Askep Hemoroid Ibu Andi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. MASHUDI, S.Kep., M.Kep

OLEH :
ANDI MUS’AMAR PO.71.20.0.19.0127

PROGRAM STUDI RPL JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2019
A. Konsep Medis Hemoroid
1. Definisi
1) Menurut asal katanya [Yunani, haem = blood (darah), rhoos = flowing
(mengalir)]
(Oleh Andra Racikan Utama - Edisi September 2006 (Vol.6 No.2 )
2) Masa Vaskular yang menonjol kedalam lumen rectum bagian bawah atau
areal perineal (Sandra M Nettina).
3) Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.
4) Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50 tahunan, sekitar 50 % individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.
5) Adalah pelebaran varises satu segmen/lebih pembuluh darah vena
hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena
otot & pembuluh darah sekitar anus/dubur kurang elastis sehingga cairan
darah terhambat dan membesar (Daldiyono).
2. Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan,
termasuk konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal. Selain itu
system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor resiko hemoroid :
a) Keturunan : Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
b)  Anatomik : Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus
hemorhoidalis kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
c) Pekerjaan : Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat
barang berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid
d) Umur : Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis
e) Endokrin : Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus
(sekresi hormon kelaksin)
f) Mekanis : Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang
meninggi dalam rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
g) Fisiologis : Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita
dekompensiasio hordis atau sikrosis hepatis
h) Radang : Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah
itu berkurang.
3. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
a) Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat
pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika
tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol keluar seperti hemoroid
eksterna.
Gejala-gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit
karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah
bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus
diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
1) Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus
dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
2) Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat
depikasi, tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk
dengan sendirinya.
3) Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan
sendirinya tetapi harus di dorong
4) Derajat I
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat
defikasi tidak dapat di masukan lagi.
b) Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di
bawah otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat
tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan
hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2
yaitu
1) Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna
akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah: ; Sering rasa sakit dan nyeri,
Rasa gatal pada daerah hemorid. Kedua tanda dan gejala tersebut
disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa
sakit .
2) Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau
lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah.
4. Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan
elevasi yang tekanna yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis
mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus
akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu
kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan
peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.
5. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya
tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid
sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
b) Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita
dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
c) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
d) Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
e) Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang
7. Penatalaksanaan Medis
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid
eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam,
belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan
nyeri.
Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan:
a) Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama
defekasi.
b) Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu
dengan menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat
melewati usus.
c) Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk
dengan salep, supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch
hazel) dan tirah baring.
Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemorroid :
a) Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik
terbaru untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya.
b) Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran kecil.
c) Tindakan bedah konservatif hemorrhoid interna
Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan
bagian proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet
kecil kemudian diselipkan diatas hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada
pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm dilepas. Terjadi
fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada
otot dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun
pasien lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan
hemorroid sekunder dan infeksi perianal.
d) Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan
jaringan hemorroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis.
Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan
dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau angat
menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
e) Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan
kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi
pada periode paska operatif.
f) Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis luas,
yang harus diatasi dengan bedah lebih luas.
g) Hemorroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat
semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan,
sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemorroid diangkat
dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah
prosedur operasi selesai, selang kecil dimaukkan melalui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa
Oxigel dapat diberikan diatas luka kanal.
8. Komplikasi
a) Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan
terjadi trombosis.
b) Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
c) Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut
pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan
maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan
kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah
eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan
pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme
adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/
terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan
bisa mengakibatkan kematian.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
c) Riwayat penyakit
d) Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar
dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
e) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh /
terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan
pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit
lain seperti sirosis hepatis.
f) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut.
g) Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi , Perubahan Karakteristik
Tanda : Nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan, Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur , Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat) berhubungan dengan pecahnya vena
plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus-menerus waktu
BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.
Postoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya
cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.
Intervensi
Preoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Resiko Setelah    Observasi tanda-tanda


  Tanda–tanda anemis diduga
kekurangan nutrisidilakukan anemis. adanykekurangan zat besi (Hb
berhubungan tindakan turun)
dengan pecahnyakeperawatan    Diet rendah sisa atau
  Dapat mengurangi
vena plexusselama 3 x 24serat selama terjadinya perangsangan pada daerah
hemmoroidalis jam, resikoperdarahan anus sehingga tidak terjadi
ditandai dengankekurangan   Berikan penjelasan perdarahan.
perdarahan  Pendidikan
yangnutrisi terpenuhi. tentang pentingnya diet tentang diet,
terus-menerus kesembuhan membantu keikut sertaan
waktu BAB. KH: penyakitnya pasien dalameningkatkan
  Tidak   Beri kompres es pada keadaan penyakitnya.
terdapat
anemis, daerah terjadinya   Pasien dengan pecahnya vena
perdarahan perdarahan plexus hemoriodalis perlu obat
terhenti yang dapat membantu
    BB tidak turun. pencegahan terhadap
perdarahan yang
mememrlukan penilaian
terhadap respon secara
   Beri obat atau terapi periodik.
         Pasien dengan pecahnya
sesuai dengan pesanan
dokter vena flexus hemmoroidalis
perlu obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap perdarahan yang
memerlukan penilaian
terhadap respon obat tersebut
secara periodik.

2. Defisit personalSetelah   Berikan sit bath dengan


    Meningkatkan kebersihan
hygene pada anusdilakukan larutan permagandan memudahkan terjadinya
berhubungan tindakan 1/1000% pada pagi danpenyembuhan prolaps.
dengan massakeperawatan sore hari. Lakukan
yang keluar padaselama 2 x 24digital (masukan
daerah eksternal. jam, terjaganyaprolaps dalam tempat
kebersihan anus. semula setelah di
KH: bersihkan)
   Tidak ada tanda-
   Obserpasi keluhan dan
tanda infeksi. adanya tanda- tanda
    Tidak terasaperdarahan anus.    Peradangan pada anus
  Beri penjelasan caramenandakan
gatal-gatal pada adanya suatu
daerah anus. membersihkan anusinfeksi pada anus
    Rasa gatal padadan          Pengetahuan tentang cara
menjaga
anus berkurang kebersihanya membersihkan anus membantu
keikutsertaan pasien dalam
mempercepat kesembuhanya.
Postoperatif
No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional
keperawatan kriteria hasil

1. Nyeri Setelah          Beri posisi tidur


       Dapat menurunkan
berhubungan dilakukan yang menyenangkantegangan abdomen dan
dengan adanyatindakan pasien. meningkatkan rasa kontrol.
jahitan pada lukakeperawatan          Ganti          Melindungi pasien dari
balutan
operasi danselama 2 x 24setiap pagi sesuaikontaminasi silang selama
terpasangnya jam, gangguantehnik aseptik penggantian balutan. Balutan
cerobong angin. rasa nyaman basah bertindak sebagai
terpenuhi. penyerap kontaminasi
eksternal dan menimbulkan
rasa tidak nyaman.
KH:         Menurunkan masalah yang
                 
Tidak Latihan jalanterjadi karena imobilisasi.
terdapat rasasedini mungkin          Perdarahan pada jaringan,
nyeri pada luka imflamasi lokal atau terjadinya
operasi,.          Observasi daerahinfeksi dapat meningkatkan
      Pasien dapatrektal apakah adarasa nyeri.
melakukan perdarahan          Meningkatkan fungsi
aktivitas ringan. fisiologis anus dan
      Skala nyeri        
0- Cerobong anusmemberikan rasa nyaman pada
1. dilepaskan sesuaidaerah anus pasien karena
        Klien tampakadvice doktertidak ada sumbatan.
rileks. (pesanan)          Pengetahuan tentang
manfaat cerobong anus dapat
         Berikan penjelasanmembuat pasien paham guna
tentang tujuancerobong anus untuk
pemasangan cerobongkesembuhan lukanya.
anus (guna cerobong
anus untuk
mengalirkan sisa-sisa
perdarahan yang terjadi
didalam agar bisa
keluar).

2. Resiko terjadinyaSetelah          Observasi tanda


         Respon autonomik
infeksi pada lukadilakukan vital tiap 4 jam meliputi TD, respirasi, nadi
berhubungan tindakan yang berhubungan denagan
dengan pertahanankeperawatan keluhan / penghilang nyeri .
primer tidakselama 2 x 24 Abnormalitas tanda vital perlu
adekuat jam,resiko di observasi secara lanjut.
infeksi teratasi.          Deteksi dini terjadinya
KH:          Obserpasi balutanproses infeksi dan/pengawasan
   Tidak terdapatsetiap 2 – 4 jam,penyembuhan luka oprasi yang
tanda-tanda periksa terhadapada sebelumnya.
infeksi (dolor,perdarahan dan bau.         Mencegah meluas dan
kalor,         
rubor, Ganti balutanmembatasi penyebaran luas
tumor, dengan teknik aseptik infeksi atau kontaminasi
fungsiolesa). silang.
     Radang         
luka Bersihkan         Mengurangi/mencegah
area
mengering perianal setelah setiapkontaminasi daerah luka.
     Hasil LAB : depfikasi
- leukosit          Berikan        Mengurangi
diet ransangan
- trombosit rendah serat/ sisa danpada anus dan mencegah
minum yang cukup mengedan pada waktu
defikasi.

3. Kurang Setelah                   Pengetahuan tentang diet


Diskusikan
pengetahuan yangdilakukan pentingnya berguna untuk melibatkan
berhubungan tindakan penatalaksanaan dietpasien dalam merencanakan
dengan kurangkeperawatan rendah sisa. diet dirumah yang sesuai
informasi tentangselama 3 x 24 dengan yang dianjurkan oleh
perawatan jam,kurangnya ahli gizi.
dirumah. pengetahuan          Pemahaman akan
teratas. meningkatkan kerja sama
         Demontrasikanpasien dalam program terapi,
KH: perawatan area analmeningkatkan penyembuhan
         klien tidakdan minta pasiendan proses perbaikan terhadap
banyak bertanyamenguilanginya penyakitnya.
tentang
penyakitna.          Meningkatkan kebersihan
         Pasien dapat dan kenyaman pada daerah
menyatakan atau anus (luka atau polaps).
         Berikan rendam
mengerti tentang          Melindungi area anus
perawatan duduk sesuai pesanan terhadap kontaminasi kuman-
dirumah. kuman yang berasal dari sisa
                  Bersihakan areadefekasi agar tidak terjadi
keluarga
klien pahamanus dengan baik daninfeksi.
tentang proseskeringkan seluruhnya
penyakit. setelah defekasi.          Melindungi daerah luka
   klien dari kontaminasi luar.
menunjukkan          Berikan balutan
wajah tenang          Pengenalan dini dari
gejala infeksi dan intervensi
         Diskusikan gejalasegera dapat mencegah
infeksi luka untukprogresi situasi serius.
dilaporkan kedokter.
         Mencegah mengejan saat
         Diskusikandifekasi dan melunakkan
mempertahankan feces.
difekasi lunak dengan
menggunakan pelunak
feces dan makanan
laksatif alami.
         Jelaskan
pentingnya
menghindari
mengangkat          Menurunkan tekanan intra
benda
berat dan mengejan. abdominal yang tidak perlu
dan tegangan otot.
DAFTAR ISI

Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan


Keperawatan”, Jakarta : EGC.

Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.

Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit”, Jakarta : EGC.

Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku
Satu, Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai