Makalah Kimia Laut
Makalah Kimia Laut
Makalah Kimia Laut
Oleh Kelompok 5 :
Rahman Hasim (2103-41-115) Fitriya Taher (2013-41-101)
Andi Zulkifli Al Aziz (2013-41-054) Wa Ode Yatie Rosmala (2013-41-011)
Heipy U. Molle (2013-41-089) Bella Baeng(2013-41-024)
Zulfa Rahma Karim (2013-41-057)
Cici W Ridwan (2013-41-047)
Rosita Wael (2013-41-077)
Suciawati (2013-41-004) Harni (2013-41-104)
Indah Shintawaty F.F (2013-41-090) Fadila Marasabessy (2013-41-059)
Wiwin Purnama Suci (2013-41-091) Ode Risna Judin (2013-41-097)
Lili S. Selo (2013-41-049)
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.bahwa saya telah menyelesaikan tugas
untuk mata kuliah Kimia Laut dengan judul “Logam Berat Cr di laut”.
Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen bidang Studi Kimia Laut
yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan bisa
menyelesaikan tugas ini.
Walaupun penulis sadar bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan tapi penulis berharap
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan. Amin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Ambon ,21-06-2016
Pemakalah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam merupakan toksikan yang unik. Logam ditemukan dan menetap di alam, tetapi
bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis, atau akibat aktivitas
manusia.
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang,
vulkanisme dan sebagainya. Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam bentuk
persenyawaan dengan unsur lain, sangat jarang yang ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini
dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair,
misalnya merkuri (Hg). Dalam badan perairan, logam pada umumnya berada dalam bentuk ion-
ion, baik sebagai pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan
atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana unsur-unsur logam tersebut ikut
berterbangan dengan debu-debu yang ada di atmosfir.
Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan perhatian berlebih
akibat ditambahkan ke dalam tanah dalam jumlah yang semakin meningkat dan bahaya yang
mungkin ditimbulkan. Logam berat menunjuk pada logam yang mempunyai berat jenis lebih
tinggi dari 5 atau 6 g/cm3. Namun pada kenyataannya dalam pengertian logam berat ini,
dimasukkan pula unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya seperti logam berat
sehingga jumlah seluruhnya mencapai lebih kurang 40 jenis. Beberapa logam berat yang beracun
tersebut adalah As, Cd. Cr, Cu, Pb, Hg, Ni, dan Zn.
Limbah Logam Berat atau heavy metal termasuk golongan limbah B3. Limbah yang
mengandung logam berat adalah issue lingkungan yang menjadi perhatian banyak pihak,
utamanya bagi industri-industri di tanah air. Masalah limbah logam berat sangat serius
diperhatikan mengingat dampak yang ditimbulkannya begitu nyata bagi kehidupan makhluk
hidup, termasuk manusia.
Logam berat biasanya sangat sedikit dalam air secara ilmiah kurang dari 1 g/L. Kelarutan
dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan air dikontrol oleh :
(1) pH badan air,
(2) jenis dan konsentrasi logam dan khelat
(3) keadaan komponen mineral teroksida dan sistem berlingkungan redoks.
Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik di sungai ataupun laut akan dipindahkan
dari badan airnya melalui beberapa proses yaitu : pengendapan, adsorbsi dan absorbsi oleh
organisme perairan. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan
mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air.
Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di dasar perairan
dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi
dibandingkan dalam air. Konsentrasi logam berat pada sedimen tergantung pada beberapa faktor
yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil aktifitas manusia.
2. Melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan dasar sedimen.
3. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar.
4. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada industri gelas,
metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri, khromium diperlukan dalam dua
bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut ferokromium
sedangkan logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium sendiri
sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium dapat
menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat
menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun
tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+
merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan
toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan
kronis.
Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras, mempunyai titik leleh
dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi deret pertama lainnya.
Bilangan oksidasi yang terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni melarut
dengan lambat sekali dalam asam encer membentuk garam kromium (II).
Senyawa-senyawa yang dapat dibentuk oleh khromium mempunyai sifat yang berbeda-
beda sesuai dengan valensi yang dimilikinya. Senyawa yang terbentuk dari logam Cr+2 akan
bersifat basa, dalam larutan air kromium (II) adalah reduktor kuat dan mudah dioksidasi diudara
menjadi senyawa khromium (III) dengan reaksi :
2 Cr2+ (aq) + 4H+ (aq) + O2 (g) 2 Cr3+ (aq) + 2 H2O (l)
Senyawa yang terbentuk dari ion khromium (III) atau Cr3+ bersifat amfoter dan merupakan ion
yang paling stabil di antara kation logam transisi yang lainnya serta dalam larutan. Senyawa
yang terbentuk dari ion logam Cr6+ akan bersifat asam. Cr3+ dapat mengendap dalam bentuk
hidroksida. Khrom hidroksida ini tidak terlarut dalam air pada kondisi pH optimal 8,5–9,5 akan
tetapi akan melarut lebih tinggi pada kondisi pH rendah atau asam. Cr6+ sulit mengendap,
sehingga dalam penanganannya diperlukan zat pereduksi dari Cr6+ menjadi Cr3+.
Kromium diketahui termasuk logam berat dengan dampak bahaya yang cukup besar dan
harus diwaspadai. Kromium (VI) dalam perairan bersifat sangat toksik, korosif, karsinogenik dan
memiliki kelarutan yang sangat tinggi. Oksigen terlarut dalam perairan dapat mengoksidasi
kromium (III) menjadi kromium (VI) secara lambat pada temperatur kamar (Roto dkk, 2009).
Total kandungan kromium dalam perairan alami umumnya tidak melebihi beberapa µg/L.
Dengan demikian, jelas bahwa berbagai bentuk kromium akan terjadi pada tingkat persepuluh
atau seratus µg/l. Tekad mereka memerlukan penerapan metode cukup sensitif, tetapi
kekhususan memiliki peran penting untuk bermain dalam kasus individu kimia atau selektivitas
dalam hal spesiasi dari kelompok senyawa, misalnya valensi atau kompleks kromium organic.
Proses kimiawi yang terjadi di dalam perairan juga dapat mengakibatkan terjadinya
peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa Cr+6 yang sangat beracun menjadi Cr+3yang kurang
beracun. Peristiwa reduksi yang terjadi atas Cr+6 dapat berlansung bila perairan tersebut
mempunyai lingkungan yang bersifat asam. untuk perairan yang berlingkungan basa, maka ion-
ion logam Cr+3 akan mengendap pada dasar perairan (Palar, 1994).
Sumber pencemaran logam kromium ini juga bisa berasal dari limbah pertambangan batu
gunung. Sehingga kromium merupakan salah satu darilogam berat yang dapat terekspos
kepermukaan tanah karena kegiatan pertambangan. Limbah dari pertambangan yang ada pada
permukaan tanah tersebut akan terbawa akibat erosi. Namun kadar logam kromium bisa saja
berjumlah sedikit pada lingkungan karena diduga logam kromium sulit larut dalam perairan.
Selain hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor fisik kimia seperti antara lain temperatur, pH
dan TSS (Rahman dkk, 2012).
Logam berat Cr (Chromium) dapat dianalisis dari sampel air maupun sedimen dengan
menggunakan Spektrofotometri serapan atom (SSA). Spektrofotometri serapan atom adalah
suatu metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu nnsur dalam suatu cuplikan yang
didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat
energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang
spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom
penyerap tereksitasi, yaitu elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada
tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat
penyerapan radiasi (absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka
konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan.
Sampel yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom nyala harus dalam bentuk
larutan. Sampel dan standar dilarutkan dalam pelarut yang sama dan dibuat sesegar mungkin
untuk menghindarkan efek penyimpanan. Bila sampel bukan dalam bentuk larutan maka sampel
harus dilarutkan lebih dahulu. Pelarut yang digunakan adalah asam nitrat dan asam klorida.
Kedua pelarut ini merupakan pelarut yang sangat baik dan umum digunakan untuk melarutkan
unsur logam yang akan dianalisis dengan metode SSA (Alfian, 2007).
Sifat logam berat sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung
terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini
menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya:
1. Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air),
2. Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang,
3. Berbahaya bagi kesehatan manusia,
4. Menyebabkan kerusakan pada ekosistem.
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan
enzimatik pada biota. Akan tetapi bila jumlah dari logam berat masuk ke dalam tubuh dengan
jumlah berlebih, maka akan berubah fungsi menjadi racun bagi tubuh.
Dalam tubuh Cr (Chromium) dapat berakibat buruk terhadap sistem saluran pernafasan,
kulit, pembuluh darah, dan ginjal. Dampak kandungan logam berat memang sangat berbahaya
bagi kesehatan. Namun, kita dapat mencegahnya dengan meningkatkan kesadaran untuk ikut
serta melestarikan sumber daya hayati serta menjaga kesehatan baik untuk diri sendiri maupun
keluarga. Salah satu cara sederhana untuk menjaga kesehatan adalah dengan mendeteksi kondisi
air yang kita gunakan sehari-hari, terutama kebutuhan untuk minum. Jika kondisi air Anda sudah
terdeteksi, maka akumulasi logam berat dalam tubuh dapat kita cegah.
F. Pengolahan Limbah Logam Berat Cr(VI)
Logam Cr di alam terdapat dalam dua bentuk oksida, yaitu Cr(III) dan Cr(VI). Uniknya
hanya Cr(VI) yang bersifat karsinogenik sedangkan Cr(III) tidak. Toksisitas Cr(III) hanya sekitar
1/100 kali Cr(VI), bahkan menurut penelitian Cr(III) ternyata merupakan salah satu nutrisi yang
dibutuhkan tubuh manusia dengan kadar 50-200 mikrogram per hari. Cr(VI) mudah larut dalam
air dan membentuk divalent oxyanion yaitu kromat dan dikromat.
Cr(III) mempunyai sifat mudah diendapkan atau diabsorpsi oleh senyawa organik
maupun anorganik pada kondisi basa, sehingga pengolahan limbahnya dapat dilakukan dengan
metode presipitasi di mana akan terbentuk endapan senyawa hidroksida. Metode ini tidak bisa
digunakan pada limbah yang mengandung Cr(VI), sehingga untuk limbaah yang mengandung
Cr(VI) harus direduksi terlebih dahulu menjadi Cr(III). Hal ini karena pada kondisi basa akan
terjadi reaksi kesetimbangan senyawa dikromat dan kromat seperti di bawah ini:
Cr2O72- + 2OH- <=> 2CrO42- + H2O
Oranye Kuning
Pada kondisi asam reaksi akan bergerak ke kiri menjadi dikomat, sedangkan pada kondisi
basa kesetimbangan akan bergerak ke kanan.
Reduksi Cr(VI) menjadi Cr(III) harus dilakukan dalam suasana asam dengan langkah-
langkah sebagai berikut. Pertama-tama air limbah dikondisikan pada pH 2.0 sampai 2.5 dengan
asam sulfat, asam klorida atau asam lainnya. Kemudian direduksi dengan menggunakan sodium
metabisulfit (NaHSO3), gas SO2, Na2S, H2S, garam ferro atau bahan pereduksi lainnya. Reaksi
reduksi-oksidasi (redoks) berlangsung cepat dan ditandai dengan perubahan warna dari warna
oranye/kuning menjadi hijau kebiruan. Perubahan warna ini menandakan telah terjadi perubahan
ke senyawa Cr(III). Langkah berikutnya adalah dengan mempresipitasinya dengan
menambahkan unsur OH- yang biasanya dari NaOH atau kapur hidroksida pada pH 8.5 sampai
9.0. Pada kondisi ini akan terbentuk Cr(III) hidroksida sesuai dengan reaksi berikut:
Cr6+ + Fe2+ -> Cr3+ + Fe3+ (proses reduksi)
Cr3+ + 3OH- -> Cr(OH)3 (proses presipitasi)
Pengolahan Cr(VI) bisa dengan cara lain yaitu dengan cara elektrolisa. Metode ini lebih
cocok untuk cairan air limbah yang konsentrasinya tinggi, sesuai dengan reaksi berikut ini:
Cr2O72- + 14H+ + 6e -> 2Cr3+ + 7H2O
Metode lainnya yaitu dengan penukar ion meski jarang dilakukan karena memerlukan
energi yang sangat tinggi dan bahan kimia yang sangat banyak. Untuk air limbah organik asam
kromat digunakan resin penukar ion positif yang bersifat basa kuat.
Metode lain yang juga dapat dipergunakan adalah reduksi fotokatalitik, di mana
merupakan kombinasi proses fotokimia dan katalis yang terintegrasi untuk dapat melangsungkan
suatu reaksi transformasi kimia yang berlansung pada permukaan bahan katalis semikonduktor
yang terinduksi oleh sinar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada industri gelas,
metal, fotografi, dan elektroplating. Kromium diketahui termasuk logam berat dengan dampak
bahaya yang cukup besar dan harus diwaspadai. Kromium (VI) dalam perairan bersifat sangat
toksik, korosif, karsinogenik dan memiliki kelarutan yang sangat tinggi. Logam berat Cr
(Chromium) dapat dianalisis dari sampel air maupun sedimen dengan menggunakan
Spektrofotometri serapan atom (SSA)
Sumber pencemaran logam kromium ini juga bisa berasal dari limbah pertambangan batu
gunung. Sehingga kromium merupakan salah satu darilogam berat yang dapat terekspos
kepermukaan tanah karena kegiatan pertambangan. Limbah dari pertambangan yang ada pada
permukaan tanah tersebut akan terbawa akibat erosi. Dalam tubuh Cr (Chromium) dapat
berakibat buruk terhadap sistem saluran pernafasan, kulit, pembuluh darah, dan ginjal. Dampak
kandungan logam berat memang sangat berbahaya bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, N., 2007, Pengaruh pH dan Penambahan Asam Terhadap Penentuan Kadar Unsur Krom
dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, Jurnal Sains Kimia,11,
(1)., 37-41.
Astuty, R.D., 2011, Kandungan logam Berat Cd dan Cu Berdasarkan ukuran Partikel Sedimen
di Perairan Teluk Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan, Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Rahman, A., Susilawati, F dan Irawati, U., 2012, Kandungan Kromium (Cr) Pada Gondang (Pila
Scutata) Di Perairan Sungai Riam Kanan Kabupaten Banjar, Bioscientiae, 9, (2)., 26-39.
Roto, I., Tahir., Sholikhah, U. N., 2009, Apllkasi Pengolahan Polutan Anion Khrom (VI) dengan
Menggunakan Agen Penukar Ion Hydrotalcite ZnAiSO4, Universitas Gadjah Mada,
Sekip Utara, Yogyakarta.