Sosiologi Antropologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 109

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang

Cetakan pertama, Oktober 2017

Penulis : 1. Dewi Rosmalia, SKM, M.Kes


2. Yustina Sriani, SKM, MPH

Pengembang Desain Instruksional : Giat Ridhansyah Syqmanoti, S.Pd.

Desain oleh Tim P2M2 :


Kover & Ilustrasi : Suzanna Romdhona, S.Sn.
Tata Letak : Andy Sosiawan, S.Pd.

Jumlah Halaman : 108

DAFTAR ISI

BAB I: KONSEP DASAR SOSIOLOGI KESEHATAN 1

Topik 1.
Pengertian Sosiologi Kesehatan ..
……....................................................................... 3
Latihan ………….
……………………………………...........................................................
............ 14
Ringkasan ……...
…………………………………...............................................................
........... 14
Tes 1 ……………………………………..
……................................................................................ 15
 Sosiologi Kesehatan 

Topik 2.
Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan dan
Penyakit ........................................ 17
Latihan
……………………………………..............................................
……............................... 31
Ringkasan ..
…………………………………...............................................................
.................. 31
Tes 2 ……………………….…………………..
……......................................................................... 33

GLOSARIUM ...........................................................................................
................. 34
PETUNJUK JAWABAN
TES ........................................................................................ 35
DAFTAR
PUSTAKA ...............................................................................................
.... 36

BAB II: PENGARUH ASPEK SOSIAL EKONOMI, AGAMA,


BUDAYA, SUKU BANGSA
DAN GENDER TERHADAP KESEHATAN 37

Topik 1.
Konsep Sosial Ekonomi dan
Kesehatan ................................................................... 38
Ringkasan …..
…………………………………...............................................................
............ 43
Latihan ……….
……………………………………….......................................................
................ 45
 Sosiologi Kesehatan 

Topik 2.
Agama dan Kesehatan
…………………………………………………………….……..
………………….. 47
Latihan
……………………………………..............................................
……............................... 54
Ringkasan
…………………………………...............................................................
................... 55
Tes 2 ……………………….…………………..
……......................................................................... 56

Topik 3.
Budaya, Suku Bangsa, dan Kesehatan
………………………………………….……..………………. 57
Latihan
……………………………………..............................................
……............................... 65
Ringkasan
…………………………………...............................................................
................... 65
Tes 3 ……………………….…………………..
……......................................................................... 66
iii
Topik 4.
Gender dan Kesehatan ………………………………………….
……………………………..………………. 68
Latihan
……………………………………..............................................
……............................... 74
Ringkasan
…………………………………...............................................................
................... 74
Tes 4 ……………………….…………………..
……......................................................................... 75
 Sosiologi Kesehatan 

GLOSARIUM
……………………...................................................................................
... 76
PETUNJUK JAWABAN
TES ........................................................................................ 77
DAFTAR
PUSTAKA ...............................................................................................
.... 78

BAB III: NEGARA, POLITIK, KESEHATAN DAN PERUBAHAN


SOSIAL BUDAYA 79

Topik 1.
Negara, Politik, dan
Kesehatan ............................................................................... 81
Latihan 1
…………………………………………...................................................
........................ 85
Ringkasan
…………………………………...............................................................
................... 85
Tes 1 ……………………….…………………..
……......................................................................... 86
Latihan 2
…………………………………………...................................................
......................... 87

Topik 2.
Perubahan Sosial dan
Kebudayaan ......................................................................... 88
Latihan 1
…………………………………..............................................
……............................... 98
Ringkasan
…………………………………...............................................................
................... 98
Tes 2 ……………………….…………………..
……......................................................................... 101
 Sosiologi Kesehatan 

Latihan 2
…………………………………………...................................................
......................... 102

PETUNJUK JAWABAN
TES ........................................................................................ 103
DAFTAR
PUSTAKA ...............................................................................................
.... 104

iv
 Sosiologi Kesehatan 

BAB I KONSEP DASAR SOSIOLOGI KESEHATAN

Yustina Sriani, SKM, MPH

PENDAHULUAN

Saudara mahasiswa, sosiologi kesehatan merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru
dalam sosiologi. Perlu saudara ketahui awalnya cabang ilmu ini dikenal salah satunya dengan
nama sosiologi medis, dimana sosiologi medis berkembang pertama kali di Amerika Serikat
melalui beberapa tahap sejak tahun 1920-an.
Robert Straus mengklasifikasikan sosiologi medis menjadi dua, yaitu sosiologi
mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Sosiologi mengenai bidang medis
menyajikan kajian sosiologis terhadap faktor bidang medis. Para sosiolog melakukan kajian
ini dengan tujuan pengembangan ilmu dan teori sosiologi. Posisi para sosiolog dalam hal ini
ada di luar bidang medis. Sedangkan sosiologi dalam bidang medis menurut Robert
merupakan penerapan keahlian sosiolog maupun ahli sosial lain di dalam bidang medis.
Sejak hampir seabad yang lalu di bidang kedokteran timbul kebutuhan untuk mencoba
memahami faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan pola penyebaran penyakit
(epidemiologi) dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Maka dikembangkanlah
sosiologi kedokteran yang mencakup studi tentang faktor-faktor sosial dalam etiologi,
prevalensi, tentang profesi kedokteran itu sendiri serta hubungan dokter dengan masyarakat
umum. Dalam perkembangan selanjutnya terbukti bahwa upaya penanggulangan penyakit
masyarakat tidaklah hanya merupakan tanggung jawab profesi kedokteran saja, melainkan
tanggungjawab bersama para petugas kesehatan. Selain itu pendekatan terhadap masalah
kesehatan masyarakat pun diperluas, yaitu dengan mengubah titik pusat perhatiannya, dari
penyakit menjadi kesehatan. Selain dengan perkembangan tersebut maka timbul pula
sosiologi kesehatan yang lebih luas daripada sosiologi kedokteran
Sosiolog kesehatan juga membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan
sosiologi dalam kesehatan. Sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis
dengan motif masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan merupakan penelitian
dan pengajaran yang dimotivasi oleh adanya masalah kesehatan. Masalah kesehatan selain
dipelajari oleh ilmu sosiologi juga dipelajari oleh ilmu lain seperti antropologi (antropologi
medis) dan ilmu ekonomi (ekonomi kesehatan).
Saudara mahasiswa, Bab I dalam modul ini dibagi dalam dua topik. Topik satu akan
menghantarkan anda pada penjelasan tentang konsep dasar sosiologi kesehatan kemudian
dilanjutkan dengan topik dua tentang penjelasan pandangan sosiologi mengenai kesehatan dan
penyakit.
Saudara mahasiswa, dengan mempelajari bab satu ini, secara umum Saudara diharapkan
dapat menjelaskan konsep dasar sosiologi kesehatan dan pandangan sosiologi mengenai
kesehatan dan penyakit. Secara lebih rinci, saudara diharapkan dapat menjelaskan:
a. Pengertian sosiologi kesehatan

1
 Sosiologi Kesehatan 

b. Sejarah sosiologi
c. Ruang lingkup sosiologi kesehatan
d. Pendekatan dalam sosiologi
e. Teori-teori sosiologi
f. Kesehatan
g. Perilaku kesehatan
h. Penyakit
i. Perilaku sakit
j. Hubungan dokter-pasien

2
 Sosiologi Kesehatan 

Topik 1
Pengertian Sosiologi Kesehatan

Saudara mahasiswa, secara tidak sadar saudara telah mengetahui sedikit tentang
sosiologi. Saudara telah menjadi anggota masyarakat bukan? Dan saudara sudah mempunyai
pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Sejak lahir di
dunia saudara sudah berhubungan dengan orang tua, dan dengan semakin meningkatnya usia
bertambah pulalah pergaulan saudara dengan manusia lain di dalam masyarakat. Saudara juga
pasti menyadari bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan hasil perkembangan
masa-masa yang silam. Di dalam berbagai hal saudara mempunyai persamaan-persamaan
dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain mereka mempunyai sifat-sifat yang
khas berlaku bagi dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang lain. Semuanya merupakan
pengetahuan yang bersifat sosiologis karena ikut sertanya saudara di dalam hubungan-
hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakat. Kesadaran akan adanya
persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain memberikan gambaran tentang objek yang
saudara pelajari yaitu sosiologi (Soekanto, 2014).
Sosiologi berasal dari bahasa Latin, Socius yang berarti kawan/teman dan Logos yang
berarti kata atau berbicara, jadi Ilmu Sosiologi adalah berbicara mengenai masyarakat. Parsudi
Suparlan mengatakan bahwa sosiologi merupakan “ilmu pengetahuan yang secara sistematik
mempelajari kelakuan sosial manusia, yaitu yang berkenaan dengan pola-pola dan proses-
proses interaksi di antara individu dan kelompok, bentuk-bentuk kelompok sosial, hubungan-
hubungan di antara berbagai kelompok sosial, dan pengaruh kelompok sosial terhadap
kelakuan individu”.
Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara
gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak
masyarakat dengan politik dan sebagainya); hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala
sosial dengan gejala-gejala nonsosial ( misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya);
ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial (Dadang Supardan, 2009: 69)
Sosiologi telah mencapai perkembangan sedemikian rupa sehingga menurut Harsja
Bachtiar dapat diuraikan dalam berbagai bidang keahlian khusus (sub-disiplin), antara lain
(Widjaja, 1986:58-60): 1. Sosiobiologi 2. Sosiologi kesehatan dan sakit (sosiologi kedokteran,
sosiologi klinik, sosiologi perawatan) 3. Demografl 4. Sosiologi keluarga dan kekerabatan
5. Sosiologi anak 6. Sosiologi remaja 7. Sosiologi orang tua 8. Sosiologi komuniti dan
wilayah (sosiologi pedesaan, sosiologi perkotaan), dan masih banyak sub-disiplin sosiologi
lainnya.
Objek dari sosiologi adalah masyarakat yang berhubungan dan juga proses yang
dihasilkan dari hubungan tersebut. Sedangkan tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk
meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya.

3
 Sosiologi Kesehatan 

Sosiologi kesehatan muncul awalnya karena bidang kedokteran memerlukan


pemahaman tentang faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan pola penyebaran penyakit
(epidemiologi) dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu sehingga muncul disiplin
keilmuan yang dinamakan sosiologi kedokteran. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan
paradigma sehat mengubah pusat perhatian dari penyakit menjadi kesehatan (yang awalnya
pusat perhatian mengobati setelah terjadinya penyakit akhirnya berkembang kepada lebih
mencegah sebelum terjadinya penyakit). Berdasarkan hal tersebut muncul disiplin keilmuan
baru yaitu sosiologi kesehatan.
Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, sosiologi kesehatan juga memiliki konsep dasar
yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Fungsi
konsep dasar itu sendiri, diantaranya:
1. Sebagai alat kognitif agar seseorang menjadi lebih tahu dan mengerti mengenai apa
yang mereka pelajari
2. Sebagai alat evaluatif agar seseorang dapat membedakan serta memisahkan mengenai
pokok bahasan yang mereka pelajari
3. Sebagai alat pragmatik yang memberikan pengetahuan tentang bagaimana penerapan
ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari
4. Sebagai alat komunikatif agar terjalin komunikasi yang baik antar yang belajar dengan
yang mengajar.

Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena memang memiliki sifat-sifat


keilmuan diantaranya:
1. Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang benar-benar terjadi di
masyarakat dan apa yang dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bersifat teoretis artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-teori dalam
pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan oleh para ahli yang berdasarkan
pada apa yang terjadi di masyarakat.
3. Bersifat kumulatif artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang dipelajari tidak lain
adalah pengembangan dari ilmu sosiologi kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Sehingga ilmu sosiologi kesehatan bersifat dinamis dalam artian dapat berubah sesuai
dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini
4. Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat membenarkan dan
menyalahkan tindakan atau perilaku individu/kelompok masyarakat karena tiap daerah
memiliki norma tersendiri sehingga apa yang dianggap salah di satu daerah bisa
dianggap benar di daerah lain, begitu juga sebaliknya.

Nah, saudara mahasiswa apakah saudara sudah mengerti apa yang dimaksud dengan
ilmu sosiologi dan sosiologi kesehatan? Jadi, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
masyarakat, perilaku masyarakat, hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan
kelompok (dari keluarga – masyarakat ) struktur sosial dan proses sosial (perubahan sosial).
Sedangkan sosiologi kesehatan merupakan subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi.
Prinsip dasar disiplin sosiologi kesehatan adalah penerapan konsep dan metode disiplin
sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan memecahkan masalah kesehatan.

4
 Sosiologi Kesehatan 

Dengan kata lain sosiologi kesehatan merupakan penerapan ilmu sosial dalam mengkaji
masalah kesehatan.

A. SEJARAH SOSIOLOGI

Istilah sosiologi sebagai cabang ilmu sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan
Prancis yang bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak
Sosiologi.

Gambar 1. Tokoh Sosiologi

Istilah sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa
karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari
kondisi perubahan sosial. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian
dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi
dinamis, dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan.
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari munculnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer (Inggris),
Karl Marx (Jerman), Vilfredo Pareto (Italia) Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg
Simmel, Max Weber (Jerman) dan Pitirim Sorokin (Rusia). Masing-masing berjasa besar
menyumbangkan beragam pendekatan dalam mempelajari masyarakat yang berguna untuk
perkembangan Sosiologi.
Tahun 1876 di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan sosiologi dan
memperkenalkan pendekatan analogi organik yang memahami masyarakat seperti tubuh
manusia sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama
lain. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis yang menganggap konflik
antar kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Max Weber
memperkenalkan pendekatan versthen (pemahaman) yang berupaya menelusuri nilai,
kepercayaan, tujuan dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

B. RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KESEHATAN

5
 Sosiologi Kesehatan 

Sosiologi kesehatan merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam
sosiologi telah lama dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan pendahulu
sosiologi kesehatan dan terkait erat dengannya. Pertumbuhan sosiologi medis berlangsung
melalui enam tahap (Sunarto, 2014:1.3-1.4):
1. Tahun 1920-an dan 1930-an tumbuh kajian medika sosial, yaitu kajian bersama antara
ilmuwan sosial dan medis terhadap masalah yang menjadi perhatian bersama mereka;
2. Tahun 1940-an dan 1950-an berkembang kajian-kajian terhadap masalah epidemiologi
sosial;
3. Sosiolog mulai ditempatkan pada berbagai lembaga pendidikan medis dan keperawatan;
4. Berbagai lembaga donor swasta mulai menyediakan dana penelitian dan pelatihan;
5. Pada tahun 1959 terbentuk seksi sosiologi medis dalam Ikatan Sosiologi Amerika
(American Sociological Association);
6. Jurnal dan buletin sosiologi medis diterbitkan.

Mechanic berpendapat tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala
yang dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor sosial dan psikologis. Mulai
dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi
dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis.
Straus membedakan antara sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam
bidang medis. Menurutnya sosiologi mengenai bidang medis terdiri atas kajian sosiologis
terhadap faktor di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati posisi
mandiri di luar bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk menguji
prinsip dan teori sosiologi.
Menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang
menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Menurut Straus sosiologi dalam
bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan
pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin, dimana sosiologi
digunakan sebagai pelengkap bidang medis. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian
sosiologi medis meluas ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan
demikian, berkembanglah bidang sosiologi kesehatan.
Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam
kesehatan. Menurut Wilson (dalam Sunarto, 2014:1.12) sosiologi mengenai kesehatan terdiri
atas pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu
masalah sosiologis (detached observation, and analysis, motivated primarily by a sense of
sociological problem) sedangkan sosiologi dalam kesehatan mempelajari penelitian dan
pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama didorong
oleh adanya masalah kesehatan (more intimate, applied ang conjoint research and teaching,
motivated primarily by a sense of health problem). Artinya rumusan sosiologi mengenai
kesehatan oleh Wilson mengacu pada kepentingan para sosiolog dalam pengembangan teori
dan konsep sosiologi, sedangkan rumusan mengenai sosiologi dalam kesehatan jelas mengacu
pada kepentingan bidang kesehatan.
Sunarto (2014) memberikan contoh perbedaan antara sosiologi mengenai kesehatan dan
sosiologi dalam kesehatan sebagai berikut: Apabila dalam rangka upaya penanggulangan

6
 Sosiologi Kesehatan 

HIV/AIDS Departemen Kesehatan RI menugaskan sosiolog dan ahli ilmu sosial lain (seperti
antropolog, psikolog dan ahli kesehatan masyarakat) untuk melakukan suatu telaah cepat
(rapid assessment) di tempat-tempat prostitusi dimana telah ditemukan sejumlah kasus
HIV/AIDS untuk mengetahui faktor sosial-budaya yang mendorong penyebarluasan
HIV/AIDS. Agar temuannya dapat dijadikan masukan bagi kebijakan pemerintah maka
kegiatan ini termasuk dalam bidang sosiologi dalam kesehatan. Namun, bilamana penelitian
terhadap orang yang berperilaku berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS serta jaringan
sosial yang terjalin antara mereka dengan berbagai pihak yang terlibat di dunia prostitusi
tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep dan
teori sosiologi mengenai organisasi sosial atau mobilitas sosial maka kegiatan ini merupakan
kegiatan sosiologi mengenai kesehatan.
Setelah mempelajari 90 makalah sosiologi kesehatan yang diterbitkan dalam jurnal
sosiologi kesehatan di Amerika Serikat (antara 1975 dan 1977) serta buku-buku sosiologi
kesehatan yang diterbitkan di sana dalam periode yang sama, Wolinsky (1980: 43-46) sampai
pada kesimpulan bahwa orientasi para sosiolog kesehatan lebih tertuju pada masalah
kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin
teori.
Twaddle(1982) merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan
sosiologi medis, yaitu:

Tabel 1. Perbedaan Sosiologi Kesehatan dengan Sosiologi Medis

Perbedaan Sosiologi Kesehatan Sosiologi Medis


Ilmu-ilmu sosial dan Ilmu-ilmu biologi, psikologi
Ilmu yang dipakai
humaniora dan ilmu-ilmu sosial
Individu, kelompok dan
Satuan analisis Masyarakat dan struktur sosial organisasi sebagai satuan
analisis
Masalah pembatasan kebebasan
Masalah kesehatan memilih serta dikuranginya
Penyakit
yang dikaji keefektifan
pribadi
Substitusi dokter, praktisi
kesehatan masyarakat,
Peran utama dalam promotor kesehatan, Dokter, profesional lain dan
penyembuhan penyembuh awam, pendidik, pasien
ahli gizi dan politikus

Perbedaan Sosiologi Kesehatan Sosiologi Medis


Latihan, gizi, pengendalian Pengobatan, operasi,
Cara penyembuhan lingkungan dan perubahan penggunaan zat kimia dan
sosial perubahan kegiatan

7
 Sosiologi Kesehatan 

Tercapainya kesehatan,
kesejahteraan, serta penurunan Tercapainya penyembuhan dan
Kajian utama
morbiditas dan mortalitas perawatan individu
dalam populasi
Rumah sakit, rawat jalan serta
Organisasi utama yang perawatan mandiri, badan Rumah sakit, rawat jalan serta
dikaji legislatif, sekolah dan perawatan mandiri
organisasi informal

Menurutnya terjadinya pergeseran dalam ketujuh dimensi tersebut mengakibatkan


bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan. Namun, sosiologi kesehatan
merupakan bidang yang muda hingga kini bidang sosiologi medis masih tetap dominan.

C. PENDEKATAN DALAM SOSIOLOGI

Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka studi-studi dalam
sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan (Sarwono, 1993) yaitu:
• Pendekatan Emik: yaitu menguraikan suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si
pelaku sendiri, memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku
sendiri (individu tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan). Misalnya: ada
orang yang menggunakan pengobatan alternatif dengan menggunakan cara metafisika.
Maka makna pengobatan dan keakurasian model pengobatan tersebut bukan menurut
peneliti, melainkan harus diungkap menurut pengguna atau pelaku layanan pengobatan
tradisional.
• Pendekatan Etik: yaitu upaya menguraikan suatu gejala sosial atau interaksi sosial dari
sudut pandang orang luar/sudut pandang observer (menganalisa perilaku atau gejala sosial
dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain). Jika seseorang
sedang melakukan pengamatan ilmiah, maka pengalaman dan pengetahuan ilmiah yang
dimiliki dijadikan sebagai alat ukur atau standar dalam menjelaskan masalah interaksi
sosial.

Dengan demikian maka pendekatan etik bersifat lebih objektif, dapat diukur dengan
ukuran dan indikator tertentu, sedangkan pendekatan emik relatif lebih subjektif dan banyak
menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi objek
studi.
Studi emik bersifat lebih unik, sukar untuk digeneralisasikan secara luas (Pelto, 1970).
Ditambahkan oleh Foster (dalam Sarwono, 1993) bahwa pendekatan emik mencakup upaya
untuk mengkomunikasikan keadaan diri-dalam (inner psychological states) dan perasaan
individu yang berkaitan dengan suatu perilaku. Asumsi dari pendekatan emik ini adalah
bahwa pelaku/aktor suatu tindakan itu lebih tahu tentang proses-proses yang terjadi dalam
dirinya, daripada orang lain. Dan pengetahuan tentang proses mental ini diperlukan untuk
memahami mengapa seseorang melakukan suatu tindakan atau mengapa dia menolak untuk

8
 Sosiologi Kesehatan 

melakukan tindakan tersebut. Sebaliknya ada pandangan yang justru mengatakan bahwa
pelaku/aktor biasanya tidak dapat mengamati dengan baik proses-proses yang terjadi di dalam
dirinya. Oleh karena itu diperlukan orang lain yang dapat meneropong perasaan dan pikiran
bawah sadar seseorang yang sebetulnya melandasi perilakunya. Peneropongan ini tidak perlu
melalui psikoanalisa, melainkan menggunakan indikator nyata berupa hal-hal yang dapat
diamati dari perilaku individu. Apakah hasil pengamatan itu cocok dengan perasaan atau
penghayatan si pelaku, hal ini tidaklah penting dalam pendekatan etik. Yang lebih penting
adalah jika hasil pengamatan/indikator antara beberapa orang itu ternyata sama, walaupun
studi mereka dilaksanakan secara terpisah. Dengan demikian pendekatan etik memberikan
gambaran umum/generalisasi dan ramalan tentang perilaku masyarakat dalam situasi tertentu.
Kedua pendekatan ini dapat digunakan untuk studi antar budaya, hanya etik
memberikan perbandingan dan generalisasi sedangkan emik menggambarkan keunikan
penghayatan masing-masing individu/kelompok. Studi-studi sosiologi biasanya menggunakan
kedua pendekatan ini guna memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang gejala yang
diselidiki. Jika studi ini menggunakan informan untuk memperoleh informasi, maka informan
itu dapat memberikan informasi yang bersifat etik (misalnya siapa saja yang datang dalam
gotong royong), maupun emik (misalnya apa makna upacara kremasi bagi penganut agama
Hindu-Bali).
Oleh karena itu dalam mengembangkan sosiologi kesehatan ini, seorang dokter atau
tenaga kesehatan dapat mengembangkan sikap verstehen yaitu kemampuan untuk menyelami
apa yang dirasakan oleh pasien atau masyarakat itu sendiri. Setelah memahami apa yang
dialami oleh pasien baru pada tahap selanjutnya dianalisis berdasarkan ilmu kesehatan yang
sudah dimilikinya. Dengan demikian penerapan ilmu sosiologi kesehatan dapat disebut
sebagai satu upaya membangun pendekatan terpadu antara etik dan emik, sehingga layanan
kesehatan lebih bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

D. TEORI-TEORI SOSIOLOGI

1. Kegunaan teori sosiologi:


a. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diketahui
serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi
b. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi
c. Teori berguna untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang
dipelajari oleh sosiologi
d. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang
penting untuk penelitian
e. Pengetahuan teoretis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan
proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah mana masyarakat
akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa yang lampau dan
pada dewasa ini.

9
 Sosiologi Kesehatan 

2. Teori-teori dalam sosiologi


Beberapa Teori dalam sosiologi umum yang sering digunakan untuk menganalisa gejala
sosial dan juga dapat dipakai untuk menganalisa perilaku kesehatan individu maupun
suatu kelompok masyarakat: a. Teori Aksi
Dikenal juga sebagai teori bertindak.
• Menurut Max Weber, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas
pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus
atau situasi tertentu
• Menurut Talcott Parsons, tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh
tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian.
Contohnya: Keputusan seseorang untuk ikut serta atau menolak program KB
tidak hanya tergantung dari kedudukannya dalam komunitas itu (seorang guru
atau seorang petani), atau apakah metode kontrasepsi (pencegah kehamilan) itu
sesuai atau tidak dengan agama yang dianutnya, melainkan juga dari
kepatuhannya atau keberaniannya untuk menolak KB sekalipun akan
menimbulkan rasa tidak enek terhadap tetangga dan tokoh masyarakat Secara
skematis teori aksi ini dapat digambarkan sebagai berikut (Teori Weber):

INDIVIDU

Pengalaman
STIMULUS Persepsi
TINDAKAN Pemahaman
penafsiran

Gambar 2. Teori Aksi menurut Weber


b. Teori Sistem
Bertalanffy mengamati konsep sistem merupakan suatu kerangka yang terdiri dari
beberapa elemen/sub sistem yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Dengan
konsep sistem ini menurut Bertanlanffy dapat digunakan untuk menganalisa
perilaku dan gejala sosial, dimana teori-teori yang dianggap cocok bagi suatu
sistem dibahas dalam kaitannya dengan berbagai sistem yang lebih
luas maupun dengan sub-sistem yang tercakup di dalamnya. Contohnya interaksi
antara keluarga (sistem), anak (sub-sistem) dan masyarakat (supra-sistem). Selain
kaitan secara vertikal, juga dapat dilihat hubungan horizontal suatu sistem dengan
berbagai sistem yang sederajat.

10
 Sosiologi Kesehatan 

SUPRA SISTEM

SISTEM SISTEM SISTEM

SUB-SISTEM
SUB-SISTEM
SUB-SISTEM

Gambar 3. Teori sistem Bertanlanffy

Parsons memandang teori yang diprakarsai oleh Bertalanffy ini sebagai teori yang
dapat dikembangkan lebih luas guna diterapkan dalam sosiologi. Parsons melihat
suatu analog! antara masyarakat dan suatu organisme yang hidup, yaitu bahwa
keduanya merupakan sistem yang terbuka, yang berinteraksi dan saling
mempengaruhi dengan lingkungan-nya. Sistem kehidupan ini dapat dianalisa
melalui dua dimensi, yaitu melalui inter-relasi antara bagian-bagian/elemenelemen
yang membentuk sistem tersebut, dan interaksi/pertukaran antara sistem itu
dengan lingkungannya.
Dalam teorinya yang dinamakan teori sistem umum (grand theory)Parsons
berpendapat bahwa ada empat unsur utama yang tercakup dalam segala sistem
kehidupan, yaitu: latent pattern-maintenance (L) atau cara mempertahankan
kesinambungan tindakan di dalam suatu sistem yang mengikuti norma atau aturan
tertentu; integration (I), adalah mengkoordinasi dan menyatukan bagianbagian
dari satu sistem menjadi suatu kesatuan fungsi; goal attainment (G) yang
merupakan upaya menentukan prioritas dari beberapa tujuan sistem serta
mencapai tujuan tersebut; dan adaptation (A), yaitu kemampuan sistem untuk
menyerap apa-apa yang dibutuhkannya dari lingkungannya serta membagikannya
kepada seluruh bagian sistem. Keempat fungsi atau unsur utama ini harus
dipenuhi oleh setiap sistem demi kelestarian kehidupannya dan membentuk inter-
relasi seperti digambarkan dalam skema di bawah ini:

11
 Sosiologi Kesehatan 

Gambar 4. Teori Sistem Parsons (Inter relasi antara fungsi-fungsi utama dalam sistem)

c. Teori Fungsionalisme
• Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan
• Setiap struktur dalam sistem sosial adalah fungsional terhadap yang lain
• Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi
manifest dan keseimbangan (equilibrium).
d. Teori Konflik
• Masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai oleh
pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya
• Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial
• Keteraturan dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya tekanan
atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa  Konflik
memimpin ke arah perubahan dan pembangunan.
e. Teori Perilaku Pertukaran
Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, seorang ahli lain, George Homans
mengembangkan teori pertukaran berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi,
yaitu manusia menawarkan jasa/barang tertentu dengan harapan memperoleh
imbalan jasa/barang lain. Interaksi sosial pun menggunakan prinsip resiprositas
seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya, individu melakukan suatu tindakan
demi mendapat imbalan atau justru untuk menghindari hukuman. Perilaku
individu diarahkan oleh norma sosial dan konformitas terhadap norma kelompok
akan diberi imbalan/hadiah, sedangkan penyelewengan apalagi pemberontakan
terhadap norma kelompok akan dihukum. Teori Homans ini dinamakan teori
perilaku pertukaran. Inti teori ini adalah bahwa setiap perilaku akan ditentukan
oleh imbalan (reward). Bentuk imbalan bisa berwujud materi dan juga bukan
materi.
Bagi Homans tujuan perilaku manusia adalah tujuan ekonomis, yaitu untuk
memperbesar keuntungan atau imbalan dan seluruh fenomena sosial dapat
dianalisa sebagai bentuk-bentuk pertukaran. Homans menggunakan teori
behaviourism dari ahli psikologi Skinner dalam usahanya menjelaskan proses
pertukaran dalam perilaku individu dan kelompok. Dia meminjam istilah-istilah

12
 Sosiologi Kesehatan 

yang digunakan oleh Skinner sehubungan dengan perubahan perilaku, yaitu


sukses, stimulus, nilai, kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan/approval
versus agresi, dan dibuatnya proposisi sebagai berikut
a. Proposisi Sukses: makin sering suatu tindakan menghasilkan
imbalan/hadiah, makin kuat kecenderungan individu untuk melakukan
tindakan tersebut.
b. Proposisi Stimulus: jika di masa lau tindakan individu sebagai tanggapan
dari suatu stimulus tertentu ternyata mendapat imbalan yang positif, maka
jika stimulus serupa timbul lagi, individu cenderung untuk mengulangi
tindakan yang sama.
c. Proposisi Nilai : makin tinggi harga/nilai suatu hasil tindakan bagi individu,
makin besar kemungkinannya bahwa individu itu akan melakukan tindakan
tersebut.
d. Proposisi Kekurangan-Kejenuhan : makin sering individu menerima
imbalan tertentu, makin kecil makna imbalan tersebut baginya.
e. Proposisi Persetujuan-Agresi : bila seseorang tidak menerima imbalan yang
diharapkan, atau jika dia menerima hukuman diluar harapannya, dia
cenderung untuk bertindak agresif. Sedangkan jika tindakan individu diberi
imbalan seperti yang diharapkan, maka dia akan setuju untuk melakukan
tindakan tersebut.

Proposisi yang diajukan oleh Homans tersebut di atas saling berkaitan dan
merupakan suatu kesatuan. Artinya, setiap individu menentukan tindakannya
dengan mempertimbangkan semua faktor yang dikemukakan dalam proposisi
tersebut. Hubungan dan kedudukan manusia dalam masyarakat harus terjalin
secara adil, kata Homans. Dalam proses interaksi sosial orang mengharapkan
untuk memperoleh imbalan yang sesuai dengan pengorbanan atau biaya yang
telah dikeluarkannya. Pada umumnya orang cenderung untuk membandingkan
dirinya dengan orang lain yang dirasakan mirip dengannya, dan bukan
membandingkan dirt dengan orang yang sangat berbeda dengannya. Juga dia
membandingkan dirinya dengan orang yang terlibat dalam proses pertukaran
dengannya. Perbandingan inilah yang dijadikan landasan untuk menilai keadilan
suatu transaksi. Meskipun kepuasan individu dalam transaksi itu bersifat relatif,
namun jika dirasakan bahwa imbalan yang diterima tidak sesuai dengan
pengorbanan/biayanya, maka akan timbul masalah ketidakadilan dalam distribusi
imbalan. Misalnya, kader kesehatan yang sama sekali tidak menerima imbalan
uang atas kegiatannya menyelenggarakan posyandu, akan merasa diperlakukan
tidak adil jika melihat petugas KB yang dibayar Rp. 2000,-setiap kali pergi
mengunjungi rumah akseptor.
Teori Homans ini mendapat kritik dari ahli-ahli lain. Pertama, berbeda dengan
binatang, manusia itu tidak hanya tergantung dari masa lalunya, tetapi dapat
meramalkan dan menciptakan masa depannya sesuai dengan keinginannya. Oleh
karenanya perilaku manusia tidaklah semata-mata tergantung dari pengalamannya

13
 Sosiologi Kesehatan 

di masa lalu. Lalu, apakah teori perilaku pertukaran ini dapat menjelaskan
terjadinya perbudakan dan peperangan. Adakah keadilan sosial dalam kasus
perbudakan dan perang? Tampaknya teori Homans ini terlalu sempit dan tidak
dapat menjelaskan perilaku yang kompleks serta munculnya kelompok-kelompok
sosial dalam masyarakat. Di samping teori-teori di atas masih terdapat banyak lagi
teori sosiologi yang terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Teoriteori itu
dapat ditemukan dalam berbagai kepustakaan tentang sosiologi.

Latihan

1) Jelaskan perbedaan ilmu sosiologi dengan sosiologi kesehatan


2) Rumuskan apa saja kelebihan dan kekurangan dari pendekatan etik dan emik dalam
sosiologi
3) Jelaskan teori-teori sosiologi

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari
kembali materi tentang
1) Sejarah dan pengertian sosiologi
2) Pendekatan dalam sosiologi
3) Teori-teori sosiologi

Ringkasan
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi kesehatan
merupakan subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi. Prinsip dasar disiplin sosiologi kesehatan
adalah penerapan konsep dan metode disiplin sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis,
dan memecahkan masalah kesehatan. Dengan kata lain sosiologi kesehatan merupakan
penerapan ilmu sosial dalam mengkaji masalah kesehatan.
Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena memiliki sifat-sifat keilmuan diantaranya:
a. Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang benar-benar terjadi di
masyarakat dan apa yang dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bersifat teoretis artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-teori dalam
pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan oleh para ahli yang berdasarkan
pada apa yang terjadi di masyarakat.
c. Bersifat kumulatif artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang dipelajari tidak lain
adalah pengembangan dari ilmu sosiologi kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Sehingga ilmu sosiologi kesehatan bersifat dinamis dalam artian dapat berubah sesuai
dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini

14
 Sosiologi Kesehatan 

d. Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat membenarkan dan
menyalahkan tindakan atau perilaku individu/kelompok masyarakat karena tiap daerah
memiliki norma tersendiri sehingga apa yang dianggap salah di satu daerah bisa
dianggap benar di daerah lain, begitu juga sebaliknya.

Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka studi-studi dalam
sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan (Sarwono, 1993) yaitu:
1. Pendekatan Emik: yaitu menguraikan suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si
pelaku sendiri, memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku
sendiri (individu tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan).
2. Pendekatan Etik: yaitu upaya menguraikan suatu gejala sosial atau interaksi sosial dari
sudut pandang orang luar/sudut pandang observer (menganalisa perilaku atau gejala
sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain).

Tes 1
1) Peran sosiologi dalam praktik kesehatan (bidang kedokteran) adalah...
A. Mampu menganalisis fakta sosial
B. Menganalisis dinamika dan proses perubahan sosial
C. Memahami sifat, karakter, atau norma masyarakat yang berlaku sehingga promosi
kesehatan dapat berjalan dengan efektif
D. Menambah kemampuan untuk melakukan penilaian klinis secara lebih rasional

2) Objek dari sosiologi adalah...


A. Individu
B. Keluarga
C. Masyarakat
D. Perilaku

3) August Comte yang dikenal sebagai bapak sosiologi membagi sosiologi menjadi...
A. Sosiologi Empiris dan Sosiologi Teoretis
B. Sosiologi Statis dan Sosiologi Dinamis
C. Sosiologi Kedokteran dan Sosiologi Kesehatan
D. Sosiologi Etik dan Sosiologi Emik
4) Menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta
membandingkannya dengan budaya lain merupakan pendekatan...
A. Sosiologi
B. Kebudayaan
C. Etik
D. Emik

15
 Sosiologi Kesehatan 

5) Mempelajari/meneliti perilaku masyarakat Suku Anak Dalam (Suku Kubu) yang tinggal
di daerah pedalaman Jambi hanya bisa dilakukan dengan pendekatan...
A. Sosiologi
B. Kebudayaan
C. Etik
D. Emik

Topik 2
Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan dan Penyakit
Saudara mahasiswa, anda tentu pernah merasakan sakit, seperti flu, sakit kepala atau sakit
lainnya, dimana anda merasa adanya ketidaknyamanan, tidak mengenakkan dan anda tidak
dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Selain itu, anda tentu juga pernah merasakan sehat,
dimana semuanya terasa sehat secara fisik maupun mental. Anda merasa sehat dimana anda
merasa tidak mempunyai keluhan dengan keadaan fisik dan mental. Anda merasa keadaan

16
 Sosiologi Kesehatan 

yang enak, nyaman dan bahagia, dan dapat melakukan pekerjaan seharihari dalam kondisi
prima. Penting untuk Saudara catat, bahwa konsep sehat dan sakit dalam sosiologi berbeda
dengan konsep sehat dan sakit dalam pandangan para akademisi dan praktisi ilmu-ilmu
kesehatan.

A. KESEHATAN

1. Definisi Biomedis
Wolinsky (dalam Sunarto, 2014) menjelaskan bahwa bagi dokter, simtom (symptom)
dan tanda (sign) penyakit merupakan bukti adanya gangguan biologis pada tubuh manusia
yang memerlukan penanganan medis, kesehatan adalah ketiadaan simton dan tanda penyakit
yang membuktikan ketiadaan penyakit atau malfungsi faaliah.
Wolinsky mengemukakan beberapa keberatan terhadap definisi kesehatan menurut
kalangan medis. Pertama, tanda penyakit memang dianggap sebagai bukti objektif mengenai
ada tidaknya suatu penyakit karena dapat diamati oleh petugas kesehatan, namun simtom
penyakit tidak selalu dapat dianggap sebagai bukti objektif karena sering tidak dapat diamati
petugas kesehatan melainkan didasarkan pada laporan pasien. Wolinsky berpendapat bahwa
laporan pasien tidak dapat dianggap sebagai bukti objektif karena hasil penelitian
menunjukkan bahwa laporan pasien diwarnai pandangan hidup dan warisan budayanya.
Dalam suatu kebudayaan tertentu pasien cenderung mengecilkan arti simtom penyakitnya,
sedangkan pasien dari kebudayaan lain justru cenderung membesar-besarkan simtom penyakit
yang dirasakannya. Penelitian pun mengungkapkan bahwa dalam berbagai kebudayaan pasien
cenderung menyeleksi gejala mana yang akan dilaporkan kepada dokter dan gejala mana yang
tidak. Dengan demikian, keobjektifan simtom penyakit yang direkam dokter berdasarkan
laporan pasien itu patut diragukan.
Kedua dalam definisi kesehatan dari sudut medis ialah bahwa seseorang yang secara
medis dianggap sehat mungkin secara sosial dan psikologis tidak sehat.

2. Definisi WHO
Ruang lingkup definisi WHO lebih luas daripada definisi medis karena mencakup baik
kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada kesejahteraan
fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun
kelesuan(a state of complete physical mental and social wellbeing). Menurut Mechanic (dalam
Sunarto, 2014) ruang lingkup definisi WHO terlalu luas sehingga sulit dioperasionalisasikan
untuk membedakan orang sehat dan orang sakit.
3. Definisi Undang-undang Kesehatan
UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan.

17
 Sosiologi Kesehatan 

4. Definisi Psikologi
Menurut Weiss dan Lonquist (1996: 107), kesehatan dapat pula dipandang dari segi
psikologi, mereka berpendapat kesehatan psikologis mencakup tiga unsur a) keterlibatan yang
menyenangkan (seperti rasa senang karena telah berprestasi ataupun dipuji), b)
kepuasan jangka panjang (seperti kebahagiaan karena situasi keluarga yang positif), dan
c) ketiadaan dampak negatif (seperti kesunyian atau ketidakbahagiaan).

5. Definisi Blum
Kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait
secara hierarkis, yaitu apa yang dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai
berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada
berbagai kemampuan, seperti kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan
menanggapi keadaan kesehatan somatiknya sendiri, dan kesehatan sosial yang mengacu pada
kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam keluarganya, dengan keluarganya dan
dengan sistem yang lebih luas.

6. Definisi sosiologi
Parsons berpendapat seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas
optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses
sosialisasi, terlepas dari apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut Parsons
pula kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang
dijalankannya dalam masyarakat. Secara sosiologis seorang dokter dianggap sehat apabila
mampu berperan sebagai dokter, sedangkan ukuran kesehatan tukang sapu ialah
kemampuannya untuk berperan sebagai tukang sapu.
Nah, Saudara mahasiswa sudah tahu kan, bahwa para ahli kesehatan mendefinisikan
kesehatan sebagai ketiadaan simtom dan tanda penyakit, Parsons mengaitkan kesehatan
dengan peran dalam masyarakat, sedangkan WHO dan Undang-undang kesehatan negara kita
merumuskan kesehatan dalam kaitannya dengan kesejahteraan.

Untuk membuat saudara lebih paham tentang beberapa


definisi kesehatan diatas, buatlah suatu matriks yang dapat
menjelaskan perbedaan definisi-definisi diatas (menurut Ilmu
kesehatan,WHO, UU Kesehatan dan menurut sosiologi).

18
 Sosiologi Kesehatan 

B. PERILAKU KESEHATAN

Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Ada perilaku yang cenderung menunjang
kesehatan dan ada pula perilaku yang cenderung membahayakan kesehatan. Perilaku yang
dimaksudkan dapat berupa perilaku perorangan maupun kelompok. Menurut Glanz dan
Maddock (dalam Sunarto 2014) “perilaku kesehatan merujuk pada tindakan individu,
kelompok, dan organisasi termasuk pula hal-hal yang menyebabkan, berkorelasi dengan, dan
diakibatkan oleh tindakan tersebut-yang mencakup perubahan sosial, perkembangan dan
penerapan kebijakan, peningkatan kemampuan penanggulangan, dan peningkatan kualitas
hidup” (the action of individuals, groups, and organizations, as well as the determinants,
correlates, and consequences, of these action-which include social change, policy
development and implementation, improved caping skills, and enhanced quality of life).
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat, dan
bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. 3 tujuan yang ingin
dicapai dalam perilaku sehat ini adalah :
• Perilaku preventive
• Protective
• Promotive

Solita Sarwono mengatakan perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menyangkut pengetahuan & sikap
tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan & penyakit.
Bloom mengatakan bahwa perilaku merupakan salah satu aspek yang menentukan
derajat kesehatan masyarakat.

Keturun
an

Lingkunga
Fasilitas Status n
Kesehata Fisik &
n Kesehatan Sosbud

Perilaku

Gambar 5. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan (H.L. Bloom)

19
 Sosiologi Kesehatan 

Gambar 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan (FL.Dunn)

Kasl dan Cobb, dalam Sunarto 2014, membedakan tiga jenis perilaku kesehatan, yaitu
perilaku kesehatan preventif (preventive health behavior, perilaku sakit (illnes behavior), dan
perilaku peran sakit (sick-role behavior).
Perilaku kesehatan preventif mencakup perilaku melindungi diri (self-protective
behavior) atau perilaku hati-hati yaitu setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu yang
percaya bahwa mereka sehat, dengan maksud mencegah dan mendeteksi penyakit dalam
keadaan asimtomatis. Contohnya antara lain penggunaan helm oleh pengendara sepeda motor
atau sabuk pengaman oleh pengendara mobil.
Glanz dan Maddock dalam Sunarto, 2014 membedakan perilaku kesehatan yang
dilakukan sekali dan yang dilakukan secara berkala. Misalnya imunisasi dasar lengkap pada
bayi, yaitu BCG, campak, DPT, Hepatitis B, dan polio yang semua itu dilakukan satu kali,
sedangkan pemeriksaan tekanan darah atau pemeriksaan laboratorium terhadap misalnya
fungsi ginjal atau fungsi hati biasanya dilakukan secara berkala. Mereka juga membedakan
pula antara perilaku kesehatan yang dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, dan yang
mempengaruhi orang lain. Misalnya tindakan pengolesan lotion anti nyamuk di kulit untuk
mencegah gigitan nyamuk dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, sedangkan tindakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Aedes aegypti, antara lain berupa pengasapan (fogging)
dan pembubuhan abate di tempat penampungan air di rumah dan halaman kita untuk
mencegah penyakit demam berdarah (dengue) merupakan perilaku kesehatan yang
berpengaruh pula bagi penghuni lain.
Klasifikasi lain yang disebutkan Glanz dan Maddock adalah perilaku yang berkaitan
dengan kesehatan (health-related behavior) dan perilaku yang dituntun oleh kesehatan (health-
directed behavior). Tipe pertama, merujuk pada tindakan yang ada kaitannya dengan
kesehatan tetapi belum tentu berhubungan langsung dengan upaya untuk memulihkan,

20
 Sosiologi Kesehatan 

mempertahankan atau meningkatkan kesehatan seseorang, misalnya mengurus surat


keterangan berbadan sehat dari dokter untuk memperoleh surat izin mengemudi kendaraan
bermotor atau untuk memenuhi persyaratan lamaran pekerjaan. Tipe kedua, merujuk pada
tindakan yang memang dilakukan dengan maksud untuk memulihkan, mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan seseorang, seperti berobat ke dokter di kala kesehatan terganggu atau
minum obat anti malaria sebelum berkunjung ke suatu daerah endemis malaria.
Kategori-kategori lain yang kemudian diperkenalkan Glanz dan Maddock ialah perilaku
merawat diri (self-care behavior), yaitu tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan diri misalnya menggosok gigi dengan teratur, mengonsumsi obat bebas atau
mengobati dan membalut luka sendiri; perilaku pemanfaatan perawatan kesehatan(health care
utilization behavior) misalnya pemanfaatan puskesmas, klinik, rumah sakit atau praktik dokter
untuk menanggulangi gangguan kesehatan; perilaku makan (dietary behavior), yaitu pola
makan atau pola konsumsi yang terkait dengan makan yang dilakukan seseorang, misalnya
memasak daging ayam sampai 80o C selama sekurang-kurangnya 1 menit untuk mencegah
tertular flu burung; perilaku penggunaan zat (substance-use behavior), yaitu perilaku
penggunaan berbagai jenis zat, seperti minuman keras secara berlebihan termasuk
penyalahgunaan obat resep seperti golongan narkotika; perilaku seks (sexual behavior) baik
yang melibatkan hubungan seks atau tidak, seperti berganti-ganti pasangan seks tanpa
menggunakan kondom; perilaku nekat (reckless behavior), yaitu penempatan diri dalam
keadaan yang meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan, cedera atau ancaman
terhadap jiwa, seperti membersihkan kaca gedung bertingkat tanpa dilengkapi dengan
perlengkapan pengaman yang memadai atau kontak langsung dengan unggas yang sudah
diduga terinfeksi flu burung.
Glanz dan Maddock juga menyebutkan adanya perilaku kesehatan yang dilakukan
dalam jangka waktu panjang. Pola perilaku kompleks berkesinambungan mereka namakan
perilaku ‘gaya hidup’ (lifestyle behavior). Bilamana himpunan perilaku berkesinambungan
tersebut berkaitan dengan kesehatan, mereka menamakannya dengan ‘gaya hidup sehat’
(healthty lifestyle).
Dari berbagai contoh tersebut tampak bahwa perilaku kesehatan tidak selalu menunjang
kesehatan, ada pula perilaku kesehatan yang membahayakan kesehatan, seperti
penyalahgunaan narkotika atau makan makanan cepat saji yang berkadar lemak tinggi.
Ditinjau dari segi medis perilaku kesehatan pun tidak selalu efektif, sebagaimana pernah
terungkap dalam berbagai survei, upaya pekerja seks untuk mencegah HIV/AIDS dengan
memperoleh suntikan secara berkala atau upaya warga di daerah endemi malaria untuk
mencegah malaria dengan menghindari makan nasi Padang merupakan perilaku kesehatan
yang ditinjau dari segi medis tidak efektif.

C. MODEL PERILAKU KESEHATAN

Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan,


para ilmuwan kesehatan mengembangkan berbagai model perilaku kesehatan. Para ahli
Missisipi State Unversity Extension Service merinci sejumlah model perilaku kesehatan yang
banyak digunakan dalam 20-30 tahun terakhir, yang mereka klasifikasikan ke dalam 3

21
 Sosiologi Kesehatan 

jenjang: model atau teori perilaku kesehatan pada jenjang individu (intrapribadi), antarpribadi,
dan komunitas.
Salah satunya model yang diklasifikasikan sebagai model di jenjang intrapribadi, yaitu,
model kepercayaan kesehatan (health belief model, disingkat HBM), yaitu suatu model
psikologis yang berupaya menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan dengan
menempatkan fokus pada sikap dan kepercayaan individu. HBM merupakan salah satu teori
awal yang diciptakan oleh Irwin Rosenstock dan rekan-rekannya.
HBM merupakan suatu model yang banyak digunakan dan diterapkan oleh para
ilmuwan kesehatan. HBM bertujuan menjelaskan perubahan pada perilaku kesehatan sehingga
memungkinkan direncanakannya intervensi yang tepat. Family Health Internasional 2004
(dalam Sunarto, 2014) merinci variabel-variabel utama HBM sebagai berikut: a)
persepsi mengenai ancaman (perceived threat), yang terbagi atas dua komponen yaitu persepsi
mengenai kerentanan (perceived susceptibility) dan persepsi mengenai tingkat kegawatan
(perceived severity); b) persepsi mengenai manfaat (perceived benefits); c) persepsi
mengenai hambatan (perceived barriers); d) isyarat untuk bertindak (cues to action); e)
variabel-variabel lain; dan f) efektivitas diri (self-efficacy).
Bagaimanakah cara health belief model menjelaskan perubahan pada perilaku
kesehatan? Marilah kita andaikan bahwa seorang peternak ayam mempersepsikan flu burung
(avian influenza) sebagai suatu ancaman yang gawat bagi diri dan keluarganya karena melalui
penyuluhan oleh petugas kecamatan maupun dari pemberitaan di media massa telah diperoleh
informasi bahwa kecamatan di tempat tinggalnya telah dinyatakan sebagai daerah endemi flu
burung. Padahal flu burung merupakan suatu penyakit yang sebagian besar penderitanya
meninggal dunia dalam waktu singkat dan pada tahun 2008 telah merenggut lebih dari 100
jiwa manusia di Indonesia (persepsi mengenai kerentanan terhadap ancaman). Oleh karena itu
setiap hari merawat sendiri ayam yang dipeliharanya, ia menyadari bahwa kedekatannya dan
bahkan kontak langsung dengan ayam, telur, dan kotoran ayam menjadikannya sangat rentan
terhadap ancaman maut dari penyakit tersebut (persepsi mengenai gawatnya ancaman). Ia
menyadari bahwa ia tidak beternak ayam lagi maka risiko tertular flu burung pun akan jauh
berkurang (persepsi mengenai manfaat). Namun, ia menyadari pula bahwa beternak ayam
merupakan sumber utama penghasilannya (persepsi mengenai hambatan). Sementara itu,
sejumlah ayam mendadak sakit dan mati (isyarat untuk bertindak), dan beredar berita bahwa
dalam waktu dekat pihak kecamatan akan melaksanakan pemusnahan unggas atau depopulasi
di keluarannya (variabel lain). Setelah dengan masak mempertimbangkan untung-ruginya ia
memutuskan untuk mengutamakan kesehatan pribadi dan keluarganya dan mengupayakan
modal untuk memulai suatu usaha di bidang lain yang dinilainya cukup prospektif, misalnya
usaha budidaya ikan hias (efektivitas diri).
Akan tetapi dengan sendirinya kenyataan dalam masyarakat kita sering tidak sejalan
dengan apa yang dicontohkan ini. Meskipun sosialisasi mengenai bahaya flu burung terhadap
jiwa manusia telah banyak dilakukan melalui penyuluhan maupun media massa, namun
hingga kini banyak peternak unggas yang tidak atau kurang mempunyai informasi yang benar
mengenai flu burung. Mereka yang mempunyai informasi pun belum tentu merasa bahwa
kesehatannya terancam. Mereka yang telah sadar bahwa kesehatannya terancam pun belum
tentu menyadari bahwa ancaman flu burung dapat dikurangi dengan vaksinasi unggas,

22
 Sosiologi Kesehatan 

penerapan biosekuriti (biosecurity) dan keamanan makanan (food security) atau dengan
pemusnahan unggasnya (depopulasi). Mereka yang telah menyadari adanya berbagai upaya
pencegahan pun dapat memutuskan bahwa mereka tidak mampu menerapkan karena
pertimbangan biaya hidup sehingga mereka tidak melakukan upaya pencegahan apapun, dan
seterusnya. Oleh sebab itu para ahli mengkaji cara-cara mempengaruhi berbagai variabel
dalam HBM tersebut agar perilaku seseorang dapat terpicu untuk berubah ke arah perilaku
yang lebih sehat.
Model perilaku kesehatan yag lain adalah model perilaku kesehatan menurut Nico S.
Kalangie:

Tidak Sadar/ Sadar/Tahu


Tidak Tahu
(S)
(TS)

Menguntungkan Potensi 1 4
(U) (Stimulan)

Merugikan
2 3

Kendala
(R)

Gambar 7. Model Perilaku Kesehatan (Nico S. Kalangie)

• Kotak 1: Menunjukkan kegiatan manusia yang secara sengaja dilakukan untuk menjaga,
meningkatkan kesehatan & menyembuhkan diri dari penyakit & gangguan kesehatan.
Kegiatan ini berupa tindakan2 preventif, kuratif, promotiv baik yang dilakukan secara
tradisional maupun modern
• Kotak 2: Perilaku yang berakibat merugikan atau merusak kesehatan , menyebabkan
kematian, namun secara sadar atau disengaja dilakukan, (merokok, alkolic, workolic)

23
 Sosiologi Kesehatan 

• Kotak 3: Mencakup semua tindakan yang baik secara tidak disadari dapat mengganggu
kesehatan (penggunaan jarum suntik yang berulang, rumah tanpa jamban, memakai alat
tidak steril untuk sunat & potong tali pusar bayi).
• Kotak 4: kegiatan yang tidak secara tidak disadari atau disengaja dapat meningkatkan
kesehatan (menimba air di sumur, ke kampus jalan kaki)

D. PENYAKIT

Bagi Conrad dan Kern, 1994 disease merupakan gejala biofisiologi yang mempengaruhi
tubuh, sedangkan ilness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi disease.
Menurut Field, 1995 disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal yang
menurut para ahli dapat diketahui dari mana simtom tertentu, sedangkan illness adalah
perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Arthur Kleinman, seorang
psikiater sosial, antropolog budaya dan antropolog medis berpendapat bahwa disease adalah
masalah yang dikonsepsualisasikan dari sudut pandang dokter, sedangkan illness adalah
perspektif unik pasien dan keluarganya manakala mereka mendeskripsikan masalahnya dan
berupaya menanggulanginya dalam rentang hidup mereka (dikutip dalam Sunarto, 2014).
Sarwono (1993) merumuskan disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme
sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan dan illness sebagai penilaian individu terhadap
pengalaman menderita penyakit. Menurut Sarwono disease bersifat objektif, sedangkan illness
adalah fenomena yang bersifat subjektif.
E. PERILAKU SAKIT

Perilaku sakit menurut Sarwono (1993) segala tindakan yang dilakukan individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku Sakit adalah cara seseorang bereaksi
terhadap gejala-gejala penyakit yang dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinannya terhadap apa
yang harus diperbuat untuk menghadapinya (Fauzi Muzaham). Perilaku sakit mencakup
segala jenis upaya yang berkenaan dengan penyakit, muai dari pengobatan diri sendiri sampai
ke pencarian bantuan medis.
Perilaku sakit itu sendiri (alternative perilaku):
• Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi layanan.
• Fragmentasi perawatan medis.
• Menunda upaya mencari pertolongan sesuai dengan gejala atau keadaan yang dirasakan.
• Melakukan pengobatan sendiri.
• Membatalkan atau menghentikan pengobatan.

Faktor yang mempengaruhi perilaku sakit yaitu sebagai berikut:


1. Klasifikasi Mechanic
Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor dan
sejumlah ahli berupaya mengidentifikasikan faktor tersebut. Salah seorang diantaranya
Mechanic, yang menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan
baik si penderita sakit sendiri (self-defined) maupun orang lain (other defined) terhadap situasi
sakit seseorang. Kesepuluh faktor tersebut adalah:

24
 Sosiologi Kesehatan 

a. Apakah tanda atau simptom kelainan tersebut tampak (visibility), dapat dikenal
(recognizability), mencolok (perceptual solinse) ataukah tidak. Dari sudut pandang
orang lain, tanda atau simtom kelainan yang tampak dengan jelas, dapat dikenali, dan
tampak mencolok pada seseorang (seperti anggapan mengenai adanya tanda atau
simtom penyakit jiwa karena histeris atau perilaku aneh dan agresif yang mencolok)
merupakan faktor yang cenderung lebih mendorong diambilnya tindakan daripada tanda
atau simtom kelainan yang terselubung atau dapat disembunyikan oleh si penderita
(misalnya gangguan jiwa, seperti skizofrenia yang mungkin belum diketahui orang lain
karena dalam pandangan orang lain perilaku seseorang masih tampak normal). Dari
sudut pandang si penderita, simtom mencolok, seperti sakit perut, sakit kepala atau
demam akan lebih cepat memperoleh tanggapan daripada simtom yang tidak dapat akan
tampak tanpa pemeriksaan medis (seperti tahap awal kanker, TBC atau HIV).
b. Apakah tanda atau simtom kelainan serius atau tidak. Orang lain akan cenderung
mengambil tindakan manakala seseorang menampilkan simtom yang mengarah ke
perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain (seperti perilaku
agresif atau percobaan bunuh diri). Seseorang akan lebih cenderung mencari bantuan
medis bagi dirinya apabila ia mengalami simtom yang terasa aneh, tidak dikenal dan
mengancam (seperti suhu badan tinggi, insomnia atau timbulnya abses) daripada apabila
ia menghadapi simtom yang sudah sering dialami (seperti influenza).
c. Apakah tanda atau simtom kelainan mengganggu keluarga, pekerjaan, dan kegiatan
sosial lain. Perilaku agresif seorang penyalah guna zat adiktif yang mengganggu
lingkungan sosialnya akan lebih mendorong orang lain untuk bertindak terhadapnya
daripada apabila ia bersikap pasif. Seseorang akan cepat bertindak apabila mengalami
simtom yang dianggapnya mengganggu interaksi sosial, seperti luka, kejang otot, diare
akut atau sakit gigi, daripada simtom kelainan yang tidak dirasakan meskipun dari segi
medis mungkin sudah tergolong kasus gawat darurat (seperti perdarahan otak yang
mungkin dirasakan sebagai sakit kepala biasa)
d. Apakah tanda atau simtom kelainan itu sering muncul, bertahan, sering kembali atau
tidak. Orang lain akan lebih cenderung bertindak manakala suatu simtom tertentu seperti
depresi mental karena penyalahgunaan zat adiktif sering terulang daripada apabila
seseorang baru pertama kali mengisap ganja.
e. Ambang toleransi orang yang teterpa dan menilai tanda dari simtom kelainan. Di suatu
kalangan sosial dan budaya tertentu warga masyarakat cenderung lebih toleran terhadap
simtom kelainan daripada dalam lingkungan sosial atau budaya lain. Dalam kalangan
sosial tertentu, simtom penyakit menular seksual mungkin akan disembunyikan selama
mungkin karena dianggap memalukan, sedangkan dalam kalangan sosial lain simtom
awal penyakit menular seksual sudah cukup alasan untuk segera mencari bantuan medis.
Setiap individu pun mempunyai ambang toleransi yang berlainan, ada orang yang tidak
tahan terhadap rasa sakit dan menanggapinya dengan berbagai perilaku, seperti
mengeluh, mengerang, meronta-ronta dan menangis, sedangkan orang lain mungkin
mampu tenang dan menahan rasa sakit meskipun mengalami rasa nyeri yang setara atau
bahkan lebih besar.

25
 Sosiologi Kesehatan 

f. Informasi, pengetahuan, anggapan budaya, serta pemahaman yang dipunyai orang yang
membuat penilaian terhadap tanda dan simtom kelainan. Orang yang mempunyai lebih
banyak informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai makna simtom kelainan,
seperti tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi atau diabetes, akan berperilaku lain
daripada orang yang sama sekali tidak memiliki informasi demikian.
g. Keperluan psikologis yang mempengaruhi proses psikologis. Orang secara psikologis
sering tidak dapat atau sukar menerima kenyataan bahwa orang lain yang dicintainya
(isteri, anak, suami, orang tua, saudara kandung, teman) sedang menderita penyakit
yang tidak dapat disembuhkan dan cepat atau lambat akan mengakibatkan kematian si
penderita. Penyangkalan terhadap kenyataan medis ini dapat mempengaruhi upaya
kesehatan yang ditempuh oleh teman dan kerabat. Keadaan psikologis individu yang
menderita sakit pun mempengaruhi upaya kesehatan yang ditempuhnya. Rasa cemas dan
takut terhadap suatu penyakit menular atau penyakit kronik tertentu beserta berbagai
dampaknya dapat saja mempercepat upaya kesehatan, tetapi dapat pula menundanya.
h. Keperluan yang bersaing dengan tanggapan terhadap penyakit. Orang tua mungkin
menunda upaya kesehatan bagi anaknya yang sakit manakala mereka merasa bahwa
mereka terpaksa masih harus memprioritaskan pemenuhan keperluan pokok sehari-
hari. Seseorang dapat mempertaruhkan kesehatan dan bahkan jiwanya demi hal lain
yang dianggapnya lebih penting, seperti keberhasilan pelaksanaan tugas di tempat kerja.
i. Persaingan dalam penafsiran makna tanda dan simtom yang ditemukenali. Apa yang
dianggap oleh kalangan medis sebagai tanda atau simtom penyakit mungkin diberi
penafsiran lain oleh para teman atau kerabat seseorang yang disangka sakit, misalnya
masih dianggap sebagai gejala normal. Pandangan seperti ini dapat mempengaruhi jenis
dan kecepatan upaya kesehatan yang ditempuh. Dari sudut pandang perorangan, simtom
kelainan pun dapat dipandang sebagai hal yang normal. Orang yang dalam pekerjaannya
sehari-hari melakukan kegiatan fisik berat dapat mengabaikan simtom kelainan karena
menafsirkannya sebagai gejala normal yang berkaitan dengan beban kerja fisiknya.
j. Ada tidaknya sarana untuk perawatan, kedekatan fisik, dan biaya fisik serta dana untuk
dapat dilakukannya suatu upaya kesehatan. Mereka yang tempat tinggalnya dekat
dengan sarana kesehatan akan berpeluang lebih besar untuk memanfaatkan sarana
tersebut daripada mereka bertempat tinggal jauh; mereka yang secara ekonomis mampu
menanggung biaya kesehatan akan lebih cenderung memanfaatkan sarana kesehatan
daripada mereka yang tergolong dalam kelompok ekonomi lemah.

2. Klasifikasi Scambler
a. Keanekaragaman budaya. Faktor budaya mempengaruhi penafsiran simtom.
b. Fenomenologi simtom dan pengetahuan mengenai penyakit. Simtom yang tampak
mencolok lebih cenderung ditafsirkan sebagai penyakit yang harus segera
ditangani daripada simtom yang kurang menonjol meskipun secara medis sudah
dianggap gawat.
c. Pemicu (triggers). Meskipun simtom penyakit telah ditemukenali namun
keputusan apakah suatu tindakan akan diambil atau tidak, bentuk tindakan yang

26
 Sosiologi Kesehatan 

akan diambil dan saat dilakukannya tindakan tergantung pada sejumlah faktor
pemicu tertentu. Scambler menyebutkan lima jenis pemicu, yaitu sebagai berikut:
1) Terjadinya suatu krisis antarpribadi. Keputusan seorang pengidap penyakit
untuk segera mencari bantuan medis dapat terpicu oleh peristiwa
meninggalnya seorang kerabat yang menderita penyakit sama dengan yang
kini sedang diidapnya.
2) Keterkaitan dengan hubungan pribadi atau sosial. Seorang pemuda yang
semula membiarkan adanya jerawat di wajahnya, misalnya mungkin saja
memutuskan untuk segera mencari bantuan medis setelah mulai menjalin
hubungan cinta dengan seorang gadis.
3) Tekanan dari pihak lain untuk mencari bantuan medis (sanctioning).
Seseorang yang merasakan simtom penyakit, tetapi berkali-kali menunda
upaya kesehatan mungkin memutuskan untuk mencari bantuan medis
setelah didesak keluarganya.
4) Keterkaitan dengan kegiatan pekerjaan atau fisik. Suatu tawaran beasiswa
atau tawaran pekerjaan yang disertai syarat pemeriksaan kesehatan,
misalnya dapat mendorong orang untuk segera menjalani pemeriksaan
kesehatan yang telah berulangkali tertunda; suatu undangan untuk
memberikan ceramah atau khotbah dapat mendorong seseorang untuk segera
berkunjung ke dokter gigi atau dokter mata.
5) Pemberian batas waktu pada simtom (temporalizing of symtomatology).
Menurut Scambler ada orang yang mengemukakan bahwa ia akan mencari
bantuan medis apabila simtomnya tidak hilang setelah jangka waktu tertentu
atau muncul lagi setelah hilang.
d. Persepsi biaya dan manfaat. Sebagaimana dalam klasifikasi Mechanic maka dalam
skala prioritas seseorang upaya kesehatan tidak selalu menempati urutan pertama.
Pengeluaran dana untuk keperluan upaya kesehatan dapat tertunda untuk sesuatu
yang dianggap lebih penting, seperti biaya hidup sehari-hari, biaya pendidikan
atau pelaksanaan tugas.
e. Rujukan dan intervensi awam. Menurut Scambler, dalam masyarakat dijumpai apa
yang oleh Freidson dinamakan “sistem rujukan awam” (lay referral systems),
yaitu sebelum mencari bantuan medis seseorang sering berkonsultasi terlebih
dahulu dengan orang awam, seperti teman dan kerabat.
f. Akses ke sarana kesehatan. Kemudahan memperoleh pelayanan medis berkaitan
dengan frekuensi pemanfaatannya. Scambler mengutip pandangan Tudor-Hart
yang menyatakan bahwa penyediaan pelayanan medis berbanding terbalik dengan
keperluan terhadapnya, seperti di kawasan dengan morbiditas tinggi dijumpai
sedikit sarana kesehatan sedangkan di kawasan dengan morbiditas rendah
dijumpai banyak sarana kesehatan. Tudor-Hart menamakan gejala ini “hukum
pelayanan terbalik” (inverse care law) dan mengemukakan bahwa hal ini
disebabkan ekonomi pasar, seperti kawasan yang makmur mempunyai daya tarik
bagi sarana kesehatan.

27
 Sosiologi Kesehatan 

F. PANDANGAN SOSIOLOGI MENGENAI PENYAKIT

Menurut Parsons keadaan sakit (illness) merupakan gangguan pada kemampuan


individu untuk menjalankan tugas atau peran yang diharapkan darinya. Baginya sakit
merupakan suatu peran sosial, dan seseorang yang sakit mempunyai sejumlah hak maupun
kewajiban sosial. Menurut Parsons situasi seorang pasien ditandai oleh keadaan
ketidakberdayaan dan keperluan untuk ditolong, ketiadaan kompetensi teknis, dan keterlibatan
emosional. Apabila individu tidak mampu menjalankan tugas dan perannya karena faktor
yang berada di luar kehendak dan kekuasaannya maka menurut Parsons, individu tersebut
kemudian diharapkan untuk menjalankan apa yang dinamakannya peran sakit (sick
role).Peranan sakit terjadi jika penyakit telah didefinisikan cukup serius, sehingga tidak dapat
melakukan sebagian atau seluruh peranan normalnya serta memberikan tuntutan tambahan
kepada orang2 di sekelilingnya. Peranan pasien terjadi jika yang sakit menghubungi dokter
dan tunduk atas instruksi dokter.
Parsons sebagai seorang sosiolog memandang masalah kesehatan dari sudut pandang
kesinambungan sistem sosial. Dari susut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau
tingkat penyakit terlalu tinggi pada anggota masyarakat merupakan suatu hal yang
mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan
anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Seperti contoh seorang
anggota keluarga diidap suatu penyakit tertentu seperti ayah, ibu, atau anak akan mengurangi
kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari sehingga berfungsinya seluruh
keluarga pun akan mengalami gangguan.
Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun
mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang. Kita tentu dapat membayangkan atau
bahkan mungkin pernah merasakan sendiri berbagai jenis perasaan, seperti rasa kesal, malu,
rendah diri, menurunnya harga diri ataupun stigma yang menyertai suatu penyakit.
Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan morbiditas. Menurut
Parsons ini tidak hanya disebabkan karena penyakit mengganggu berfungsinya seorang
sebagai anggota masyarakat, tetapi juga karena penyakit, apalagi kematian dini, merugikan
kepentingan masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan
sosialisasi anggota masyarakat.

G. HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN

Suatu upaya kesehatan melibatkan berbagai bentuk hubungan antara petugas kesehatan
dengan klien mereka. Berhasil-tidaknya suatu upaya kesehatan, selain dipengaruhi berbagai
faktor medis dan nonmedis lain, akan sangat dipengaruhi pula oleh hubungan yang
berlangsung antara kedua belah pihak. Contohnya, perasaan percaya pasien terhadap ahli
jantung yang merawatnya akan lebih memungkinkan dibuatnya diagnosis yang tepat dan
ditempuhnya upaya kesehatan yang sesuai, misalnya bedah jantung.
Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson. Di
antara berbagai tema sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem
sosial serta tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut

28
 Sosiologi Kesehatan 

oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis modern. Salah satu
tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku
The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk
menanggulangi penyakit para anggota masyarakat.
Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan
pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk
melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan menggunakan
kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknikteknik yang didasarkan kepadanya.
Untuk kepentingan penyembuhan pasien, tidak jarang hubungan dokter-pasien melibatkan hal
yang bersifat sangat pribadi. Di samping kontak fisik dengan pasien dokter pun dapat
menanyakan hal sangat pribadi yang biasanya tidak diungkapkan kepada orang lain. Sumber
ketegangan lain yang dikemukakan Parsons ialah adanya ketergantungan emosional pada
dokter.
Dalam melakukan perannya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk
mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama;
1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien (kriteria
universal versus khusus)
2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau terbatas pada
fungsinya sebagai dokter ( membaur versus spesifik)
3. Melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya dengan sang
pasien (afektif versus netral)
4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama (orientasi diri versus
orientasi kelompok)
5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus
prestasi)

Peran Dokter:
 Terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong
penyembuhan penyakit dalam batas kemampuannya.
 Untuk melaksanakan tanggung jawabnya dokter diharapkan menguasai dan menggunakan
kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran.

Tabel 2. Skema hubungan dokter dengan pasien

Keadaan Sifat
Model Peran dokter Peran pasien
klinis hubungan

29
 Sosiologi Kesehatan 

Aktif-pasif Melakukan Pasrah Koma, terbius Orangtua-


tindakan menerima anak kecil
terhadap (tidak mampu
pasien bereaksi)

Pemimpinpengiku Menyuruh Bekerjasama Infeksi, akut Orang tua-


t pasien (patuh) anak (remaja)
melakukan
sesuatu

Hubungan Membantu Turut Penyakit Dewasadewasa


setara pasien berperan kronis
menolong sebagai
dirinya partner
sendiri

Proses penyembuhan penyakit tidak hanya ditangani oleh dokter. Dengan makin
meningkatnya variasi penyakit dan kerumitan teknologi kedokteran, diperlukan bantuan
tenaga lain, seperti perawat, bidan, penata rontgen, ahli gizi, ahli sanitasi, dan sebagainya,
yang kesemuanya bergabung menjadi “tim petugas kesehatan”. Ruang lingkup pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan pun meluas. Bukan hanya penyembuhan dan perawatan, melainkan
juga promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan rehabilitasi. Yang dilayani tidak saja
individu pasien, melainkan juga keluarga si sakit dan masyarakat luas. Dengan demikian
pendekatan petugas kesehatan tidak lagi terbatas pada pendekatan individual saja, melainkan
juga pendekatan kelompok.

Latihan

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan perilaku sehat dan perilaku sakit
2) Jelaskan macam-macam pola hubungan dokter dengan pasien

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari
kembali materi tentang
1) Perilaku sehat dan sakit
2) Hubungan dokter dan pasien

Ringkasan

30
 Sosiologi Kesehatan 

Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan simtom dan tanda penyakit.
Wolinsky selanjutnya mengemukakan keberatan terhadap definisi kesehatan menurut
kalangan medis ini. Definisi medis lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup baik
kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan
penyakit ataupun kelesuan. Namun menurut Mechanic definisi WHO ini sulit
dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit. Konsep kesehatan
dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum mengemukakan bahwa
kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan
kesehatan sosial. Definisi yang menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Parsons menyatakan seseorang yang dianggap sehat manakala
ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah
dipelajarinya melalui proses sosialisasi, terlepas dari persoalan apakah secara ilmu kesehatan
ia sehat atau tidak.
Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Hubungan antara perilaku dengan kesehatan
inilah yang dikaji para ilmuwan kesehatan untuk mengetahui sampai sejauh mana perilaku
kesehatan berperan dalam kesehatan perorangan maupun masyarakat. Untuk dapat
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan para ilmuwan
kesehatan mengembangkan berbagai model perilaku kesehatan. Salah satunya adalah Model
Kepercayaan kesehatan.
Penyakit memiliki makna yang berbeda menurut ilmu kesehatan dan ilmu sosial, ilmu
kesehatan selalu melihat bahwa seseorang dinyatakan mengidap suatu penyakit jika pada
dirinya ditemukan tanda atau simtom dari suatu penyakit, sedangkan ilmu sosial melihat
bahwa penyakit merupakan suatu fenomena subjektif yang berasal dari pengalaman subjektif
pula, artinya setiap individu akan memiliki pengalaman yang berbeda-beda tentang suatu
penyakit sehingga dijumpai perbedaan dalam penafsiran mengenai penyakit.
Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit.
Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit.
Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic
menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si penderita
sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit seseorang. Scambler menawarkan suatu
klasifikasi yang lebih singkat, yang terdiri atas enam kategori.
Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson. Di
antara berbagai tema sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem
sosial serta tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis modern. Salah satu
tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku
The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk
menanggulangi penyakit para anggota masyarakat.
Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan
pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk
melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan menggunakan
kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknikteknik yang didasarkan kepadanya.

31
 Sosiologi Kesehatan 

Dalam melakukan perannya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk


mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama;
1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien (kriteria
universal versus khusus)
2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau terbatas pada
fungsinya sebagai dokter ( membaur versus spesifik)
3. Melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya dengan sang
pasien (afektif versus netral)
4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama (orientasi diri versus
orientasi kelompok)
5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus
prestasi)

Sedangkan Peran Dokter:


1. Terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu
mendorong penyembuhan penyakit dalam batas kemampuannya.
2. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya dokter diharapkan menguasai dan
menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran.

Tes 2

1) Definisi kesehatan menurut Parsons adalah...


A. Ketiadaan simtom dan tanda penyakit
B. Seseorang mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas
yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, terlepas dari apakah secara
ilmu kesehatan ia sehat atau tidak
C. Sehat yang mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak
semata-mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan
D. Kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan
psikis, dan kesehatan sosial

2) Perilaku sehat menurut Solita Sarwono adalah...


A. Yang meliputi perilaku promotif, preventif dan kuratif
B. tindakan yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat, dan bertujuan
memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
C. Segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya
khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta
tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
D. Merupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan masyarakat

3) Ani adalah remaja berumur 15 tahun. Saat sakit gigi Ani ditemani oleh ibu pergi berobat
ke poli gigi puskesmas. Perilaku Ani dan Ibu disebut...

32
 Sosiologi Kesehatan 

A. Perilaku sakit
B. Perilaku sehat
C. Perilaku protective
D. Perilaku preventive

4) Seorang ibu berumur 29 tahun menderita karies gigi kronis pada gigi M1 rahang bawah.
Saat sakit giginya kambuh ibu tersebut selalu berobat ke dokter gigi. Model hubungan
“dokter-pasien” dari keadaan klinis ibu tersebut disebut...
A. Hubungan aktif-pasif
B. Hubungan pemimpin-pengikut
C. Hubungan setara
D. Hubungan orang tua-anak

5) Model hubungan “dokter-pasien” dari keadaan klinis seorang pasien yang sedang koma
di ruang ICU disebut...
A. Hubungan aktif-pasif
B. Hubungan pemimpin-pengikut
C. Hubungan setara
D. Hubungan orang tua-anak

Glosarium
Istilah : Arti istilah tersebut
Etiologi : Penyebab
Demografi : ilmu kependudukan
Statis : Tetap
Dinamis : Berubah
Reward : Imbalan
Istilah : Arti istilah tersebut

Illness : Sakit
Illness behaviour : perilaku sakit
Preventive : Pencegahan
Protective : Perlindungan
Promotive : Promosi

33
 Sosiologi Kesehatan 

Kunci Jawaban Tes


Tes 1
1. D
2. C
3. B
4. C
5. D

Tes 2
1. B
2. C
3. A
4. C
5. B

34
 Sosiologi Kesehatan 

Daftar Pustaka
Soekanto, S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Sunarto, Kamanto, 2014. Materi Pokok: Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka

Scott, J. 2011. Sosiologi The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers


Supardan, D. 2009. Pengantar Ilmu Sosial sebuah kajian Pendekatan struktural. Jakarta: Bumi
Aksara

Sarwono, S. 1993. Sosiologi Kesehatan Beberapa konsep beserta aplikasinya. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press

White, K. 2011. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit. Jakarta: Rajagarafindo Persada

Widjaja, A.W. 1986. Manusia Indonesia : Individu, Keluarga dan Masyarakat, topic-topik
kumpulan bahan bacaan mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Akademika Presindo
,CV

http://www.infofisioterapi.com/hubungan-antara-ilmu-perilaku-
dengankesehatan.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatanhttp://www.yayasanhak.mi
nihu b.org/direito/txt/2003/22/10_direito.html

35
 Sosiologi Kesehatan 

Soemardjan Selo. Soemardi Soelaeman. Setangkai Bunga Sosiologi. Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia. Jakarta. 1964

BAB II PENGARUH ASPEK SOSIAL EKONOMI, AGAMA,


BUDAYA, SUKU BANGSA DAN GENDER TERHADAP
KESEHATAN
Yustina Sriani, SKM, MPH & Dewi Rosmalia, SKM, M.Kes

PENDAHULUAN

Secara sosiologis telah terbukti adanya perbedaan perilaku individu yang menjadi
anggota kelompok yang berlainan di masyarakat. Serta adanya keterkaitan antara keanggotaan
dalam kelompok dengan berbagai faktor sosial. Bendix dan Lipset (1965) telah
menghantarkan kita ke berbagai hasil penelitian yang memaparkan adanya keterkaitan
ketidaksamaan kedudukan dalam stratifikasi dengan berbagai gejala sosial, seperti kestabilan
keluarga, keanggotaan dalam kelompok, kebersamaan, gaya berbusana, sikap politik dan hal
yang ada sangkut-pautnya dengan kesehatan, seperti fertilitas, harapan hidup, dan kesehatan
jiwa.
Kaitan faktor sosial dengan kesehatan ini telah lama diamati. Rechelle dan Kern (1994)
berpendapat perhatian terhadap hubungan antara kesehatan dan faktor sosial, seperti
kemiskinan, faktor ekonomi dan pekerjaan telah berkembang di Eropa semenjak masa kajian
medika sosial selama abad XIX. Scambler (1993) juga mengisahkan bahwa di Inggris abad
XIX telah ada kajian yang memaparkan adanya hubungan antara kelas sosial dan mortalitas,
yaitu angka kematian di kalangan profesional lebih rendah daripada di kalangan tukang,
karyawan, dan buruh beserta keluarganya. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa penyakit

36
 Sosiologi Kesehatan 

tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Dalam kaitannya dengan epidemiologi
sosial Cockerham mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian para epidemiolog terdapat
empat variabel yang terkait dengan kesehatan dan harapan hidup, yaitu usia, gender, ras dan
kelas sosial atau status sosio ekonomi (dalam Sunarto, 2014).
Bab 2 dalam modul ini menjelaskan tentang konsep ekonomi, agama, budaya, suku
bangsa dan gender, serta bagaimana pengaruh aspeksosial ekonomi, agama, budaya, suku
bangsa dan gender terhadap kesehatan.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum diharapkan saudara mampu memahami
dan menganalisis pengaruh faktor-faktor sosial terhadap kesehatan. Materi dalam bab 2 ini
mencakup:
1. Sosial ekonomi dan kesehatan
2. Agama dan kesehatan
3. Budaya, Suku Bangsa dan kesehatan
4. Gender dan kesehatan

Topik 1
Konsep Sosial Ekonomi dan Kesehatan

Saudara mahasiswa, Saudara tentu menyadari bahwa akses ke pelayanan kesehatan tidak
merata antara individu/kelompok masyarakat. Di layar televisi kita sering menyaksikan kasus
warga masyarakat yang berpenghasilan rendah yang mengalami berbagai jenis gangguan
kesehatan namun tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu dan tidak
dilindungi asuransi kesehatan. Adapun yang dilindungi oleh asuransi kesehatan masih ada
yang belum bisa menikmati fasilitas kesehatan secara lengkap karena tidak semua tindakan
atau pengobatan yang di cover (dibiayai) oleh asuransi. Sedangkan warga lain mungkin dapat
memperpanjang harapan hidupnya karena mempunyai informasi lengkap dan rinci mengenai
keadaan kesehatan mereka melalui konsultasi dengan sejumlah spesialis medis yang ditunjang
dengan hasil laboratorium klinis, serta berbagai peralatan medis lain yang canggih dan
mutakhir.
Sosiologi dan ilmu ekonomi saling terkait satu sama lain, ekonomi merupakan basis
perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi, ekonomi dan material yang
memiliki pengaruh atas minat serta motivasi kerja pada masyarakat. Ilmu ekonomi menurut
Samuelson diberi batasan tentang bagaimana manusia dan masyarakat melakukan pilihan
dengan atau tanpa menggunakan sarana uang untuk memanfaatkan sumber daya yang ada
dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa serta mendistribusikan untuk keperluan saat ini
atau masa mendatang bagi individu dan kelompok masyarakat. Ilmu ini juga menganalisis
semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi sumber daya yang ada. Ilmu ekonomi
merupakan satu kesatuan pemikiran, bukan hanya seperangkat alat saja. Ekonomi

37
 Sosiologi Kesehatan 

mengasumsikan bahwa cara orang menghabiskan pendapatannya untuk membeli berbagai


barang dan jasa merupakan usaha untuk memaksimalkan kepuasannya.
Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan, misal bagaimana cara memilih
kombinasi yang terbaik dari sumber daya yang ada untuk keperluan cara penanganan
pelayanan pada pasien di rumah sakit, atau bagaimana cara mengalokasikan sumber daya
yang tersedia sebaik-baiknya dengan berbagai alternatif yang mungkin untuk tujuan perbaikan
tingkat kesehatan.
Para ekonom mempunyai perhatian besar mengenai perhitungan biaya dan manfaat, baik
yang berkaitan dengan persoalan pelayanan kesehatan maupun bidang lain yang akan
dimasuki oleh ilmu ekonomi. Penilaian ekonomi (economic appraisal) merupakan teknik
yang paling relevan untuk pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap biaya maupun manfaat
harus dibuat pada skala yang lebih luas, analisis biaya manfaat untuk kesehatan berbeda
dengan biaya manfaat untuk pelayanan kesehatan.

A. PENGERTIAN EKONOMI KESEHATAN

Ekonomi kesehatan merupakan disiplin ilmu ekonomi yang diterapkan pada topik
kesehatan, sehingga para ekonom mencoba mengubah pola fikir dalam memberi penjelasan
kepada para dokter, tenaga medis, medis selain dokter, pasien, politisi dan pengambil
keputusan bidang kesehatan.
Pentingnya ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, misalnya dalam pelayanan kesehatan
cendrung menggunakan teknologi canggih yang mahal, sehingga terjadi ketimpangan antara
ability to pay dan willingness to pay pada masyarakat yang akan menggunakannnya.
Perdebatan tentang persoalan ekonomi pelayanan kesehatan adalah peranan harga dan balas
jasa kepada tenaga medis dan sebagainya.
Ekonomi dan kesehatan saling terkait berupa analisis terhadap input perawatan
kesehatan, seperti pembelanjaan dan tenaga kerja, memperkirakan dampak pada hasil akhir
yang diinginkan yaitu kesehatan masyarakat. Tujuan ilmu ekonomi kesehatan adalah
menggeneralisasikan aneka informasi mengenai biaya dan keuntungan dari cara cara alternatif
mencapai kesehatan dan tujuan kesehatan.
Bidang kesehatan dan ekonomi saling mempengaruhi satu sama lain, contohnya:
kesehatan seseorang yang buruk akan menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar dan
pendapatannya berkurang akibat menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup,
memperoleh panghasilan, atau bekerja secara efektif. Kesehatan yang lebih baik akan
memungkinkan seseorang mendapatkan hidup yang lebih produktif, sedangkan kesehatan
buruk memberikan dampak dan ancaman bagi orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain, tersedianya sarana
kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutu makanan yang dikonsumsi.
Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan

38
 Sosiologi Kesehatan 

kondisi sosial ekonomi yang berkaitan. Keadaan faktor sosial ekonomi juga bepengaruh dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

B. HUBUNGAN EKONOMI DAN KESEHATAN

Hubungan antara kesehatan dan ekonomi berdasarkan tingkat, yaitu:


1. Pada tingkat mikro yaitu tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi
produktivitas kerja dan kapasitas untuk mendapatkan pendidikan. Tenaga kerja yang
sehat secara fisik dan mental akan lebih produktif dan mendapatkan penghasilan yang
tinggi.
2. Pada tingkat makro yaitu penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang.

Pada tingkat mikro ekonomi menjelaskan bahwa kondisi kesehatan dan pendidikan yang
rendah mengalami tantangan dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan jika
dibandingkan dengan kesehatan dan pendidikan yang tinggi. Angka harapan hidup yang tinggi
dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Kesehatan hanya memiliki value in use dan
bukan value in exchange. pada umumnya konsumen dalam hal ini adalah pasien, hanya dapat
ditunjukkan oleh suatu utility tertentu, misalnya perubahan dari status kesehatannya.
Pelayanan kesehatanlah yang berfungsi sebagai komoditi.
Terminologi ekonomi memperkenalkan hubungan antara kesehatan dan pelayanan
kesehatan, yang menjabarkan lebih lanjut konsep velue ekonomi. Teori expected utility
menguraikan prinsip dasar dalam landasan pokok ilmu ekonomi neoclassic. Pokok
pembahasan ilmu ekonomi akan selalu mengarah kepada demand, supply dan distribusi
komoditi, komoditi adalah pelayanan kesehatan, bukan kesehatan itu sendiri. Kesehatan tidak
dapat diperjualbelikan, kesehatan hanya berupa salah satu ciri komoditi.

C. ASPEK EKONOMI KESEHATAN

1. Aspek produksi (Supply). Menelaah aspek pembiayaan secara keseluruhan, seperti


sumber pembiayaan kesehatan dari pemerintah, swasta, out of pocket, berapa besarnya,
kecenderungannya dan sistem mobilisasi pembiayaan kesehatan, yang terpenting dari
pelayanan kesehatan adalah kesehatan yang akan menghasilkan output.
Contohnya menelaah biaya dari berbagai input program kesehatan, seperti sarana gedung, alat
kesehatan, dan tenaga kesehatan. Analisis pembiayaan dari berbagai alternatif program
yang dapat memberikan gambaran tentang Cost Efficiency, Cost Effectiveness, dan Cost
Utilization.
2. Aspek konsumsi (Demand). Menelaah pola penggunaan pelayanan kesehatan dan
differensiasinya menurut fasilitas, strata pendidikan, kelompok umur, pekerjaan,
bagaimana pengaruh tarif, subsidi, asuransi, pendapatan terhadap pola konsumsi
pelayanan kesehatan. Dari sudut pandang demand masyarakat ingin memperbaiki status
kesehatannnya, sehingga mereka memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu

39
 Sosiologi Kesehatan 

cara untuk mencapai status kesehatan yang lebih tinggi, hal ini didorong oleh adanya
keinginan untuk dapat menikmati hidup sebaik mungkin.

Terdapat hubungan yang sangat kompleks antara keinginan sehat dan permintaan akan
pelayanan kesehatan, penyebab utamanya adalah karena kesenjangan informasi berupa status
kesehatan saat ini, status kesehatan yang membaik, informasi tentang macam perawatan yang
tersedia, efektivitas pelayanan, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena permintaan
pelayanan kesehatan mengandung masalah ketidakpastian, sehingga persoalan informasi tidak
hanya dalam hal pelayanan saja, menjadi penting untuk mengeliminir keadaan yang tidak
pasti tadi. Arrow menjelaskan pelayanan kesehatan dengan segala kelebihan dan kekurangan
yang disebarluaskan kepada masyarakat, kemudian hal itulah yang menjadi pengaruh atas
permintaan atau penggunaan.
Konsumsi pelayanan kesehatan pada saat yang genting mungkin bisa digolongkan
sebagai kemampuan untuk melepaskan persoalan pengambilan keputusan kepada dokter,
persoalan informasi dan pengambilan keputusan merupakan masalah pokok dalam teori
relationship. Pada teori relationship dokterlah yang melakukan keputusan bagi kebutuhan
pesiennya.
Karakteristik pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi
lainnya. Perlu dicatat bahwa pada saat kita membahas persoalan ciri komoditi kesehatan akan
kita lihat sebenarnya konsumen komoditi pelayanan kesehatan tidak mempunyai cukup
pengetahuan tentang komoditi yang akan dikonsumsinya. Pelayanan kesehatan atau pelayanan
medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan
memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seseorang. Karena sifat yang
sangat heterogen, pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik
khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut:
1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen
(pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan
kesehatan.
2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan
(bersama). Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama
digunakan oleh pasien.
3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat
dibutuhkan oleh pasien nantinya.
4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari
seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antar
pasien bervariasi.

Evaluasi ekonomi dalam pelayanan kesehatan mampu menyediakan berbagai cara untuk
menanggulangi masalah manajemen, dengan menggunakan berbagai pertimbangan pilihan
masyarakat. Penekanannya terletak pada penentuan bagaimana penyediaan pelayanan
kesehatan yang terbaik, bukan penentuan prioritas dalam investasi.
Langkah-langkah yang harus dilalui dalam evaluasi ekonomi pelayanan kesehatan
adalah:

40
 Sosiologi Kesehatan 

1. Identifikasi berbagai biaya dan berbagai konsekuensinya sehingga tidak menimbulkan


kesalahan dalam memperhitungkan kebutuhan kesehatan masyarakat.
2. Perhitungan biaya dan konsekuensi yang berkaitan dengan dampak terhadap status
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Penilaian dan pengukuran biaya serta konsekuensinya dengan konsep opportunity cost
dan teknik shadow pricing.
4. Penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda, misalnya program
pencegahan yang memiliki dampak yang lama, hasilnya tidak dapat dilihat langsung
seperti program pengobatan penyakit. Untuk itu dilakukan metode discounting dengan
asumsi bahwa orang lebih menyukai manfaat yang diperoleh secara cepat.

Informasi dari dokter kepada pasien khusus mengenai status kesehatan pasien, jenis
pelayanan beserta efektivitasnya akan menempatkan posisi dokter sebagai supplier, dan
pengaruhnya akan langsung kepada utility konsumen. Informasi yang berkaitan dengan
kesehatan dapat diberikan oleh dokter dan para medis, tetapi tidak selamanya informasi ini
menjadi pengetahuan bagi pasien, pada beberapa hal terkadang pemberian informasi malah
akan memberi beban pada pasien.
Sifat komoditi pelayanan kesehatan terdiri dari dua sisi pasar, yaitu permintaan dan
penawaran yang mencerminkan apa yang diminta (kesehatan) dan apa yang disediakan
(pelayanan kesehatan). Dari sudut permintaan penawaran mempunyai kecenderungan muncul
secara bersamaan yang dimanifestasikan melalui permintaan (relationship).
Karakteristik komoditi antara lain ialah ketidaksempurnaan informasi, ketidakpastian
permintaan, monopoli penawaran, komoditi tidak pernah homogen. Dalam hal ini pemerintah
bertindak mengatur pasar, terutama untuk menghindari konsumen dari pemilihan pelayanan
yang salah.
Persoalan meningkatnya penggunaan asuransi kesehatan, dampak negatif ini sering
disebut moral hazard, yang memiliki dua bentuk yaitu 1) konsumen yang merasa tidak ada
beban biaya apapun pada saat melakukan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan, 2)
produsen mengetahui bahwa konsumennya dilindungi oleh asuransi kesehatan sehingga
melakukan pelayanan yang tidak diperlukan yang akan menimbulkan ketidakefisienan.
Ekonomi kesehatan dari pelayanan kesehatan Need, Demand dan Want
1. Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang secara objektif
dipandang terbaik untuk digunakan memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Need
biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi kualitas pertimbangan dokter tergantung
pendidikan, peralatan dan kompetensi dokter.
2. Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh
pasien, dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter dan harga obat.
3. Want (keinginan) adalah barang atau pelayanan yang diinginkan pasien karena dianggap
terbaik bagi mereka, misalnya, obat yang bekerja cepat.

Persoalan need di bidang kesehatan mencatat beberapa ide pokok, antara lain
1. Terdapat banyak kekaburan dan pemikiran yang tidak logis tentang konsep need
tersebut

41
 Sosiologi Kesehatan 

2. Need tidak selalu harus dijelaskan dengan tanpa mempertimbangkan apakah hasil akhir
yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan manakah yang dijadikan instrumennya
3. Pengabaian kemungkinan pertukaran dalam rangka memenuhi suatu need tampaknya
akan merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah ketidakefisienan.
4. Need hampir selalu timbul usaha baik bagi pihak ketiga yang terlibat dalam persoalan
penilaian
5. Need harus diranking dan dihitung.

Ekonomi kesehatan tidak dapat dilepaskan dengan pembiayaan, pembiayaan kesehatan


bukan hanya persoalan sektor kesehatan saja, melainkan juga mencerminkan kesulitan
perekonomian secara menyeluruh. Strategi nasional sangat diperlukan mengatasi kesulitan
tersebut antara lain dengan adanya kesepakatan nasional dengan tetap ditahan di sektor
kesehatan daripada memotong anggaran atau ditransfer dari sektor lain. Prioritas pertama
mengatasi kesulitan pembiayaan kesehatan dengan memperbaiki efisiensi meliputi
mempertinggi mutu kesehatan dalam lingkup nasional, memperbaiki manajemen dengan cara
pelatihan staf dan pengembangan peralatan yang tepat guna. Penggunaan sumber daya secara
tepat guna meliputi prioritas perawatan preventif dari pada kuratif, sedangkan pada waktu
bersamaan pilihan untuk menaikkan dana dapat dipertimbangkan lebih lanjut menggunakan
kriteria evaluasi yang tepat.
Karakteristik pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi
lainnya, karakteristik khusus pelayanan kesehatan adalah:
1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen
(pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan
kesehatan.
2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan
(bersama). Seperti tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama
digunakan oleh pasien.
3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat
dibutuhkan oleh pasien nantinya.
4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari
seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antar
pasien bervariasi.
5. Perencanaan kesehatan harus berdasarkan kepada pandangan yang realistis terhadap
tersedianya sumber daya.

Ringkasan
Batasan ilmu ekonomi tentang bagaimana manusia dan masyarakat melakukan pilihan
dengan atau tanpa menggunakan sarana uang untuk memanfaatkan sumber daya yang ada
dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa serta mendistribusikan untuk keperluan saat ini

42
 Sosiologi Kesehatan 

atau masa mendatang bagi individu dan kelompok masyarakat, analisis biaya dan manfaat dari
alokasi sumber daya yang ada.
Ekonomi dan kesehatan saling terkait berupa analisis input perawatan kesehatan,
dampak hasil akhir berupa kesehatan masyarakat, tujuan menggeneralisasikan informasi
mengenai biaya dan keuntungan dari alternatif kesehatan dan tujuan kesehatan, saling
mempengaruhi satu sama lain, contohnya: kesehatan yang buruk menyebabkan pengeluaran
biaya yang lebih besar, pendapatan berkurang, menurunnya kemampuan untuk menikmati
hidup, Kesehatan yang baik memungkinkan hidup lebih produktif, kesehatan buruk
memberikan ancaman bagi orang lain.
Hubungan antara kesehatan dan ekonomi berdasarkan tingkat, yaitu: tingkat mikro
(individual dan keluarga) adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk
mendapatkan pendidikan. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih
produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. tingkat makro (penduduk) berupa input
penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi
jangka panjang.
Angka harapan hidup yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukan value in exchange. Ilmu ekonomi mengarah
kepada demand, supply dan distribusi komoditi, komoditi adalah pelayanan kesehatan,
kesehatan tidak dapat diperjualbelikan.
Aspek ekonomi kesehatan adalah aspek produksi (Supply) berupa aspek pembiayaan
secara keseluruhan, aspek konsumsi (Demand) berupa penggunaan pelayanan kesehatan
dan keinginan memperbaiki status kesehatan yang lebih tinggi,
Pelayanan kesehatan bersifat heterogen, bertujuan memelihara, memperbaiki,
memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seseorang. Pelayanan kesehatan sulit diukur secara
kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan:
1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera.
2. Inseparability. Pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama).
3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat
dibutuhkan oleh pasien nantinya.
4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan bervariasi.
5. Perencanaan kesehatan harus berdasarkan kepada pandangan yang realistis terhadap
tersedianya sumber daya.

Langkah evaluasi ekonomi pelayanan kesehatan adalah:


1. Identifikasi biaya dan konsekuensinya
2. Perhitungan biaya dan konsekuensi
3. Penilaian dan pengukuran biaya serta konsekuensinya dengan konsep opportunity cost
dan teknik shadow pricing.
4. Penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda,

Ekonomi kesehatan dari pelayanan kesehatan Need, Demand, dan Want


1. Need (kebutuhan) ditentukan oleh dokter

43
 Sosiologi Kesehatan 

2. Demand (permintaan) oleh pasien, dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter dan
harga obat.
3. Want (keinginan) diinginkan pasien karena dianggap terbaik bagi mereka, misalnya,
obat yang bekerja cepat.

Ekonomi kesehatan tidak dapat dilepaskan dengan pembiayaan, untuk mengatasi


kesulitan pembiayaan kesehatan dengan efisiensi meliputi mempertinggi mutu kesehatan,
memperbaiki manajemen dengan cara pelatihan staf dan pengembangan peralatan yang tepat
guna. Penggunaan sumber daya secara tepat guna menaikkan biaya dengan pertimbangan
kriteria evaluasi yang tepat.
Latihan

1. Batasan ilmu ekonomi adalah, kecuali


a. Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam menghasilkan barang dan jasa serta
mendistribusikan untuk masa mendatang
b. Melakukan pilihan dengan atau tanpa menggunakan sarana uang
c. Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam menghasilkan barang dan jasa serta
mendistribusikan untuk saat ini atau masa mendatang
d. Analisis biaya dan manfaat

2. Kaitan ekonomi dan kesehatan dapat berupa, kecuali


a. Generalisasi informasi mengenai biaya dan alternatif kesehatan
b. Ekonomi tidak dipengaruhi oleh status kesehatan, demikian juga sebaliknya
c. Kesehatan yang buruk menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar,
pendapatan berkurang, menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup
d. Kesehatan yang baik memungkinkan hidup lebih produktif, kesehatan buruk
memberikan ancaman bagi orang lain.

3. Hubungan antara kesehatan dan ekonomi berdasarkan tingkat, kecuali:


a. Tingkat mikro, dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk mendapatkan
pendidikan.
b. Tingkat mikro, tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih
produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.
c. Tingkat mikro, menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang.
d. Tingkat makro, menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang.

4. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali


a. Angka harapan hidup yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
b. Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukan value in exchange.
c. Pelayanan kesehatan tidak dapat diperjualbelikan.

44
 Sosiologi Kesehatan 

d. Pelayanan kesehatan bersifat homogen

5. Yang tidak merupakan karakteristik khusus pelayanan kesehatan:


a. Pelayanan kesehatan bisa dinilai oleh panca indera.
b. pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama).
c. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan
oleh pasien nantinya.
d. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan bervariasi.

6. Langkah evaluasi ekonomi pelayanan kesehatan adalah:


a. 1) Perhitungan biaya, 2) Identifikasi biaya, 3) Penilaian dan pengukuran biaya,
4) Penyesuaian biaya untuk waktu yang berbeda
b. 1) Identifikasi biaya, 2) Perhitungan biaya, 3) Penilaian dan pengukuran biaya,
4) Penyesuaian biaya untuk waktu yang berbeda
c. 1) Identifikasi biaya, 2) Penilaian dan pengukuran biaya, 3) Perhitungan biaya,
4) Penyesuaian biaya untuk waktu yang berbeda
d. 1) Identifikasi biaya, 2) Penilaian dan pengukuran biaya, 3) Penyesuaian biaya
untuk waktu yang berbeda, 4) Perhitungan biaya

45
 Sosiologi Kesehatan 

Topik 2 Agama dan Kesehatan

Saudara mahasiswa, Saudara tentu setuju bahwa agama sangat penting perannya bagi
kehidupan manusia. Saudara bisa membayangkan tidak, kalau seandainya dalam kehidupan
ini kita tidak memiliki pedoman atau petunjuk tentang hal yang benar dan yang salah.
Bisabisa kita akan kembali ke zaman jahiliah seperti dahulu. Dalam menjalani kehidupan, kita
sebagai manusia memerlukan pedoman dalam membimbing dan mengarahkan kehidupan agar
selalu berada di jalan yang benar, yaitu dengan mengajak kepada kebaikan dan menjauhi
kejahatan serta kemungkaran. Pedoman tersebut dinamakan agama, yang diturunkan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak lain dan tidak bukan untuk kebaikan kita umat manusia.
Dengan agama, manusia dalam kehidupannya memperoleh rambu-rambu yang jelas,
bagaimana cara yang sebenarnya untuk dapat menjalin hubungan dengan Tuhannya,
hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang
sejahtera di dunia dan di akhirat. Secara universal agama memberi tuntutan kepada manusia
melakukan yang baik dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk masalah
kesehatan. Kita sering mendengar bahwa masyarakat Indonesia dikatakan sebagai masyarakat
religious karena setiap warga masyarakat menganut suatu agama atau kepercayaan dan
menjalankan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya itu. Sifat yang
demikian telah dinyatakan dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan agama berdasarkan pada getaran jiwa,
yang biasa disebut emosi keagamaan atau religious emotion. Agama merupakan salah satu
prinsip yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan
mereka. Tidak hanya itu agama secara individu dapat digunakan untuk menuntun kehidupan
manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.
Agama dalam masyarakat berfungsi dan berperan dalam mengatasi persoalan yang
terjadi di masyarakat, yang pada umumnya tidak dapat dipecahkan secara empiris karena
adanya keterbatasan kemampuan manusia. Oleh sebab itu agama diharapkan berperan dalam
kehidupan masyarakat sehingga mereka akan merasa sejahtera, aman, dan stabil.

A. PENGERTIAN AGAMA

46
 Sosiologi Kesehatan 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata
"agama" berasal dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada
kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang
mengikat dirinya kepada Tuhan.
Agama menurut Alwi (2007) adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Tafsir (2000) mengungkapkan bahwa
adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin. Selanjutnya definisi agama menurut
Durkheim (2003) adalah suatu sistem kepercayaan dan praktik yang telah dipersatukan, yang
berkaitan dengan hal-hal yang kudus, kepercayaan, dan praktik yang kemudian bersatu
menjadi komunitas moral yang tunggal. Menurut Hendropuspito (1983) agama adalah sistem
nilai yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan keyakinan.
Selanjutnya, Kobong (2008) mengungkapkan bahwa agama adalah sumber hidup manusia
dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah SWT sebagai pencipta, dengan sesama
manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya (dalam Sunaryo, 2014)
Nah, saudara mahasiswa dari beberapa definisi yang sudah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai
tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki
kesadaran bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya.

B. PENTINGNYA AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Sebagaimana kita ketahui bersama, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang
paling sempurna dibanding makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Akan tetapi,
kesempurnaan tersebut masih banyak memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti
keterbatasan dalam pengetahuan, baik mengenai sesuatu yang konkret maupun yang abstrak
atau gaib. Manusia juga memiliki keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada
dirinya dan orang lain. Karena keterbatasan tersebut manusia memerlukan pedoman dalam
membimbing dan mengarahkan kehidupannya agar selalu berada di jalan yang benar.
Pedoman tersebut dinamakan agama yang dapat membantu dan memberikan pencerahan
spiritual pada dirinya.
Manusia membutuhkan agama, tidak hanya kebaikan dirinya dihadapan Tuhan, tetapi
juga untuk membantu dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, yang terkadang
tidak dapat dipahami dan dipecahkan. Di samping itu, agama juga memberi isyarat kepada
manusia bahwa sebenarnya di luar diri manusia ada zat yang lebih sempurna dan lebih dari
segalanya sehingga manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepada-Nya melalui
perantaraan agama. Manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepadaNya melalui
perantara agama karena agama menjadi tempat untuk mengadu dan berkomunikasi dengan
Tuhan. Kepasrahan kepada Tuhan berdasarkan pada ajaran bahwa manusia hanya dapat
berusaha, namun Tuhan-lah yang menentukan. Di samping itu dalam kehidupan sosial, agama

47
 Sosiologi Kesehatan 

diperlukan untuk menjadi dasar dalam menata kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial,
budaya maupun aspek lainnya sehingga kehidupannya tercermin dalam perilaku yang sesuai
dengan ajaran agamanya.

C. RUANG LINGKUP AGAMA

Durkhem (dalam Sunaryo, 2014) mengungkapkan bahwa secara garis besar ruang
lingkup agama mencakup tiga hal:
1. Hubungan manusia dengan Tuhannya, yang disebut ibadah; tujuan dari ibadah tidak lain
untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.
2. Hubungan manusia dengan manusia. Agama memiliki konsep dasar mengenai
kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran
mengenai ajaran agama terkait hubungan manusia dengan manusia, atau disebut pula
sebagai ajaran kemasyarakatan. Misalnya setiap ajaran agama mengajarkan
tolongmenolong terhadap sesama manusia.
3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Sebagaimana kita
ketahui bahwa setiap agama mengajarkan manusia untuk selalu menjaga keharmonisan
antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat melanjutkan
kehidupannya.

D. FUNGSI AGAMA DALAM MASYARAKAT

Menurut Jalaluddin (2007), agama memiliki delapan fungsi penting dalam masyarakat,
yaitu:

1. Fungsi Edukatif
Artinya, ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan mengajak pada hal-hal
yang harus dipatuhi untuk dilaksanakan, serta melarang pada hal-hal yang tidak boleh
dilaksanakan. Oleh sebab itu, ajaran agama harus dipatuhi agar pribadi penganutnya menjadi
baik dan benar, dan terbiasa dengan hal-hal yang baik dan benar sesuai ajaran agama yang
dianutnya. Ajaran agama juga memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara,
seperti nabi, kiai, pendeta, imam, sayaman, dukun, dan guru agama, baik dalam upacara
(perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi) dan pendalaman rohani).

2. Fungsi Penyelamat
Berarti bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik di dunia maupun di
akhirat. Mereka meyakini bahwa jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam
agama. Agama membantu manusia dalam mengenal sesuatu yang sakral dan zat yang Maha
tinggi, dan juga membantu dalam berkomunikasi dengan Tuhan-Nya. Dengan demikian dalam
hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup
mendamaikan kembali manusia yang salah kepada Tuhan dengan jalan pengampunan dan
penyucian batin.

48
 Sosiologi Kesehatan 

3. Fungsi Perdamaian
Melalui tuntutan agama yang dianutnya, seorang atau sekelompok orang yang bersalah
atau berdosa akan mencapai kedamaian batin, yaitu perdamaian dengan dirinya sendiri,
sesama manusia, semesta alam, dan Tuhan. Untuk mencapai kedamaian, dia harus bertaubat
dan mengubah cara hidup yang lama dengan cara hidup yang baru dengan lebih baik dan
benar.

4. Fungsi Kontrol Sosial


Dengan menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar, kepekaan sosial yang tinggi
dari individu akan terbentuk. Mereka lebih peka terhadap masalah sosial di sekelilingnya,
seperti keadilan, kemiskinan, kemaksiatan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Dengan kepekaan
sosial yang tinggi ini, mereka tidak akan berdiam diri ketika menyaksikan kebatilan yang
merasuki sistem kehidupan yang ada. Di samping hal tersebut, agama juga berfungsi
meneguhkan kaidah susila dari adat-istiadat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga
masyarakat, serta mengamankan dan melestarikan kaidah moral yang dianggap baik.

5. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas


Ajaran agama mengajarkan untuk selalu berusaha memupuk persaudaraan, baik dengan
sesama pemeluk agama maupun dengan pemeluk agama lain. Apabila fungsi pemupuk rasa
solidaritas ini dibangun secara serius dan tulus, persaudaraan yang kokoh dan pilar kehidupan
masyarakat akan terbentuk.

6. Fungsi Pembaruan
Artinya, ajaran agama dapat mengubah kehidupan individu atau kelompok menjadi
kehidupan baru yang lebih baik, dan berguna bagi orang lain. Dengan fungsi ini agama
diharapkan akan terus-menerus menjadi agen perubahan, terutama nilai dan moral bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

7. Fungsi Kreatif
Fungsi untuk mendorong dan menopang fungsi pembaruan. Caranya adalah dengan
mengajak umat beragama agar bekerja dengan produktif dan inovatif, yang nantinya
bermanfaat bagi kepentingan diri sendiri dan orang lain.

8. Fungsi Sublimatif
Fungsi sublimatif disebut juga dengan perubahan emosi. Artinya ajaran agama
menyucikan segala usaha manusia, tidak hanya yang bersifat agamawi, tetapi juga yang
bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma agama, bila
dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Allah SWT, bersifat ibadah.

49
 Sosiologi Kesehatan 

O’Dea & Thomas,1996 (dalam Sunaryo, 2014) menyebutkan bahwa fungsi agama
dalam masyarakat adalah sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi, sarana
hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara ibadah, penguat norma dan nilai yang
sudah ada, pengoreksi fungsi yang sudah ada, pemberian identitas diri serta pendewasaan
agama.
Sementara itu, Hendropuspito (1983) mengemukakan fungsi agama dalam masyarakat
meliputi fungsi edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan
transpormatif. Fungsi edukatif berarti bahwa manusia memercayai fungsi edukatif pada agama
yang mencakup tugas mengajar dan membimbing. Keberhasilan pendidikan terletak pada
pendayagunaan nilai rohani yang merupakan pokok kepercayaan agama. Nilai yang
diresapkan antara lain makna dan tujuan hidup, hati nurani, rasa tanggung jawab, dan konsep
Ketuhanan. Fungsi penyelamat mengandung pengertian bahwa agama dengan segala
ajarannya memberikan jaminan kepada manusia keselamatan dunia dan akhirat.
Fungsi pengawasan sosial berarti bahwa agama ikut bertanggung jawab terhadap norma
sosial sehingga menyeleksi kaidah sosial yang ada, mengukuhkan kaidah yang baik dan
menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan.
Agama juga memberi sanksi yang harus dijatuhkan kepada orang yang melanggar larangan
dan mengadakan pengawasan yang ketat atas pelaksanaannya. Fungsi memupuk persaudaraan
mengandung pengertian bahwa persamaan keyakinan merupakan salah satu persamaan yang
bisa memupuk rasa persaudaraan yang kuat. Manusia dalam persaudaraan tidak hanya
melibatkan sebagian dari diri saja, tetapi juga seluruh pribadinya juga dilibatkan dalam suatu
keintiman yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercaya bersama. Fungsi
transformatif berarti bahwa agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan
masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Hal ini dapat berarti pula bahwa agama
menggantikan nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Transformasi ini
dilakukan pada nilai-nilai adat yang kurang manusiawi.

E. PERANAN AGAMA DALAM MASYARAKAT

Saudara mahasiswa, saudara tentu tahu bahwa negara Indonesia merupakan negara
dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Di samping itu, ada agama minoritas yang diakui
pemerintah, dan hidup berdampingan dengan damai. Sebagai negara yang masyarakatnya
beragama, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, bermoral, dan beradab.
Namun demikian, apakah predikat tersebut hanya sekadar lapisan luarnya saja yang
membungkus keadaan masyarakat kita yang sebenarnya? Bagaimana peran agama, dan
mengapa seolah-olah agama tidak berdaya untuk mengendalikan segala kerusakan yang ada di
sekitar masyarakat? Atau mungkin ajaran agama telah dimanipulasi untuk menjadi pembenar
tindakan yang merusak?
Apabila mengamati kondisi saat ini, lingkungan menjadi semakin tidak nyaman, baik
secara jasmaniah maupun rohaniah. Berbagai kerusakan dapat terjadi setiap hari dan terus
bertambah banyak, seiring dengan perjalanan waktu. Seperti berita yang dimuat di media
sosial dan elektronik, berita kekerasan di berbagai institusi terjadi seperti kekerasan dalam
keluarga, penyalahgunaan wewenang dalam institusi pemerintah. Tindakan korupsi juga

50
 Sosiologi Kesehatan 

seolah-olah sudah mengakar dan mendarah daging, baik di institusi pemerintah maupun
swasta. Di samping itu remaja sudah biasa melakukan pergaulan bebas, seks bebas, aborsi,
tindakan asusila, dan perusakan lingkungan. Dampaknya adalah terjadinya kerusakan moral
individu yang kemudian akan menjadi kerusakan moral masyarakat.
Manusia berperan dan berpengaruh dalam masyarakat. Ada empat kelompok peran
manusia yang terkait dengan agama, (Sunaryo, 2014) yaitu:

1. Orang yang lari dari ajaran agama


Orang yang lari dari ajaran agama pada dasarnya ia tahu ajaran agama, namun mereka
merasa agama hanya mengekang kebebasan individu untuk berekspresi dan tidak membawa
keberuntungan. Pada umumnya orang-orang seperti ini tidak lagi menggubris ajaran agama
sehingga apabila teks agama digunakan untuk mengajak mengerjakan kebaikan atau
meninggalkan kemungkaran, tidak akan lagi mempan. Bahkan, mungkin mereka sudah tidak
takut dengan neraka dan tidak tertarik dengan surga. Mereka cenderung mengutamakan akal
dalam menimbang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

2. Kelompok yang memahami agama dan menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi


atau kelompok
Kelompok ini memahami bahwa ajaran agama menunjukkan dan mengajak manusia
pada jalan kebenaran. Apabila petunjuk itu dilaksanakan, manusia akan dapat menjalani hidup
dengan penuh ketenangan dan ketenteraman, baik secara individu maupun sosial. Melihat
kelompok ini mungkin kita berpikir tentang kelemahan peran agama dalam melarang manusia
dari tindakan negatif dan mengarahkan mereka ke arah yang lebih baik.
Pada dasarnya agama tidak salah atau lemah, namun manusia yang menyalahgunakan
ajaran agama yang mereka pahami. Pemahaman agama lemah dan salah sehingga tidak dapat
menjangkau apa yang sebenarnya dikehendaki oleh agama. Bahkan mereka sering tidak
menyadari kelemahan itu, dan dengan kepercayaan diri yang tinggi malah menggunakan
tameng agama untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya dilarang oleh agama dan mereduksi
ajaran agama itu sendiri.
Kelompok ini secara kasat mata pandai dan mengerti ajaran agama, namun tindakan
mereka tidak mencerminkan ajaran agama yang dia anut. Mereka melakukan tindakan yang
meresahkan atau bahkan merugikan dan mendzalimi masyarakat. Meskipun demikian, ia
masih merasa benar dengan tindakannya itu dan menilainya dengan dalil atau teks agama.
Mereka mengingkari bahwa pada dasarnya agama sama sekali tidak punya kepentingan dalam
visi dan misinya dalam kehidupan makhluk di dunia ini, kecuali untuk membuat suatu tatanan
demi kebaikan makhluk itu sendiri.

3. Orang yang memahami agama dan menjalankannya untuk memperoleh kesalehan


individu
Banyak orang yang memahami dan menjalankan agama, namun hanya untuk dirinya
sendiri. Orang yang seperti ini rajin dan konsisten (istiqomah) menjalankan ibadah mahdhah
(khusus), seperti shalat, puasa, zakat. Akan tetapi orientasi ibadahnya hanya berorientasi pada
keselamatan dirinya sendiri tanpa memedulikan orang lain dan lingkungannya. Secara

51
 Sosiologi Kesehatan 

individu, orang seperti ini memang cukup saleh, namun secara sosial ia belum pantas disebut
seorang yang shaleh.
4. Orang yang memahami agama dan mentransformasikannya baik ke dalam kehidupan
pribadi maupun sosial bermasyarakat
Orang seperti ini memahami agama sebagai perangkat untuk membentuk keshalehan
pribadi dan sekaligus untuk membentuk keshalehan sosial, demi terciptanya masyarakat yang
bermoral. Memang, keshalehan spiritual pribadi saja tidak cukup untuk menciptakan
masyarakat yang aman, nyaman, tenteram dan adil. Keshalehan pribadi harus
ditransformasikan ke dalam kehidupan bermasyarakat dalam bentuk ibadah sosial. Sayangnya
kelompok ini hanya sedikit di lingkungan kita sehingga kerusakan moral dan kerusakan
lingkungan masih berkembang dan bertambah dengan perjalanan waktu.
Dalam kehidupan bermasyarakat, agama memegang peranan yang besar dan sangat
penting. Keberadaan agama di tengah-tengah masyarakat tidak dapat diabaikan. Agama
mengatur tentang bagaimana membentuk masyarakat yang madani. Agama juga yang mampu
menciptakan kerukunan dalam kultur masyarakat yang majemuk. Seperti yang kita ketahui
tidaklah mudah hidup dalam perbedaan. Setiap perbedaan, terutama perbedaan pendapat yang
ada di masyarakat dapat memicu timbulnya perselisihan. Dalam hai inilah, agama berperan
penting sebagai penegak hukum dan menjaga agar masyarakat saling menghormati dan
tunduk pada hukum yang berlaku.

F. HUBUNGAN AGAMA DAN KESEHATAN

1. Agama dan kesehatan memiliki beberapa pola hubungan, yaitu:


a. Saling berlawanan, agama dan kesehatan berpotensi untuk mengalami perbedaan
dimana, pada pandangan agama tertentu cara pengobatan yang dilakukan oleh
pihak medis melanggar hukum agama, misalnya Islam beranggapan bahwa terapi
dengan urine merupakan sesuatu yang najis tetapi dalam dunia medis itu tidak
apa-apa.
b. Saling mendukung, agama dan ilmu pengetahuan juga berpotensi saling
mendukung, dimana sebagai contoh pada saat calon jemaah haji akan
mendapatkan general check-up supaya perjalanan hajinya dapat berjalan lancar.
c. Saling melengkapi, yang dimaksud disini ialah adanya peranan agama sebagai
pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, sebagai contoh dalam Islam
kalau berbuka puasa dianjurkan berbuka dengan memakan makanan yang manis-
manis, tetapi dalam dunia kesehatan itu bukan sebuah keharusan hanya sebagai
pemulihan kondisi tubuh sehingga tidak kaget ketika menerima asupan yang lebih
banyak.
d. Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing-masing, agama dan
ilmu kesehatan juga berpotensi untuk jalan sendiri-sendiri karena tidak adanya
kesesuaian antara konsep agama dan konsep ilmu kesehatan.

2. Aspek kesehatan dalam agama

52
 Sosiologi Kesehatan 

Dalam mengkaji aspek-aspek kesehatan dalam agama ada 2 hal yang perlu diperhatikan :
a. Ajaran agama secara normatif. Agama memberikan ajaran atau panduan tentang
pentingnya menjaga kesehatan.
b. Ajaran agama yang riil atau tampak dari sisi perilaku nyata ada penganut agama
yang tidak memerhatikan aspek kesehatan.

Contoh: Pengaturan pola makan, larangan makanan yang haram, pelanggaran makanan yang
berlebihan serta anjuran minum madu adalah contoh lain aspek kesehatan dalam tata
aturan makan dalam ajaran agama.

3. Manfaat agama dalam kesehatan


a. Sumber Moral. Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber
kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga
kesehatan. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan
Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya.
b. Sumber Keilmuan. Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun
dapat berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi
dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama,
dapat kita sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk
pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik-
praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan
terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, adalah beberapa ilmu
agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
c. Amal agama sebagai amal kesehatan. Seiring dengan pemikiran yang
dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah
all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu
mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur
lagi, bahkan selama tidur pun memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap
kesehatan.

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut
1. Jelaskan pola hubungan agama dalam kesehatan
2. Jelaskan manfaat agama dalam kesehatan
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari
kembali materi tentang
1) Pola hubungan agama dan kesehatan
2) Manfaat agama dalam kesehatan

53
 Sosiologi Kesehatan 

Ringkasan
Agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan
Allah SWT sebagai pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya.
Nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai tersebut sangat
mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki kesadaran bahwa di luar
dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya.
Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang
sejahtera di dunia dan di akhirat, badan sehat sebagai cerminan dari sehat jasmani, hati yang
tenang dan damai sebagai cerminan dari sehat rohani. Manfaat agama dalam kesehatan:
1. Sumber Moral. Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan
moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi
orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan
persangkaan manusia kepada-Nya.
2. Sumber Keilmuan. Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat
berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan
pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita
sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk pengembangan
ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik-praktik keagamaan
menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa
dipungkiri, yoga, meditasi, dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang
dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
3. Amal agama sebagai amal kesehatan. Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan
sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu
sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur,
mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan selama tidur pun
memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap kesehatan.

Tes 2
1) Agama adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin. Definisi agama tersebut
dikemukakan oleh...
A. Kobong
B. Durkheim
C. Tafsir
D. Hendropuspito

54
 Sosiologi Kesehatan 

2) Fungsi transformatif agama dalam masyarakat menurut Hendropuspito adalah...


A. Agama berfungsi mengajar dan membimbing
B. Agama memberikan jaminan kepada manusia keselamatan dunia dan akhirat
C. Agama bertanggung jawab terhadap norma-norma sosial sehingga menyeleksi
kaidah sosial yang ada, mengukuhkan yang baik, dan menolak kaidah yang buruk
D. Agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan masyarakat
lama dalam bentuk kehidupan baru

3) Menurut Jalaluddin (2007), agama memiliki tujuh fungsi, salah satunya bahwa ajaran
agama secara hukum berfungsi menyuruh dan mengajak hal-hal yang harus dipatuhi
untuk dilaksanakan serta melarang hal-hal yang tidak boleh dilaksanakan, yang disebut
fungsi...
A. edukatif
B. perdamaian
C. penyelamat
D. pemupuk rasa solidaritas

4) Ikut bertanggung jawab terhadap norma sosial sehingga menyeleksi kaidah sosial yang
ada, mengukuhkan kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya
ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan, merupakan fungsi agama...
A. edukatif
B. pengawasan sosial
C. perdamaian
D. penyelamat

5) Agama dan kesehatan mempunyai beberapa pola hubungan. Peranan agama sebagai
pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, merupakan pola hubungan...
A. Saling berlawanan
B. Saling mendukung
C. Saling melengkapi
D. Saling ketergantungan
Topik 3 Budaya, Suku Bangsa dan Kesehatan

Saudara mahasiswa, sebagai makhluk yang memiliki kelebihan akal kita manusia
memiliki kemampuan untuk mengolah potensi diri (akal pikiran), interaksi dan mengolah
lingkungan. Dalam mengolah diri manusia melahirkan ilmu dan keyakinan diri. Berinteraksi
melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengolah lingkungan, selain melahirkan
organisasi juga melahirkan alat dan teknologi. Keseluruhan dari kemampuan pengolahan
manusia, baik secara individual maupun kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain dimana

55
 Sosiologi Kesehatan 

ada manusia, disana ada masyarakat, dan dimana ada masyarakat di sana ada kebudayaan.
Oleh karena itu, manusia adalah makhluk budaya.

A. PENGERTIAN BUDAYA

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat (Soekanto, 2014)
Defenisi budaya menurut Schaefer 2012 (dalam Sunaryo, 2014) adalah keseluruhan dari
adat-istiadat, pengetahuan, objek materi, dan perilaku yang dipelajari dan ditransmisikan
secara sosial. Dalam konsep sosiologi, kata budaya tidak hanya mengacu pada karya seni atau
selera intelektual, tetapi juga mengacu pada seluruh objek, ide dalam masyarakat, bahasa dan
musik.
• Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
• Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
• Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
• Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh
para anggota masyarakat. Menurut antropologi kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan
dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
• Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai
berikut:
a) Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua
budaya yang sama persis.
b) Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan kepada
generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
c) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

Nah, saudara mahasiswa dari berbagai definisi tersebut, dapat kita peroleh pengertian
mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.

B. ELEMEN BUDAYA

56
 Sosiologi Kesehatan 

Elemen budaya membentuk suatu cara bagaimana sebuah masyarakat itu hidup. Elemen
budaya tersebut meliputi empat hal (Sunaryo,2014):
1. Bahasa: Bahasa sangat penting dalam sebuah masyarakat karena bahasa merupakan alat
atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau
berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, maupun gerakan (bahasa isyarat).
2. Norma: dalam kehidupan bermasyarakat, banyak hal tentang apa yang boleh dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh, seseorang tidak diperbolehkan
mengambil barang orang lain, tanpa seizin yang punya. Seseorang boleh minta sesuatu
kepada orang lain selama diizinkan. Norma tidak lain adalah peraturan sosial yang
mengatur tingkah laku individu, baik hal yang boleh dilakukan maupun hal yang tidak
boleh dilakukan. Dengan norma yang berlaku di masyarakat, seseorang terikat oleh hal-
hal yang boleh atau harus dilakukan dan apa yang tidak boleh atau tidak harus
dilakukan.
3. Nilai: Nilai mempengaruhi tingkah laku manusia, dan digunakan sebagai tolak ukur
guna menilai tingkah laku orang lain. Nilai adalah sesuatu yang dianggap penting,
diharapkan, dan perlu dicapai guna mengatur kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.
Nilai juga merupakan sistem norma masyarakat, yang memiliki kriteria untuk menilai
tingkah laku yang boleh dilakukan dan ditolak oleh masyarakat. Akan tetapi, nilai tidak
dapat menentukan tingkah laku seseorang, namun normalah yang dapat menentukan
tingkah laku seseorang.
4. Kontrol: Kontrol dapat berupa pujian dan denda atau hukuman terhadap seseorang.
Misalnya, seorang mahasiswa memiliki prestasi akademik yang sangat memuaskan, ia
akan mendapat pujian dari bagian pendidikan dan teman-temannya. Sementara itu,
seorang mahasiswa yang melanggar peraturan lalu lintas, akan ditilang dan dikenakan
denda.
C. UNSUR-UNSUR BUDAYA

Kebudayaan memiliki unsur yang bersifat universal. Artinya kebudayaan dapat dijumpai
di mana pun dan di masyarakat apa pun. Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan
komponen atau unsur kebudayaan antara lain sebagai berikut.
1. Melville J. Herskovits (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski (2007) mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


a. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b. organisasi ekonomi
c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

57
 Sosiologi Kesehatan 

d. organisasi kekuatan (politik)

3. Kluckhohn 1953, mengungkapkan tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai


cultural universal (Sunaryo, 2014), yaitu:
a. peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alt produksi, transpor, dan sebagainya);
b. mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi dan sebagainya);
c. sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,
sistem perkawinan;
d. bahasa (lisan maupun tertulis);
e. kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya);
f. sistem pengetahuan (pengetahuan alam, dan fisika);
g. religi (sistem kepercayaan).

Unsur budaya universal dapat dikelompokkan ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil
yang disebut kegiatan kebudayaan (cultural activity). Misalnya unsur budaya universal suatu
masyarakat adalah pencaharian hidup dan ekonomi., kegiatan kebudayaannya adalah
pertanian, peternakan, sistem produksi, dan sistem distribusi. Jika unsur budaya universal
suatu masyarakat adalah kesenian, kegiatan kebudayaannya adalah seni tari, seni rupa, dan
seni suara.
Kegiatan tersebut dapat dirinci menjadi kegiatan yang lebih kecil lagi, yang disebut
kompleks ciri (trait complex). Misalnya dalam kegiatan kebudayaan bertani dengan cara
menetap, terdapat kompleks ciri, seperti sistem irigasi, sistem mengolah tanah dan bajak,
sistem pemilikan tanah, dan sebagainya.
Kompleks ciri dapat dipecah lagi menjadi unsur yang lebih kecil, yang disebut ciri
(trait). Misalnya kompleks ciri adalah mengolah tanah dengan bajak, cirinya adalah hewan
yang menarik bajak, dan teknik mengendalikan bajak. Selanjutnya ciri dapat dikelompokkan
menjadi unsur kebudayaan terkecil yang disebut item. Misalnya, cirinya adalah bajak, itemnya
adalah mata bajak, tali pengikat kerbau/sapi, kayu pembuat bajak.

D. WUJUD KEBUDAYAAN

Menurut D. Oneil(2006), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,


dan artefak.

1. Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba
atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran
warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil

58
 Sosiologi Kesehatan 

karya para penulis warga masyarakat tersebut. Contoh: Konsep manusia perlu berpakaian.
Didasarkan pada rasa susila yaitu manusia malu jika telanjang. Dari konsep di atas,
didapatkan fungsi pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin dan
tantangan alam, untuk mempercantik diri serta memenuhi norma agama dan etika.

2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan. Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang dikemukakan, manifestasi
pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik tekstil, penjahit, toko pakaian, peragaan busana,
mencuci pakaian dan sebagainya

3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Contoh: Benda hasil budayanya berupa baju seragam, baju olahraga, baju pesta dan
sebagainya.

E. KOMPONEN BUDAYA

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen


utama:

1) Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau masyarakat yang nyata
atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2) Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

F. RUANG LINGKUP KEBUDAYAAN

Ruang lingkup kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan, yang seluruhnya


merupakan ungkapan masalah kemanusiaan. Budaya yang dapat didekati dengan

59
 Sosiologi Kesehatan 

menggunakan pengetahuan budaya akan membentuk beraneka ragam kebudayaan yang


masing-masing sesuai dengan zaman dan tempatnya. Dalam ilmu sosial budaya dasar,
manusia menempati posisi sentral karena manusia menjadi subjek dan sekaligus menjadi
objek pengkajian. Kajiannya meliputi bagaimana hubungan manusia dengan alam, sesama
manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia, dan bagaimana hubungan manusia dengan
Tuhannya.

G. BUDAYA KESEHATAN INDONESIA

Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah


pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya
hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan
kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini
kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang datang
ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif
belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada
pencegahan demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan
atau sudah ada yang terkena demam berdarah.

H. PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI ANEKA BUDAYA


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan
social baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Doheny
(1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi:

1. Care giver
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data
dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data,
merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan
membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukannya.

2. Client advocate
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Selain itu, perawat juga harus
dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :

60
 Sosiologi Kesehatan 

a. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan kesehatan tempat klien
menjalani perawatan
b. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang dideritanya, tindakan
medic apa yang hendak dilakukan, alternative lain beserta risikonya, dll

3. Counsellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan
kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas

4. Educator
Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima
sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
5. Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan
rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

6. Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi
maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan
maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai coordinator perawat dapat
melakukan hal-hal berikut:
a. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
c. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada
sarana kesehatan

7. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen
ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan
klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien

8. Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik lain.

61
 Sosiologi Kesehatan 

Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan orang
lain dalam kehidupan sehari-hari.

Saudara mahasiswa, sebagai tenaga kesehatan saudara tentu akan berhadapan dengan
banyak orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Saudara akan dituntut
untuk memahami nilai budaya yang ada pada mereka supaya program-program kesehatan
yang saudara kenalkan akan diterima oleh mereka dengan mudah. Nilai budaya memiliki
fungsi, fungsi nilai budaya tersebut adalah dengan memahami nilai budaya seorang tenaga
kesehatan dapat berusaha keras untuk menunjukkan perilakunya supaya sesuai dengan nilai
yang berlaku di masyarakat. Misalnya kalau seorang tenaga medis ditugaskan di masyarakat
yang taat beragama, maka dia harus berusaha untuk menunjukkan penghargaan terhadap nilai
agama yang berlaku, baik dalam tutur kata, pakaian, maupun praktik pelayanan kesehatan itu
sendiri.
Sebagai seorang perawat saudara juga harus memahami etika perawatan dalam
menghadapi masyarakat. Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
diyakini oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan
pasien, dengan masyarakat, hubungan perawat dengan teman sejawat maupun dengan
organisasi profesi. Prinsip-prinsip etika ini oleh profesi keperawatan secara formal dituangkan
dalam suatu kode etik yang merupakan komitmen profesi keperawatan akan tanggung jawab
dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat; a. Seorang perawat tidak membeda-
bedakan pasien
b. Mendapatkan persetujuan melakukan tindakan
c. Mengakui otonomi pasien
d. Mendahulukan tindakan sesuai prioritas masalah
e. Melakukan tindakan untuk kebaikan

I. SUKU BANGSA/ETNISITAS DAN KESEHATAN

Saudara mahasiswa, dalam masyarakat kita data mengenai hubungan antar-ras, etnisitas,
dan kesehatan, andaikatapun ada, sukar ditampilkan. Ini disebabkan karena data kesehatan
yang dihimpun tidak memilah-milah penderita penyakit menurut etnisitas atau rasnya, sejalan
dengan kebijaksanaan yang telah ditempuh pemerintah selama beberapa dasawarsa untuk
tidak mengumpulkan informasi mengenai etnisitas dan ras penduduk. Namun, dalam berbagai
masyarakat lain tersedia data mengenai etnisitas dan ras sehingga data mengenai kesehatan
dapat dikaitkan dengan etnisitas dan ras. Data demikian sering menunjukkan bahwa etnisitas
atau ras warga terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Dalam masyarakat demikian,
misalnya keadaan kesehatan kelompok mayoritas etnis atau ras sering lebih baik daripada
keadaan kelompok minoritas. Berbagai studi memperlihatkan bahwa warga kelompok
minoritas cenderung mempunyai angka mortalitas dan morbiditas lebih tinggi, dan harapan
hidup lebih rendah daripada warga kelompok mayoritas etnis atau ras.
Menurut saudara mahasiswa faktor apa sajakah yang menyebabkan perbedaan kesehatan
antara kelompok mayoritas etnis dan ras dengan kelompok minoritas? Salah satu faktornya
adalah kelas sosial; warga minoritas cenderung menduduki kelas sosial lebih rendah daripada

62
 Sosiologi Kesehatan 

warga mayoritas sehingga kurang mampu menanggulangi masalah kesehatan yang mereka
hadapi.
Temuan lain yang menyangkut perbedaan distribusi penyakit antar-ras ialah hubungan
bahwa jumlah pemuda Kulit Putih yang dinyatakan tidak memenuhi syarat mengikuti wajib
militer karena alasan medis selalu lebih banyak daripada jumlah pemuda Kulit Hitam.
Perbedaan ini diduga disebabkan karena orang Kulit Putih lebih mudah menjalankan peran
sakit daripada orang Kulit Hitam.
Data mengenai keadaan kesehatan kelompok-kelompok minoritas etnik yang menetap di
Inggris menunjukkan lebih tingginya prevalensi morbiditas dan mortalitas tertentu di kalangan
kelompok etnis tertentu daripada di kalangan penduduk setempat.Perbedaan sistem medis
antara kaum migran dan penduduk setempat pun merupakan salah satu faktor yang menjadi
penyebab perbedaan kesehatan.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan budaya dan unsur-unsurnya
2. Jelaskan tentang wujud budaya

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari
kembali materi tentang 1. Unsur-unsur budaya
2. Wujud budaya

Ringkasan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Berdasarkan
wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau masyarakat yang nyata
atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan nonmaterial

63
 Sosiologi Kesehatan 

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi


ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Ruang lingkup kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan, yang seluruhnya
merupakan ungkapan masalah kemanusiaan. Budaya yang dapat didekati dengan
menggunakan pengetahuan budaya akan membentuk beraneka ragam kebudayaan yang
masing-masing sesuai dengan zaman dan tempatnya. Dalam ilmu sosial budaya dasar,
manusia menempati posisi sentral karena manusia menjadi subjek dan sekaligus menjadi
objek pengkajian. Kajiannya meliputi bagaimana hubungan manusia dengan alam, sesama
manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia, dan bagaimana hubungan manusia dengan
Tuhannya.
Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah
pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya
hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan
kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini
kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang datang
ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif
belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada
pencegahan demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan
atau sudah ada yang terkena demam berdarah.
Dalam masyarakat kita data mengenai hubungan antar-ras, etnisitas, dan kesehatan,
andaikatapun ada, sukar ditampilkan. Ini disebabkan karena data kesehatan yang dihimpun
tidak memilah-milah penderita penyakit menurut etnisitas atau rasnya, sejalan dengan
kebijaksanaan yang telah ditempuh pemerintah selama beberapa dasawarsa untuk tidak
mengumpulkan informasi mengenai etnisitas dan ras penduduk. Namun, dalam berbagai
masyarakat lain tersedia data mengenai etnisitas dan ras sehingga data mengenai kesehatan
dapat dikaitkan dengan etnisitas dan ras. Data demikian sering menunjukkan bahwa etnisitas
atau ras warga terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Dalam masyarakat demikian,
misalnya keadaan kesehatan kelompok mayoritas etnis atau ras sering lebih baik daripada
keadaan kelompok minoritas. Berbagai studi memperlihatkan bahwa warga kelompok
minoritas cenderung mempunyai angka mortalitas dan morbiditas lebih tinggi, dan harapan
hidup lebih rendah daripada warga kelompok mayoritas etnis atau ras.

Tes 3
1) Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat disebut...
A. Sosiologi
B. Kebudayaan
C. Etik
D. Emik

64
 Sosiologi Kesehatan 

2) Wujud ideal kebudayaan adalah...


A. kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma,
peraturan yang sifatnya abstrak
B. Berbentuk benda nyata
C. Dongeng atau cerita rakyat
D. Barang-barang peninggalan sejarah

3) Sistem gagasan dan artefak merupakan...


A. Unsur budaya
B. Perubahan budaya
C. Inovasi budaya
D. Wujud budaya

4) Dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional termasuk ke dalam...
A. Kebudayaan Material
B. Kebudayaan Non Material
C. Unsur kebudayaan
D. Inovasi kebudayaan

5) Temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi


A. Kebudayaan Material
B. Kebudayaan Non Material
C. Unsur kebudayaan
D. Inovasi kebudayaan

65
 Sosiologi Kesehatan 

Topik 4 Gender dan Kesehatan

Saudara mahasiswa, saudara tentu tahu bahwa terdapat banyak perbedaan antara laki-
laki dan perempuan, baik dalam bentuk biologis maupun dalam bentuk peran. Sosiolog secara
tradisional membedakan antara istilah “jenis kelamin” yang secara biologis digunakan untuk
menyebut laki-laki dan perempuan, dan “gender” yang merupakan peranan sosial yang
dipelajari sehingga disebut menjadi maskulin dan feminim (White K., 2011).
Menurut Hillier (1991) jenis kelamin adalah (sex) mengacu pada perbedaan biologis
antara laki-laki dan perempuan. Gejala yang hanya dapat dialami kaum perempuan seperti
menstruasi, kehamilan, melahirkan, abortus, dan menopause dapat kita masukkan dalam
kategori ini. Istilah gender di lain pihak mengacu pada makna sosial yang diberikan pada
perbedaan jenis kelamin. Gambaran mengenai kaum perempuan sebagai makhluk lebih lemah
yang lebih rentan terhadap berbagai penyakit daripada laki-laki sehingga peran yang dapat
diberikan kepada perempuan jauh lebih terbatas daripada peran laki-laki, misalnya merupakan
perbedaan gender. Menurut Waldron faktor sosial (dalam Sunarto, 2014).
Nah, saudara mahasiswa, anda sudah bisa membedakan antara jenis kelamin dan gender
bukan? Jadi, jenis kelamin terberi sebagai substratum biologis laki-laki dan perempuan,
sedangkan gender adalah karakteristik yang dipelajari secara sosial yang selaras dengan
maskulinitas dan feminitas, yakni menjadi laki-laki atau perempuan.

A. KAITAN GENDER DENGAN KESEHATAN

Di bidang kesehatan kita jumpai bahwa adanya perbedaan antara distribusi morbiditas
dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan. Cockerham mengatakan bahwa penyebab
kaum laki-laki memiliki harapan hidup lebih pendek dari kaum perempuan salah satunya
disebabkan karena sebagai organisme biologis kaum laki-laki memiliki lebih banyak
kelemahan daripada kaum perempuan yang menjadikan laki-laki lebih rentan terhadap
penyakit dan kelainan sejak masih berada dalam kandungan. Sebagai dampak adanya
kelemahan faaliah pada kaum laki-laki inilah maka pada laki-laki dijumpai angka kematian
sekitar 12% lebih tinggi pada janin sebelum lahir (prenatal) dan sekitar 130% pada bayi baru
lahir (neonatal).
Data Badan Pusat Statistik Indonesia tentang angka kematian bayi berdasarkan Sensus
Penduduk tahun 2000 memperlihatkan bahwa di tiap provinsi angka kematian bayi laki-laki

66
 Sosiologi Kesehatan 

lebih tinggi daripada angka kematian bayi perempuan. Sedangkan data Badan Pusat Statistik
Indonesia mengenai angka harapan hidup berdasarkan Sensus Penduduk 2003
memperlihatkan bahwa angka harapan hidup laki-laki di tiap provinsi lebih rendah daripada
angka harapan hidup perempuan (lihat Badan Pusat statistik Indonesia, 2008).
Meskipun angka kematian janin dan bayi baru lahir lebih tinggi pada laki-laki, namun
menurut Cockerham di lain pihak ditemukan pula bahwa morbiditas lebih banyak dijumpai di
kalangan perempuan sehingga demikian kaum perempuan lebih sering sakit daripada lakilaki,
tetapi kaum laki-laki lebih cepat meninggal dunia. Di samping itu, kaum perempuan
menderita penyakit kronis yang sama dengan laki-laki, tetapi kaum perempuan mulai
menderita penyakit tersebut pada usia lanjut. Menurut Waldron faktor sosial yang
menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan bervariasi sesuai dengan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (faktor lintas budaya). Selain itu, suatu faktor
sosial dalam suatu masyarakat tertentu juga dapat bervariasi dari waktu ke waktu (faktor
sejarah), (dalam Sunarto, 2014).
Suatu faktor sosial penting yang menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki dan
perempuan adalah perbedaan sosialisasi peran. Misalnya dalam banyak masyarakat
perempuan disosialisasikan untuk lebih mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga
daripada partisipasi dalam angkatan kerja. Laki-laki, di lain pihak cenderung disosialisasikan
untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Oleh karena jumlah laki-laki yang berpartisipasi
dalam angkatan kerja melebihi jumlah perempuan maka laki-laki pun menghadapi risiko lebih
besar untuk berada dalam tempat kerja yang menghadapi berada dalam tempat kerja yang
menghadapkan mereka pada situasi yang membahayakan kesehatan, seperti terpaan udara
lembab, udara tercemar, gas-gsa beracun, dan zat berbahaya (seperti zat penyebab penyakit
kanker).
Perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan juga ditemukan dalam jumlah korban
kecelakaan lalu lintas. Pertama, jumlah laki-laki yang setiap hari berada di jalan raya baik
sebagai pengemudi maupun pengendara kendaraan bermotor pada umumnya lebih besar
daripada perempuan sehingga peluang bagi laki-laki untuk terlibat dalam kecelakaan lalu
lintas lebih besar. Kedua, laki-laki cenderung untuk mengemudi lebih cepat, kurang
memperhatikan faktor keamanan dan lebih sering melanggar peraturan lalu lintas daripada
perempuan sehingga menghadapi risiko lebih tinggi.
Kebiasaan merokok juga merupakan suatu kebiasaan yang dalam banyak masyarakat
lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan, dan perempuan yang
merokok pun menghabiskan lebih sedikit rokok daripada laki-laki. Menurut data Waldron
(dalam Sunarto, 2014) orang yang berkebiasaan merokok lebih rentan terhadap berbagai
penyakit tertentu, seperti penyakit infeksi saluran pernafasan atas, kanker ganas, dan penyakit
jantung daripada mereka yang tidak merokok. Selain faktor budaya yang menganggap bahwa
laki-laki lebih pantas merokok daripada perempuan, lebih tingginya frekuensi merokok pada
kaum laki-laki terkait pula dengan dihadapinya berbagai masalah di tempat kerja yang
mendorongnya ke kebiasaan merokok.
Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya, serta
hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan, merupakan faktor penting yang berperan

67
 Sosiologi Kesehatan 

dalam mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh
WHO dalam konferensi perempuan sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995.

B. JENIS KELAMIN, GENDER, DAN KESEHATAN

Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan
yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai angka harapan hidup yang
lebih panjang dari pada laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai faktor biologis. Namun
dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami kesakitan dan tekanan dari pada
laki-laki. Walaupun faktor yang melatarbelakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok
sosial, hal tersebut menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya perempuan kurang
sehat dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap paradoks ini berakar pada hubungan yang
kompleks antara faktor biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh terhadap
kesehatan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-laki dan
perempuan pada usia yang berbeda, misalnya penyakit kardiovaskuler ditemukan pada usia
yang lebih tua pada perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa penyakit, misalnya animea,
gangguan makak dan gangguan pada otot serta tulang lebih banyak ditemukan pada
perempuan daripada laki-laki.
Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya gangguan
yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks, sementara itu hanya laki-laki yang
terkena kanker prostat. Kapasitas perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan
bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat. Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan
fertilitas dan melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan
dirinya.
Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya seseorang dapat meningkatkan risiko terhadap terjadinya beberapa
penyakit, sementara di sisi lain memberikan perlindungan terhadap penyakit lainnya.
Perbedaan yang timbul dapat berupa keadaan sebagai berikut :
1) Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.
2) Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit 3)
Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit.
4) Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses pelayanan kesehatan.
5) Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan.

Sebagai contoh, respons terhadap epidemi HIV/AIDS dimulai dengan pemberian fokus
pada kelompok risiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial. Laki-laki dianjurkan untuk
menjauhi pekerja seks komersial atau memakai kondom. Secara bertahap, fokus beralih pada
perilaku risiko tinggi, yang kemudian menekankan pentingnya laki-laki menggunakan
kondom. Hal ini menghindari isu gender dalam hubungan seksual, karena perempuan tidak

68
 Sosiologi Kesehatan 

menggunakan kondom tetapi bernegosiasi untuk penggunaanya oleh laki-laki. Dimensi gender
tersebut tidak dibahas, sampai pada saat jumlah ibu rumah tangga biasa yang tertular penyakit
menjadi banyak. Dewasa ini, kerapuhan perempuan untuk tertular HIV/AIDS dianggap
sebagai akibat dari ketidaktahuan dan kurangnya akses terhadap informasi. Ketergantungan
ekonomi dan hubungan seksual yang dilakukan atas dasar pemaksaan. Tejadinya tindak
kekerasan pada umumnya berkaitan dengan gender. Secara umum pelaku kekerasan biasanya
laki-laki, yang merefleksikan keinginan untuk menunjukkan maskulinitas, dominasi, serta
memaksakan kekuasaan dan kendalinya terhadap perempuan, seperti terlihat pada kekerasan
dalam rumah tangga (domestik). Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering disebut
sebagai “kekerasan berbasis gender”.

C. PENGARUH GENDER TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak terlalu tertarik untuk mempelajari
kesehatan seksual dan reproduksinya. Sehingga pengetahuan mereka cenderung terbatas. Hal
ini menyebabkan laki-laki kurang berminat mencari informasi dan pengobatan terhadap
penyakit, misalnya : Infeksi Menular Seksual (IMS).
Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif terhadap kesehatannya.
Namun menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan mereka, melainkan karena
ketidakberdayaannya (isu gender). Di beberapa tempat di Indonesia, kawin muda dianggap
sebagai takdir yang tidak bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan
dengan siapa mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah
ataupun keluarga laki-laki lainnya.
Salah satu kasus yang terkait dengan masalah gender yaitu : Seorang gadis umur 17
tahun, mengalami perdarahan. Setelah dirawat di sebuah rumah sakit selama dua jam, dia
meninggal dunia. Gadis tersebut merupakan korban aborsi yang dilakukan oleh seorang
dukun. Usaha lain sebelum melakukan aborsi adalah minum jamu peluntur, pil kina, dan pil
lainnya yang dibeli di apotek. Kemudian dia datang ke seorang dokter kandungan. Dokter
menolak melakukan aborsi karena terikat sumpah dan hukum yang mengkriminalisasi aborsi.
Si gadis minta tolong dukun paraji untuk menggugurkannya. Rupa-rupanya tidak berhasil,
malah terjadi perdarahan. Ia masih sempat menyembunyikan ini semua kepada kedua orang
tuanya, selama 4 hari berdiam di kamar dengan alasan sedang datang bulan. Ia tidak berani
bercerita pada siapa-siapa apalagi pada ibu dan bapaknya. Cerita itu berakhir dengan amat
tragis, gadis itu tidak tertolong. Kasus tersebut menggambarkan ketidakberdayaan si gadis. Ia
memilih mekanisme defensif dan menganggapnya sebagai permasalahan dirinya sendiri. Ia
menyembunyikan keadaannya karena malu dan merasa bersalah. Masyarakat akan
menyalahkan karena dia tidak mengikuti apa yang disebut moral atau aturan sehingga ia
memilih mati meskipun tidak sengaja.
Aborsi merupakan dilema bagi perempuan, apa pun latar belakang penyebab
kehamilannya dan apa pun status ekonominya. Untuk menuntut hak reproduksinya dia harus
mendapat dukungan seperti bantuan dari komunitasnya atau dukungan emosional dan
tanggung jawab bersama dari orang yang paling dekat (pacarnya). Dalam konteks ini, maka
jelas bahwa persoalan hak reproduksi pada akhirnya adalah persoalan relasi antara laki-laki

69
 Sosiologi Kesehatan 

yang berbasis gender serta masyarakat dan negara sebagai perumus, penentu, dan penjaga
nilai bagi realisasi hak reproduksi perempuan.
Pada contoh kasus tersebut merupakan bentuk kekerasan yang berbasis gender yang
memiliki alasan bermacam-macam seperti politik, keyakinan, agama, dan ideologi gender.
Salah satu sumber kekerasan yang diyakini penyebab pada kasus tersebut adalah kekerasan
dari laki-laki terhadap perempuan adalah ideologi gender, misalnya perempuan dikenal lemah
lembut, emosional, cantik, dan keibuan.
Sementara laki-laki dianggap lebih kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Bentuk kekerasan
ini merupakan dilanggarnya hak reproduksi akibat perbedaan gender. Perbedaan gender antara
laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan ini dibentuk,
disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Pada akhirnya
perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang tidak bisa diubah dan dianggap sebagai
perempuan.
Kekerasan rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung meskipun
perempuan tersebut sedang mengandung. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan
yang menjadi korban kekerasan adalah dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya.
Dampak ini terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual. Dalam tindak
perkosaan, misalnya, yang diserang memang tubuh perempuan. Namun, yang dihancurkan
adalah seluruh jati diri perempuan yaitu kesehatan fisik, mental psikologi, dan sosialnya.
Kekerasan domestik biasanya merupakan kejadian yang kronis dalam kehidupan rumah
tangga seorang perempuan. Cedera fisik dapat sembuh setelah diobati, tetapi cedera psikis
mental (seperti insomnia, depresi, berbagai bentuk psikosomatik sakit perut yang kronis
sampai dengan keinginan bunuh diri) akan selalu dapat terbuka kembali setiap saat. Dampak
psikologis yang paling sulit dipulihkan adalah hilangnya kepercayaan kepada diri sendiri dan
orang lain.
Selain itu juga ada kecenderungan masyarakat untuk selalu menyalahkan korbannya.
Hal ini dipengaruhi oleh nilai masyarakat yang selalu ingin tampak harmonis. Bahkan,
walaupun kejadian dilaporkan, usaha untuk melindungi korban dan menghukum para pelaku
kekerasan sering mengalami kegagalan. Kondisi tersebut terjadi karena kekerasan dalam
rumah tangga, khususnya terhadap perempuan, tidak pernah dianggap sebagai masalah
pelanggaran hak asasi manusia.

D. BUDAYA YANG BERPENGARUH TERHADAP GENDER

1. Sebagian besar masyarakat banyak menganut kepercayaan yang salah tentang apa arti
menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
2. Setiap masyarakat mengharapkan pria dan wanita untuk berpikir, berperasaan, dan
bertindak dengan pola-pola tertentu, dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan
sebagai wanita atau pria, contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan,
membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami, sedangkan pria
diharapkan untuk bekerja di luar rumah untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga
di masa tua dan untuk melindungi keluarga dari ancaman (bahaya).

70
 Sosiologi Kesehatan 

3. Gender yang di hubungkan dengan jenis kelaminnya tersebut, semuanya adalah hasil
rekayasa masyarakat.
4. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain di seluruh dunia, tergantung
pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
5. Peran jenis kelamin bahkan tidak sama di dalam suatu masyarakat, tergantung pada
tingkat pendidikan, suku dan umurnya.
6. Peran gender di ajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anak-anaknya. Sejak
anak-anak berusia sangat muda, orang tua memperlakukan anak wanita dan pria secara
berbeda, meskipun kadang-kadang tanpa mereka sadari.

E. PERBEDAAN SEKS DAN GENDER

Saudara mahasiswa, untuk membantu memperjelas pemahaman anda tentang perbedaan


seks dan gender, berikut kita lihat perbedaan diantara keduanya pada tabel di bawah ini:

Jenis Kelamin Contoh Gender Contoh


Tidak dapat di ubah Alat kelamin Dapat di ubah Peran dalam kegiatan
seharihari
Tidak dapat di Jakun pada laki-laki Dapat di Suami bisa menggantikan
pertukarkan dan payudara pada pertukarkan peran istri dalam mengasuh
perempuan anak ataupun memasak di saat
istri berhalangan
Berlaku sepanjang Status sebagai Tergantung Pada Zaman penjajahan
masa lakilaki dan kepada Belanda kaum perempuan tidak
perempuan tidak kebudayaan mendapatkan hak pendidikan.
pernah berubah Tetapi setelah kita merdeka,
sampai kita mati perempuan memiliki kebebasan
mengikuti pendidikan

Berlaku dimanapun Di rumah, di kampus Tergantung pada Pembatasan kesempatan di


berada ataupun di mana budaya setempat bidang pekerjaan terhadap
seorang laki-laki tetap perempuan dikarenakan budaya
laki-laki dan setempat, contohnya
perempuan tetap perempuan lebih diutamakan
perempuan untuk menjadi perawat, guru
TK dan mengasuh anak
Merupakan kodrat Ciri utama laki-laki Bukan merupakan Sifat atau mentalitas antara
Tuhan berbeda dengan kodrat Tuhan lelaki dengan perempuan bisa
perempuan saja sama
Ciptaan Tuhan Perempuan bisa Buatan Manusia Laki-laki dan perempuan
haid, hamil, berhak menjadi calon ketua
melahirkan dan RT, RW, kepala desa bahkan
menyusui sedangkan presiden.
laki-laki tidak bias

71
 Sosiologi Kesehatan 

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbedaan sosialisasi peran menyumbang pada
perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan
2. Jelaskan perbedaan jenis kelamin dan gender

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari
kembali materi tentang
1. Perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan
2. Perbedaan jenis kelamin dan gender

Ringkasan
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung
jawab antara perempuan dan atau laki–laki yang merupakan hasil konstruksi social budaya
dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan
wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya
masyarakat yang bersangkutan. Gender merujuk kepada perilaku-perilaku yang membatasi
individu-individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam konteks sosial budaya tertentu.
Terdapat perbedaan distribusi morbiditas dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan.
Salah satu faktor sosial yang menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan
adalah perbedaan sosialisasi peran. Misalnya dalam banyak masyarakat perempuan
disosialisasikan untuk lebih mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga daripada
partisipasi dalam angkatan kerja. Laki-laki, di lain pihak cenderung disosialisasikan untuk
menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Oleh karena jumlah laki-laki yang berpartisipasi dalam
angkatan kerja melebihi jumlah perempuan maka laki-laki pun menghadapi risiko lebih besar
untuk berada dalam tempat kerja yang menghadapi berada dalam tempat kerja yang
menghadapkan mereka pada situasi yang membahayakan kesehatan, seperti terpaan udara
lembab, udara tercemar, gas-gas beracun, dan zat berbahaya (seperti zat penyebab penyakit
kanker.)

Tes 4

1. Menurut Hillier jenis kelamin adalah...


A. mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan

72
 Sosiologi Kesehatan 

B. perbedaan peranan antara pria dengan wanita


C. menjadi laki-laki
D. menjadi perempuan

2. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-laki dan


perempuan pada usia yang berbeda, penyakit yang banyak menyerang perempuan pada
usia tua dibanding dengan laki-laki adalah...
A. anemia
B. kardiovaskuler
C. gangguan otot dan tulang
D. kanker

3. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan pada...


A. perbedaan peranan antara pria dengan wanita
B. perbedaan biologis
C. perbedaan antara laki-laki dan perempuan
D. perbedaan keinginan

Glosarium
Istilah : Arti istilah tersebut
Economic appraisal : Penilaian ekonomi
demand : Permintaan/konsumsi
Meditasi : Renungan
Istiqomah : Khusus
Mahdhah : Konsisten
all for health : Semua yang dilakukan memiliki kontribusi terhadap kesehatan
Istilah : Arti istilah tersebut
Religi : Kepercayaan

73
 Sosiologi Kesehatan 

Cultural activity : Kegiatan kebudayaan


Trait complex : Kompleks ciri
Mortalitas : Angka kematian
Morbiditas : Angka kesakitan
Istilah : Arti istilah tersebut
Prenatal : Janin sebelum lahir
Neonatal : Bayi baru lahir
IMS : Infeksi menular seksual
Insomnia : Susah tidur

Kunci Jawaban Tes

Tes..............................................................................................................................................1
1.................................................................................................................................................A
2.................................................................................................................................................B
3.................................................................................................................................................C
4.................................................................................................................................................D
5.................................................................................................................................................A
6 Tes 2 ......................................................................................................................................B
1.................................................................................................................................................C
2.................................................................................................................................................D
3.................................................................................................................................................A
4.................................................................................................................................................C
5.................................................................................................................................................B

74
 Sosiologi Kesehatan 

Tes 3
1. B
2. A
3. D
4. B
5. A

Tes 4
1. A
2. B
3. A

Daftar Pustaka
Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana

Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers

Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta: RajawaliPers

Tjiptoherijanti P, Soesetyo B. 1993. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pers

Sunaryo, 2014. Sosiologi: Untuk Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika

https://ridwanhamid.wordpress.com/2014/04/22/agama-dan-kesehatan/

http://www. scribd.com/doc/55938723/Agama-Dan-Kesehatan

75
 Sosiologi Kesehatan 

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

http://leksi-ndolu.blogspot.com/

Fakih, Mansour, DR.1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Ibrahim, Idi Subandy dan Hanif Suranto, (ed).1998. Wanita dan Media. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Illich, Ivan.2009. Matinya Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mosse, Julia Cleves.2012. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s
Crisis Center dan Pustaka Pelajar

BAB III NEGARA, POLITIK, KESEHATAN DAN


PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Dewi Rosmalia SKM M.Kes

PENDAHULUAN

Saudara mahasiswa, saya yakin saudara mengetahui bahwa negara dan politik
merupakan dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, tetapi bagaimana
perubahan sosial budaya dapat mempengaruhi kesehatan? Apakah menurut saudara semua hal
itu saling terkait? Untuk membantu saudara memahami tentang hal tersebut, maka saudara
akan dihantarkan dengan materi negara, politik, perubahan sosial dan kesehatan.
Pada prinsipnya negara dan politik tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial dan
masalah kesehatan, karena negara dengan unsur politik memiliki kekuasaan untuk mengubah
masyarakatnya ke arah yang lebih baik untuk tujuan bersama. Politik ini akan berpengaruh
terhadap sosial budaya masyarakat setempat yang akan mempengaruhi kesehatan masyarakat

76
 Sosiologi Kesehatan 

tersebut. Sosiologi disini akan menjelaskan realitas sosial termasuk kehidupan bernegara,
berpolitik dan masalah kesehatan itu sendiri yang mengacu pada keragaman konsep.
Saudara mahasiswa tentu mengetahui bahwa setiap manusia selama hidup pasti
mengalami perubahan, perubahan dapat terjadi pada nilai sosial, norma sosial, pola perilaku
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Setiap perubahan dalam suatu lembaga
kemasyarakatan akan mengalami perubahan pula pada lembaga kemasyarakatan lainnya
secara timbal balik. Bentuk perubahan ada yang tidak menarik, perubahan yang pengaruhnya
terbatas maupun yang luas, perubahan yang lambat sekali dan perubahan yang berjalan
dengan cepat. Klasifikasi perubahan yang ada pada masyarakat dapat bersifat statis dan dapat
bersifat dinamis, masyarakat yang statis dimaksudkan masyarakat yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat dinamis adalah masyarakat yang
mengalami perubahan yang cepat, jadi setiap masyarakat pada suatu masa dapat dianggap
sebagai masyarakat yang statis, sementara pada masyarakat lainnya dianggap sebagai
masyarakat yang dinamis. Perubahan bukanlah semata mata berarti suatu kemajuan (progress)
namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang tertentu.
Perubahan hanya akan ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan
kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu lampau, misalnya seseorang yang tidak sempat
menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa akan berpendapat bahwa masyarakat desa
bersifat statis, tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan
sepintas yang kurang mendalam dan kurang teliti karena tidak ada suatu masyarakat yang
terhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa.
Perubahan bukanlah semata mata berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat pula
berarti kemunduran dari bidang tertentu. Perubahan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini
merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya dapat menjalar ke dunia lain berkat adanya
komunikasi moderen. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu,
namun perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan
manusia yang menghadapinya yang sering berjalan secara konstan, tetapi karena sifatnya
yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan dimana
masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena
perubahan.
Perubahan sosial pada lembaga kemasyarakatan dapat mempengaruhi sistem sosial,
termasuk nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok pada masyarakat. Di mana
perubahan ini terkait dengan negara sebagai pembuat kebijakan dalam bentuk suatu politik,
khususnya masalah kesehatan. Untuk membantu mahasiswa memahami materi ini, maka
pada modul ini menjelaskan tentang:
1. Negara, politik dan kesehatan
a. Konsep negara
b. Konsep politik
c. Fungsi politik dalam ekonomi kesehatan
2. Perubahan sosial dan kebudayaan
a. Perubahan sosial

77
 Sosiologi Kesehatan 

b. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan


c. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
d. Proses Perubahan Sosial Kebudayaan
e. Arah perubahan

Topik 1
Negara, Politik, dan Kesehatan

A. NEGARA

Saudara mahasiswa, apa yang saudara ketahui tentang negara? Apa fungsi negara,
bagaimana politik mempengaruhi kesehatan masyarakat Indonesia? Negara merupakan salah
satu konsep dalam sosiologi yang paling sentral karena negara menjalankan banyak fungsi
dan mengatur hampir seluruh aspek hidup manusia, peran sentralnya membuat negara sulit
untuk dipahami secara tepat dan seberapa luas cakupannya, fungsi khusus negara adalah
memelihara ketentraman dan mengatur hubungan eksternal masyarakat.
Menurut Weber sebuah negara menuntut monopoli, diperbolehkannya penggunaan
kekuasaan fisik dalam wilayah teritorial yang memerlukan pengawasan secara efektif.
Legitimasi diperoleh dari tradisi atau kepemimpinan yang kharismatis. Kedisiplinan dan
tingkat penguasaan birokrasi menjadi alat yang efisien untuk mengatur dan mengendalikan
negara. Martin Albrow dan Zigmunt Bauman menyatakan negara berbangsa tunggal berada
dalam puncak kemunduran seiring munculnya masyarakat global.
Dalam arti formal negara diartikan sebagai organisasi kekuasaan pemerintah pusat
dengan karakteristik kewenangan menjalankan paksa fisik secara syah. Dalam arti material
negara adalah sebagai kelompok masyarakat atau persekutuan hidup. Konsep politik negara
dapat berwujud jika memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan. Negara

78
 Sosiologi Kesehatan 

adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan.
Sifat negara antara lain
a. Memaksa, agar peraturan yang berlaku ditaati demi terciptanya ketertiban masyarakat
b. Monopoli, negara memonopoli dalam menetapkan tujuan bersama, negara memiliki
wewenang untuk melarang hidup dan menyebarluaskan aliran kepercayaan atau aliran
politik yang mengganggu ketertiban umum dan bertentangan dengan tujuan masyarakat
c. Peraturan perundangan, berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.

Fungsi negara yakni untuk perlindungan, penertiban, mengusahakan kesejahteraan dan


kemakmuran, pertahanan, menegakkan keadilan, hal ini harus dilakukan demi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan umum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik, ekonomi dan sosial
yang ada pada suatu saat. Negara merupakan salah satu konsep sosiologi yang paling sentral
dan sukar dipahami, dikatakan sentral karena negara menjalankan begitu banyak fungsi dan
mengatur hampir seluruh aspek kehidupan rakyatnya. memelihara ketentraman dan mengatur
hubungan eksternal masyarakat adalah fungsi khususnya, sedangkan sejauh mana negara
harus memberikan kemakmuran atau mengatur ekonomi negara tidak dapat dipisahkan dengan
kekuasaan. Tujuan negara menurut Plato adalah memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi sendiri, menurut Aristoteles tujuan negara adalah untuk menyelenggarakan hidup
yang baik bagi semua warga.
Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai suatu yang baik atau buruk, namun
sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang penting dalam kehidupan masyarakat.
Kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai atau dengan
perkataan lain antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan
pihak lain yang menerima pengaruh itu dengan rela maupun terpaksa. Apabila kekuasaan
dijelmakan pada diri seseorang, biasanya orang ini dinamakan pemimpin. Kekuasaan yang
ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan pengakuan masyarakat disebut
dengan wewenang.

B. POLITIK

Bahasa politik sudah tidak asing lagi kita dengar, apakah menurut saudara politik berarti
berbagai macam kegiatan yang terjadi dalam suatu negara yang berkaitan dengan proses
menetapkan tujuan dan bagaimana mencapai tujuan itu? Apakah sistim politik adalah berbagai
macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi politik bekerja dalam suatu unit
kesatuan? Benar.
Nah. Berdasarkan hal itu maka dapat diuraikan ciri- ciri sistem politik, yaitu
a. Setiap sistem politik memiliki struktur politik
b. Setiap sistem politik menjalankan fungsi politik yang sama, meski kadarnya berbeda
c. Semua struktur politik melaksanakan banyak fungsi
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran.

79
 Sosiologi Kesehatan 

Sistem politik terdiri dari dua struktur politik, yaitu


a. Suprastruktur (the ruler) atau penguasa yang terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif
dan yudikatif
b. Infrastruktur (the ruled) adalah masyarakat beserta organisasi yang dibentuk seperti
organisasi politik, ormas, pers, kelompok kepentingan, kelompok penekan, asosiasi,
LSM dan informal leader.

Sistem politik mempunyai fungsi yang harus dijalankan, yakni


a. Fungsi input yang dilakukan oleh infrastruktur politik, yaitu sosialisasi dan rekrutmen
politik, agensi kepentingan, artikulasi kepentingan serta komunikasi politik
b. Fungsi output yang dilakukan oleh suprastruktur politik, yaitu rule making (pembuatan
peraturan), rule application (pelaksanaan peraturan) dan rule adjudication (peradilan).

Setelah setiap struktur melaksanakan fungsi politiknya, sistem politik akan berproses
mengikuti arah jarum jam, proses politik dapat di mulai dari mana saja, misalnya aktivitas
dimulai dari usulan masyarakat berupa input ke supra struktural, dalam menanggapi usulan ini
supra struktural dapat memilih satu di antara masukan, atau mengkonversi semua masukan,
atau cari alternatif lain. Setelah masukan diolah, supra struktur mengeluarkan output berupa
kebijakan/peraturan/UU untuk didistribusikan kepada masyarakat, ada masyarakat yang
menanggapi setuju dengan aturan, jika setuju mereka akan memberi feed back berupa
dukungan dan mungkin masukan berupa tuntutan yang lain. Jika masyarakat kurang atau tidak
setuju, mereka akan memberikan masukan berupa peningkatan tuntutan. Proses ini akan
berlangsung terus. Jika kelompok yang kurang setuju diabaikan, suatu saat mereka akan
menjadi apatis dan tidak mau memberi masukan apapun. Jika ini terjadi sangat berbahaya bagi
kelangsungan suatu sistem, jika tidak ada masukan dari infrastruktur, maka sistem politik
tidak dapat menjalankan fungsinya, sehingga sistem politik dalam keadaan disfuncion, dan ini
harus dihindari.
Sistem politik tidak lain adalah negara dengan segala aktivitasnya, meliputi
berfungsinya struktur politik dan berlangsungnya proses politik. Jika memang itu adalah
negara, mengapa kita harus menggunakan konsep sistem politik? Karena konsep negara
mengandung pengertian statis yang terdiri dari empat unsur, yaitu wilayah, penduduk,
pemerintahan dan kedaulatan.

C. FUNGSI POLITIK DAN EKONOMI KESEHARAN

Saudara mahasiswa, apakah menurut saudara politik dapat dihubungkan dengan


kesehatan? Bagaimana politik pada dunia kesehatan di negara maju? Hal ini akan kita bahas
pada pertemuan ini.
Kesehatan dan kedokteran pada masyarakat kapitalis maju berorientasi pada pengobatan
(curing) melalui penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya tinggi. Yang
paradok, penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada masyarakat secara umum tidak
mudah diobati dengan cara pengobatan itu, meski berkurang. Pada saat yang sama kedokteran

80
 Sosiologi Kesehatan 

membebankan tanggung jawab atas penyakit itu pada individu, dan sejauh ini terlihat dalam
kegiatan preventif disepanjang jalur individu memodifikasi pola gaya hidup mereka.
Adapun penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju sekarang adalah
penyakit jantung, berbagai penyakit kanker, gangguan mental dan syaraf dan penyakit
pernafasan kronis, yang bukan merupakan akibat proses endogen tubuh, melainkan karena
kondisi sosial. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan melalui penggunaan intensif obatobatan.
Sebenarnya ini bukan hal baru, sebagaimana juga tergambar dalam perkembangan kedokteran
dan dunia kesehatan, karena standar kesehatan sekarang kurang berasal dari penemuan
penemuan dan teknologi baru dibandingkan dari kontrol kesehatan lingkungan terhadap
perubahan, nutrisi dan suplai air.
Dalam karakterisasi umum, pemeliharaan kesehatan dan kedokteran dalam masyarakat
kontemporer sebagai bagian dari mode produksi kapitalis. Menurut Waitzkin bentuk
teknologi pengobatan dikaitkan dengan biaya yang tinggi yang efektivitasnya meragukan,
paling baik jika hanya dianalisis dari perspektif struktural kapitalisme, yakni meski
penggunaan teknologi tampaknya tidak rasional jika dipandang dari kebutuhan akan
pemeliharaan kesehatan, namun menjadi sangat rasional jika dipandang dari kebutuhan sistem
kapitalis, khususnya karena sistem ini mendukung ekspansi monopoli modal dan upaya
meraih keuntungan pribadi dari sektor pemeliharaan kesehatan.
Perspektif ini sejalan dengan pendapat Renaud bahwa kebutuhan kesehatan dipenuhi
oleh kedokteran sedemikian rupa sesuai dengan organisasi ekonomi kapitalis, dimana
pendekatan rekayasa dominan mengenai kedokteran ilmiah kontemporer menyetarakan
pengobatan dengan konsumsi, yakni dalam konteks yang lebih umum, kebutuhan kesehatan
dan bentuk komoditas dari pemenuhannya, sehingga melegitimasi dan memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi kapitalis meskipun terdapat konsekwensi negatif terhadap kesehatan.
Dari perspektif tersebut, industri pemeliharaan kesehatan memiliki empat fungsi
ekonomi yang saling berkaitan dalam masyarakat kapitalis, yaitu akumulasi modal,
penyediaan kesempatan investasi, penyerapan tenaga kerja surplus, dan pemeliharaan
angkatan kerja.
Selain itu, pengorganisasian pemeliharaan kesehatan memiliki tiga fungsi ideologi,
yaitu
a. Dengan penyediaan pelayanan kesehatan, organisasi mempertahankan status quo,
bertindak sebagai agen kontrol sosial yang melimpahkan apa yang secara mendasar
merupakan masalah sosial ke tingkat individu.
b. Organisasi pelayanan kesehatan dalam rumusannya tentang pelayanan rumah sakit dan
konsumsi obat-obatan sebagai pelayanan kesehatan, organisasi ini memproduksi mode
produksi kapitalis.
c. Organisasi pelayanan kesehatan mereproduksi struktur kelas kapitalis baik dalam
pengorganisasian pekerja kesehatan maupun dalam pola konsumsi yang dihasilkannya.

Ringkas kata, cara memandang kesehatan dan penyakit ini sejalan dengan lingkungan
kapitalis yang lebih besar karena pandangan ini memodifikasi kebutuhan kesehatan dan
melegitimasi modifikasi ini. Pandangan ini mentransformasi masalah sosial dengan potensi
eksploratif, yakni penyakit dan kematian menjadi komoditas yang dipilah dan dapat diisolasi

81
 Sosiologi Kesehatan 

dan diintegrasikan ke dalam organisasi ekonomi kapitalis dengan cara yang sama dengan
komoditas lainnya di pasar ekonomi. Dengan kekuatan yang mengejutkan pandangan ini
berhasil memberikan solusi yang bernilai budaya bagi masalah yang ditimbulkan dari
pertumbuhan ekonomi, bahkan membuat solusi pada batas tertentu menguntungkan bagi
akumulasi modal demi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.
Kelas dominan mendukung konsepsi sakit sebagai gejala individu dan menolak arti
penting struktur sosial dan produksi kesehatan yang buruk. Hal ini disejajarkan dalam ranah
konsumsi pemeliharaan kesehatan, dimana etiologi individualistis mendorong peningkatan
terapi kuratif yang berbasis teknologi yang tidak lain adalah berbasis modal intensif dan
rumah sakit. Dari perspektif ini organisasi pelayanan kesehatan kapitalis yang kontemporer,
secara sistematik mengabaikan produksi kesehatan dan penyakit yang dipengaruhi oleh
lingkungan, pekerjaan dan sosial.
Sebagai contoh, saya rasa saudara sudah mengetahui bahwa pada masa lalu, terdapat
jaminan kesehatan hanya pada kelompok masyarakat tertentu saja, seperti pegawai negeri
dengan program askes (asuransi kesehatan), pegawai swasta dengan program jamsostek
(jaminan kesehatan tenaga kerja), dengan adanya politik berupa kebijakan negara, sehingga
sekarang jaminan kesehatan tidak hanya pada golongan tertentu saja, tetapi jaminan kesehatan
sudah berlaku untuk semua masyarakat Indonesia. Artinya dengan adanya kebijakan politik
yang dikeluarkan negara, sehingga biaya yang dikeluarkan masyarakat sewaktu sakit menjadi
lebih kecil. Walaupun hal ini sudah terlaksana, tetapi konsep kapitalis dalam dunia kesehatan
masih tetap berjalan. Walaupun demikian negara yang memiliki kekuasaan politik tetap
melayani masyarakat yang memiliki masalah kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan tidak
hanya untuk golongan tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat.

Latihan 1
1. Jelaskan konsep negara
2. Jelaskan konsep politik
3. Sebutkan fungsi politik dalam ekonomi kesehatan

Petunjuk jawaban latihan


Untuk membantu anda mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari materi tentang
a. Konsep negara
b. Konsep politik
c. Fungsi politik dalam ekonomi kesehatan

Ringkasan
Untuk lebih mengingat kembali materi yang telah di uraikan di atas, maka di sini dapat
kita simpulkan bahwa

82
 Sosiologi Kesehatan 

1. Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan. Negara dapat berwujud
jika memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan..
Sifat negara adalah memaksa; monopoli, peraturan berlaku untuk semua. Fungsi Negara
untuk perlindungan, penertiban, kesejahteraan dan kemakmuran, pertahanan,
menegakkan keadilan, negara tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan
2. Politik berarti berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang berkaitan dengan
proses menetapkan tujuan dan bagaimana mencapai tujuan itu, politik bekerja dalam
suatu unit kesatuan.
Ciri-ciri sistem politik memiliki struktur, menjalankan fungsi yang sama, melaksanakan
banyak fungsi dan politik adalah sistem campuran.
3. Fungsi politik dan ekonomi kesehatan. Masyarakat kapitalis maju berorientasi pada
pengobatan melalui penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya tinggi,
penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju bukan akibat proses endogen
tubuh, melainkan karena kondisi sosial.

Bentuk teknologi pengobatan dikaitkan dengan biaya yang tinggi yang efektivitasnya
meragukan, tidak rasional jika dipandang dari kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan, sangat
rasional jika dipandang dari kebutuhan sistem kapitalis, karena sistem ini mendukung
ekspansi monopoli modal dan upaya meraih keuntungan pribadi dari sektor pemeliharaan
kesehatan.

Tes 1
1. Konsep negara adalah, kecuali….
A. Sifat negara tidak boleh memaksa dan monopoli
B. Alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia
dalam masyarakat
C. Menertibkan gejala kekuasaan.
D. Memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan

2. Konsep politik adalah, kecuali ….


A. berbagai macam kegiatan dalam suatu negara
B. Bekerja dalam beberapa unit kesatuan
C. Berkaitan dengan proses menetapkan tujuan
D. Cara mencapai tujuan

3. Ciri- ciri sistem politik, kecuali….


A. Memiliki struktur
B. Menjalankan fungsi yang sama
C. Menjalankan fungsi yang berbeda

83
 Sosiologi Kesehatan 

D. Melaksanakan banyak fungsi

4. Fungsi politik dan ekonomi kesehatan adalah, kecuali…. A. Masyarakat kapitalis maju
berorientasi pada pengobatan
B. Penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya tinggi
C. Penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju karena kondisi sosial
D. Penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju akibat proses endogen
tubuh

5. Bentuk teknologi pengobatan dikaitkan dengan, kecuali….


A. Biaya yang rendah dan efektivitasnya meragukan
B. Biaya yang tinggi dan efektivitasnya meragukan
C. Tidak rasional jika dipandang dari kebutuhan pemeliharaan kesehatan D.
Rasional jika dipandang dari kebutuhan sistem kapitalis

Latihan 2

1. Buat contoh kasus fungsi politik dalam ekonomi kesehatan


2. Negara tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan. Buat contoh kasus kekuasaan negara
dalam hal kesehatan

84
 Sosiologi Kesehatan 

Topik 2 Perubahan Sosial Dan Kebudayaan

A. PERUBAHAN SOSIAL

Saudara mahasiswa, perubahan sosial sudah tidak asing terjadi dalam kehidupan kita,
bagaimana kita memandang perubahan sosial? Tentu hal ini tergantung pada individunya.
Apakah individu memandang perubahan sosial sebagai yang positif atau sebagai hal yang
negatif. Tentu tergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Untuk memahami hal ini kita
akan membahas pada pertemuan kali ini. Untuk mengarahkan anda memahami tentang hal ini,
perhatikan perubahan sosial yang terjadi di sekelilingmu!
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat, ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur kebudayaan, material maupun
inmaterial. Perubahan sosial ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan
material terhadap unsur inmaterial.
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dan cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat
perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan
manusia yang terjadi karena sebab interen maupun sebab ekstern. Perubahan yang
mempengaruhi sistem sosial adalah nilai, sikap, pola perilaku antar kelompok dalam
masyarakat, hal ini berupa himpunan pokok manusia yang akan mempengaruhi segi-segi
struktur lainnya.
Saudara mahasiswa, setujukah saudara dengan pernyataan bahwa terdapat hubungan
antara perubahan sosial dan perubahan masyarakat? Apakah dapat dipisahkan kedua hal ini?
Bagaimana ciri perubahan sosial? Nah kita akan uraikan tentang hal ini.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat
dan lainnya, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial, sebagai contoh
dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya, akan tetapi
perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut
lebih merupakan perubahan kebudayaan dari pada perubahan sosial.

85
 Sosiologi Kesehatan 

Unsur kebudayaan dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan dalam


kebudayaan tidak perlu mempengaruhi sistem sosial, artinya perubahan kebudayaan bertitik
tolak dan timbul dari organisasi sosial serta mempengaruhinya. Kebudayaan mencakup
segenap cara pikir dan tingkah laku yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif
seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan karena warisan yang
berdasarkan keturunan. Jadi kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan
manusia sebagai warga masyarakat, perubahan kebudayaan merupakan perubahan dari unsur-
unsur tersebut.
Memisahkan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan bukanlah hal mudah,
karena tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin
ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Tetapi yang pasti perubahan
sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama karena saling berhubungan dengan
suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhannya. Artinya perubahan kebudayaan tidak menyebabkan terjadinya perubahan
sosial.
Contoh: “Perubahan model pakaian dan kesenian dapat terjadi tanpa mempengaruhi
lembaga kemasyarakatan atau sistem sosial, namun sukar dibayangkan terjadi perubahan
sosial tanpa didahului suatu perubahan kebudayaan lembaga kemasyarakatan seperti keluarga,
perkawinan, hak milik, perguruan tinggi atau negara tak akan mengalami perubahan apapun
bila tidak didahului oleh suatu perubahan fundamental dalam kebudayaan. Suatu perubahan
sosial dalam kehidupan tertentu tidak mungkin berhenti pada satu titik karena perubahan
bidang lain akan segera mengikutinya, karena struktur lembaga masyarakat sifatnya saling
terjalin satu sama lain, apabila suatu negara mengubah undangundang dasarnya atau bentuk
pemerintahannya, perubahan yang kemudian terjadi tidak hanya sebatas pada lembaga politik
saja” Ciri perubahan sosial:
a. Setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara cepat atau secara lambat
b. Perubahan pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti perubahan lembaga
sosial lainnya, karena lembaga sosial bersifat independen, sehingga sulit mengisolasi
perubahan pada lembaga sosial tertentu saja, proses awal dan proses lanjut merupakan
suatu rantai yang tidak terputus
c. Cepatnya perubahan sosial mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena
berada dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah dan nilai lain yang baru
d. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja, karena kedua
bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
e. Secara tipologis perubahan sosial dikategorikan menjadi
1) Social process. The circulation of various rewards, facilities and personnel in at
existing structure
2) Segmentation. The proliferation of structural units that do not differ qualitatively
from existing units
3) Structural change. The emerge of qualitatively new complexes of roles and
organization

86
 Sosiologi Kesehatan 

4) Changes in group structure. The shift in the composition of group, the level of
consciousness of groups, and the relations among the groups in society

Nah. Di sini di ketahui bahwa tidak mudah memisahkan antara perubahan sosial dalam
kehidupan sehari hari dengan kebudayaan, hal ini disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga untuk kedua hal
ini dapat ditemukan hubungan timbal balik sebagai sebab akibat.
B. BENTUK PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

1. Perubahan lambat dan perubahan cepat


Perubahan memerlukan waktu lama dan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti
dengan lambat, hal ini disebut dengan evolusi. Evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya
tanpa adanya rencana. Perubahan terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat.
Perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut sendi
pokok kehidupan masyarakat disebut dengan revolusi. Perubahan yang terjadi dapat
direncanakan atau tidak direncanakan. Revolusi bersifat relatif karena membutuhkan waktu
yang lama.
Apakah menurut saudara untuk terjadinya revolusi membutuhkan syarat? Benar revolusi
membutuhkan syarat sebagai berikut
a. Harus ada keinginan umum untuk perubahan (perasaan tidak puas terhadap keadaan dan
suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan tersebut)
b. Adanya seorang pemimpin yang mampu memimpin
c. Pemimpin yang dapat menampung keinginan masyarakat, merumuskan dan
menegaskan rasa tidak puas menjadi suatu program
d. Pemimpin memiliki tujuan konkret dan dapat dilihat, serta tujuan abstrak untuk
merumuskan suatu ideologi tertentu
e. Memiliki momentum untuk memulai gerakan

2. Perubahan kecil dan perubahan besar


Perubahan kecil terjadi pada struktur sosial tidak membawa pengaruh berarti pada
masyarakat. Proses industrialisasi pada masyarakat agraris membawa pengaruh besar pada
masyarakat.

3. Perubahan yang dikehendaki (Intended-change) atau direncanakan (planned-change)


dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak
direncanakan (unplanned-change)
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak yang hendak
mengadakan perubahan dalam masyarakat yang dikenal dengan agent of change, yaitu
seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat. Cara-cara

87
 Sosiologi Kesehatan 

mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu
dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau perencanaan sosial (social planning).
Perubahan sosial yang tidak direncanakan berlangsung di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menimbulkan akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Jika
perubahan yang tidak dikehendaki sejalan dengan perubahan yang dikehendaki, perubahan
mungkin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan yang dikehendaki. Perubahan
terjadi tidak hanya akibat dari satu gejala sosial, tetapi dari berbagai gejala sosial sekaligus.
Perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik sosial yang ditafsirkan sebagai
suatu proses berupa perintah dan larangan, artinya menetralisirkan suatu keadaan krisis
dengan akomodasi untuk melegakan hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau
berkembangnya suatu keadaan yang dikehendaki, legalisasi tersebut dilaksanakan dengan
tindakan fisik yang bersifat arbitratif.
C. FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN SOSIAL
DAN KEBUDAYAAN

Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan. Di sini
saudara akan mendapatkan materi tentang sumber perubahan dalam masyarakat, faktor
pendorong perubahan masyarakat oleh individu serta pola penemuan hal baru.
Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari
terjadinya perubahan itu. Sebab terjadinya perubahan mungkin dikarenakan oleh sesuatu yang
tidak lagi memuaskan, faktor baru yang lebih memuaskan, menyesuaikan suatu faktor dengan
faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu. Sumber-sumber perubahan
tersebut dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang dari luar masyarakat itu
sendiri. Sebab sumber perubahan dalam masyarakat adalah:

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk


Perubahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatan. Berkurangnya penduduk disebabkan
terjadinya transmigrasi.

2. Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, terjadi dalam waktu yang tidak terlalu
lama disebut inovasi, proses tersebut meliputi penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan
baru yang tersebar ke lain bagian masyarakat dan cara unsur kebudayaan baru tidak diterima,
dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.

Penemuan-penemuan baru sebab terjadinya perubahan disebut discovery, yaitu


penemuan unsur kebudayaan yang baru berupa alat atau gagasan yang diciptakan oleh
seseorang. Discovery menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima serta
menetralkan penemuan baru.
Faktor pendorong perubahan masyarakat oleh individu adalah:
a. Kesadaran individu akan kekurangan dalam kebudayaan

88
 Sosiologi Kesehatan 

b. Kualitas ahli dalam suatu kebudayaan


c. Perangsang bagi aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Keinginan dan kualitas juga merupakan pendorong bagi terciptanya penemuan baru,
keinginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong. Penemuan baru
dalam kebudayaan rohaniah juga dapat menyebabkan perubahan.
Penemuan baru seperti pemancar radio akan berpengaruh ke berbagai arah dan
menyebabkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan dan adat istiadat.

Gambar 1. Pola Penemuan Baru

Perubahan yang menjalar dari satu lembaga ke lembaga kemasyarakatan lainnya.

1 1 2 3
Gambar 2. Pola Penemuan Baru

Penemuan baru kapal terbang membawa pengaruh terhadap metode peperangan, yang
kemudian kian memperdalam perbedaan antara negara super besar dengan negara kecil.
Beberapa jenis penemuan baru dapat pula mengakibatkan satu jenis perubahan

89
 Sosiologi Kesehatan 

1 3

1
Gambar 3. Pola Penemuan Baru

3. Pertentangan (conflict) masyarakat


Pertentangan dapat terjadi antar individu maupun antar kelompok, masyarakat Indonesia
bersifat kolektif, segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat, walaupun
kepentingan individu diakui, tetapi memiliki fungsi sosial, walau tidak jarang timbul
pertentangan kepentingan individu dengan kepentingan kelompok, sehingga dalam hal
tertentu dapat terjadi perubahan. Pertentangan antar kelompok sering terjadi pada generasi
muda dari pada generasi tua, di mana generasi muda lebih mudah menerima perubahan-
perubahan baru.

4. Terjadi pemberontakan/ revolusi


a. Sebab dari lingkungan alam/ fisik di sekitar, seperti gempa bumi, topan, banjir yang
menyebabkan masyarakat terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Jika mereka
meninggalkan tempat tinggal dan terpaksa tinggal di tempat yang baru sehingga
masyarakat harus menyesuaikan diri dengan alam yang baru tersebut. Hal ini
mengakibatkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri.
b. Peperangan. Hal ini dikarenakan negara yang menang akan memaksakan kebudayaan
pada negara yang kalah
c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara
dua masyarakat cenderung untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Tetapi jika
hubungan melalui alat komunikasi massa, pengaruh hanya terjadi pada satu pihak yaitu
masyarakat pengguna tanpa dapat memberi timbal balik. Jika pengaruh tidak diterima
dengan paksaan disebut dengan demonstration effect.

Secara umum terdapat faktor yang mempengaruhi proses perubahan, yaitu


1. Faktor pendorong
a. Kontak dengan kebudayaan lain, dikenal dengan difusi. Difusi intra masyarakat
dipengaruhi oleh:

90
 Sosiologi Kesehatan 

1) Pengakuan bahwa unsur baru memiliki kegunaan


2) Ada tidaknya unsur kebudayaan yang mempengaruhi, diterima atau tidaknya
unsur yang baru
3) Unsur baru bertentangan dengan unsur yang lama, kemungkinan tidak akan
diterima
4) Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sehingga hal
baru lebih mudah diterima
5) Pemerintah dapat memahami proses difusi tersebut Difusi antar
masyarakat dipengaruhi oleh:
• Adanya kontak antar masyarakat tersebut
• Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat penemuan baru
• Pengakuan akan kegunaan penemuan baru
• Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru
• Paksaan untuk menerima penemuan baru
b. Sistem pendidikan formal yang maju memberikan pikiran kepada manusia untuk
berpikir secara ilmiah dan objektif serta menilai apakah kebudayaan masyarakat
akan dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak
c. Keinginan untuk maju dan menghargai hasil karya orang lain
d. Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang yang bukan delik
e. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal yang luas, sehingga memberikan kesempatan pada individu untuk maju
atas dasar kemampuan sendiri
f. Penduduk yang heterogen
g. Ketidakpuasan masyarakat pada bidang kehidupan tertentu
h. Orientasi pada masa depan
i. Nilai bahwa manusia harus berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya

2. Faktor penghambat
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, karena terasing menyebabkan
masyarakat terkukung pola pemikiran oleh tradisi yang ada
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat karena terasing dan tertutup atau
karena lama dijajah
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional dan dikuasai oleh golongan konservatif
d. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
e. Rasa takut akan kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f. Sikap tertutup/prasangka terhadap hal baru
g. Hambatan yang bersifat ideologis
h. Kebiasaan
i. Nilai pasrah.

F. PROSES PERUBAHAN SOSIAL KEBUDAYAAN

91
 Sosiologi Kesehatan 

1. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, keserasian dan harmoni pada masyarakat


dimaksudkan sebagai suatu keadaan masyarakat yang pokok benar-benar berfungsi dan
saling mengisi, sehingga secara psikologis individu merasakan ketentraman karena tidak
adanya pertentangan dalam norma dan nilai.
2. Saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran yang dilalui oleh suatu
proses perubahan, umumnya saluran tersebut adalah lembaga kemasyarakatan dalam
bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan sebagainya. Lembaga
kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung pada culture focus masyarakat
pada masa tertentu.
Lembaga kemasyarakatan pada suatu waktu mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat
cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga
kemasyarakatan membawa akibat pada lembaga kemasyarakatan lainnya karena
lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Lembaga
kemasyarakatan tersebut merupakan suatu struktur apabila mencakup hubungan antar
lembaga kemasyarakatan yang memiliki pola tertentu dan keserasian tertentu, artinya
saluran tersebut berfungsi agar suatu perubahan dikenal, diterima, diakui, serta
digunakan oleh khalayak ramai atau dengan singkat mengalami proses
institutionalization (pelembagaan).
3. Disorganisasi dan reorganisasi
a. Organisasi merupakan artikulasi dari bagian yang merupakan suatu kesatuan
fungsional. Tubuh manusia misalnya, terdiri dari bagian-bagian yang
masingmasing mempunyai fungsi dalam rangka hidupnya seluruh tubuh manusia
sebagai suatu kesatuan. Apabila seseorang sedang sakit, bisa dikatakan salah satu
bagian tubuhnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, jadi secara
keseluruhan bagian-bagian tubuh manusia merupakan keserasian yang fungsional.
b. Suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu
kebulatan, misalnya dalam masyarakat agar berfungsi sebagai organisasi harus
ada keserasian antar bagian. Ketidakserasian di sini disebut disorganisasi. Kriteria
disorganisasi terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara
semestinya atau tidak baik. Disorganisasi dalam masyarakat dihubungkan dengan
moral, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
c. Sistem sosial dalam pertumbuhannya mempengaruhi diri sendiri, sehingga yang
terjadi bukanlah perubahan-perubahan inti tetapi mempengaruhi suasana
masyarakat yang melingkunginya, lingkungan sekitar dapat mempercepat atau
memperlambat pertumbuhan sistem sosial, bahkan dapat menghancurkan
sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak mungkin akan berhasil mengubah sifatnya
yang pokok.

Tahap reorganisasi dilaksanakan jika norma dan nilai yang baru telah melembaga dalam diri
warga masyarakat, reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai yang
baru agar sesuai dengan lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.
Reorganisasi dilaksanakan apabila norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga
dalam diri warga.

92
 Sosiologi Kesehatan 

Gambaran disorganisasi dan reorganisasi berupa pengaruh dari suatu masyarakat yang
tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa para anggota, watak atau jiwa
seseorang merupakan pencerminan kebudayaan masyarakat. Pada masyarakat
tradisional aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakat,
segala sesuatu didasarkan pada tradisi dari setiap usaha untuk mengubah satu unsur saja,
struktur dianggap sebagai sesuatu yang suci, tidak dapat diubah dengan drastis dan
berjalan dengan lambat sekali. Perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat
modern akan mengakibatkan pola perubahan dalam jiwa setiap anggota masyarakat.
Ketidakserasian perubahan dan ketinggalan budaya berupa unsur kebudayaan kebendaan
lebih mudah berubah dari pada unsur kebudayaan rohaniah, apabila terdapat unsur yang
tidak memiliki hubungan yang erat, tidak ada persoalan mengenai tidak adanya
keseimbangan lajunya perubahan. Ketertinggalan terjadi apabila laju perubahan dari dua
unsur masyarakat atau kebudayaan yang mempunyai korelasi tidak sebanding, sehingga
unsur yang satu tertinggal dari unsur lainnya. Ketertinggalan yang mencolok adalah
tertinggalnya alam pikiran dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dijumpai
terutama pada masyarakat yang sedang berkembang. Untuk mengubah alam pikiran
manusia harus mengalami perubahan terlebih dahulu, yaitu dari alam pikiran tradisional
ke alam pikiran modern yang ditandai dengan sifat terbuka terhadap pengalaman baru
serta terbuka untuk perubahan dan pembaharuan, tekanan bukanlah pada keahlian dan
kemampuan jasmaniah belaka, tetapi pada suatu jiwa yang terbuka. Pendidikan
memperoleh posisi semakin terdidik seseorang semakin terbuka dan semakin luas daya
pikirannya. Alam pikiran modern lebih berorientasi pada keadaan sekarang dan
mendatang daripada keadaan masa lalu, dan itu harus ada planning untuk hari depan.
Seseorang dengan alam pikiran modern yakin bahwa manusia dapat belajar untuk memaafkan
dan menguasai alam sekitarnya dari pada pasrah atau pasif, yakin bahwa keadaan dapat
diperhitungkan, artinya orang lain atau lembaga lain dapat diandalkan dalam memenuhi
kewajiban dan tanggung jawabnya, artinya tidak setuju dengan pendapat bahwa sesuatu
ditentukan oleh nasib atau watak dari sifat yang khusus dari orang tertentu, sehubungan
dengan itu timbul kesadaran akan harga diri seseorang, lebih percaya pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga menimbulkan keyakinan bahwa penghargaan
sebagai balas jasa diberikan kepada orang yang benar-benar telah berjasa dan tidak atas
dasar kekuasaan yang dimiliki, semua akan dicapai jika seseorang memiliki pendidikan
supaya dapat berpikir secara ilmiah, dan ini harus melembaga dalam diri manusia,
terutama masyarakat yang sedang berkembang agar terhindar ketinggalan budaya
(Cultural log) ketinggalan budaya merupakan ketidakserasian dalam perubahan unsur
masyarakat dan kebudayaan.

G. ARAH PERUBAHAN (DIRECTION OF CHNGE) DAN MODERNISASI

Setiap manusia tentu mengharapkan perubahan, perubahan di sini tentu ke arah yang
lebih baik, tetapi bagaimana menurut saudara cara untuk memperoleh perubahan yang lebih
baik? Apa syarat untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik? Untuk menjawab
pertanyaan ini kita akan bahas materi di bawah ini.

93
 Sosiologi Kesehatan 

Perubahan dapat menjadi sesuatu yang baru, mungkin ke arah sesuatu yang ada dalam
waktu lampau, keinginan yang kuat untuk mendapat pendidikan sekular lebih kuat pada
generasi muda, pendidikan di Indonesia dianggap sebagai alat utama untuk mengadakan
perbaikan. Dahulu pusat perhatian adalah kebahagiaan dunia akhirat, tetapi sekarang lebih
ditujukan pada kehidupan dunia, pendidikan keagamaan disesuaikan dengan aspirasi generasi
muda, sikap dan pikiran keduniaan menyebabkan perubahan pada sikap serta keluarga,
dewasa ini anak bebas memilih lapangan pekerjaan yang disukainya, demikian pula dengan
agama dan pasangan hidupnya.

Perubahan dapat dilakukan dengan modernisasi, perubahan bergerak meninggalkan


faktor yang diubah, akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan bergerak
kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru atau mungkin bergerak ke arah suatu bentuk
yang sudah ada pada masa lampau.
Faktor yang menghambat proses modernisasi adalah perlawanan terhadap transformasi
akibat adanya modernisasi, keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak
toleran terhadap penyimpangan penyimpangan, pendidikan dan perkembangan ilmiah yang
tertinggal. Justru pendidikan dan perkembangan ilmiah merupakan hal penting untuk
mengimbangi perkembangan teknologi dalam modernisasi. Modernisasi yang terlalu cepat
tidak dikehendaki karena masyarakat tidak akan sempat mengadakan reorganisasi.
Hal yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan dan penolakan modernisasi adalah
sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru serta kesepadanannya
dengan unsur kebudayaan yang ada, ada kemungkinan modernisasi bertentangan dengan
kebudayaan yang ada atau memerlukan pola baru yang belum ada, selain itu kemungkinan
unsur tertentu dari modernisasi menggantikan unsur yang lama (bukan sekadar tambahan).
Modernisasi dalam abad social change mau tidak mau harus dihadapi masyarakat,
bidang yang akan diutamakan oleh suatu masyarakat tergantung dari kebijakan penguasa yang
memimpin masyarakat. Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi dalam
masyarakat, apalagi menyangkut nilai dan norma masyarakat. Proses yang terlalu cepat dan
tidak mengenal istiadat mengakibatkan disorganisasi yang terus menerus karena masyarakat
tidak sempat untuk mengadakan reorganisasi.
Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif agar proses tersebut tidak mengarah
dalam angan-angan, tetapi modernisasi harus dapat memproyeksikan kecenderungan yang ada
dalam masyarakat ke arah waktu mendatang. Syarat modernisasi
1. Cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam kelas penguasa
maupun masyarakat, hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang
terencana dengan baik
2. Sistem administrasi negara yang baik yang dapat mewujudkan demokrasi
3. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat pada suatu lembaga atau
badan tertentu, hal ini memerlukan penelitian yang kontinyu agar data tidak tertinggal
4. Penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap karena
erat hubungannya dengan sistem kepercayaan masyarakat (belief system)

94
 Sosiologi Kesehatan 

5. Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, di lain pihak berarti
pengurangan kemerdekaan
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social planning). Apabila
tidak dilakukan, perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan dari kepentingan yang
ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam
masyarakat.
Latihan 1

1. Jelaskan pengertian perubahan sosial


2. Uraikan hubungan antara perubahan sosial dan perubahan masyarakat
3. Jelaskan bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
4. Sebutkan faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
5. Sebutkan faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
6. Uraikan proses perubahan sosial dan kebudayaan
7. Sebutkan arah perubahan dan modernisasi

Petunjuk jawaban latihan


Untuk membantu anda mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari materi tentang
1. Pengertian perubahan sosial
2. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
3. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
4. Proses perubahan sosial dan kebudayaan
5. Arah perubahan dan modernisasi

Ringkasan
Untuk lebih mengingat kembali materi yang telah di uraikan di atas, maka di sini dapat
kita simpulkan bahwa
1. Perubahan sosial dapat terjadi karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuanpenemuan
baru dalam masyarakat. Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang terjadi dalam
pola kehidupan manusia yang terjadi karena faktor intern maupun ekstern.
Perubahan pada lembaga kemasyarakatan dapat mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai-
nilai, sikap dan pola perilaku antarkelompok dalam masyarakat terutama mempengaruhi
struktur masyarakat lainnya.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan yang mencakup aspek
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan perubahan aturan organisasi sosial.
Dalam kehidupan sehari hari tidak mudah menentukan garis pemisah antara perubahan
sosial dan kebudayaan, hal ini disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin kebudayaan tidak menjelma dalam suatu

95
 Sosiologi Kesehatan 

masyarakat, karena dalam kehidupan terdapat hubungan timbal balik sebagai sebab
akibat.

2. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan


a. perubahan lambat dan perubahan cepat
b. perubahan kecil dan perubahan besar
c. perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan perubahan
yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan

3. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan


a. Sebab yang bersumber dari dalam diri masyarakat
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk
2. Penemuan-penemuan baru
3. Pertentangan–pertentangan dalam masyarakat 4. Terjadinya
revolusi dalam masyarakat.
b. Sebab yang berasal dari luar diri masyarakat
1. Lingkungan fisik di sekitar manusia 2. Peperangan dengan
negara lain 3. Kebudayaan masyarakat lain.

Faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan


a. Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
1. Kontak dengan kebudayaan lain
2. Sistem pendidikan yang maju
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maj
4. Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang
5. Sistem laporan masyarakat yang terbuka
6. Penduduk yang heterogen
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi ke depan
9. Nilai meningkatkan taraf hidup

b. Faktor yang menghambat terjadinya perubahan


1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
3. Sikap masyarakat yang tradisionalis
4. Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat
5. Rasa takut akan kegoyahan pada integrasi kebudayaan
6. Prasangka terhadap hal yang baru
7. Hambatan ideologis
8. Kebiasaan
9. Nilai pasrah

96
 Sosiologi Kesehatan 

4. Proses perubahan sosial dan kebudayaan


Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, keserasian dan harmoni yang pokok, sehingga
secara psikologis individu merasakan ketentraman karena tidak adanya pertentangan
dalam norma dan nilai. Perubahan sosial dan kebudayaan pada lembaga kemasyarakatan
tergantung pada culture focus masyarakat pada masa tertentu.
Ketidakserasian proses perubahan sosial dan kebudayaan disebut disorganisasi dengan
kriteria apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak dan
dihubungkan dengan moral. Sistem sosial dapat mempercepat atau memperlambat
pertumbuhan serta menghancurkan sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak akan berhasil
mengubah sifat pokok.
Reorganisasi adalah proses pembentukan norma dan nilai yang baru agar sesuai dengan
lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan, dilaksanakan apabila norma dan
nilai yang baru telah melembaga dalam diri warga.
Ketertinggalan budaya yang mencolok adalah pada alam pikiran dengan perkembangan
teknologi yang sangat pesat, untuk mengubah alam pikiran tradisional ke alam pikiran
modern ditandai dengan sifat terbuka terhadap pengalaman baru untuk perubahan dan
pembaharuan, hal ini didapat dari pendidikan dan harus ada planning untuk hari depan.

5. Arah perubahan dan modernisasi


Perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah, akan tetapi setelah meninggalkan
faktor ini mungkin perubahan bergerak kepada suatu bentuk yang sama sekali baru, atau
mungkin bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada dalam waktu lampau.
Dalam proses modernisasi tercakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
tradisional dalam artian teknologis serta organisasi sosial ke arah pola ekonomis dan
politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil.
Syarat modernisasi
1. Cara berpikir yang ilmiah
2. Sistem administrasi negara yang baik
3. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur
4. Penciptaan iklim yang favorit dari masyarakat
5. Tingkat organisasi yang tinggi
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan social planning

Tes 2

97
 Sosiologi Kesehatan 

1. Perubahan sosial merupakan


A. Modifikasi pola kehidupan manusia karena sebab intern maupun ekstern
B. Modifikasi pola kehidupan manusia karena sebab intern
C. Modifikasi pola kehidupan manusia karena sebab ekstern
D. Modifikasi pola kehidupan manusia karena pola pikir

2. Dalam kehidupan sehari hari tidak mudah menentukan garis pemisah antara perubahan
sosial dan kebudayaan, hal ini disebabkan karena:
A. Masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, tidak mungkin kebudayaan yang
tidak menjelma dalam suatu masyarakat, sebenarnya dalam kehidupan terdapat
hubungan timbal balik sebagai sebab akibat
B. Terdapat hubungan timbal balik sebagai sebab akibat
C. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan
D. Tidak mungkin kebudayaan yang tidak menjelma dalam suatu masyarakat

3. Yang tidak merupakan bentuk perubahan sosial dan kebudayaan adalah


A. perubahan lambat dan perubahan cepat
B. perubahan kecil dan perubahan besar
C. Perubahan bersifat permanen
D. perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan perubahan
yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan

4. Faktor pendorong yang mempengaruhi proses perubahan adalah, kecuali


A. Kontak dengan kebudayaan lain
B. Sistem pendidikan yang maju
C. Sikap menghargai hasil karya seseorang
D. Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat

5. Faktor yang menghambat terjadinya perubahan, kecuali:


A. Penduduk yang heterogen
B. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
C. Sikap masyarakat yang tradisionalis
D. Hambatan ideologis

6. Dalam proses modernisasi tercakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama
yang tradisional, yang tidak termasuk syarat modernisasi
A. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur
B. Cara berpikir yang praktis
C. Sistem administrasi negara yang baik
D. Penciptaan iklim yang favorit dari masyarakat
Latihan 2

98
 Sosiologi Kesehatan 

Berikan contoh kasus masalah kesehatan dari hal berikut di bawah ini:
1. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
2. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
3. Proses perubahan sosial dan kebudayaan
4. Arah perubahan dan modernisasi

Kunci Jawaban Tes

99
 Sosiologi Kesehatan 

Tes 1
1. A
2. B
3. c
4. D
5. A

Tes 2
1. A
2. B
3. C
4. D
5. A
6. B

Daftar Pustaka
Phipipus Ng, Aini N. 2004. Sosiologi dan politik. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada

100
 Sosiologi Kesehatan 

Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana

Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers

Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta: Rajawali
Pers

White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pers

101

Anda mungkin juga menyukai