MAKALAH
MAKALAH
MAKALAH
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Menurut Skinner
(Syah, 2011:64) belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya Skinner percaya
bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia
diberi penguatan.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar. Disebabkan karena belajarlah manusia dapat
berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya, sehingga manusia
terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.
Dengan kemampuan berkembang melalui belajar pula manusia secara bebas dapat
mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk
kehidupannya.
1
Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen
pelayanan, yaitu: (1) layanan dasar bimbingan; (2) layanan responsif; (3)
perencanaan individual, dan (4) dukungan sistem.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana keadaan kebutuhan belajar pada remaja saat ini?
2. Layanan Dasar seperti apa yang dapat diberikan dalam membantu remaja
mengatasi masalah belajarnya?
3. Layanan Responsif seperti apa yang dapat diberikan dalam membantu remaja
mengatasi masalah belajarnya?
4. Perencanaan Individual seperti apa yang dapat diberikan dalam membantu
remaja mengatasi masalah belajarnya?
5. Dukungan Sistem seperti apa yang dapat diberikan dalam membantu remaja
mengatasi masalah belajarnya?
C. Tujuan
Tujuan dari perumusan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui kebutuhan belajar remaja saat ini
2. Mengetahui dan memahami layanan dasar dalam bimbingan dan konseling
belajar yang sesuai untuk mengatasi kebutuhan belajar remaja
3. Mengetahui dan memahami layanan responsif dalam bimbingan dan konseling
belajar yang sesuai untuk mengatasi kebutuhan belajar remaja
4. Mengetahui dan memahami perencanaan individual dalam bimbingan dan
konseling belajar yang sesuai untuk mengatasi kebutuhan belajar remaja
5. Mengetahui dan memahami dukungan sistem dalam bimbingan dan konseling
belajar yang sesuai untuk mengatasi kebutuhan belajar remaja
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBUTUHAN BELAJAR REMAJA
Kebutuhan belajar remaja sebagai peserta didik akan difokuskan
kepada pembahasan tentang kebutuhan belajar remaja secara psikologis yang
membutuhkan proses pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan psikologis mereka sebagai remaja. Selain dari sisi
psikologis juga disesuaikan dengan tuntutan jaman sekarang yang semakin maju..
Secara psikologis diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang penuh
gejolak dan goncangan jiwa bagi remaja. Gejolak dan goncangan jiwa terjadi
karena remaja sedang dalam pencarian identitas diri dan menjalani masa
eksplorasi yang menyebabkan para remaja ingin mencoba terhadap segala hal
yang diketahui melalui proses membaca dan mengalami dalam kehidupannya
sehari-hari di masyarakat. Gejolak dan goncangan jiwa juga terjadi karena remaja
sedang mengalami masa pubertas yang menyebabkan dorongan seksual remaja
sangat sensitif dan menuntut untuk disalurkan (dorongan kebutuhan id) yang
bersifat instinktif.
Mengingat masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan
goncangan, maka para calon guru dan para guru harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang remaja dan permasalahannya dan masalah psikologi remaja.
Dengan bekal pengetahuan dan pemahaman tentang remaja dan psikologi remaja,
para guru di sekolah harus memahami tentang kondisi psikologis remaja dan
menghadapi sikap dan perilaku remaja sebagai peserta didik secara edukatif dan
persuasif. Selain itu, para guru di jenjang pendidikan SMP dan sederajat, SMA
dan sederajat, dan dosen perguruan tinggi (khususnya dosen yang mengajar
mahasiswa baru) dapat mengadaptasikan proses pembelajarannya sesuai dengan
karakteristik psikologis remaja dan kebutuhan belajar remaja.
Para calon guru dan para guru dan dosen di lembaga pendidikan, juga perlu
memiliki wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang: tugas-tugas
perkembangan remaja, perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada diri remaja,
perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan sosial, dan
3
perkembangan moral remaja (Philip, 1987). Pengetahuan dan pemahaman tersebut
diharuskan sebagai dasar dalam menyusun program pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan belajar remaja. Dengan para guru di lembaga pendidikan perlu
menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan
kebutuhan psikologis remaja. Oleh karena itu, para guru harus dapat menerapkan
strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran di kelas yang sesuai dengan
perkembangan psikologis, sosial, dan moral remaja.
Sebagai contoh untuk mewujudkan rasa ingin tahu besar pada diri remaja
dan untuk membantu mengembangkan minat dan motivasi remaja untuk
bereksplorasi, maka metode dan strategi pembelajaran yang tepat digunakan ialah
metode dan strategi pembelajaran yang penyelidikan (inquiry dan discovery
learning), studi lapangan atau observasi lapangan, dan lainnya dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses. Melalui penerapan strategi
metode, dan pendekatan pembelajaran tersebut, diharapkan remaja dapat
menyalurkan energinya ke kegiatan belajar yang positif melalui kegiatan belajar
dan kegiatan eksplorasi yang positif.
Selain dari sisi psikologis, kebutuhan belajar remaja juga dilihat dari
perkembangan jaman yang ada sekarang ini. Umar bin Khatab, seorang bijak yang
hidup di abad ke 7 masehi, memberikan pernyataan yang sangat terkenal :
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda
dengan zamanmu”
Fenomena yang paling menonjol adalah perbedaan dalam hal menanamkan
kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan seorang anak untuk membekali
dirinya sendiri dalam menghadapi masa depannya. Misalnya Anak di zaman
dahulu lebih mandiri terhadap pendidikan mereka sendiri, sedangkan orang tua
hanya sebagai pendukung. Banyak fakta menunjukkan itu. Antara lain, tak sedikit
anak zaman dahulu yang mendaftarkan sendiri ketika mereka masuk SMP, SMA,
terlebih perguruan tinggi. Sedangkan anak zaman sekarang sepertinya berbanding
terbalik dengan hal itu. Sekarang, justru orang tua yang terlihat sibuk terhadap
pendidikan anak-anak mereka padahal pada saat bersamaan, anak justru terlihat
4
tenang dan sangat tergantung dengan orang tua. Tanpa disadari usia terus
bertambah sementara kecemasan orang tua bukannya berkurang.
Penelitian terbaru di Indonesia memperlihatkan anak-anak Indonesia di usia
5 – 6 tahun, sudah memiliki kematangan berpikir yang baik. Mereka memiliki
daya tangkap menerima informasi baru yang cepat, memiliki pengamatan yang
tajam, daya pikir kritis sudah terasah sejak kecil dan daya ingat yang kuat. Tetapi
di sisi lain kami pun banyak mendapatkan hasil yang memperlihatkan kondisi
perkembangan dengan kecepatan perkembangan pola pikir kurang diimbangi
dengan kematangan kemampuan koordinasi motorik dan kematangan emosi yang
memadai.
Kondisi ini tentunya mempengaruhi tampilan si anak dalam keseharian,
walaupun ia memiliki daya pikir yang kuat, mampu menganalisa, pandai
memanipulasi orang dewasa untuk mendapatkan yang ia inginkan, tetapi jika ia
dilibatkan dalam pekerjaan atau tugas yang bersifat praktis dalam keseharian,
terlihat cara kerja yang kurang terampil. Mulai dari persiapan yang terlihat lama,
harus diingatkan berkali-kali, kemudian dalam prosesnya pun cenderung cepat
menyerah atau cepat ingin selesai, hasil akhir yang ditampilkan tentunya kurang
memuaskan dari segi kualitas. Sikap kerja mereka terburu-buru, ingin cepat segera
terhindar dari tugas yang kurang menyenangkan. Dan jika orang dewasa
menghentikan pemberian tugas tersebutpun sebenarnya anak-anak ini hanya akan
melakukan aktivitas-aktivitas yang sebenarnya tidak terlalu produktif. Di usia TK
misalnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu di depan TV atau berjalan ke
sana kemari di sekitar rumahnya (karena banyak yang tidak boleh bermain di luar
rumah), anak-anak usia SD pun sibuk dengan mainan yang sedang trend saat itu,
bermain game atau menonton TV. Untuk usia remaja mereka lebih banyak
menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama teman sebayanya, pergi ke
tempat-tempat di mana banyak juga seusia mereka berkumpul (seringkali mall)
dan kurang mempedulikan apakah tugas yang telah mereka selesaikan sudah
memenuhi target yang diberikan. Anak-anak dan remaja dengan banyaknya
bantuan akan tumbuh sebagai seorang yang kurang percaya diri, mudah
mengeluh, mudah mencari bantuan, motivasi berusaha kurang, tidak siap gagal
5
dan pada akhirnya menjadi seorang yang egois karena ingin orang lain
memaklumi kekurangan dirinya.
B. LAYANAN DASAR
1. Hakekat Pengertian
Layanan dasar (ABKIN, 2008: 207) diartikan sebagai proses pemberian
bantuan kepada seluruh konseli (siswa) melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam
rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-
tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian)
yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil
keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Norman C Gysbers (2005: 139; dalam file UPI, 2009) menjelaskan bahwa
layanan dasar merupakan pusat bagian pengembangan program bimbingan dan
konseling, yang berisi tema-tema pengajaran bimbingan dan kompetensi yang
ingin dikembangkan oleh siswa, layanan ini didesain untuk melayani seluruh
siswa dan sering diimplementasikan secara klasikal atau bimbingan kelompok.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa layanan dasar
ialah proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli (siswa), yang merupakan
pusat bagian dari pengembangan program bimbingan dan konseling melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa secara optimal sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangannya.
Berkaitan dengan aspek belajar pada remaja, maka layanan dasar dalam
bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan (layanan) kepada
seluruh konseli (siswa) melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang diberikan melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di
luar kelas, dimana penyajiannya disajikan secara sistematis dalam rangka
membantu konseli (siswa) untuk mengembangkan potensinya dalam belajar serta
mengembangkan perilaku jangka panjang secara optimal sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan belajar remaja.
Di Amerika Serikat sendiri, istilah pelayanan dasar ini lebih populer dengan
sebutan kurikulum bimbingan (guidance curriculum). Tidak jauh berbeda dengan
6
layanan dasar, kurikulum bimbingan ini diharapkan dapat memfasilitasi
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu dalam diri siswa yang
tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangannya (Bowers & Hatch dalam
Akhmad Sudrajat, 2012).
Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka
terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen
ini. Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan
pengalaman tersetruktur.
Ada beberapa komponen yang membedakan komponen layanan dasar
dengan komponen program lainnya (Comprehensive Guidance and Counseling
Program Development Guide, 2001; dalam file UPI, 2009), di antaranya:
a. Terdapat rencana kegiatan khusus berdasarkan kurikulum layanan.
b. Guru mata pelajaran dan wali kelas dapat berperan lebih banyak pada
komponen layanan dasar dibanding dengan komponen lainnya.
c. Layanan dasar lebih fokus pada layanan yang bersifat preventif, layanan ini
memberikan informasi dan keterampilan secara sistematis kepada siswa
sehingga mereka berkembang secara normal serta belajar mengenai cara
mengenai masalah perkembangan.
d. Standar kompetensi yang termuat dalam komponen layanan dasar
berdasarkan pada tugas perkembangan secara umum yang harus dikuasai
siswa dan dibutuhkan oleh semua siswa sehingga diperlukan analisis
kebutuhan untuk menentukan area mana yang perlu diperbaiki atau
dikembangkan.
e. Kegiatan layanan dasar dilaksanakan secara sistematis dan ditujukan untuk
semua siswa.
2. Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar
mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan
pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli agar:
7
a. Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama).
b. Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung
jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri
dengan lingkungannya.
c. Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
d. Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mancapai tujuan hidupnya.
Di atas telah disebutkan bahwa dalam layanan dasar bimbingan dan
konseling, bertujuan untuk membantu seluruh konseli (siswa) yang mengacu pada
tugas-tugas perkembangannya. Terkait dengan aspek belajar remaja, maka
layanan dasar dalam bimbingan dan konseling ini bertujuan supaya remaja bisa
memaksimalkan potensi-potensi yang dimilikinya dan remaja dapat
memaksimalkan dalam mengikuti pelajaran. Sehingga remaja dapat berperan
sesuai dengan keterampilan dan potensinya, serta dapat menjalani hidup dengan
rasa puas.
Untuk mencapai tujuan dalam aspek belajar di atas, maka fokus yang
dikembangkan menyangkut aspek belajar. Yang semuanya berkaitan erat dengan
upaya membantu seluruh siswa (yang berusia remaja, SMP dan SMA) dalam
mencapai tugas-tugas perkembangnnya, dengan menyajikan materi layanan yang
menyangkut aspek-aspek belajar yang bermanfaat untuk mengembangkan potensi-
potensi siswa sesuai dengan kapasitas perkembangannya. Pemerolehan materi
pengajaran ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, artikel,
jurnal, dan sebagainya. Materi aspek-aspek belajar dalam tugas perkembangan
dapat dirumuskan, misalnya: 1) Pengembangan motivasi berprestasi, 2)
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau keterampilan belajar
yang efektif.
3. Fokus Pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, focus perilaku yang dikembangkan
menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Semua ini berkaitan
erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian). Materi pelayanan
8
dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara
lain mencakup pengembangan: (1) self-esteem, (2) motivasi berprestasi, (3)
keterampilan pengambilan keputusan, (4) keterampilan pemecahan masalah, (5)
keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi, (6) penyadaran
keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung jawab. Hal-hal yang terkait
dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SMP/SMA) mencakup
pengembangan: (1) fungsi agama bagi kehidupan, (2) pemantapan pilihan
program studi, (3) keterampilan kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-
psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan
dunia kerja, (6) iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8)
kasus-kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10)
dampak pergaulan bebas.
4. Strategi
a. Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa
dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk
melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal,
konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan klasikal ini
pada umumnya dilaksanakan secara terjadwal disekolah-sekolah dengan durasi 45
menit per minggu. Materi yang dapat diberikan melalui kegiatan layanan klasikal
ini adalah meteri yang bersifat layanan orientasi dan layanan informasi tentang
berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada
umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa
baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang
dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait
dengan sekolah, seperti: kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf
administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah,
jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya.
Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada
para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi
mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui
9
media cetak maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam
pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu
terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa
berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).
b. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon
kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan
kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak
rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan
mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.
c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh
semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali
kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan
pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-
aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu
di antaranya: (a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan
beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal
(mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran
dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g) memahami perkembangan dunia
industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada
siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan
kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam
aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru
10
merupakan “figur central” bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang
cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua
Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan,
konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini
penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di
sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini
memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar
pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa
atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan
kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti: (1)
kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke
sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan
dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua
(melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua
diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama
menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
5. Contoh Kasus
Seringkali masalah belajar yang mungkin timbul pada diri remaja, yaitu
mengenai pengelolaan diri remaja itu sendiri dalam belajarnya. Pengelolaan diri
dalam belajar (File UPI, 2009) merupakan suatu kemampuan atau keterampilan
siswa untuk memanajemen diri dalam belajar, maksud dari manajemen di sini
meliputi bagaimana memanajemen terhadap motivasi, perilaku, dan strategi
belajar.
11
Untuk menghadapi kasus tersebut, fungsi dari bimbingan dan konseling
diharapkan dapat menentukan strategi dan rangkaian kegiatan yang mendukung
dan membantu memaksimalkan proses pembelajaran siswa, di antaranya melalui
pelaksanaan layanan dasar. Pelaksanaan layanan dasar merupakan salah satu cara
layanan untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan diri remaja dalam
belajarnya. Adapun langkah-langkah kegiatan program layanan dasar yang akan
dilaksanakan terdiri dari beberapa tahap, mulai dari perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, dan evaluasi.
a. Perencanaan meliputi: analisis kebutuhan siswa remaja, menentukan tujuan,
materi yang akan disampaikan, strategi, media dan instrumen evaluasi yang
akan digunakan.
b. Koordinasi yaitu melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk
mendapatkan kelayakan terhadap layanan yang akan diberikan.
c. Pelaksanaan adalah kegiatan memberikan layanan dasar, pemberian materi
layanan dasar telah dirancang, serta kerjasama dengan kepala sekolah dan
personil sekolah lainnya.
d. Evaluasi adalah kegiatan berupa rencana penilaian proses dan hasil layanan
kegitan yang meliputi evaluasi perilaku pengelolaan diri siswa, dan
penggunaan metode dan teknik, materi, sarana/media dan ketepatan waktu.
C. LAYANAN RESPONSIF
1. Hakekat Pengertian
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang
menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam
proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling
kelompok, bimbingan teman sebaya, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua,
guru, dan alih tangan (referal) kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat
dilakukan dalam pelayanan responsif.
2. Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli
12
yang mengalami hambatan , kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya
untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang
muncul segera dan dirasakan saat itu. Hal tersebut berkenaan dengan masalah-
sosial-pribadi, karier, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
3. Fokus Pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
konseli. Dalam hal ini masalah yang akan lebih difokuskan adalah masalah belajar
(akademik) siswa. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan
untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan
dirinya secara positif. Kebutuhan yang berkaitan dengan masalah belajar
(akademik) seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang
pilihan program studi, sumber-sumber belajar, mmanajemen waktu belajar, dan
lain sebagainya.
Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan
mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli,
karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas
perkembangan. Masalah konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara
langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang
ditampilkannya.
Masalah (gejala perilaku bermasalah) belajar yang mungkin dialami
konseli diantaranya: (1) merasa cemas tentang Ujian Nasional, (2) merasa rendah
diri dengan nilai yang diperoleh, (3) berperilaku impulsive (kekanak-kanakan atau
melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara matang) ketika sedang
belajar, (4) membolos dari sekolah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki
kebiasaan belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul ketika dalam kegiatan
diskusi kelompok belajar, (8) prestasi belajar rendah, (9) manajemen stress untuk
menghadapi ulangan, dan lain sebagainya.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan
cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai
teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli,
13
wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar
masalah konseli atau alat ungkap masalah (AUM).
4. Strategi Implementasi Program
Dari hal yang telah dipaparkan diatas maka beberapa strategi yang dapat
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
a. Konseling Individual dan Kelompok
Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik (konseli) dibantu untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok.
Contohnya guru bimbingan dan konseling melakukan konseling (individual
ataupun kelompok) untuk membantu mengurangi kecemasan siswa menghadapi
Ujian Nasional dengan menggunakan teknik Cognitive Behavioral Therapy
(CBT).
b. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
masalah konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli
kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan
kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki
masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan
penyakit kronis.
Contohnya guru bimbingan dan konseling melakukan referral kepada
psikolog untuk membantu siswa yang depresi karena tidak lulus Ujian Nasional.
c. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran,
dan pribadinya), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata
pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (1) menciptakan iklim sosio-emosional
14
kelas yang kondusif bagi belajar peserta didik; (2) memahami karakteristik peserta
didik yang unik dan beragam; (3) menandai peserta didik yang diduga
bermasalah; (4) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui
program remedial teaching; (5) mereferal (mengalihtangankan) peserta didik yang
memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (6)
memberikan informasi yang up to date tentang kaitan mata pelajaran dengan
bidang kerja yang diminati peserta didik; (7) memahami perkembangan dunia
industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada
peserta didik tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja,
persyaratan kerja, dan prospek kerja); (8) menampilkan pribadi yang matang, baik
dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena
guru merupakan “figur central” bagi peserta didik); dan (9) memberikan informasi
tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
Contohnya guru bimbingan dan konseling bersama guru mata pelajaran dan
wali kelas berkolaborasi menangani masalah rendahnya prestasi akademik siswa
memalui bimbingan belajar tambahan gratis di sekolah setelah jam sekolah
berakhir.
d. Kolaborasi dengan Orang tua
Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik.
Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya
berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui
kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian,
dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan
potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta
didik. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan
beberapa upaya, seperti: (1) kepala Sekolah/Madrasah atau komite
Sekolah/Madrasah mengundang para orang tua untuk datang ke
Sekolah/Madrasah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat
bersamaan dengan pembagian rapor, (2) Sekolah/Madrasah memberikan
informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah
peserta didik, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di
15
rumah ke Sekolah/Madrasah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku
sehari-harinya.
Contohnya guru bimbingan dan konseling bersama orang tua siswa
berkolaborasi memalui pemantauan kegiatan belajar siswa di rumah dan juga
pemberian motivasi belajar oleh orang tua yang perkembangannya dilaporkan
kepada guru bimbingan dan konseling yang membimbing kelas anak
bersangkutan.
e. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar
Sekolah/Madrasah
Yaitu berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama
dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan
mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1)
instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN
(Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang
tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dan dokter, (5) MGP
(Musyawarah Guru Pembimbing), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa
kerja/lapangan pekerjaan).
Contohnya guru bimbingan dan konseling bekerjasama dengan salah satu
tempat bimbingan belajar berkolaborasi untuk menangani masalah rendahnya
prestasi akademik siswa memalui bimbingan belajar tambahan.
f. Konsultasi
Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak
pimpinan Sekolah/Madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan
persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan
lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik,
melakukan referal, dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
Contohnya guru bimbingan dan konseling melakukan konsultasi dengan kepala
sekolah mengenai program bimbingan dan konseling sekolah tersebut.
g. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta
didik terhadap peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang menjadi
16
pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Peserta
didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang
membantu peserta didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik
akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai
mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang
kondisi, perkembangan, atau masalah peserta didik yang perlu mendapat
pelayanan bantuan bimbingan atau konseling.
Contohnya guru bimbingan dan konseling membantu kesulitan belajar siswa
dengan membentuk kelompok belajar yang didalamnya terdapat seorang anak
yang memiliki prestasi akademik yang baik sebagai tutor untuk membantu siswa
yang kesulitan, selain itu tutor diminta untuk melaporkan perkembangan belajar
anggota kelompoknya.
h. Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu.
Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup.
Contohnya guru bimbingan dan konseling, wali kelas, guru mata pelajaran dan
kepala sekolah melakukan konferensi kasus untuk mengenai anak yang prestasi
belajarnya sangat rendah dan terancam tidak naik kelas.
i. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik
tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya menggentaskan masalahnya, melalui
kunjungan ke rumahnya.
Contohnya guru bimbingan dan konseling melakukan kunjungan rumah
terhadap siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah untuk memantau atau
memeperoleh data atau keterangan seperti apa kegiatan belajr siswa di rumah.
D. LAYANAN PERENCANAAN INDIVIDUAL
1. Hakekat Pengertian
17
Layanan Perencanaan Individual adalah layanan bantuan yang diberikan
kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa
depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar
mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan
masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya,
serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan segala karakteris-tiknya,
penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan
peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat diperlukan sehingga peserta
didik mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam
mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan
kebutuhan khusus peserta didik.
Dalam perencanaan individual, konselor memberikan layanan kegiatan
kepada peserta didik secara sistemik dan berkelanjutan kepada peserta didik
mengenai perancangan atau pengembangan perencanaan peserta didik untuk
menetapkan tujuan pribadi, dan perencanaan mereka dimasa depan meliputi karir,
pendidikan, maupun sosial pribadi.
Dalam komponen ini siswa mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional
dan tujuan personal mereka. Konselor membantu siswa membuat pilihan dari
sekolah ke sekolah, sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi
atau karir setelah mereka lulus dari suatu sekolah.
Strategi yang digunakan dalam layanan perencanaan individual adalah
konsultasi dan konseling (Juntika & Sudianto, 2005). Sedangkan isi dari layanan
ini meliputi bidang pendidikan, bidang karir, dan bidang sosial pribadi. Menurut
Gysbers (2006), strategi dalam layanan perencanaan individual, meliputi :
a. Individual appraisal, individu diminta oleh konselor untuk menginterpretasi
tentang bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada dalam dirinya
sendiri.
18
b. Individual advisement, konselor meminta individu yang bersangkutan untuk
mempertimbangkan tentang pendidikan, karir, sosial dan pribadi. Dan,
kemudian bagaimana individu tersebut untuk merealisasikan.
c. Transition planning, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang lain
membantu individu untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan
sekolah, bekerja, atau mengikuti training/kursus.
d. Follow up, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang lain
menindaklanjuti dari data yang diperoleh untuk kemudian dievaluasi.
2. Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu peserta didik agar:
a. Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya
b. Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir
c. Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana
yang telah dirumuskannya.
Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
memfasilitasi peserta didik untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri.
Isi layana perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan
peserta didik untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya
sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk
memandu seluruh peserta didik, pelayanan yang diberikan lebih bersifat
individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang
ditentukan oleh masing-masing peserta didik.
Fokus pelayanan perencanaan individual dalam aspek akademik meliputi
memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan
atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan
memahami nilai belajar sepanjang hayat. Konselor membantu peserta didik
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi
19
yang diperoleh. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki
pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
3. Fokus Pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karir, sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus
tersebut antara lain, mencakup pengembangan aspek,
a. Akademik, meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan
pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau
pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat
b. Karier, meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi
latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja
yang positif
c. Sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif dan
pengembangan keterampilan sosial yang efektif
4. Strategi
Perencanaan individual bagi sisw diimplementasikan melalui beberapa
strategi sebagai berikut :
a. Penilaian individual/ kelompok kecil
Konselor sekolah mengadakan analisis dan evaluasi terhadap kemampuan,
minat, keterampilan, dan prestasi siswa. Uji informasi dan data lainnya sering
digunakan sebagai dasar bagi pemberian bantuan pada siswa dalam
mengembangkan rencana jangka pendek dan jangka panjang mereka.
b. Pemberian saran pada individual / kelompok kecil
Konselor sekolah member saran pada siswa dengan menggunakan informasi
pribadi / sosial karir dan pasar tenaga kerja dalam perencanaan tujuan pribadi,
edukasional dan okupasional siswa.
5. Contoh Kasus
Sering kali masalah yang mungkin timbul pada diri siswa-siswi yang duduk
di bangku sekolah adalah perencaan masa depan. Mereka kadang bimbang akan
20
masa depannya hingga menimbulkan kegelisahan yang berakibat negatif pada
proses belajar atau prestasi belajarnya. Sulitnya menentukan hal yang akan
ditempuh atau dituju pada masa depan merupakan factor esensial penyebab
timbulnya kegelisahan pada diri mereka. Disinilah peran kita sebagai konselor
agar kegelisahan mereka tidak berdampak pada pola pikirnya. Bagus bagi mereka
yang bisa mengarahkan kegelisahan kearah yang positif dengan terus bekerja
keras mencari masa depannya, tapi bagaimana bagi mereka yang tidak bisa
mengarahkan kegelisahannya ke arah yang baik. Siswa seperti itu yang harus kita
perhatikan, jangan sampai ketidakmampuan mereka dalam merencanakan masa
depan dapat berdampak positif terhadap karir dia sendiri. Banyak fakta yang
sering kita temukan baik di SMP ataupun SMA. Jika di SMP mungkin
memangleih sedikit ditemukan masalah tersebut bila dibandingkan dengan
keadaan siswa SMA. Kebanyakan siswa SMA bingung dalam menuntukan
jurusan apa yang akan mereka ambil, apakah IPA, IPS, atau Bahasa. Lebih jauh
dari itu mereka juga harus mulai memikirkan jurusan apa yang akan mereka ambil
di perguruan tinggi kelak, atau akan langsung bekerja. Kadang mereka juga
memikirkan hambatan-hambatan yang mungkin bisa menghambat masa depan
seperti Ujian Nasional (UN). Hal-hal seperti ini juga yang pernah dialami oleh
saya sendiri dan teman-teman sejawat pernah saya tanya. Seperti kutipan artikel
dibawah ini.
" Mendekati Ujian Nasional (UN), ribuan siswa di sejumlah daerah di Indonesia,
dihinggapi rasa cemas dan takut tak lulus UN. Seperti yang terjadi di SMA 1
Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, Sabtu (20/3), sejumlah siswa , menangis,
bahkan pingsan, mereka khawatir, tidak lulus UN, yang akan digelar Senin lusa.
Untuk memperkuat mental jelang UN, mereka menggelar zikir dan doa bersama.
21
Semuanya bisa disebabkan oleh beberapa factor baik internal maupun eksternal.
Factor internal seperti, kesiapa individu merespon kecemasan yang datang dapat
membantunya menghadapi tekanan-tekanan yang datang dari luar, dan tekan –
tekanan yang terlalu keras dari luar diri individu seperti tuntutan orang tua atau
lingkungan dapat juga meruntuhkan kesiapan yang ada dalam diri individu
sehingga dapat meningkatkan tingkat kecemasan mereka, dari kecemasan ringan
karna factor eksternal bisa menjadi kecemasan berat.
Beberapa waktu yang lalu RR. Ardiningtyas Pitaloka, M. Psi., psikolog
bidang sosial dari Universitas Indonesia membuat pernyataan bahwa “Remaja
selalu dalam kecemasan”.Hal yang serupa pernah pula diungkapkan oleh Jeffrey
Jensen Arnett, Ph.D Profesor Riset di Departemen Psikologi di Universitas Clark
di Worcester, MA, dimana pada masa remaja itu terdapat beberapa tantangan yang
setiap hari harus dihadapinya. Mulai dari konflik dengan orang tua, perubahan
mood yang cepat, dan perilaku-perilaku yang beresikoPenting untuk diketahui
bahwa menurut Vasey dan Daleiden kecemasan itu berada pada pikiran seseorang,
dimana seseorang tersebut biasanya selalu melihat ketidakberhasilan akan usaha
yang dilakukannya. Selain itu orang tersebut menganggap dirinya mempunyai
“madesu” alias masa depan suram. Orang seperti ini sering membayangkan
ketidakjelasan hasil pada masa depan. Apa yang harus dilakukan remaja dalam
mengelola kecemasan?
a. Dalam menghadapi suatu ketidakpastian remaja sebaiknya menghadapinya
dengan lebih. Maksudnya adalah remaja harus lebih bersabar, berusaha
mencari alternatif – alternatif, kemungkinan – kemungkinan atau peluang
yang ada, dan berfikir positif. Hal ini dikarenakan jika remaja tidak bersikap
toleran terhadap ketidak pastian pemikirannya akan terpengaruh. Lebih jauh
akan berakibat pada emosi dan perilaku.
b. Remaja harus meyakini bahwa perasaan cemas itu akan membawa
seseorang kepada hasil yang positif seperti solusi yang lebih baik dari
suatu masalah, meningkatkan motivasi pemecahan masalah, dan mencegah
juga meminimalisir hasil negatif. Dengan keyakinan ini ternyata akan
membantu remaja dalam menghadapi rasa katakutan dan kegelisahan.
22
c. Selanjutnya, dalam menghadapi suatu masalah, seyogyanya remaja selalu
berorientasi pada hal - hal positif. Mengapa demikian? Karena jika seorang
remaja berorientasi negatif terhadap suatu masalah maka akan selalu berfikir
bahwa masalah adalah suatu ancaman, memandangnya sebagai sesuatu yang
tidak dapat dipecahkan, serta meragukan kemampuan diri dalam
menyelesaikan masalah. Lebih jauh lagi menjadi merasa frustrasi ketika
masalah muncul dan akan sangat terganggu ketika suatu masalah muncul.
Silahkan para remaja mau pilih yang mana mau positif thinking atau
negative thinking terhadap suatu masalah.
Nah, bagaimana tugas konselor agar bisa mengatasi masalah diatas atau
setidaknya memberikan gambaran yang jelas terhadap masa depan mereka. Salah
satu metode yang cocok untuk mengatasi masalah diatas yaitu Perencanaan
Individual. Perencanaan individual dapat diartikan sebagai bantuan kepada konseli
agar mampu merumuskan dan melakukan segala aktivitas yang berkaitan dalam
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan
dirinya serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya. Pemahaman dari konseli, ketepatan analisis konselor, serta
penyediaan informasi yang akurat amat diperlukan sehingga konseli mampu
memilih dan mengambil keputusan yang tepat didalam mengembangkan
potensinya secara optimal. Jangan sampai keputusan yang diambil konseli
ternyata tidak sesuai dengan potensinya sehingga menimbulkan masalah baru bagi
dirinya dikemudian hari. Tujuan dari perencanaan individual yaitu untuk
membantu konseli agar :
a. Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannnya
b. Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya
c. Dapat melaksanakan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana
yng telah dirumuskan sebelumnya.
Contoh riil yang bisa kita terapkan untuk pelayanan atau metode ini adalah :
a. Konseli siswa SMP
23
Untuk siswa SMP memang tidak akan serumit siswa SMA, biasanya
masalah yang timbul pasti masih disekitar pemanfaatan keterampilan belajar,
memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, atau memahami nilai belajar.
Untuk menghadapi masalah seperti ini dapat dilakukan beberapa upaya atau
beberapa tindakan yang sifatnya membimbing.
1) Menyuruh siswa untuk menuliskan nilai raport terakhir yang masih belum
memuaskan.
2) Siswa menuliskan target yang akan dicapai untuk nilai pelajaran yang masih
belum memuaskan.
3) Siswa menuliskan masalah apa saja yang sering menggangu proses belajar
4) Siswa menuliskan berapa jam dia belajar dalam sehari atau seminggu.
b. Konseli Siswa SMA
Masalah yang biasa timbul pada siswa adalah penentuan jurusan, baik itu
jurusan di SMA yaitu IPA/IPS/Bahasa, maupun jurusan untuk jenjang perguruan
tinggi. Biasanya siswa masih bingung terhadap bakat yang mereka miliki lalu
jurusan apa yang sesuai dengan karakternya. Jika ini terus dibiarkan maka akan
timbul rasa kegelisahan pada diri mereka, ini tentu tidak baik bagi proses
pembelajaran yang sedang berlangsung karena tentunya mereka tidak akan focus
terhadap aktivitas apa yang sedang dilakukan. Untuk mencarikan solusi terhadap
masalah ini maka bisa dilakukan beberapa cara/langkah misalnya :
1) Menyuruh siswa menuliskan sifat baik dan buruknya
2) Siswa menuliskan kelebihan dan kelemahan mereka di bidang pelajaran
3) Tukarkan apa yang mereka tulis dengan teman terdekatnya
4) Menyuruh siswa untuk mengecek/mengoreksi/menambahkan apa yang
telah teman mereka catat.
Dengan penilaian teman dekatnya biasanya siswa lebih dipercayai
dibandingkan dirinya sendiri maupun guru. Karena dalam sehari-hari aktivitas
dari siswa memang tidak terlalu jauh dengan temannya. Dengan demikian mereka
akan mengetahui sifat atau karakter pribadinya lalu kelemahan dan kelebihan
dirinya. Setelah itu tugas kita adalah menyesuaikan karakter dan kelebihan mereka
24
dengan jurusan yang akan ditempuh. Maka mereka mempunyai sedikit gambaran
terhadap jurusan apa yang akan mereka ambil.
Pada intinya focus pengembangan perencanaan individual itu adalah hal-hal
yang berkaitan dengan aspek akademik, peluang karir, dan social-pribadi. Maka
masalah yang dikemukakan diatas sangat cocok untuk menerapkan program
perencanaan individual agar si konseli dapat meningkatkan atau mengembangkan
potensi pribadinya serta ditunjang dengan kemantapan minat dan ketepatan
perencanaan.
E. DUKUNGAN SISTEM
1. Hakekat Pengertian
Dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen,
tata kerja, infra struktur, dan pengembangan kemampuan profesional konselor
secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada
konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
2. Tujuan
Dengan adanya dukungan sistem ini dapat membantu guru Bimbingan dan
Konseling dalam kelancaran penyelenggaraan bimbingan dan konseling untuk
para remaja terutama dalam proses belajar, sedangkan bagi personil lainnya
adalah membantu memperlancar program di sekolah dan mendidik para siswa
dalam proses belajar.
3. Fokus Pengembangan
a. Pengembangan Jejaring (Networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi (1)
konsultasi dengan guru-guru, (2) menyelenggarakan program kerjasama dengan
orang tua atau masyarakat, (3) berpartisipasi dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah, (4) bekerjasama dengan personel
sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
bagi perkembangan konseli, (5) melakukan penelitian tentang masalah-masalah
yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan (6) melakukan
kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan
bimbingan dan konseling.
25
b. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui
kegiatan-kegiatan (1) pengembangan program, (2) pengembanga staf, (3)
pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan.
4. Strategi
a. Pengembangan Profesi
Konselor secara terus menerus berusaha untuk meng-update pengetahuan
dan keterampilannya melalui (1) in service trainning, (2) aktif dalam organisasi
profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, (4) melanjutkan studi ke
program yang lebih tinggi.
b. Manajemen Program
Program layanan Bimbingan dan Konseling tidak mungkin akan tercipta,
terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang
bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Oleh karena
itu, bimbingan dan konseling harus ditempatkan sebagai bagian terpadu dari
seluruh program sekolah/madrasah dengan dukungan wajar dalam aspek
ketersediaan sumber daya manusia (konselor), maupun sarana, dan pembiayaan.
c. Riset dan Pengembangan
Melakukan penelitian, mengikuti kegiatan profesi dan mengikuti aktifitas
peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi profesi.
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi
penguatan.
Secara psikologis diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang penuh
gejolak dan goncangan jiwa bagi remaja. Gejolak dan goncangan jiwa terjadi
karena remaja sedang dalam pencarian identitas diri dan menjalani masa
eksplorasi yang menyebabkan para remaja ingin mencoba terhadap segala hal
yang diketahui melalui proses membaca dan mengalami dalam kehidupannya
sehari-hari di masyarakat. Gejolak dan goncangan jiwa juga terjadi karena remaja
sedang mengalami masa pubertas yang menyebabkan dorongan seksual remaja
sangat sensitif dan menuntut untuk disalurkan yang bersifat instinktif.
Sehingga dengan bekal pengetahuan dan pemahaman tentang remaja
dan psikologi remaja, para guru di sekolah harus memahami tentang kondisi
psikologis remaja dan menghadapi sikap dan perilaku remaja sebagai peserta
didik secara edukatif dan persuasif.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas
dalam berbagai bidang yang berkaitan salah satunya adalah Bimbingan dan
Konseling dalam bidang akademik. Program bimbingan dan konseling
mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: (1) layanan dasar bimbingan; (2)
layanan responsif; (3) perencanaan individual, dan (4) dukungan sistem.
27
B. SARAN
Saran dari penyusun adalah untuk guru BK dan guru mata pelajaran yang
lainnya agar dapat memahami dengan lebih nyata kebutuhan dan keadaan remaja
saat ini. Selain itu saran untuk peneliti maupun calon peneliti dari penyusun
adalah dapat dilakukan penelitian tentang layanan Bimbingan dan Konseling yang
cocok untuk mengatasi kebutuhan remaja saat ini.
28