Revisi Skripsi Alvin-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 66

SKRIPSI

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENANGANAN AWAL


PADA ANAK KEJANG DEMAM

Studi Literatur Review

Disusun oleh :
ALVIN OKTAVIANA
(201601005)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020
SKRIPSI
PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENANGANAN AWAL
PADA ANAK KEJANG DEMAM
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto

Disusun oleh :
ALVIN OKTAVIANA
(201601005)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah

dikumpulkan orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan

di Perguruan Tinggi manapun, dan apabila terbukti ada unsur Plagiatisme saya

siap untuk dibatalkan kelulusannya.

Mojokerto, 13 Agustus 2020

Yang Menyatakan

Alvin Oktaviana

201601005
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan dalam Ujian Akhir Program

Judul : Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan Awal Pada Anak


Kejang Demam.

Nama : ALVIN OKTAVIANA

NIM : 201601005

Pada tanggal : 13 Agustus 2020

Oleh:

Pembimbing I

M. Achwandi,M.Kep

NIK. 162 601 028

Pembimbing II

Eka Nur Soemah,S.Kep.Ns.,M.Kes

NIK. 162 601115


LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Sidang Skipsi pada


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat
PPNI Kabupaten Mojokerto.

Nama : Alvin Oktaviana


Nim : 201601005
Judul : Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan Awal Pada Anak
Kejang Demam
Pada Tanggal : 13 Agustus 2020
Mengesahkan

Tim Penguji Tanda Tangan

Ketua : Lutfi Wahyuni, S.Kep. Ns., M.Kes ( )

Anggota : M. Achwandi, M.Kep ( )

Anggota : Eka Nur Soemah, S.Kep. Ns., M.Kes ( )

Mengetahui
Ka.Prodi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto

(……………………….)
Ana Zakiyah, M.Kep
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan Awal Pada Anak Kejang”.
Selesainya penulisan Skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan serta
bimbingan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya dengan hati tulus kepada:

1. Dr. Muhammad Sajidin, S.Kp,.M.Kes selaku Ketua Stikes Bina Sehat


PPNI Kabupaten Mojokerto yang telah memberikan kesempatan penulis
untuk menempuh pendidikan di STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2. Ana Zakiyah, M.Kep selaku Ka.Prodi S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat
PPNI Kabupaten Mojokerto yang telah memberikan dorongan untuk
menyelesaikan pendidikan di Stikes Bina Sehat PPNI Kabupaten
Mojokerto
3. M. Achwandi, M.Kep dan Eka Nur Soemah, S.Kep.Ns.,M.kes selaku
pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam bimbingan
kepada penulis
4. Lutfi Wahyuni S.Kep,Ns.,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan dan masukan
5. Staff dosen dan Karyawan STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto

Akhirnya penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
yang diharapkan akan menyempurnakan Skripsi ini.

Mojokerto,13 Agustus
2020

Penulis
MOTTO

“Selesaikan apa yang telah kamu mulai

Sesulit apapun rintangan yang ada didepan jangan pernah menyerah dan
percayalah kalau kamu pasti bisa because Allah is always with you”
PERSEMBAHAN

Rasa syukur saya atas kehadiran Allah SWT dan sholawat serta salam

kepada rosulullah SAW, akhirnya saya persembahkan skripsi ini kepada :

1. Kepada Ayah dan Ibu tercinta, karenanya saya akan segera menjadi

Sarjana, karenanya saya menjadi orang yang selalu bersyukur atas apapun,

karenanya saya selalu semangat mengerjakan skripsi ini sesuai dengan

waktunya, kepada Ayah terimakasih telah bekerja keras untuk

menyekolahkanku hingga setinggi ini, kepada Ibu tetaplah menjadi wanita

tersabar dan terhebat untukku.

2. Kepada Bapak M. Achwandi, M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu Eka

Nur Soemah, S.Kep.Ns.,M.kes selaku pembimbing II, saya mengucapkan

banyak terimakasih telah meluangkan waktu untuk membimbing dan

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya. Semoga Allah SWT

senantiasa melindungi dan meninggikan derajat beliau. Amiinn…

3. Kepada teman terdekat: Sovia, Melisa ,Eka terimakasih atas segala

bantuan baik materi maupun spiritualnya, terimakasih telah mengisi hari-

hari saat masa kuliah maupun hari-hari diluar kuliah.


ABSTRAK

Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan Pertama Pada Anak Kejang


Demam.

Oleh Alvin Oktaviana

Perkembangannya masa anak-anak adalah masa yang paling rentan

terhadap berbagai penyakit. Khususnya pada usia 6 bulan sampai 5 tahun pertama

kehidupannya. Bayi dan anak-anak dibawah 5 tahun rentan terhadap berbagai

penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum terbangun sempurna.

Dampak negatif dari Kejang demam yang terjadi pasti akan membuat khawatir

dan terlihat menyeramkan terutama bagi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Pengetahuan orang tua tentang penanganan awal pada anak kejang

demam. Penelitian ini menggunakan metode literatur review. Sumber utama yang

digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa jurnal yang terdiri dari 4 jurnal

internasional dan 6 jurnal nasional. Metode analisa yang digunakan menggunakan

analisis isi jurnal. Hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Sikap

orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam sebelum diberikan

pendidikan kesehatan keseluruhan (100%) memiliki sikap dalam kategori cukup.

Sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam setelah

diberikan pendidikan kesehatan keseluruhan (100%) memiliki sikap dalam

kategori baik.

Kata Kunci : Pengetahuan, Penanganan Kejang Demam


ABSTRACT

Parental Knowledge About Early Treatment Of Febrile Seizures In Children.

Oleh : Alvin Oktaviana

The development of childhood is the period most susceptible to

various diseases. Especially at the age of 6 months to the first 5 years of life.

Infants and children under 5 years are susceptible to various diseases

because their immune systems are not yet fully developed. The negative

impact of febrile seizures that occur will definitely make you worry and look

scary, especially to parents. This study aims to determine the knowledge of

parents about early handling of children with febrile seizures. This study uses

a literature review method. The main sources used in this research are

several journals consisting of 4 international journals and 6 national

journals. The analytical method used is using journal content analysis. The

results of this study can be concluded as follows: The attitude of parents in

handling emergency febrile seizures before being given health education

overall (100%) has an attitude in the sufficient category. The attitude of

parents in handling emergency febrile seizures after being given health

education overall (100%) has a good attitude.


Keywords: knowledge , handling febrile convulsion

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................i
SURAT PERNYATAAN...........................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................

KATA PENGANTAR................................................................................v
MOTTO.....................................................................................................vi
PERSEMBAHAN....................................................................................vii
ABSTRAK...............................................................................................viii
ABSTRACT...............................................................................................ix
DAFTAR ISI...............................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3

1.3 Tujuan Penelitin.............................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................4

1.4.1 Manfaat teoritis.........................................................................4

1.4.2 Manfaat praktis.........................................................................4


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................6
2.1 TinjauanTeori.................................................................................6

2.1.1 Pengetahuan Orang Tua...........................................................6

2.1.2 Tingkat Pengetahuan................................................................7

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan................................................9

2.1.4 Faktor-faktorPengetahuan......................................................13

2.1.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan.................................................16

2.2 Definisi Demam...........................................................................16

2.2.1 Definisi Kejang Demam.........................................................16

2.2.2 Faktor Resiko Kejang Demam...............................................18

2.2.3 Gejala Kejang Demam...........................................................18

2.2.4 Klasifikasi Kejang Demam....................................................19

2.2.5 Penanganan Kejang Demam..................................................20

2.4 Kerangka Teori.............................................................................22

2.5 Kerangka konsep..........................................................................23

BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................24


3.1 Desain Penelitian........................................................................24

3.2 Sumber Data...............................................................................24

3.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................25

3.4 Keterbatasan Penelitian.............................................................27


BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................27
4.1 Hasil..............................................................................................27

4.2 Pembahasan..................................................................................40

BAB 5 KESIMPULAN & SARAN.........................................................40


5.1 Kesimpulan.................................................................................40

5.2 Saran............................................................................................40

daftar pustaka..........................................................................................41
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan Awal

Pada Anak Kejang Demam............................................................................22

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pengetahuan Orang Tua Tentang Penanganan

Awal Pada Anak Kejang

Demam............................................................................23

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Tentang pengetahuan orang tua tentang penanganan

awal pada anak kejang demam......................................................................32


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisis Hasil Pencarian Jurnal.................................................39


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi.....................................................40


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa anak-anak adalah masa yang paling penting dalam kehidupan

manusia. Anak-anak selalu tumbuh dan berkembang dari mulai kelahirannya

hingga berakhirnya masa remaja. Dalam perkembangannya masa anak-anak

adalah masa yang paling rentan terhadap berbagai penyakit. Khususnya pada usia

6 bulan sampai 5 tahun pertama kehidupannya. Bayi dan anak-anak dibawah 6

tahun rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka

yang belum terbangun sempurna.

Salah satu gejala yang rentan dan sering sekali terjadi pada anak adalah

demam. Demam memang bukan merupakan suatu penyakit. Biasanya gejala

demam terjadi karena adanya kemungkinan masuknya suatu bibit penyakit dalam

tubuh. Secara alami, suhu tubuh mempertahankan diri dari serangan suatu

penyakit dengan meningkatkan suhu tubuh. Demam pada bayi atau balita tidak

dapat diabaikan begitu saja karena pada masa ini, otak anak sangat rentan

terhadap peningkatan suhu tubuh yang mendadak. Jika demam tidak segera

diatasi, maka sering terjadi kejangdemam.

Kejang demam atau yang sering disebut orang awam step adalah kejang

yang terjadi pada anak yang dipicu oleh demam, bukan kelainan di otak. Kejang

demam biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Ketika anak

mengalami kejang demam tubuh anak akan menjadi kaku diiringi gerakan

1
2

menyentak di lengan dan tungkai serta kehilangan kesadaran. Kejang

demam yang terjadi pasti akan membuat khawatir dan terlihat menyeramkan

terutama bagi orang tua. Meskipun kejang pada anak-anak yang terjadi saat

demam umumnya tidak berbahaya dan bukan merupakan gejala penyakit serius

jika orang tua mengerti bagaimana cara menanganinya dengan tepat, tetapi jika

orang tua tidak mengerti bagaimana cara menanginya atau salah dalam menangani

akan berakibat fatal atau berdampak bahaya bagi anak tersebut. Kejang demam

berbeda dengan epilepsi atau yang sering disebut orang awam ayan. Epilepsi

ditandai dengan kejang berulang tanpa perlu disertai demam. Meskipun umumnya

tidak berbahaya dan hanya terjadi sebentar, orang tua sebaiknya segera

membawah ke Rumah Sakit jika anak menglami kejang demam untuk pertama

kalinya.

Berdasarkan data WHO 2012 kejang demam 80% terjadi di negara-negara

miskin dan 3,5-10,7% terjadi di negara maju. Kejang demam terjadi pada 2-4%

anak berusia 6 bulan samapi 5 tahun. Di Indonesia dilaporkan angka kejadian

kejang demam 3-4% yakni pada tahun 2012-2013 dari anak yang berusia 6 bulan

sampai 5 tahun. Di Jawa Timur terdapat 2-3% dari 100 balita pada tahun 2009-

2010 anak yang mengalami kejang demam. Dalam rentang bulan Agustus-Januari

tahun 2019-2020 didapatkan 30 kasus kejang demam pada anak usia 6 bulan

sampai 5 tahun , berdasarkan data Puskesmas Mojosari.

Kejang demam adalah kejang pada bayi atau anak-anak yang terjadi akibat

demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf

lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang demam. Hampir sebanyak 1 dari
3

setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga anak-

anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali (Aden R.2010).

Penyebab terjadinya kejang demam belum diketahui. Kejang demam

biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi. Kejang demam

cenderung ditemukan dalam satu keluarga sehingga diduga melibatkan faktor

keturunan (faktor genetik) kadang juga kejang yang berhubungan dengan demam

disebabkan oleh penyakit lain seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis (Aden

R.2010).

Ketika anak mengalami kejang orang tua jangan panik lakukan langkah

berikut untuk menolong anak agar terhindar dari cidera, letakkan anak ditempat

yang datar jangan digendong apalagi didekap erat, posisikan anak miring atau

agak tengkurap, jangan memberi anak minum ketika anak sedang kejang untuk

menghindari agar anak tidak tersedak dan jangan pernah memasukkan apapun ke

mulut baik itu sendok kayu atau jari tangan kita. Dengan alasan khawatir lidah

tergigit lalu putus, tidak pernah ada laporan lidah anak putus karena anak kejang.

Bagaimana jika justru jari kita yang terluka karena anak menggitnya atau sendok

yang kita masukkan patah justru akan membahayakan anak, Jika anak kejang

berlangsung lebih dari 15 menit segera bawah anak ke RS terdekat untuk

mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah

bagaimana pengetahuan orang tua tentang penanganan awal kejang demam.


4

1.3 Tujuan Penelitin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengetahuan

orang tua dalam penanganan awal pada anak kejang demam.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

banyak terutama teori-teori yang berhubungan dengan kejang demam.

Selain itu juga diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refensi

bagi mahasiswa.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

orang tua dalam penanganan awal pada anak kejang demam.

2. Bagi intitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

(kepustakaan) serta menambah pengetahuan dan informasi bagi

mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKes Bina Sehat PPNI

Mojokerto tentang pengetahuan orang tua tentang penanganan awal

pada anak kejang demam.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

bagi peneliti mengenai pengetahuan orang tua tentang penanganan

awal pada anak kejang demam.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan di uraikan tentang 1.) konsep pengetahuan 2.)

konsep kejang demam 3.) kerangka teori 4.) kerangka konsep.

2.1 TinjauanTeori

2.1.1 Pengetahuan Orang Tua

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau

responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal tentang

penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegaha), gizi, sanitasi,

pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan

sebagainya[CITATION Not10 \l 1057 ]

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya. Pengetahuan merupakan segala apa yang

diketahui berdasarkan pengalaman yang di dapatkan oleh setiap manusia

[CITATION Mub11 \l 1057 ]

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga [CITATION Not12 \l 1057 ]

6
7

Jadi pengetahuan adalah hasil yang diketahui oleh seseorang dari

pengalaman pribadi terhadap objek dengan panca indra yang dimiliki yang

meliputi mata dan telinga.

Pengetahuan ibu tentang penanganan demam pada bayi kebanyakan

ibu masih salah, seperti menggunakan jaket dan kaos kaki pada bayi yang

mengalami demam, dan mengompres bayi yang demam dengan

menggunakan air dingin atau alcohol. Selain itu pendidikan kesehatan

tentang penanganan demam pada bayi juga belum pernah diajarkan.

Padahal apabila demam tidak ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan

kejang demam, yang dapat bedampak pada kerusakan sistem syaraf pusat

dan otot sehingga dapat mengakibatkan kematian.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, antara lain :

a. Tahu(Know)

Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu juga mencakup mengingat kembali (Recall) terhadap

suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Arti kata tahu berguna untuk mengukur orang tahu

yang dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dansebagainya.Contohnya: seseorang mampu menyebutkan

cara penanganan pertama kejang demam yangtepat.


8

b. Memahami(Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar

tentang objek yang diketahui, dapat menafsirkan materi tersebut dengan

benar. Orang dikatakan sudah memahami suatu objek atau materi jika

sudah mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

Contoh: Seseorang mampu menyimpulkan cara apa saja yang dapat

dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh anak pada saat kejang

demam.

c. Aplikasi(Application)

Aplikasi berarti kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi diartikan

sebagai penggunaan hukum-hukum, rrumus, metode,, prinsip, dan

sebagainya dalam lingkup atau situasi lain.

Contoh: Seorang ibu dapat melakukan penanganan pertama kejang

demam pada saat anaknya mengalami kejang demam

d. Analisis(Analysis)

Pada tingkatan analisis, seseorang memiliki kemampuan untuk

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya terhadap suatu materi atau objek tertentu tetapi masih ada

kaitannya satu sama lain.

Contoh: Seorang ibu mampu membedakan tindakan yang boleh dan

tidak boleh dilakukan pada saat anaknya mengalami kejang demam.


9

e. Sintetis(Syntetis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dalam arti lain, sintesis adalah kemampuan untuk membentuk

suatu formulasi-formulasi baru dari formulasi yang Sudah ada. Misalnya

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan,

dansebagainya.

Contoh: Seorang ibu mampu merencanakan tindakan selanjutnya

setelah anaknya sudah tidak kejang.

f. Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai suatu objek

ataumateri yang didasarkan pada suatu kriteria baik yang sudah ada

maupun kriteria yang ditentukansendiri.

Contoh: Seorang ibu mampu menilai apakah penanganan pertama

yang dilakukan pada saat anakanya kejang sudah benar atau belum.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut [CITATION AWa11 \l 1057 ] Dari berbagai macam cara

yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang

sejarah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :

a. Cara Memperoleh Kebenaran NonIlmiah

1) Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara memperoleh kebenaran non

ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh

pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan kata yang lebih
10

dikenal “trial and error”. Metode ini telah digunakan oleh orang dalam

waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan

sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh

mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam

memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak

jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar mennemukan teori-teori

dalam berbagai cabang iilmu pengetahuan.

2) Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena

tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah

penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926.

3) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari,

banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat

tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Para

pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun

ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang

sama di dalam penemuan pengetahuan.

4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik,

demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa

pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh

karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya


11

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa yang lalu.

5) Cara Akal Sehat Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini

berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti

nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara

hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya

atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang

berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah

merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan

anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment)

merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk

mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

6) Kebenaran Melalui Wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu

kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran

ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

7) Kebenaran secara Intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia

cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang


12

rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya

berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

8) Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia

telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui

induksi maupun deduksi.

9) Induksi ; proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-

pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir

induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau halhal yang nyata, maka

dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada

hal-hal yang abstrak.

10) Deduksi ; adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan

umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara

berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”.

Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi berlaku bahwa sesuatu yang

dianggap benar secara umumpada kelas tertentu, berlaku juga

kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang

termasuk dalam kelas itu.

b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern

dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis, logis dan

ilmiah. Cara ini disebut „metode penelitian ilmiah‟, atau lebih popular
13

disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa

dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi

langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal

pokok yakni :

1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan

2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan

3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

2.1.4 Faktor-faktorPengetahuan

Menurut [ CITATION Nur16 \l 1033 ] Pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Internal

1.) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.


14

Pengetahuan sangat eratkaitannya dengan pendidikandimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan

tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal.

2.) Usia

Usia adalah umur seseorang yang dihitung dari mulai

awal dilahirkan hingga saat berulang tahun. Semakin cukup

umur, seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Memori

atau daya ingat dipengaruhi oleh umur. Semakin banyak umur

seseorang, maka semakin besar memori dan daya ingat

seseorang. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh

pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh. Tetapi pada

umur- umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan

berkurang.

3.) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari

pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.

Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran suatu pengetahuan.


15

b. Faktor Eksternal

1.) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat

dapat mempengaruhi sikap sesorang dalam menerrima

informasi yang ada.

2.) Ekonomi

Meskipun pendapatan tidak berpengaruh

secara langsung terhadap pengetahuan seseorang,

tetapi keluarga denganstatus ekonomi tinggi lebih

mudah mencukupi kebutuhan primer maupun

kebutuhan sekunder dibandingkan dengankeluarga

status ekonomirendah.

3.) Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan

formal maupun non formal dapat memberikan

pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

4.) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di

sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun

sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam


16

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

2.1.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo,2010).

Menurut (Wawan & Dewi,2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dari diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

Baik : Hasil presentase 76%-100%

Cukup : Hasil presentase 56%-75%

Kurang : Hasil presentase <56%

2.2 Definisi Demam

Demam diciptakan oleh tubuh untuk banyak tujuan baik. Misalnya

ketika tubuh mendapatkan serangan kuman seperti virus dan bakteri terjadilah

respon berupa reaksi inflamasi (peradangan) yang akhirnya menjadikan tubuh

mengalami peningkatan suhu (dr.Arifianto,Sp.A dan dr.Nurul I.Hariadi,

FAAP,2017).

2.2.1 Definisi Kejang Demam

Demam merupakan salah satu pemicu yang dapat menyebabkan

terjadinya kejang demam. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi

pada anak yang berusia dibawah 6 tahun dengan kejadian yang paling rawan

(Seinfeld, 2013). Kejadian ini terjadi saat tubuh mengalami kenaikan suhu
17

antara 38- 38,9⁰C, yang disebabkan karena adanya infeksi pada jaringan

ekstrakranial seperti tonsillitis, otitis media akut dan brochitis (Rahayu,

2014). ).

Kejang demam menurut defenisi Internasional League Against

Epilepsy (ILAE) adalah kejang yang terjadi pada anak- anak di atas usia 6

bulan sampai 5 tahun karena demam dan bukan karena penyakit infeksi

sistem saraf pusat, tidak ada riwayat kejang pada saat neonatus atau riwayat

kejang tanpa faktor penyebab.

Defenisi lain menurut American Academy of Pediatrics menyatakan

bahwa kejang demam adalah kejang pada anak sekitar 6 bulan sampai 5

tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan

intrakranial, gangguan metabolik, atau riwayat kejang tanpa demam

(Lemmens, 2005 dalam Susilowati, 2016). Kejang demam atau fulebrile

convultansion yaitu kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal di atas 38 derajat celcius) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu

badan tinggi ini karena kelainan ekstrakranial (Lestari, 2016).

Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi pada anak usia 6

bulan sampai 5 tahun, ketika suhu tubuh anak diatas 38⁰C dan tidak

berhubungan dengan infeksi diotak ( susunan saraf pusat/SSP) kejang demam

hanyalah terjadi pada 3-5% anak dibawah 6 tahun (Arifianto dan Nurul

I.Hariadi, 2017).
18

2.2.2 Faktor Resiko Kejang Demam

Faktor pemicu kejang demam yang paling utama adalah

demam itu sendiri. Demam yang dapat menimbulkan kejang bisa

demam karena infeksi apa saja. Sering adalah infeksi saluran

pernafasan atas yang sering dikaitkan dengan kejang demam. Infeksi

saluran kemih yang sedikit jarang tetapi mungkin terjadi infeksi virus,

otitis medis akut dan imunisasi.

Faktor lain adalah riwayat kejang demam keluarga yang

menunjukkan adanya faktor genetik. Faktor lainnya perkembangan

terlambat dan problem pada masa neonatus anak dalam perawatan

khusus.

2.2.3 Gejala Kejang Demam

a. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang

terjadi secara tiba-tiba)

b. Kejang tonik klonik

c. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik 15 menit ( hampir selalu

terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)

d. Postur tonik (kontraksi dan kekuatan otot menyeluruh yang

biasannya berlangsung selama 10-20detik)

e. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan

berirama, biasanya berlangsung selama 1-2menit)

f. Lidah tergigit

g. Gigi atau rahangnya terkatup rapat


19

h. Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar

kesadarannya)

i. Gangguan pernafasan

j. Apneu (henti nafas)

k. Kulitnya kebiruan

2.2.4 Klasifikasi Kejang Demam

Kejang demam dipicu oleh demam yang dialami seorang

anak, sedangkan infeksi otak/SSP seperti meningitis dan ensefalitis

disebabkan oleh virus/bakteri yang masuk ke SSP. Demam hanyalah

salah satu gejala yang bisa dijumpai pada meningitis/ensefalitis,

bukan penyebab kejangnya (Arifianto dan Nurul I.Hariadi, 2017).

Kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)

1) Berlangsung tidak sampai 15 menit

2) Kejang bersifat umum (kaku seluruh tubuh atau “kelojotan” dan

anak tidak sadar)

3) Hanya terjadi satu kali kejang dalam 24jam.

b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

1) Bisa berlangsung sampai 15 menit

2) Kejang fokal (gerakan salah satu/beberapa anggota tubuh saja)

3) Kejang lebih dari satu kali dalam 24jam.


20

2.2.5 Penanganan Kejang Demam

a. Penanganan awal Saat Kejang

1) Usahakan orang tua jangan panik

2) Letakkan anak ditempat yang datar jangan digendong apalagi

didekap erat

3) Posisikan anak miring atau agak tengkurap. Dengan tujuan

menghindari tersedak jika anak sedang makan/minum saat kejang

4) Jangan pernah memasukkan apapun ke mulut maupun itu sendok

kayu atau jari tangan kita. Dengan alasan khawatir lidah tergigit.

Lalu putus, tidak pernah ada laporan lidah anak putus karena anak

kejang. Bagaimana jika justru jari kita yang terluka karena anak

menggitnya atau sendok yang kita masukkan patah? Akan

menjadi bahaya baru

5) Jangan pula memberikan minuman apapun kepada anak yang

masih dalam keadaan kejang

6) Jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit segera bawah anak ke

RS terdekat.

b. penanganan lanjutan (Hospital)

1. anak dibawa ke rumah sakit

2. keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai

kejang demam

3. pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya

a) Diazepam per rektal (0,5mg/kg) atau lorazepam (0,1mg/kg)


21

harus segera diberikan jika akses intravena tidak dapat

dibangun dengan mudah.

b) Buccal midazolam (0,5mg/kg, dosis maksimal = 10mg) lebih

efektif dari pada diazepam per rektal untuk anak.

c) Lorazepam intravena setara efektivitas dengan diazepam

intravena dengan efek samping yang lebih minimal (termasuk

depresi pernapasan) dalam pengobatan kejang tonik klonik

akut. Bila akses intravena tidak tersedia, midazolam adalah

pengobatan pilihan.

2.3
22

2.4 Kerangka Teori

Kejang Demam

Faktor Internal:
Pendidikan, Usia,
Motivasi,
Pengetahuan Pengalaman
orag tua
sampai tingkat
Penanganan Pertama Kejang C3 yaitu
Demam Aplikasi
1. Orang tua jangan panik Mengenai
2. Letakkan anak Penanganan
ditempat yang datar awal Kejang Faktor Eksternal:
3. Posisikan anak miring Demam Sosial Budaya,
atau tengkurap Ekonomi,
4. Jangan memasukkan Informasi,
apapun kedalam mulut Lingkungan
anak saat kejang
berlangsung
(sendok/jari ibu)
5. Segera bawah anak ke
Rs terdekat agar segera
mendapatkan
pertolongan medis

Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengetahuan Orang Tua Tentang


Penanganan Awal Pada Anak Kejang Demam
23

2.5 Kerangka konsep

Orang tua dengan anak


kejang demam

Baik

Tingkat pengetahuan Cuku


tentang penanganan
awal kejang demam p
1. Pengetahuan
kejang demam
2. Tindakan kejang
demam Kuran

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pengetahuan Orang Tua Tentang


Penanganan Awal Pada Anak Kejang Demam
24
BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas metode penelitian sebagai berikut : 1) Desain

penelitian 2) Sumber Data 3) Metode Pengumpulan Data 4) Metode Analisa Data.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian. [ CITATION Sug12 \l 1033 ].

Pada penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode

studi kepustakaan atau literatur review. Literatur review merupakan ikhtisar

komprehensif tentang penelitian yang sudah dilakukan mengenai topik yang

spesifik untuk menunjukkan pada pembaca apa yang sudah diketahui tentang

topik tersebut dan apa yang belum diketahui untuk mencari ide dan dilakukan

penelitian selanjutnya. [ CITATION Den12 \l 1033 ]

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah suatu subyek darimana data tersebut diperoleh dan

memiliki informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan

bagaimana data tersebut diolah. Sumber data sekunder bisa diambil darimana

saja seperti jurnal atau artikel untuk melengkapi kekurangan dari data yang

diperoleh melalui sumber data primer [ CITATION Ari101 \l 1033 ].

24
25

Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa jurnal

yang terdiri dari 4 jurnal Internasional dan 6 jurnal Nasional sehingga total

terdapat 10 jurnal.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data

dalam penelitian. Pada proses pengumpulan data, peneliti memerlukan alat

ukur untuk memperkuat hasil penelitian seperti wawancara, observasi dan

kuesioner. [CITATION Hid07 \l 1033 ]

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini bersal dari hasil-hasil

penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online nasional

dan internasional. Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan

pencarian jurnal penelitian yang dipublikasi di internet menggunakan seach

engine ProQuest, PubMed, Schoolar.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan penyaringan berdasarkan

kriteria yang ditentukan oleh penulis dari setiap jurnal yang diambil. Adapun

kriteria pengumpulan jurnal sebagai berituk :

1. Tahun sumber literatur yang diambil mulai 2015 sampai dengan 2020

2. Strategi dalam pengumpulan jurnal berbagai literatur dengan

menggunakan situs jurnal yang sudah terakreditasi seperti ProQuest,

PubMed, Research Gate, Schoolar.

3. Melakukan pencarian berdasarkan full text.


26

Kriteria Inklusi :

1. Tanggal publikasi 5 tahun terakhir mulai dari tahun 2015 sampai

dengan tahun 2020

2. Penelitian berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris

3. Subjek penelitian orang tua yang memiliki anak dengan riwayat kejang

demam

4. Jenis literatur tidak dalam bentuk abstrak saja melainkan dalam bentuk

full text

Setiap jurnal yang telah dipilih berdasarkan kriteria, dibuat sebuah

kesimpulan, sebelum itu penulis akan mengidentifikasi dalam bentuk

ringkasan secara singkat berupa tabel yang berisi nama penulis, tahun, metode,

judul, hasil penelitian, database. Setelah hasil penulisan dari beberapa literatur

sudah dikumpulkan, penulis akan menganalisa dalam bentuk pembahasan.

3.4 Metode Analisa Data

Analisa data adalah proses menyusun secara sistematis data yang telah

diperoleh. Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteris inklusi kemudian

dikumpulkan dan dibuat ringkasan, untuk lebih memperjelas analisis abstrak

dan full text jurnal dibaca dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian

dilakukan analisis terhadap isi dan hasil penelitian. Metode analisa yang

digunakan menggunakan analisis isi jurnal.


27

3.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang

diakui belum dapat terpenuhi dan menjadi kekurangan dalam penelitian ini.

Beberapa kekurangan yang dimaksud antara lain:

1. Penelitian ini tidak dilaksanakan langsung kepasien karena adanya

pandemi COVID-19, hanya menganalisis dari penelitian-penelitian

sebelumnya yang dirasa kurang efektif karena tidak melihat langsung

hasil dari setiap pasien.

2. Sulitnya mengakses jurnal dan terbatasnya jumlah penelitian yang

sesuai dengan topik peneliti.


27

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang hasil dan pembahasan dari beberapa jurnal

yang telah dipilih yang mempunyai keterkaitan dengan kajian tentang

pengetahuan orang tua tentang penanganan awal pada anak kejang demam. Data

yang telah didapatkan dari berbagai literatur dirangkum dan akan digunakan untuk

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

4.1 Hasil

Hasil penelusuran jurnal didapatkan 10 jurnal yang mempunyai

keterkaitan dengan judul, selanjutnya hasil penelurusan dirangkum dalam

tabel sebagai berikut:

27
Methode (Design,
No Author Tahun Volume, Judul Sample, Variable, Hasil Database
Angka Instrumen, Analysis)
1. Gamis andriati, 2020 Volume Penanganan pertama D: deskriptif Sebagian responden S
Arneliwati 10 kejang demam yang S: Total telah melakukan c
Nomor 2 dilakukan ibu pada sampling penanganan pertama h
balita V: kejang demam pada o
pengetahuan balita dengan hasil ol
I: kuesioner test 90,4% tidak panik ar
A: spearman
rank
2. EvisRitawami 2 Vo Pengetahuan D: Analitik Hasil analisa data S
Hasibuan 0 lu Ibu dengan Kuantitatif menggunakan uji Chi- c
1 me penanganan S: Random Square Test dengan h
8 7 pertama pada Sampling level signifikansi o
No balita kejang V: α=0,05 didapatkan ol
mo demam Pengetahuan hasil ρvalue 0,000 ar
r2 ibu yang berarti
I: kuesioner pengetahuan ibu baik
A: Chi-Square tentang penanganan
kejang demam pada
balita.
3. Nur Hasanah 2 Vo Pengetahuan D: cross Pengetahuan ibu yang S
0 lu Ibu tentang sectional baik tentang penyakit c
1 me tindakan S: Random kejang demam akan h

28
5 6 pertolongan sampling meningkatkan o
No pertama kejang V: ketepatan dalam ol
mo demam Pengetahuan tindakan pertolongan ar
r padaanak usia ibu tentang pertama. Perlunya
10 6 bulan sampai tindakan peningkatan
5 tahun pertolongan pengetahuan tentang
pertama pada perawatan penyakit
anak usia 6 kejang demam bagi
bulan sampai 5 ibu-ibu yang
tahun memilikianak usia 6
I: kuesioner bulan sampai 5 tahun,
dan check list agar mampu
A: Uji Somers memberikan tindakan
pertolongan pertama
kejang demam secara
aman dan benar. Hasil
penelitian ini
didapatkan 48,3%
pengetahuan ibu
kurang, 44,9% kurang
tepat dalam
memberikan
pertolongan pertama
pada penyakit kejang
demam.

29
4. Mohammed 2 Vo Pengetahuan D: studi cross Hasil penelitian ini S
M.AIAteeq , 0 lu dan Praktik sectional menunjukkan c
Bader O, 1 me orang tua S: metode pengetahuan dan h
AIBAder, 8 7 dalam convenience praktik yang buruk o
Sultan Y.AI- No manajemen nonrandom sehubungan dengan ol
Howti, mo rumah V: pengunjung manajemen orang tua ar
Muayad r1 terhadap dari 3 pusat dari anak-anak yang
Alsharyoufi, demam pada perbelanjaan demam terlalu sering
Jamal anak-anak yang ditunjuk menggunakan obat
B.Abdullah mereka di dalam 1 demam yang tidak
riyadh arab oktober hingga diresepkan dan
Saudi 31 november kemungkinan
2018 pemborosan sumber
I: kuesioner daya kesehatan.
A: uji chi-
squere

5. Riyani, 2 Vo Pengetahuan D: cross Hasil penelitian S


Rahma Ellya 0 lu dan sikap ibu sectional didapatkan c
1 me dengan S: purposive pengetahuan ibu h
9 1 penanganan sampling tentang penanganan o
No kejang demam V: ibu yang kejang demam pada ol
mo pada balita memiliki balita sebelum ar
r1 sebelum balita dengan dirawat hanya 43%,
dirawat di riwayat kejang berdasarkan hasil

30
rumah sakit demam p;enelitian peneliti
ahmad yani I: kuesioner memberikan saran
metro A: Uji Chi- perlu ditingkatkan
Square pengetahuan ibu
tentang penanganan
kejang demam pada
balita sebelum
dirawat di rumah
sakit.
6. Yasser 2 Vo Sikap D: cross Sebanyak 490 orang S
Aimogbel, 0 lu orangtua, sectional tua berpartisipasi c
Jouza H. AI- 1 me pengetahuan observasional dalam penelitian ini h
Qussair, 9 1 dan keyakinan S: random 83,7% dari mereka o
Abdulrahman No manajemen sampling adalah ibu. Setengah ol
M.Aiamri, mo demam anak di V: keyakinan dari orangtua ar
Ahmad r8 Al-Qassim- tentang suhu menggunakan situs
Alhowaildan Arab Saudi demam ,suhu ketiak untuk
Mugahid normal, mengukur suhu.
A.Mobark. komplikasi Mayoritas orangtua
demam menganggap suhu
I: kuesioner ≤37ͦC sebagai normal
validasi dan lebih dari
reliabilitas setengahnya
A: koefisien menganggap ≥38ͦC
korelasi sebagai suhu demam.

31
Konvulsi diyakini
sebagai komplikasi
demam pada 71%
orangtua dan ada
hubungan yang
signifikan antara
jumlah anak dan
praktik pemberian
antipiretik. Praktek
yang salah menilai
demam menggunakan
seluruh tangan dan
penilaian ini
mengungkapkan
bahwa perilaku ini
disajikan pada hampir
sepertiga orangtua.
7. Roni Saputra, Putri 2 Vo Tingkat D: deskriptif Hasil dari penelitian S
0 lu pengetahuan S: accidental ini menunjukkan c
Wulandini Dayana 1 me ibu tentang sampling bahwa tingkat h
9 2 kejang demam V: Tingkat pengetahuan sebagian o
Frilianova No pada anak usia Pengetahuan ibu adalah kurang ol
mo 6 bulan sampai Ibu tentang dengan jumlah 36 ar
r2 5 tahun di Kejang orang (72%).
Puskesmas Demam Pada Diharapkan bagi

32
Kampar Timur Anak Usia 6 pihak Puskesmas agar
Bulan Sampai dapat membuat
5 Tahun di program penyuluhan
Puskesmas terhadap hal-hal yang
Kampar Timur berkaitan dengan
Kabupaten definisi demam dan
Kampar Timur kejang demam. Dan
Tahun 2018 untuk ibu diharapkan
I: kuesioner agar lebih membuka
A: Univariat diri terhadap
informasi baru dan
lebih menerima saran
dari perawat maupun
petugas medis yang
ada, terutama
mengenai informasi
yang penting dan
berguna untuk
kesehatan keluarga.
8. Khoirunnisa 2 Vo Penanganan D: pengabdian Hasil kegiatan S
Munawaroh, 0 lu kejang demam ini adalah pengetahuan peserta c
Isna Aglusi 1 me pada balita di penyuluhan meningkat dari 40% h
Badri, Roza 9 1 puskesmas menggunakan menjadi 85%. o
Erda No lubuk baja media Penyuluhan ol
mo kota batam. audiovisual. bermanfaat untuk ar

33
r1 S: Random meningkatkan
Sampling pengetahuan orang
V: orang tua tua balita. Perawat
balita yang puskesmas dalam
sedang berobat memberikan
di Puskesmas penyuluhan dapat
Lubuk Baja memanfaatkan media
Kota Batam audiovisual.
I: kuisioner
A: studi
pustaka
9. Novi 2 Vo Pengetahuan D: Deskriptif Hasil penelitian S
Indrayati, Dwi 0 lu orang tua S: Purposive menunjukan bahwa c
Haryanti 1 me dalam sampling pengetahuan orang h
9 9 penanganan V: tua tentang o
No pertama kejang Pengetahuan penanganan kejang ol
mo demam pada orang tua demam pada anak ar
r2 anak usia 6 I: kuesioner usia 6 bulaln-5 tahun
bulan- 5 tahun dan lembar kurang dikarenakan
observasi didapatkan nilai 32%
A: Analisis dari 100% yang
univariat meemnuhi syarat
yang bias dikatakan
sebagai pengetahuan
yang cukup.

34
1 Hutri Engla 2 Vo Gambaran D: deskriptif Hasil penelitian S
0. Resti, Ganis 0 lu Penanganan S: non menemukan bahwa c
Indriati, 2 me Pertama kejang probability sebagian responden h
Arneliwati 0 10 demam yang sampling telah melakukan o
No dilakukan ibu V: total penanganan pertama ol
mo pada balita. sampling kejang demam yang ar
r I: kuesioner terdiri dari bersikap
2 A: analisa tetap tenang dan tidak
deskriptif dan panik (90,4%), tidak
hasilnya melonggarkan
ditampilkan pakaian anak
dengan (86,5%),
distribusi memiringkan kepala
frekuensi dan anak (69,2%),
persentase dari memasukkan sesuatu
karakteristik kedalam mulut anak
responden (75,0%), tidak
(usia ibu, usia mengukur suhu tubuh
anak) anak
(84,6%), tidak
mencatat lama kejang
(92,3%),
menyingkirkan benda
tajam (71,2%), tidak
memberikan

35
diazepam rektal
(82,7%) dan
membawa anak ke
dokter atau
puskesmas (100%).

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa beberapa jurnal mendapatkan hasil jika pengetahuan orang tua tentang penanganan awal
pada anak kejang demam begitu sangat penting dan harus segera di mengerti agar tertangani dengan tepat dan
cepat.

Berdasarkan penelitian jurnal mendapatkan hasil bahwa beberapa jurnal yang telah dijelaskan terhadap Pengetahuan orang tua
tentang penanganan awal pada anak kejang demam. Pengetahuan orang tua tentang penanganan awal pada anak kejang demam sebagian
besar dipengaruhi kurangnya pengetahuan orang tua tentang penanganan awal pada anak kejang demam.

36
4.2 Pembahasan

Hasil analisa jurnal pertama Sebagian responden telah melakukan

penanganan pertama kejang demam pada balita dengan hasil test 90,4%

tidak panic. Jurnal kedua Hasil analisa data menggunakan uji Chi-Square

Test dengan level signifikansi α=0,05 didapatkan hasil ρvalue 0,000 yang

berarti pengetahuan ibu baik tentang penanganan kejang demam pada balita.

Jurnal ketiga Pengetahuan ibu yang baik tentang penyakit kejang demam

akan meningkatkan ketepatan dalam tindakan pertolongan pertama.

Perlunya peningkatan pengetahuan tentang perawatan penyakit kejang

demam bagi ibu-ibu yang memilikianak usia 6 bulan sampai 5 tahun, agar

mampu memberikan tindakan pertolongan pertama kejang demam secara

aman dan benar. Hasil penelitian ini didapatkan 48,3% pengetahuan ibu

kurang, 44,9% kurang tepat dalam memberikan pertolongan pertama pada

penyakit kejang demam.

Analisa jurnal keempat, Hasil penelitian ini menunjukkan

pengetahuan dan praktik yang buruk sehubungan dengan manajemen orang

tua dari anak-anak yang demam terlalu sering menggunakan obat demam

yang tidak diresepkan dan kemungkinan pemborosan sumber daya

kesehatan. Jurnal kelima Hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu

tentang penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat hanya 43%,

berdasarkan hasil p;enelitian peneliti memberikan saran perlu ditingkatkan

pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam pada balita sebelum

40
dirawat di rumah sakit. Jurnal keenam Sebanyak 490 orang tua

berpartisipasi dalam penelitian ini 83,7% dari mereka adalah ibu. Setengah

dari orangtua menggunakan situs ketiak untuk mengukur suhu. Mayoritas

orangtua menganggap suhu ≤37ͦC sebagai normal dan lebih dari

setengahnya menganggap ≥38ͦC sebagai suhu demam. Konvulsi diyakini

sebagai komplikasi demam pada 71% orangtua dan ada hubungan yang

signifikan antara jumlah anak dan praktik pemberian antipiretik. Praktek

yang salah menilai demam menggunakan seluruh tangan dan penilaian ini

mengungkapkan bahwa perilaku ini disajikan pada hampir sepertiga

orangtua.

Jurnal ketujuh, Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan sebagian ibu adalah kurang dengan jumlah 36 orang (72%).

Diharapkan bagi pihak Puskesmas agar dapat membuat program penyuluhan

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan definisi demam dan kejang demam.

Dan untuk ibu diharapkan agar lebih membuka diri terhadap informasi baru

dan lebih menerima saran dari perawat maupun petugas medis yang ada,

terutama mengenai informasi yang penting dan berguna untuk kesehatan

keluarga.

Jurnal kedelapan, Hasil kegiatan pengetahuan peserta meningkat dari

40% menjadi 85%. Penyuluhan bermanfaat untuk

meningkatkanpengetahuan orang tua balita. Perawat puskesmas dalam

41
memberikan penyuluhan dapat memanfaatkan mediaaudiovisual. Jurnal ke

Sembilan, Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan orang tua

tentang penanganan kejang demam pada anak usia 6 bulaln-5 tahun kurang

dikarenakan didapatkan nilai 32% dari 100% yang meemnuhi syarat yang

bias dikatakan sebagai pengetahuan yang cukup. Jurnal ke sepuluh, Hasil

penelitian menemukan bahwa sebagian responden telah melakukan

penanganan pertama kejang demam yang terdiridari bersikap tetap tenang

dan tidak panik (90,4%), tidak melonggarkan pakaian anak (86,5%),

memiringkankepala anak (69,2%), memasukkan sesuatu kedalam mulut

anak (75,0%), tidak mengukur suhu tubuh anak

(84,6%), tidak mencatat lama kejang (92,3%), menyingkirkan benda tajam

(71,2%), tidak memberikandiazepam rektal (82,7%) dan membawa anak ke dokter

atau puskesmas (100%).

Hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Sikap orang tua

dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam sebelum diberikan

pendidikan kesehatan keseluruhan (100%) memiliki sikap dalam kategori cukup.

Sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam setelah

diberikan pendidikan kesehatan keseluruhan (100%) memiliki sikap dalam

kategori baik.

Pada pengabdian ini pengabdi memberikan penjelasan umum terlebih

dahulu mengenai kejang demam pada anak. Media audiovisual yang digunakan

42
menekankan pada penanganan pertama ketika anak terjadi kejang dan meyakinkan

orangtua untuk tidak panik apabila terjadi kondisi kejang. Tindakan yang

dijabarkan meliputi tindakan :

1. Membaringkan anak di tempat rata

2. Mengendorkan pakaian terutama di bagian leher

3. Tidak memberikan obat melalui mulut pada saat kondisi kejang

4. Mengukur suhu tubuh

5. Memiringkan posisi kepala

6. Tidak menahan gerakan anak saat kejang

Secara keseluruhan materi yang disampaikan pengabdi dapat dipahami oleh

peserta. Beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian yaitu ada

keluarga/pasien yang berlalu lalang di area penyuluhan. Target awal penyuluhan

yaitu 30 peserta akan tetapi peserta yang ada hanya 20 peserta.

Sebagian besar orang tua(64%) mendefinisikan demam dengan benar dan

56% mengidentifikasi demam tinggi. Hampir semua orang tua (95%) percaya

demam berbahaya, dan kejangdemam adalah komplikasi demam yang paling

utama (74%), diikuti oleh hilangnya kesadaran, dehidrasi, kerusakan otak, dan

gangguan pendengaran. Sebagianbesar orang tua (82%) menyentuh anak-anak

mereka untuk memastikan demam, 68% menggunakan termometer oral, dan 63%

43
menggunakan termometeraksila. Sebagian besar orang tua (84%) menerapkan

kompresi dingin, 75% memberi anak-anak mereka obat demam tanpa resep, 61%

memberi anak-anakbanyak cairan, dan 64% membawa anak-anak mereka ke

dokter segera. Hampir sepertiga dari peserta melaporkan mengalami kesulitan

dalam memilih obatdemam atau memberikan dosis dan frekuensi yang tepat.

Tidak ada perbedaan dalam pengetahuan atau praktik yang ditemukan sehubungan

denganperbedaan dalam karakteristik demografi peserta.

Tingkat pendidikan menentukan mudahnya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan tentang penanganan kejang demam pada anak usia

toddler. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi cara berfikir dan cara

pandang oran tua. Pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai atau informasi yang diperkenalkan

(SoekidjoNotoatmodjo, 2012). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin luas wawasan dan cara berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk

mengembangkan diri dengan lebih terbuka. Orang tua yang memiliki pendidikan

tinggi seharusnya mempunyai kematangan berfikir, kemampuan dalam menerima

dan mengolah informasi. (Desmita,2010).

Dari teori yang sudah peneliti bahas di paragraf sebelumnya maka peneliti

beropini bahwa pengetahuan bagi orang tua yang memiliki anak usia 6 bulan

sampai 5 tahun penting dan wajib di miliki serta dapat mengaplikasikannya disaat

yang dibutuhkan, karena jika pengetahuan orang tua cukup baik akan menambah

44
ketepatan penanganan awal untuk mengatasi kejang demam disaat kambuh pada

anak dan dapat meminimalisir resiko cedera ataupun resiko lainnya yang akan

timbul saat kejang demam kambuh pada anak.

45
BAB 5

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat

disimpulkan bahwa sebagai berikut : Sikap orang tua dalam penanganan

kegawatdaruratan kejang demam sebelum diberikan pendidikan kesehatan

keseluruhan (100%) memiliki sikap dalam kategori cukup. Sikap orang tua

dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam setelah diberikan

pendidikan kesehatan keseluruhan (100%) memiliki sikap dalam kategori baik

. sehingga pengetahuan orang tua dalam penanganan awal pada anak kejang

demam sangat penting karena hal tersebut dapat meminimalisir resiko

terjadinya dampak yang tidak diinginkan oleh orang tua dan sehingga bisa

segera dilakukan pertolongan pertama.

5.2 Saran

Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan,

adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk peneliti selanjutnya

yaitu melakukan penelitian dengan topic yang relevan dalam penelitian ini,

yang mana penelitian ini merupakan penelitian dengan metode literature

review. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

dengan pengambilan data langsung dilapangan.

40
41

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Baradero, M., Daryit, M., & Siswadi, Y. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien

Gangguan Ginjal . Jakarta: Kedokteran EGC.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen

Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen

Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Salemba

Medika.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen

Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Salemba

Medika.

Denney, A. S., & R. T. (2012). How to write a Literature Review. Journal Of

Criminal Justice Education, 218-234.


42

Eko Prabowo, A. E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Siatem Perkemihan.

Nuha Medika.

Engram, B. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Fakultas Kedokteran UI. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

Aesculaplus.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Hurst, M. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal - Bedah. Jakarta: EGC.

InfoDATIN. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta Selatan: Kementrian

Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Gangguan Elimnasi Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta:

EGC.

Lemone, P., Burke, K. M., & Gerene, B. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah . Jakarta: EGC.

Mubarak. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika.

Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.


43

Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian ilmu

Keperawatan. jakarta: Penerbit salemba.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ikmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit

Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (t.thn.). Konsep & Metode Keperawatan (ed.2). jakarta: salemba

medika.

Prof.Dr.H.M.Burhan Bungin, S. (2008). metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta:

Prenada Media Group.

Prof.Dr.H.M.Burhan Bungin, S. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif.

Jakarta: Kencana.

Roifah, I., Soemah, E. N., & Sudarsih, S. (2018). Kenali Fatigue Dan Solusi

Praktis. Mojokerto: Karya Bina Sehat.


44

sarwono, J. (2010). Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit andi.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi Kedua.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sujarweni. (2014). metode penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava Media.

Sujarweni, V. W. (2018). METODOLOGI PENELITIAN. Yogyakarta:

Pustakabarupress.

Terry, C., & Weaver, A. (2013). Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha

Publishing.

Wawan, & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran pengetahuan, sikap, dan

perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Lampiran 1
45
46

Anda mungkin juga menyukai