemimetabol dinamakan nimfa dan biasanya sangat mirip dengan dewasa. Bila serangga
dewasa bersayap,maka sayap serangga kelihatan pada kuncup instar-instar awal,dan setelah molting
akhir,sayang mengembang menjadi ukuran dewasa ciri-ciri serangga dengan metamorfosis sederhana
yaitu a) nimfa dan imago hidup pada habitat yang berbeda dimana nimfa hidup di air dan imago hidup di
darat.

b) nimfa memiliki beberapa modifikasi misalnya dari insang sampa trachea ,tungkai berfungsi
melekat ,memanjat,dan menggali.

Tipe ini di temukan pada ordo odonata,ephermeroptera,dan plecoptera.

v Contoh metamorfosis pada serangga

Metamorfosis pada capung

Telur – Larva/Nimfa – Capung muda – Capung Dewasa

Jantan dan betina capung akan kawin saat terbang diudara. Setelah terjadi pembuahan, telur akan
terbentuk, dan setelah itu telur akan diletakkan di air atau pada tanaman yang pas. Setelah telur capung
menetas yang biasanya memakan waktu sekitar satu minggu, terbentuklah larva yaitu nimfa. Nimfa
capung cukup unik karena berbentuk seperti alien. Nimfa capung memiliki ciri yaitu belum bersayap, dan
terlihat seperti laba-laba berkaki enam. Capung menghabiskan sebagian besar waktunya dalam bentuk
nimfa dalam siklus metamorfosisnya. Nimfa capung melalui beberapa kali instar yang tentunya terjadi
pelepasan eksoskeleton atau pergantian kulit. Pergantian kulit atau eksoskeleton ini dapat terjadi
sebanyak 12 kali yang merupakan tanda terjadinya pertambahan ukuran tubuh. Nimfa capung bernapas
menggunakan insang yang terletak pada abdomennya. Setelah mencapai tahap akhir, nimfa naik ke
permukaan atau daratan kemudian mencari tumbuhan yang cocok lalu melakukan pergantian kulitnya
yang terakhir. Proses pergantian yang terakhir ini merubah bentuk nimfa menjadi capung dewasa akan
tetapi belum lengkap yang berlangsung selama beberapa menit saja (meninggalkan exuvia, bekas nimfa
sebelumnya). Pada tahap ini capung sangatlah tidak berdaya, menjadi mangsa untuk aves dan
insektivora lainnya.
Capung yang belum dewasa sepenuhnya ini memiliki sayap yang belum terkembang dan kepala dan
thoraks telah terlihat pembagiannya, tubuh yang masih lunak dan warna tubuh yang belum sempurna.
Kemudian, cairan seperti darah dari tubuhnya akan dialirkan ke sayapnya yang akan mengibarkan,
selama proses ini, sayap akan dikeringkan. Capung tidak akan dapat terbang hingga sayapnya kering
kemudian setelah kering akan selalu berusaha mencari sinar matahari yang panas sehingga tubuh nya
dapat mengeras dan terjadi perubahan warna sehingga membentuk capung yang dewasa (fully mature).

3. Metamorfosis sempurna (Holometabol)

Tahapan-tahapan pendewasa dan dewasa serangga holometabol biasanya sangat berbeda dalam
bentuk,seringkali hidup dalam habitat yang berbeda. Larva merupakan fase yang sangat aktif
memakan,sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan oleh terjadinya perombakan dan
penyusunan kembali organ-organ tubuh dalam maupun luar. Pada metamorfosis sempurna sayap
berkembang secara internal dari sekelompok sel dorman yang disebut tunas sayap. Pupa pada serangga
terlindung oleh rumah pupa (kokon) yang terbuat dari sutra atau bahan lain.

Tipe-tipe holometabola dapat ditemukan pada kupu-kupu,kumbang,nyamuk,lalat,ngengat,dan semut.


v Metamorfosis sempurna pada kupu-kupu

a. Fase Telur

Hewan betina akan meletakkan telur- telurnya di tempat yang sesuai dengan kebutuhan dengan
perkembangan calon anaknya. Contohnya seperti pada kupu- kupu yang meletakkan telur- telurnya di
permukaan daun hal ini karena larva atau hewan muda merupakan pemakan tumbuhan. Pada fase telur
ini, embrio hasil fertilisasi sel telur dengan sel sperma akan terus mengalami pembelahan, membentuk
organ-organ, sampai pada waktu tertentu tergantung pada jenis spesiesnya.

b. Fase Larva

Pada fase ini larva atau hewan muda sangat aktif makan. Induk betina meletakkan telur-telur ditempat
yang sesuai dengan makanannya. Ulat, larva dari kupu- kupu mampu menghabiskan dedaunan dimana
ia hinggap. Larva hewan yang memiliki eksoskleton (rangka luar), seperti pada serangga akan mengalami
pergantian kulit atau eksdisis atau molting. Hal ini karena ukuran tubuhnya makin membesar sehingga
dibutuhkan eksoskleton yang baru untuk ukuran tubuhnya yang membesar. Pergantian kulit dapat
terjadi sampai beberapa kali dan pada waktu yang ditentukan larva akan berhenti makan dan memasuki
fase berikutnya, yaitu menjadi pupa. Perubahan ini dikontrol oleh hormonal di dalam tubuh larva.

c. Fase Pupa

Pupa atau kepompong merupakan fase transisi. Tubuh kepompong dilindungi dengan rangka luar yang
keras di sebut dengan kokon. Pada fase ini, sebagian besar serangga berada dalam kondisi inaktif
(makan). Di balik kokon, tubuh pupa sangat aktif melakukan metabolisme pembentukan organ—organ
dan bentuk hewan dewasanya. Kebutuhan akan energi diperoleh dari simpanan cadangan makanan di
dalam tubuh larva. (pada fase larva sangat aktif makan, dan sebagian makanannya akan disimpan untuk
fase pupa). Fase pupa memakan waktu yang bervariasi.
d. Fase Imago (Dewasa)

Sampai waktu yang ditentukan, pupa akan keluar dari cangkangnya menjadi hewan dewasa (imago)
dengan bentuk yang sangat berbeda. Pada fase ini, imago memiliki cara makan dan habitat yang
berbeda dengan larvanya. Fase imago merupakan fase reproduksi dimana, hewan dewasa akan saling
mengadakan perkawinan (jantan dan betina), yang akan membentuk ratusan telur- telur, dan akan
mengulangi sikusnya.

Unknown di 20.03

Berbagi

1 komentar:

Unknown20 Juli 2020 17.45

No woman gets an orgasm from shining the kitchen floor. Hey, i am looking for an online sexual
partner ;) Click on my boobs if you are interested (. )( .)

Balas

Beranda

Lihat versi web


MENGENAI SAYA

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai