Makalah Kelompok 5 (Komunikasi Non Verbal)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNIKASI NON VERBAL

Disusun Oleh :

1. Annisa Sukma Azzahra


2. Elsa Annisa Az-Zahro
3. Hanif Cahyo Baskoro
4. Intan Puspa Parera
5. Muthia Hayati Hasan
6. Rea Tania Cahyanie
7. Rizqa Nuriawalia
8. Wendy Puspita Andarani

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018/2019

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut nama Allah
Subahanahuwata’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga
makalah tentang Komunikasi Non Verbal dapat di selesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam di limpahkan kepada Nabi Muhammad Sallalahu
Alaihi Wasalam, atas segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang
setia kepadanya.
Harapan kami dengan di selesaikannya makalah ini, semoga
member manfaat baik untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih
dalam mengenai Komunikasi Non Verbal. Dan juga untuk pembaca yang
bias menjadikan makalah ini sebagai referensi.

Jakarta, 13 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Non Verbal....................................................... 2
2.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal............................................................. 2
2.3 Klasifikasi Komunikasi Non Verbal...................................................... 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam


hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
“caring” atau kasih saying / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan
orang lain.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak


saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit
(Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana penjelasan mengenai pengertian komunikasi non verbal ?

Bagaimana penjelasan mengenai fungsi komunikasi non verbal ?

Bagaimana penjelasan tentang klasifikasi pesan non verbal ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Diharapakan pembaca mengerti tentang penjelasan dari komunikasi


nonverbal yang kami buat di makalah ini. Sehingga pembaca menegetahui apa
saja yang ada di pembahasan komunikasi nonverbal ini.

BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KOMUNIKASI NONVERBAL

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi di mana pesan


disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata,
penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-
simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya
emosi, dan gaya berbicara.

Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi


"tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-
verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak
dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan
intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi
nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa
komunikasi verbal ataupun nonverbal.

2.2 FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa


komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus
menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini di tafsirkan melalui
simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu
tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal.

Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi.


Paul Ekman menjelaskan 5 fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan
dengan perilaku mata, yakni sebagai berikut:

Emblem : Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan


dengan symbol verbal.

Illustrator : Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

Regulator : Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan


muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

Penyesuaian : Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam
tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh
untuk mengurangi kecemasan.

Affect Display : Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukan


peningkatan emosi. Isyrat wajah lainnya menunjukan perasaan takut,
terkejut, atau senang.
Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku
nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

Perilaku nonverbal dapat mengurangi perilaku verbal, misalnya anda


menganggukan kepala saat anda mengataka “Ya” dan anda menggelengkan
kepala anda ketika mengatakan “Tidak”.

Memperteguh, menekankan atau melengkapi perlaku verbal. Misalnya anda


melambakan tangan seraya mengucapakan “selamat jalan”, “sampai jumpa
lagi”, atau “bye-bye”.

Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri,


misalnya anda menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan
mengarah kedepan (sebagai pengganti kata “tidak”) ketika seorang
pengamen mendatangi mobil anda.

Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda sebagai


mahasiswa mengenakan jaket, atau membereskan buku-buku, atau melihat
jam tangan menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segara menutup
kuliahnya.

Perilaku noverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal.


Misalnya, seorang suami mengtakan “bagus!” ketika dimintai komentar pleh
istrinya mengenai gaun yang dibelinya, seraya terus membaca surat kabar
atau menonton televisi.

2.3 KLASIFIKASI KOMUNIKASI NONVERBAL

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian.


Pertama, bahasa tanda (sign language) seperti acungan jempol untung menunpang
mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action
language) semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk
memberikan sinyal, misalnya, berjalan; dan ketiga, bahsa objek (object language)
pertunjukan benda, pakaian, dan lambing nonverbal bersifat public lainnya seprti
ukuran ruangan, bendera, gambar(lukisan), music (misalnya marching band), dan
sebgainya, baik secara sengaja ataupun tidak.

Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi


pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni: 1) perilaku yang terdiri
dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak
mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa. 2) ruang, waktu, dan diam.
Klasifikasi Samovar dan Porter ini sejajar dengan klasifikasi Jhon R. Wenburg
dan William W. Wilmot, yakni isyrat-isyarat nonverbal perilaku (behavioral) dan
isyarat-isyarat nonverbal bersifat public seperti ukuran ruangan dan factor-faktor
situasional lainnya.

BAHASA TUBUH

Bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan


seorang perintis study bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota
tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala,
kaki, dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat
simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Lebih
dari dua abad yang lalu Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak;
istirahat sempurna adalah kematia.

Isyarat Tangan

Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut
emblem, yang dipelajari, yang punya makna dalm satu budaya atau subkultur.
Meskipun isyaraat tangan yang digunakan sama maknanya bole jadi berbeda,
namu maksudnya sama. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan
dari budaya kebudaya. Misalnya, cara memanggil orang dengan menggunakan
isyarat tangan, di Amerika seperti Belanda, orang memanggil orang lain (“ke
sini!”) untuk mendekat dengan satu jari atau semua jari dengan telapak
menghadap keatas, sementara tangannya bergerak kearah pemanggil. Lalu
menggerakan telunjuk untuk memanggil seseorang di Amerika Serikat mirip
dengan cara memanggil hewan dibeberapa Negara Asia, dan Afrika. Di Ethiopia,
menunjuk dan memanggil “ke sini” dengan satu jari di anggap menghina dan
hanya digunakan terhadap anak-anak dan anjing.

Gerakan Kepala

Di beberapa Negara, anggukan kepala malah berarti “tidak”. Seperti di


Bulgaria, sementara isyarat utnuk “ya” di Negara itu adalah menggelengkan
kepala. Orang inggris, seperti orang Indonesia, menggangukan kepalauntuk
menyatakan bahwa mereka mendengar, dan tidak berarti menyetujui. Dibanyak
Negara, irang yang duduk sambil menegakkan kepala dihadapan orang yag
berbicara berarti memperhatikan si pembicara. Di Australia, pembicara angkan
menyangka anda kecapean atau mengantuk bila anda emejamkan mata anda. Akan
tetapi, orang jepang yang tampak tertidur dan kepala menunduk ketika pembisnis
asing sedang melakukan presentasi, sebenanya sedang menyimak presentasi
tersebut dengan sungguh-sungguh.
Postur Tubuh dan Posisi kaki

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu


diasosiasikan dengan status soisal dan agama tertentu. Postur tubuh memang
mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen. Klasifikas bentuk tubuh
yang dlakukan Wiliam Sheldon misalnya menunjuka hubungan antara bentuk
tubuh dan temperamen. Ia menghuungkan tubuh yang gemuk (endomorph)
dengan sifat malas dan tenang; tubuh yang atletik (mesomorph) dengan sifat
asertif dan kepercayaan-diri; dan tubuh yang kurus (ectomorph) dengan sifat
introvert yang lebih menyenangi aktivitas mental dari pada aktivitas fisik.

Status seseorang tampakya mempengaruhi postur tubuhnya ketika ia


berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang berstatus tinggi umumnya
mengatur postur tubuhnya secara lebih leluasa dari pada orang berstatus rendah.
Di banyak Negara Asia, khususnya di Jepang dan Indonesia, orang yang embukan
badannya lebih rendah ketika berjbat tangan dengan orang lain menunjuka
statusnya yang lebih rendah pula, suatu perilaku yang dianggap tidak demokratis,
berlebihan, da menjengkelkan oleh orang Amerika. Status seseorang juga dapat
terlihat lewat cara ia meletakan tangan ketika berdiri dan berbicara dengan orang
lain. Di Negara kita, orang yang berbicara dengan merapakan kedua tangannya
(telapak tangan menghadap kedalam) dan meletakannya didepan selangkangannya
hampir bias dipastikan adalah orang yang jabatannya lebih rendah dari pada orang
yang berdiri dengan meletakan kedua tangannya disamping atau dibelakang
punggungnya. Perhatikanlah situasi semacam ini ketika para pejabat Negara
berkumpul di istana, sehabis pelantikan pejabat tinggi misalnya.

Oleh Karena posisi pria dianggap leih tinggi daripada posisi wanita, tidak
mengherankan bahwa pria lebih leluasa mengatur postur tubuhnya dari pada
wanita. Pria dapat duduk bebas diruangan kantorna, misalnya menyandarkan
badannya sepenuhnya kesandaran kursi, berilang kaki atau meletakan kedua
kakinya diatas meja, dan sekaligus menaruh kedua tangannya dibelakang kepala.
Apa reaksi kita atas wanita yang berperilaku demikian ???

Ekspresi Wajah

Perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah,


khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata. Okulesika
(Oculesics) merujuk pada study tentang penggunaan kontak mata (termasuk reaksi
manik mata) daam berkomunikasi. Menurut Albert Mehrabian, andil wajah dalam
pengaruhi pesan adalah 55%, sementara vocal 30%, dan verbal hanya 7%.

Kontak mata memiliki dua fungsi dalamkomunikasi antarpribadi. Pertama,


fungsi pengatur, untuk memberitahu orang lain apakah anda akan melakukan
hubungan dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif,
memberitahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapanya. Pria
menggunakan lebih banyak kontak mata dengan orang yang mereka sukai,
meskipun menurut penelitian, perilaku ini kurang ajeg dikalangan wanita.

Pentingnya pandangan mata sebagai pesan nonverbal terlukis dalam


kalimat atau frase yang terdapat dalam banyak lagu: “Sepasag Mata Bola,” “Dari
Mata Turun ke Hati,” “Your eyes said more to that night than your lips would ever
say,” dan sebagainya. Juga dalam berbagia ungkapan sehari-hari: mata yang
cerdas, mata yang mempesona, mata yang sayu, mata yang sedih, ata yang tajam,
mata yang liar, mata yang penuh curiga, mata yang licik, mata yang genit, mata
yang sensual,mata keranjang (mata yang nakal), mata duitan,mata iblis, dn
sebagainya.

Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yng


mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Sebgaian pakar mengakui,
terdapat beberapa keadaan emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi wajah
yang tampaknya diahami secara universal: kebahagiaan, kesedihan, ketakutan,
keterkejutan, kemarahan, kejijikan, dan minat. Ekspresi-ekspresi wajah tersebut
dianggap “murni” sedangkan keadaan emosional lainnya (misalnya malu, rasa
berdosa, bingugn, puas) dianggap “campuran” yang umunya lebih bergantung
pada interpretasi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan


pandangan mata tidaklah universal, melainka sangat dipengaruhi oleh budaya.
Lelaki dan perempuan punya cara berbeda dalam hal ini perempuan cenderung
lebih banyak senyum daripada lelaki tetapi senyuman mereka sulit ditafsirkan.
Senyuman lelaki umumnya berarti perasaan posiif, sedangkan senyuma
perempuan mungkin merupakan respons terhadap afiliasi atau kemarahan.
Perempuan juga cenderung lebih lama melalkukan kontak mata dari pada lelaki
terlepas dari apakah mitra komunikasinya perempuan atau lelaki. Dalam suau
budaya pun terdapat kelompok-kelompok yang menggunaka ekspresi wajah
secara berbeda dengan budaya dominan.

SENTUHAN
Study tentang sentuh menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan,
seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multimakna, dapat menggantikan
seribu kata. Kenyataan sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan,
senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), raban, hingga
sentuhan lembut sekilas. Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan
dengan sentuhan. Konon, menurut orang muda, seseorang dapat merasa seperti
terkena strum ketika disentuh oleh lawan jenisnya, yang disenanginya. “And when
I touch you I feel happy inside,” kata Jhon Lennon dan Paul McCartney. Itu
sebabnya islam mempunyai aturan ketat mengenai sentuh-menyentuh diantara
lelaki dan perempuan untuk menghindari konsekuensinya yang menjurus pada
perbuatan negative.

Menurut Heslin, terdpat lima kategor sentuhan, yang merupakan suatu


rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-
kategori tersebut adalah sebagai berikut.

Fungsional-profesional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-


bisnis, misalnya pelayanan toko membantu pelangan memilih pakaian.

Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh


pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku. Misalnya berjabatan
tangan.

Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuha yang


menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang
saling merangkul setelah mereka lama berpisah.

Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan


keterikatan emosional atau keterkaitan, misalnya mencium pipi orangtua
dengan lembut,; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain; dua orang
yang “bermain kaki” dibawah meja; orang eskimo yang saling menggosokan
hidung.

Rangsangan seksual. kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,


hanya saja motifnya bersifat seksual. rangsangan seksual tidak otomatis
bermakna cinta atau keintiman.

Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal, termasuk sentuhan,


bukan hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks.vBagi orang arab,
menyentuh atau mengusap jenggot orang lain adalah perilaku yang dianggap
sopan dan menyenangkan. Walhasil, makna sentuhan itu sangat kompleks. Tak
salah bila Judee Burgoon menyimpulkan bahwa sentuhan adalah perilaku non
verbal yang paling provokatif, tetapi paling sedikit dipahami.
Metakomunikasi

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu
komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara,
yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim
terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

Penampilan Personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang


diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20
detik sampai 4menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap
seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry,
1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status
sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit
bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.

Kronemik

Kronemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika
berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda
berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat
keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan,
suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga
menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4
ruang interpersonal :

Jarak intim (0-45cm)

Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya
jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.

Jarak personal (75-120cm)

Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang


berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan,
jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
Jarak sosial (120-210 atau 210-360 formal)

Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu
dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang
lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga
dua belas kaki.

Jarak publik (360-450 cm)

Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.

Kontak Mata

Kontak mata merupakan alat komunikasi nonverbal paling penting. Hal ini
memungkinkan Anda untuk berhubungan dengan audiens dalam memproyeksikan
kesungguhan dan keterbukaan, dan menjaga perhatiannya. Apakah kontak mata
Anda agresif, apakah lunak, apakah itu mengundang, apakah Anda dapat
mengasihi dengan mata? Kontak mata adalah seni namun sangat sulit untuk
menguasainya, tetapi penting untuk menghasilkan komunikasi yang efektif.

Kontak mata memberikan informasi sosial terhadap orang yang Anda ajak
mendengarkan dan berbicara. Terlalu banyak kontak mata akan dipandang sebagai
seseorang yang agresif, kontak mata Anda yang terlalu sedikit, dapat dipandang
sebagai seseorang yang tidak memiliki kepentingan didepan lawan bicara anda.

Paralanguage

Merupakan suara-suara/vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari


percakapan, seperti kecepatan berbicara: volume, ritme; bentuk-bentuk vokal:
tertawa, pekikan, rintihan, uh, ahh, dan sebagainya.

Diam

Diam bukan berarti tidak melakukan komunikasi. Diam dapat diartikan


sebagai berikut:

Memberi kesempatan berpikir.


Menyakiti.
Mengisolasi diri sendiri.
Mencegah komunikasi.
Mengkomunikasikan perasaan.
Tidak menyampaikan sesuatupun

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi non
verbal adalah proses komunikasi dimana pesan yang disampaikan tidak
menggunakan kata-kata. Contohnya ialah dengan menggunakan gerak isyarat,
bahasa tubuh (body language), ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan
objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara
berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya dalam
berbicara.

Komunikasi nonverbal sering kurang disadari kehadirannya serta kurang


dipahami maknanya, padahal komunikasi nonverbal mendukung dan
mempengaruhi keberhasilan penyampaian pesan. Meski jarang disadari
manfaatnya, Komunikasi non verbal menempati porsi penting. Banyak
komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan
komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi
non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan
tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan
berbagai macam perasaan lainnya.

3.2 Saran

Diharapkan semua mahasiswa memiliki keterampilan dalam komunikasi


nonverbal dan tidak hanya pandai dalam berkomunikasi verbal. Karena di dalam
komunikasi verbal pasti terdapat pesan nonverbal yang bisa menjadi cermin dari
apa yang telah diucapkan serta kepribadian dari seseorang. Selain itu, kita semua
harus benar-benar memahami makna dari pesan nonverbal itu sendiri. Jangan
sampai terjadi salah tafsir yang berujung pada keadaan yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai