Siklus Hidup Nyamuk

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Nyamuk

Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut


klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi
menjadi 109 genus dan Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Di seluruh
dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk namun sebagian besar dari spesies
nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakit-
penyakit lainnya. Jenis–jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, dari subfamili
Culicinae adalah Aedes sp, Culex sp, dan Mansonia sp, sedangkan dari subfamili
Anophelinae adalah Anopheles sp (Harbach,2008).

Semua jenis nyamuk membutuhkan air untuk hidupnya, karena larva


nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di
darat (Sunaryo, 2001). Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva.
Nyamuk betina biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti
pada air bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya. Bahkan ada nyamuk
yang meletakkan telurnya pada axil tanaman, lubang kayu (tree holes), tanaman
berkantung yang dapat menampung air, atau dalam wadah bekas yang
menampung air hujan atau air bersih (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Larva nyamuk hidup
dengan memakan organisme kecil, tetapi ada juga yang bersifat sebagai predator
seperti larva Toxorhynchites sp yang memangsa jenis larva nyamuk lain yang
hidup dalam air. Kebanyakan nyamuk betina menghisap darah manusia atau
hewan lain seperti kuda, sapi, babi, dan burung dalam jumlah yang cukup sebelum
perkembangan telurnya. Namun ada jenis nyamuk yang bersifat spesifik dan
hanya menggigit manusia atau mamalia. Nyamuk jantan biasanya hidup dengan
memakan cairan tumbuhan (Sembel, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang dan menghisap darah
berbeda-beda menurut jenisnya. Ada nyamuk yang aktif pada waktu siang hari
seperti Aedes sp dan aktif pada waktu malam hari seperti Anopheles sp dan Culex
sp. (Sembel, 2009).

2.2 Siklus Hidup Nyamuk (Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp)

Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami


metamormofosa sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa
dewasa (Sembel, 2009).

2.2.1 Telur

Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau
berkelompok. Telur-telur dari jenis Culex sp diletakkan berkelompok (raft).
Dalam satu kelompok biasa terdapat puluhan atau ratusan ribu nyamuk. Nyamuk
Anopheles sp dan Aedes sp meletakkan telur di atas permukaan air satu persatu.
Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman.
Namun, bila air cukup tersedia, telur telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah
diletakkan (Sembel, 2009).

2.2.2 Larva

Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota Diptera
yang lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki
kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari
kebanyakan nyamuk menggantungkan diri di permukaan air. Untuk mendapatkan
oksigen dan udara, larva-larva nyamuk Culex sp dan Aedes sp biasanya
menggantungkan tubuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Ada jenis
larva nyamuk yang hidup dalam air dan bernapas melalui difusi kutin (cutaneous
diffusion) seperti Mansonia sp. Mansonia sp memiliki tabung udara yang
berbentuk pendek dan runcing yang dipergunakan untuk menusuk akar tanaman
air. Stadium larva memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan

Universitas Sumatera Utara


perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur,
cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain
sebagainya (Soegijanto 2006). Kebanyakan larva nyamuk menyaring
mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya yang ada di dalam air. Larva
biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah tujuh hari
(Sembel, 2009).

2.2.3 Pupa

Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa


berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air
terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke
permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau
tiga hari, maka kulit pupa akan pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang
(Sembel, 2009).

2.2.4 Dewasa
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas
permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap – sayapnya dan
sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari
makan. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa Culex sp dan Aedes sp hinggap
dalam keadaan sejajar dengan permukaan, sedangkan Anopheles sp hinggap
membentuk sudut dengan permukaan (Sembel, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Perbedaan siklus hidup nyamuk Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp
(Sembel,2009)

2.3 Habitat Pembiakan nyamuk


2.3.1 Berdasarkan tempat bertelur
Berdasarkan tempat bertelur, habitat nyamuk dapat dibagi menjadi
container habitats dan ground water habitats (genangan air tanah). Container
habitat terdiri dari wadah alami dan wadah artifisial. Genangan air tanah adalah
genangan air yang terdapat tanah di dasarnya. Spesies yang memiliki habitat
genangan air tanah adalah Anopheles sp, Culex sp (Qomariah, 2004).

Wadah alami banyak terdapat di area hutan atau area perkebunan. Namun
wadah alami juga banyak terdapat di tempat lain, misalnya area bekas penebangan
pohon, ruas- ruas bambu, area pantai dimana terdapat banyak tempurung kelapa.
Spesies yang memiliki habitat wadah alami adalah Aedes sp, Anopheles sp,
Culex sp (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Wadah artifisial adalah wadah terindikasi adanya aktifitas manusia atau
modifikasi manusia. Habitat ini kebanyakan berada di area pemukiman. Contoh
wadah artifisial yaitu, barang-barang bekas, penampung air kulkas/dispenser,
tempat penampungan air. Spesies yang memiliki habitat wadah artifisial adalah
Aedes sp, Culex sp. Beberapa wadah artifisial memiliki ukuran dan daya tarik
yang cukup besar untuk menarik spesies dan genera nyamuk yang memiliki
habitat genangan air tanah (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Perubahan alam dapat menyebabkan perubahan habitat. Misalnya banjir


dapat menyapu telur yang ada di selokan (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

2.3.2 Berdasarkan Spesies


A. Aedes sp
Nyamuk Aedes sp aktif pada waktu siang hari. Aedes aegypti dan Aedes
albopictus meletakkan telur dan berbiak pada tempat penampungan air bersih
atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga, kaleng-
kaleng, atau kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah,
bambu pagar, ban-ban bekas, dan semua bentuk wadah yang menampung air
bersih. A. albopictus meletakkan telur dan berbiak pada wadah-wadah alami
seperti kulit-kulit buah misalnya kulit buah rambutan, tempurung kelapa,
(Said,2009). Larva-larva nyamuk dapat terlihat berenang naik turun di tempat-
tempat penampungan air tersebut. Kedua jenis nyamuk A. albocpictus dan
A.aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah (Sembel, 2009).

B. Culex sp
Nyamuk-nyamuk Culex sp ada yang aktif pada waktu pagi, siang, dan ada
yang aktif waktu sore atau malam. Nyamuk ini meletakkan telur dan berbiak di
selokan yang berisi air bersih ataupun selokan air pembuangan domestik yang
kotor (organik), serta di tempat penggenangan air domestik atau air hujan di atas
permukaan tanah. Larva nyamuk Culex sp sering kali terlihat dalam jumlah yang
sangat besar di selokan air kotor.

Universitas Sumatera Utara


Jenis nyamuk seperti Culex pipiens dapat menularkan penyakit filariasis (kaki
gajah), ensefalitis, dan virus chikungunya (Sembel, 2009).

C. Mansonia sp
Nyamuk Mansonia sp biasanya berbiak dalam kolam – kolam air tawar
seperti kolam ikan. Larva –larva nyamuk ini bernapas dengan mempenetrasi akar
tanaman air. Nyamuk Mansonia sp selain menularkan penyakit chikungunya juga
dapat menularkan penyakit filariasis dan encephalitis (Sembel, 2009).

D. Anopheles sp
Nyamuk Anopheles sp dapat berbiak dalam kolam air tawar yang bersih, air
kotor, air payau, maupun air yang tergenang di pinggiran laut. Nyamuk-nyamuk
ini ada yang senang hidup di dalam rumah dan ada yang aktif di luar rumah. Ada
yang aktif terbang pada waktu pagi, siang, sore, ataupun malam. Nyamuk
Anopheles sp sering disebut nyamuk malaria karena banyak dari spesies nyamuk
ini menularkan malaria. Jenis nyamuk ini juga dilaporkan menularkan penyakit
chikungunya. Spesies Anopheles sp yang berbeda sering menunjukkan tingkah
laku yang berbeda dan kemampuan menularkan penyakit yang berbeda pula. Oleh
sebab itu, jenis nyamuk Anopheles sp yang menularkan penyakit di satu daerah
sering berbeda dengan Anopheles sp yang menularkan penyakit malaria atau
chikungunya di daerah lain (Sembel, 2009).

2.4 Identifikasi Larva Nyamuk


2.4.1 Survei larva

Survei larva dilakukan dengan mengambil larva nyamuk di berbagai habitat.


Kemudian diidentifikasi dan dihitung. Survei larva bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya larva nyamuk (Soekirno dkk, 2006). Pemeriksaan dilakukan dengan
mata telanjang di semua tempat air di dalam dan di luar rumah di suatu daerah.
Survei larva terdiri dari 2 metode, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


A. Metode Single Survey

Dilakukan dengan mengambil satu larva di setiap genangan air yang


terdapat larva, kemudian dilakukan identifikasi jenis larva.

B. Metode Visual
Dilakukan dengan melihat ada tidaknya larva di setiap genangan air tanpa
melakukan pengambilan larva. Survei ini bertujuan untuk mengukur
kepadatan larva.
1. Angka bebas Larva (ABL)
Angka bebas larva adalah persentase jumlah rumah bebas larva diantara
rumah yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012).
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎
𝐴𝐵𝐿 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

>50% resiko penularan penyakit rendah

<50% resiko penularan penyakit tinggi

2. House Index (HI)

House Index adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan larva


dengan rumah yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎


HI = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

>50% resiko penularan penyakit tinggi

<50% resiko penularan penyakit rendah

Universitas Sumatera Utara


3. Container Index (CI)

Container Index adalah persentase jumlah wadah yang ditemukan


larva pada jumlah wadah yang diperiksa yang dipilih secara acak
(Yuniati, 2012).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎


CI = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

>50% resiko penularan penyakit tinggi

<50% resiko penularan penyakit rendah

4. Breteau Index(BI)

Breteau Index adalah jumlah persentase wadah yang terdapat larva


dengan rumah yang diperiksa (Zulkarnaini, 2009).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎


BI = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

>50% resiko penularan penyakit tinggi

<50% resiko penularan penyakit rendah

2.4.2 Ciri-ciri Larva Nyamuk


1. Pada sisi abdomen segmen VIII terdapat comb scale. Comb scale
adalah baris sisik seperti duri pada segmen VIII yang mempunyai
bentuk dan ukuran yang bervariasi, biasanya berjumlah 8 – 21 yang
terbagi dalam beberapa deret (Breeland dan Loyless, 1982 ).
2. Larva nyamuk Mansonia sp, Culex sp, Culiseta sp, dan Aedes sp
memiliki corong udara (siphon) pada segmen VIII, pada corong udara
tersebut terdapat pecten serta beberapa pasang siphonic tuft (Utrio,
1976).

Universitas Sumatera Utara


3. Saddle adalah struktur yang mengelilingi segmen anal larva, yang
terdapat pada nyamuk Culex sp, Mansonia sp dan Aedes sp (Utrio,
1976)
4. Pada segmen kepala terdapat beberapa Antena, Mata, dan beberapa
pasang rambut seperti midfrontal hairs dan inner frontal hairs. Mid
frontal hairs adalah bulu yang terdapat pada kepala larva bagian tengah,
sedangkan Inner frontal hairs adalah bulu yang terdapat di kepala
nyamuk, di bawah midfrontal hairs (Dodge, 1966).

Gambar 2.2. Morfologi larva nyamuk (Carruthers)

Universitas Sumatera Utara


2.4.3 Morfologi larva Nyamuk

Larva nyamuk memerlukan empat tahap perkembangan. Waktu


perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan
keberadaan larva dalam sebuah wadah. Dalam kondisi optimal, waktu yang
dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh
hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah
dibutuhkan waktu beberapa minggu Larva ini dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang
terbentuk berturut-turut disebut instar I, II, III dan IV (Depkes RI, 2003).

(a) Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm,
duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong
pernapasan (siphon) belum menghitam.
(b) Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas,
dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.Larva instar II mengambil
oksigen dari udara, dengan menempatkan corong udara (siphon) pada
permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk
sudut dengan suhu permukaan air sekitar 30°C, larva instar II dalam
bergerak tidak terlalu aktif.
(c) Larva Instar III lebih besar sedikit dari larva instar II dan lebih aktif
bergerak.
(d) Larva instar IV telah lengkap struktur morfologinya dan jelas tubuh dapat
dibagi jelas menjadi bagian kepala (cepal), dada (thorax) dan perut
(abdomen). Larva ini berukuran paling besar 5 mm. Larva ini tubuhnya
langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan waktu.
Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah 25°C – 30°C
(Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Larva instar (Barry dan William, 1996)

2.4.4 Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Spesies

A. Aedes sp

Larva nyamuk Aedes sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk


sudut terhadap permukaan air. Larva Aedes sp memiliki ciri – ciri yaitu memiliki
2-3 deret comb scale, mempunyai siphon dengan panjang 4x lebar basal
(Breeland dan Loyless, 1982). Diatas siphon terdapat sepasang siphonic tufts
(Prianto, 2004) dan memiliki lebih dari 4 pecten (Utrio,1976). Pada segmen
kepala, larva Aedes sp memiliki 2-4 cabang midfrontal hairs dan inner frontal
hairs (Utrio, 1976).

B. Anopheles sp

Larva Anopheles sp tidak memiliki siphon sehingga Larva Anopheles sp


menggantungkan dirinya sejajar dengan permukaan air (Prianto,2004).

C. Culex sp

Larva Culex sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk sudut terhadap


permukaan air (Prianto, 2004). Larva Culex sp memiliki ciri-ciri . Larva Culex sp
memiliki ciri – ciri yaitu memiliki 4 deret comb scale, mempunyai siphon dengan

Universitas Sumatera Utara


panjang 5-6x lebar basal (Breeland dan Loyless, 1982). Diatas siphon terdapat 4-
5 pasang siphonic tufts (Prianto, 2004) dan memiliki kurang dari 4 pecten
(Utrio,1976). Pada segmen kepala, larva Culex sp memiliki 5-7 cabang midfrontal
hairs dan 4-8 cabang inner frontal hairs (Utrio, 1976).

Gambar 2.4 Telur dan larva nyamuk berdasarkan spesies ( WHO, 1997)

Gambar 2.5 Morfologi Larva Aedes aegypti (Littig dan Stojanovich, 1997)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6 Morfologi Larva Anopheles quadrimaculatus (Littig dan
Stojanovich,1997).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Morfologi Larva Culex quenquefasciatus (Littig dan Stojanovich,1997).

2.5 Pencegahan Larva Nyamuk


2.5.1 Pengendalian dengan Cara Sanitasi
Pengendalian melalui sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak
langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk
seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban mobil /motor bekas, dan wadah-
wadah lain yang dapat menampung air bersih atau genangan air hujan. Barang-barang
tersebut dapat dipendam atau dibakar. Tempat-tempat yang bisa menampung air sebagai
dari konstruksi bangunan harus dibersihkan dan air-air yang tergenang sesudah hujan harus
dikeluarkan.
Tempat-tempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk
mengeluarkan atau membunuh telur-telur, larva-larva, dan pupa-pupa nyamuk. Program
yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI ialah
menguras, menimbun, dan mengubur (3M). Menguras berarti membersihkan tempat
penampungan air (bak mandi) untuk mengeluarkan larva nyamuk, menimbun berarti
mengumpulkaan wadah-wadah yang dapat menampung air menjadi tempat pembiakan

Universitas Sumatera Utara


nyamuk, dan mengubur yaitu mengumpulkan wadah-wadah dan menguburkannya dalam
tanah (Normitasari dkk, 2012)

2.5.2 Pengendalian dengan Insektisida


Penyemprotan dengan malathion (fogging) masih merupakan cara yang umum
dipakai untuk membunuh nyamuk dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang
hidup dalam air (Sembiring, 2009). Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva
nyamuk adalah dengan menggunakan larvasida seperti abate (Sembel, 2009).

2.5.3 Pengembangan Infrastruktur Kesehatan


Sejumlah ahli meyakini bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus
memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusat-pusat kesehatan seperti
puskesmas. Demikian pula pencegahan penyakit dengan melibatkan individu-individu dalam
satu keluarga dan di sekitarnya serta oleh berbagai lapisan masyarakat dan pusat-pusat
pelayanan kesehatan sangat diperlukan. Kebutuhan yang paling kritis bukan terletak pada
metode pengendalian yang lebih baik, tetapi para ahli pengendali vektor yang lebih terampil
sehingga mereka dapat melatih atau memberdayakan masyarakat mengenai cara
mengendalikan vektor. Selanjutnya, kelompok profesional harus melakukan penelitian
lapangan, evaluasi entomologis dan epidemiologis di daerah endemik tempat aktivitas
program pengendalian vektor (Sembel,2009).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai