Makalah Akuntansi Keuangan Islam (Akuntansi Istishna)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

1

MAKALAH
AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISHNA
DAN ISTISHNA PARALEL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Keuangan Islam
Dosen Pengampu :
Solikhul Hidayat, S.E. ,M.Si

Di susun Oleh :

1. Karina Zulaikha (181130001607)


2. Della Awaliya (181130001594)
3. Indah Nur Aini (181130001596)
4. Anis Zunita Badriyah (181130001602)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2020

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami peroleh
dari sebagai sumber.Makalah ini disusun sedemikian rupa dengan tujuan dapat
diterima dan dipahami oleh dosen serta mahasiswa atau mahasiswi.
Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu izinkan kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak. Aan Zainul Anwar, S.H.I.,M.E,Sy. Selaku Kaprodi. Ekonomi
Islam.
2. Bapak Solikhul Hidayat, S.E. ,M.Si Selaku Dosen Pengampu Akuntansi
Keuangan Islam Universitas Islam Nahdhlatul Ulama.
3. Ayah dan ibu selaku orang tua yang mendukung kami.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa laporan masih jauh dari sempurna walaupun kami
telah berusaha dengan semaksimal mungkin dan daya upaya yang ada pada kami.
Semoga Makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jepara, 14 Desember 2020

Karina Zulaikha
Della Awaliya
Indah Nur Aini
Anis Zunita Badriyah
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Makalah.........................................................................................5
1.4. Manfaat......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1. Konsep Dasar Transaksi Istishna..............................................................6
2.1.1. Landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Transaksi Istishna.............11
2.2. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Istishna....................................13
2.2.1. Akuntansi untuk penjual..................................................................13
2.2.2. Akuntansi Pembeli...........................................................................18
2.2.3. Penyajian..........................................................................................19
2.2.4. Pengungkapan..................................................................................19
2.3. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Transaksi Istishna.........20
2.3.1. Perlakuan akuntansi istishna............................................................20
2.3.2. Jurnal Standar...................................................................................23
2.4. Aplikasi Akuntansi Transaksi Istishna....................................................31
BAB III PENUTUP...............................................................................................32
3.1. Simpulan..................................................................................................32
3.2. Saran........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

3
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akad istishna’ merupakan produk lembaga keuangan syariah, sehingga


jual beli ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah. Semua lembaga
keuangan syariah memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah,
selain memberikan keuntungan kepada produsen juga memberikan
keuntungan pada konsumen atau pemesan yang memesan barang. Sehingga
lembaga keuangan syariah menjadi pihak intermediasi dalam hal ini.
Dalam perkembangannya, ternyata akad istisna’ lebih mungkin banyak
di gunakan di lembaga keuangan syariah dari pada salam. Hal ini di sebabkan
karena barang yang di pesan oleh nasabah attau konsumen lebih banyak
barang yang belum jadi dan perlu di buatkan terlebih dahulu di bandingkan
dengan barang yang sudah jadi. Secara sosiologis, barang yang sudah jadi
telah banyak tersedia di pasaran, sehingga tidak perlu di pesan terlebih dahulu
pada saat hendak membelinya. Oleh karena itu pembiayaan yang
mengimplementasikan istisna’ menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi
masalah pengadaan barang yang belum tersedia.
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna’
dapat dilakukan langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual
seperti atau melalui perantara. Jika dilakukan melalui perantara maka akad
disebut dengan akad istishna’ paralel.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan karakteristik Istishna dan Istishna Paralel?

2. Apa saja Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Istishna?


3. Bagaimana Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Transaksi
Istishna?

4
5

4. Bagaimana Aplikasi Akuntansi Transaksi Istishna?


1.3. Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui pengertian dan karakteristik Istishna dan Istishna
Paralel.
2. Mengetahui Cakupan Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Istishna.
3. Mampu Mengetahui Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi
Transaksi Istishna .
4. Mengetahui Aplikasi Akuntansi Transaksi Istishna.
1.4. Manfaat
1. Bagi penulis makalah, makalah ini dapat dijadikan kajian awal untuk
melakukan penulisan selanjutnya
2. Bagi pihak fakultas, penulisan makalah ini dapat dijadikan dasar untuk
membantu meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penulisan surat.
3. Bagi seluruh pembaca, dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan
dapat mengetahui mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penulisan surat.
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Transaksi Istishna


Menurut jumhur ulama fuqaha, bai’ alistishna merupakan suatu jenis
khusus dari bai’ assalam. Biasanya jenis ini di bidang manufaktur. Dengan
demikian ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai’ assalam.
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran.
Ketentuan umum
Nasabah (Mudharib)
1. Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, dan
jumlah
2. Harga jual telah disepakati tercantum dalam akad istishna dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad
3. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga
setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.
4b. Menerima porsi
laba

Skema 1. Taransaksi Bai Al-Istishna


Wiroso (2005:182) mengemukakkan bahwa dalam praktik perbankan syariah,
bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi
Istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada
7

pihak lain (sub-kontraktor) untuk meyediakan barang pesanan dengan cara


Istishna maka hal ini disebut Istishna pararel.
Istishna pararel dapat dilakukan dengan syarat :
1. Akad kedua antara bank dan subkontraktor terpisah dari akad pertama
antara bank dan pembeli akhir; dan
2. Akad kedua dilakukan setelah akan pertama sah.
Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhikondisi :
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen/penjual
atas:
1. Jumlah yang telah dibayarkan; dan
2. Penyerahan barang pesanan sesuai spesifikasi dan tepat waktu.
Produsen/penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa
harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu. Rukun Istishna terdiri dari :
1) produsen/ pembuat barang (as-shani) dan juga menyediakan bahan
bakunya
2) pemesan/ pembeli barang (al-mustahni)
3) proyek/ usaha barang/ jasa yang dipesan (al-mashnu)
4) harga (tsaman)
5) Shighatl Ijab Qabul
Sedangkan syarat – syarat Istishna, adalah :
1) Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk
melakukan jual beli
2) ridha/ kerelaaan kedua belah pihak dan tidak ingkar janji
3) apabila isi akad disyaratkan as-shani hanya bekerja saja, maka akad ini
bukan lagi istishna, tetapi berubah menjadi akad ijarah
4) pihak yang menyatakan kesanggupan untuk mengadakan/ membuat
barang itu
8

5) al-mashu (barang/ obyek pesanan) mempunyai kriteria yang jelas


seperti jenis, ukuran (tipe), mutu dan jumlahnya
6) barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara’
(najis, haram, samar/ tidak jelas) atau menimbulkan kemudharatan
(menimbulkan maksiat)
Subyek Salam Istishna Keterangan

Pokok Muslam fihi Mashnu’ Barang ditangguhkan,


kontrak dengan spesifikasi

Harga Dibayar saat kontrak Boleh saat Cara penyelesaian


kontrak, boleh pembayaran
diangsur, boleh merupakan perbedaan
kemudian hari utama antara salam
dan istishna’
Sifat kontrak Mengikat secara asli Mengikat secara Salam mengikat
(thabi’i) ikutan (thaba’i) semua pihak sejak
semula, sementara
istishna’ dianggap
mengikat berdasarkan
pandangan para
fuqaha demi
kemashlahatan, serta
tidak bertentangan
dengan aturan syariah

Kontrak Salam paralel Istishna’ paralel Baik salam paralel


pararel maupun istishna’
paralel sah asalkan:
kedua kontrak secara
hukum adalah
terpisah.
9

Table 1. Perbedaan Salam dengan Istishna


Sesuai dengan pengertian Istishna, maka mekanisme pembayaran transaksi
Istishna yangharus disepakati oleh akad dan dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu :
1. Pembayaran Di Muka Secara Keseluruhan
Yaitu pembayaran dilakukan secara keseluruhan harga barang pada saat akad
sebelum aktiva Istishna yang dipesan tersebut diserahkan kepada pembeli akhir.
Cara pembayaran seperti ini sama dengan pembayaran pada salam. Oleh karena
itu perlakuan akuntansi jika penyelesaian piutang Istishna dilakukan dengan cara
pembayaran dimuka maka perlakuan akuntansi nya mengikuti perlakuan
akauntansi untuk transaksi Salam, namun istilah “piutang salam” diganti
menjadi“Aktiva Istishna Dalam Penyelesain” sedangkan “hutang salam” diganti
menjadi “Hutang Istishna”, sedangkan pengakuan pendapatan yang digunakan
jika bank menggunakan mekanisme pembayaran dimuka adalah pendapatan
pengakuansebagaimana dalam transaksi salam sedangkan metode pengakuan yang
dapat dilakukanadalah metode presentase penyelesaian dan metode akad selesai.
2. Pembayaran Secara Angsuran Selama Proses Pembuatan
Yaitu pembayaran dilakukan oleh pemesan secara bertahap atau angsuran
selama proses pembuatan barang. Cara pembayaran ini dimungkinkan adanya
pembayaran termin sesuai dngan progres pembuatan aktiva Istishna.Penyelesain
Piutang Istishna oleh nasabah dengan cara pembayaran pada saat penyerahan
Aktiva Istishna :
a. Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan sebesar biaya yang
dikeluarkanoleh bank.
b. Biaya ditangguhkan yang berasal dari biaya pra-akad diakui sebagai Aktiva
Istishnadalam penyelesaian pada saat akad ditandatangani.
c. Biaya Istishna diakui sebagai Aktiva Istishna dalam penyelesaian pada
saatterjadinya.
d. Biaya Istishna Paralel diakui sebagai aktiva dalam penyelesaian pada
saatditerimanya tagihannya dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan dan
10

pada saatyang bersamaan diakui sebagai hutang Istishna kepada sub-


kontraktor.
e. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeliakhir diakui sebagai piutang
Istishnadan pada saat bersamaan diakui sebagai termin Istishna.
f. Jika menggunakan metode presentase penyelesaian, pada kahir periode
laporankeuangan diakui sebagai pendapatan Istishna dan harga pokok diakui
sbagai marginkeuntungan Istishna.
g. Jika menggunakan metode akad selesai, pada saat barang selesai dibuat, diakui
pendapatan Istishna dan harga pokok Istishna. Selisih antara pendapatan
Istishna danharga pokok diakui sebagai margin keuntungan Istishna
3. Pembayaran Setelah Penyelesaian Barang
Yaitu pembayaran dilakuakan oleh pemesan kepada Bank Syariah setelah
aktiva Istishna yang dipesan diserahkan kepada pembeli akhir, baik
pembayarannya secarakeseluruhan atau secara cicilan / angsuran. Cara
pembayaran Istishna dengan cara ini sama dengan cara pembayaran dalam
Murabahah, oleh karena itu metode pengakuan pendapatan yang digunakan jika
bankmenggunakan mekanisme pembayaran ini adalah pengakuan pendapatan
sebagaimanadalam transaksi murabahah, sehingga perlakuan akuntansi jika
penyelesaian piutangIstishna dilakukan dengan cara pembayaran ditangguhkan
maka perlakuan akuntansinya mengikuti perlakuan akuntansi untuk transaksi
murabahah, namun istilah “piutangmurabahah” diganti menjadi “piutang Istishna”
sedangkan “margin murabahah Tangguhan” diganti dengan “margin Istishna
Tangguhan”.(Rifqi Muhammad 2018)

2.1.1. Landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Transaksi Istishna

a. Al-Quran
ُ‫ًمًّى فَا ْكتُبُوه‬VW ‫يا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا تَدَايَنتُ ْم بِ َدي ٍْن إِلَى أَ َج ٍل ُم َس‬
“hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang tidak di tentukan, hendaklah kamu
menuliskannya….”(al-Baqarah:282)
11

Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayat


tersebut tentang transaksi bai’ as-salam. Hal ini tampak jelas dari
ungkapan beliau, “saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang di jamin untuk
jangka waktu tertentu telah di halalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan di
izinkan-Nya.” Ia lalu membaca ayat tersebut diatas.
b. Al-Hadits
Dari Suhaib r.a bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk di jual.”(HR Ibnu Majah)
c. Fatwa DSN tentang transaksi istishna
1) Fatwa no. 06/ DSN-MUI/VI/2000) tentang jual beli istishna
Pertama : Ketentuan tentang Pembayaran
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat.
2. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
Kedua : Ketentuan tentang Barang
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
5. Pembeli (pembeli, mustashni‟) tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
7. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad.
Ketiga : Ketentuan Lain
12

1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,


hukumnya mengikat.
2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas
berlaku pula pada jual beli istishna‟.
3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2) Fatwa no. 22DSN-MUI/III/2002) tentang jual beli istishna pararel
Pertama : Ketentuan Umum
1. Jika LKS melakukan transaksi Istishna’, untuk memenuhi
kewajibannya kepada nasabah ia dapat melakukan istishna’ lagi
dengan pihak lain pada obyek yang sama, dengan syarat istishna’
pertama tidak bergantung (mu’allaq) pada istishna’ kedua.
2. LKS selaku mustashni’ tidak diperkenankan untuk memungut MDC
(margin during construction) dari nasabah (shani’) karena hal ini tidak
sesuai dengan prinsip syariah.
3. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Istishna’ (Fatwa
DSN nomor 06/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam Istishna’
Paralel.
Kedua : Ketentuan Lain
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.(Haisyi 2019)
2.2. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Istishna
PSAK 104 tentang akuntansi istishna Karakteristik(Riset and Dan 2013)
13

1. Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk


menyediakan barang pesanan ( mashnu’ ) sesuai spesifikasi yang
disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara pembayaran di
muka atau tangguh.
2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual
di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad.
3. Barang pesanan harus memenuhi beberapa kriteria.
4. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati
antara pembeli dan penjual. Jika barang yang diserahkan salah atau cacat
maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
5. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu
transaksi istishna’. Jika entitas bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain ( produsen atau kontraktor ) untuk membuat
barang pesanan juga dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna’
paralel.
6. Istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad, antara entitas dan
pembeli akhir, tidak bergantung ( mu’allaq ) dari akad kedua, antara
entitas dan pihak lain.
7. Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan
8. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas.

2.2.1. Akuntansi untuk penjual

Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang penjual antara lain sebagai
berikut :
Penyatuan dan Segmentasi Akad
1) Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset pengakuan dari
setiap aset diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah jika:
a) Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap asset
14

b) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dimana penjual dan


pembeli dapat menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan
dengan masing-masing aset tersebut, dan
c) Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan.
2) Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli
harus diperlakukan sebagai satu akad istishna jika:
d) Kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;
e) Akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya akad tersebut
merupakan bagian dari akad tunggal dengan suatu margin keuntungan;
dan
f) Akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara
berkesinambungan.
Pendapatan Istishna' dan Istishna' Paralel
1) Pendapatan istishna' diakui dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian atau metode akad selesai. Akad dikatakan selesai jika
proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada
pembeli.
2) Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka:
a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna'
pada periode yang bersangkutan
b) bagian margin keuntungan istishna' yang diakui selama periode
pelaporan ditambahkan kepada asset istishna' dalam penyelesaian; dan
c) pada akhir periode harga pokok istishna' diakui sebesar biaya istishna'
yang telah dikeluarkan sampaidengan periode tersebut.
3) Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk
penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir
periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) tidak ada pendapatan istishna' yang diakui sampai dengan pekerjaan
tersebut selesai
15

b) tidak ada harga pokok istishna' yang diakui sampai dengan pekerjaan
tersebut selesai
c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna' dalam
penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan
d) pengakuan pendapatan istishna', harga pokok istishna', dan keuntungan
dilakukan hanya padaakhir penyelesaian pekerjaan.
Istishna' dengan Pembayaran Tangguh
1) Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses
pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun dari
penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna' dilakukan secara tunai diakui sesuai persentase penyelesaian;
dan
b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran.Meskipun istishna' dilakukan dengan pembayaran
tangguh, penjual harus menentukan nilai tunai istishna' pada saat
penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui margin
keuntungan terkait dengan proses pembuatan barang pesanan. Margin
ini menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pembuatan
barang pesanan. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam
istishna' dengan pembayaran langsung adalah harga yang disepakati
antara penjual dan pembeli akhir.
2) Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan
dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun dari penyerahan barang
pesanan maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna' dilakukan secara tunai, diakui pada saat penyerahan barang
pesanan; dan
16

b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran
3) Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna'
dan termin istishna' (istishna' billing) pada pos lawannya.Penagihan
termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna' dilakukan
sesuai dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan
persentase penyelesaian pembuatan barang pesanan.
Biaya Perolehan Istishna'
1) Biaya perolehan istishna' terdiri dari:
a) biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk
membuat barang pesanan; dan
b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan
pra-akad.
Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan
sebagai biaya istishna' jika akad disepakati. Namun jika akad tidak
disepakati, maka biaya tersebut di bebankan pada periode berjalan.
2) Biaya perolehan istishna' yang terjadi selama periode laporan
keuangan, diakui sebagai aset istishna' dalam penyelesaian pada saat
terjadinya.Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya
riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna'.
Biaya Perolehan Istishna' Paralel
1) Biaya istishna' paralel terdiri dari:
a) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau
kontraktor kepada entitas
b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasukbiaya akad dan
praakad; dan
c) semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya, jika ada.
17

2) Biaya perolehan istishna' paralel diakui sebagai aset istishna' dalam


penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau
kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Penyelesaian Awal
Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan
penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang
pendapatan istishna'.Pengurangan pendapatan istishna' akibat penyelesaian
awal piutang istishna' dapat diperlakukan sebagai:
a) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna' pada
saat pembayaran; atau
b) penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan
yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang
istishna' secara keseluruhan.
Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan
Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna'
akibat perubahan pesanan dan tagihan tambahan adalah sebagai berikut:
a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual
dan pembeli ditambahkan kepada pendapatan istishna' dan biaya
istishna';
b) jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan
dipenuhi, maka jumlah biaya setiap tagihan tambahan yang
diakibatkan oleh setiap tagihan akan menambah biaya istishna';
sehingga pendapatan istishna' akan berkurang sebesar
jumlahpenambahan biaya akibat klaim tambahan
c) perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna' paralel,
akan tetapi biaya perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan
oleh produsen atau kontraktor dan disetujui penjual berdasarkan akad
istishna' paralel.
Pengakuan Taksiran Rugi
18

Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biayaperolehan istishna' akan


melebihi pendapatan istishna', taksiran kerugian harus segera diakui.
Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:
a) apakah pekerjaan istishna' telah dilakukan atau belum;
b) tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau
c) jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak diperlakukan
sebagai suatu akad tunggal sesuai paragraph

2.2.2. Akuntansi Pembeli


1) Pembeli mengakui asset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah
termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang
istishna kepada penjual.
2) Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan
pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya
perolehan tunai.
3) Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai
dengan porsi pelunasan hutang istishna.
4) Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau
kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka
kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah
diserahkan penjual.
5) Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidaksesuai
dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang
yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum
diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual
dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
6) Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang
lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan.
7) Dalam istishna parallel, jika pembeli menolak menerima barang
pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka
19

barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai
wajar dan harga pokok istishna.

2.2.3. Penyajian
1) Penjual menyajikan dalam laporan keuangan halal sebagai berikut :
a) Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah
yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b) termin istishna yang berasl dari transaksi istishna sebesar jumlah
tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
2) Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan halal sebagai berikut :
a) Hutang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi.
b) Aset istishna dalam penyelesaian sebesar :
i. Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna parallel.
ii. Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna

2.2.4. Pengungkapan
1) Penjual mengungkapkan transaksi-transaksi istishna dalam laporan
keuangan tetapi tidak terbatas pada :
a) Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan
keuntungan kontrak istishna.
b) Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian
kontrak yang sedang berjalan.
c) Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis mata
uang, dan kualitas piutang.
d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Satndar Akuntansi
Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan keuangan Syariah.
2) Pembeli mengungkapakan transaksi istishna dalam laporan keuangan,
tetapi tidak terbatas pada :
a) Rincian hutang istishna berdasarkan jumlah dan jangka waktub.
20

b) Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan keuangan Syariah

2.3. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Transaksi Istishna

Rukun istishna menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah


diantaranya adalah :
1. Pihak-pihak yang berakad
a. Pembuat/ produsen
b. Pemesan/ pembeli
2. Obyek yang diakadkan
a. Barang/ proyek yang dipesan
b. Kesepakatan harga jual
3. Sigot
a. Serah (ijab)
b. Terima ( qabul)

2.3.1. Perlakuan akuntansi istishna


A. sebagai Produsen/Penjual
1. Biaya istishna terdiri dari:
a. Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan;
Bank sari.
b. Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya
pra-akad) yang dialokasikan secara objektif;
2. Beban umum dari administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dari
pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna.
3. Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dari diperhitungkan
sebagai biaya istishna jika akad ditandatangani, tetapi jika akad tidak
ditandatangani, maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan;
dari
4. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui
sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Pengakuan dari pengukuran biaya istishna paralel adalah sebagai berikut:
21

 Biaya istishna paralel terdiri dari :


a. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan sub-kontraktor kepada
bank
b. Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya
pra-akad) yang dialokasikan secara obyektif ; dan
c. Semua biaya akibat sub-kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya, jika ada;
 Biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian
pada saat diterimanya tagihan dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan.
5. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai
piutang istishna dari sebagai termin istishna (istishna billing) pada pos
lawannya.
6. Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad
antara bank dari pembeli akhir; termasuk margin keuntungan. Margin
keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna dari harga pokok
istishna. Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode
persentase penyelesaian atau metode akad selesai.
7. Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka:
a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna
pada periode yang bersangkutan;
b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode
pelaporan ditambahkan kepada aktiva istishna dalam penyelesaian;
dari
c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna
yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tesebut.
8. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dari biaya untuk
penyelesaian tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode
laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan
ketentuan sebagai berikut:
22

a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan


tersebut selesai;
b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan
penyelesaian tersebut selesai;
c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam sampai
dengan pekerjaan tersebut selesai; dari
d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dari keuntungan
dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.
9. Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh
tempo dari bank potongan, maka bank menghapus sebagian
keuntungannya sebagai akibat penyelesaian awal tersebut.
10. Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang
istishna dapat diperlakukan sebagai:
a. Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada
saat pembayaran; atau
b. Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan
yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang
istishna secara keseluruhan.
B. Bank sebagai Pembeli
1. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah
termin yang ditagih oleh penjual dari sekaligus mengakui hutang
istishna kepada penjual.
2. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau
kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank,maka kerugian
itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah
diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi
penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang
jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
3. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang
23

lebih rendah antara nilai wajar dari biaya perolehan. Selisih yang
terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
4. Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang
pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka
barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai
wajar dari harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan.
5. Jika secara substansi terdapat transaksi bank syariah yang
mengadakan/membeli barang pesanan dengan cara istishna dan
menjual dengan cara murabahah sehingga menimbulkan tenggang
waktu yang lama (lebih dari 1 tahun) antara waktu penyelesaian barang
pesanan yang dikonstruksi dan waktu pelunasan tagihan bank dari
pembeli akhir maka pengakuan pendapatannya mengikuti ketentuan
transaksi murabahah
2.3.2. Jurnal Standar
1. Istishna Biasa-Akuntansi Penjual
a. Saat pengeluaran biaya sebelum akad
(Dr) Beban Istishna yang ditangguhkan XX  
(Cr) Kas   XX
b. Jika akad tidak ditandatangani
(Dr) Beban pra-akad XX  
(Cr) Beban Istishna yang ditangguhkan   XX
c. Saat pengeluaran biaya istishna setelah akad ditandatangani
(Dr) Aktiva Istishna  dalam  penyelesaian XX  
(Dr) Beban  Istishna  yang ditangguhkan XX  
(Cr) Kas   XX
d. Pada saat penagihan kepada pembeli
(Dr) Piutang Istishna XX  
(Cr) Termin Istishna   XX
e. Pada saat penerimaan pembayaran dari pembeli
24

(Dr) Kas XX  
(Cr) Piutang Istishna   XX
f. Pengakuan keuntungan pada akhir periode dengan menggunakan metode
persentase
(Dr) Beban  pendapatan Istishna XX  
(Dr) Aktiva  Istishna  dalam penyelesaian XX  
(Cr) Pendapatan  Istishna   XX
(sesuai porsi  penyelesaian)
g. Pengakuan kerugian pada akhir periode dengan menggunakan metode
persentase
(Dr) Beban  pendapatan Istishna XX  
     (Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX
     (Cr) Pendapatan Istishna   XX
(sesuai porsi penyelesaian)
h. Pengakuan keuntungan/kerugian pada akhir periode dengan
menggunakan metode akad selesai. Maka,tidak ada jurnal, karena metode
ini mengakui pendapatan istishna hanya pada akhir masa kontrak.
i. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode
persentase.
(Dr) Beban pendapatan Istishna XX  
(Dr) Aktiva  Istishna  dalam penyelesaian XX  
(Cr) Pendapatan  Istishna   XX
(sesuai porsi penyelesaian)
j. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode
persentase.
(Dr) Kerugian Istishna XX  
(sebesar selisih antara pendapatan dan beban
Istishna)
(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX
25

k. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode


akad selesai.
(Dr) Beban pendapatan Istishna XX  
(Dr) Aktiva Istishna  dalam penyelesaian XX  
(Cr) Pendapatan Istishna   XX
l. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode
akad selesai.
(Dr) Kerugian Istishna XX  
(sebesar selisih antara pendapatan dan beban
Istishna)
(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX
m. Pada saat barang pesanan selesai diproduksi.
(Dr) Persediaan Istishna XX  
(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian   XX
n. Pada saat penjual menyerahkan barang pesanan kepada pembeli
(Dr) Termin Istishna XX  
(Cr) Persediaan Istishna   XX
o. Pemberian potongan kepada pembeli
1. Potongan secara langsung
(Dr) Pendapatan Istishna XX  
(Cr) Piutang  Istishna   XX
2. Potongan tidak langsung (reimbursed)
(Dr) Beban potongan (muqasah) XX  
(Cr) Kas   XX
(dibayar setelah pembeli melunasi
piutangnya)
2. Akuntansi Pembeli
a. Saat pembeli menerima garansi penyelesaian proyek
(Dr) Kas XX  
(Cr) Titipan uang garansi   XX
26

b. Pembeli menerima tagihan dari penjual


(Dr Aktiva istishna dalam penyelesaian XX  
(Cr) Hutang istishna   XX

c. Pembeli membayar tagihan dari kontraktor


Hutang istishna xx
Kas xx
d. Pembeli menerima aktiva istishna
Persediaan xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
e. Pembeli menolak aktiva istishna dari sub-kontraktor akibat salah spesifikasi
Piutang kontraktor xx
(sebesar uang yang belum kembali)
Kas xx
(sebesar uang yang telah kembali)
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
f. Pembeli menerima aktiva istishna meski salah spesifikasi
Persediaan xx
(sebesar nilai istishna yang salah spesifikasi)
Kerugian aktiva istishna xx
(sebesar penurunan nilai karena salah spesifikasi)
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
g. Bila kontraktor terlambat mengirim barang pesanan sehingga pembeli merugi
1) Uang garansi < kerugian
Titipan uang garansi xx
Piutang kepada kontraktor xx
Pendapatan ganti rugi istishna xx
2) Uang garansi > kerugian
Titipan uang garansi xx
Hutang kepada kontraktor xx
Pendapatan ganti rugi istishna xx
27

3. Akuntansi bagi LKS sebagai Penjual & Pembeli (IstishnaParalel)


a. Saat pengeluaran biaya sebelum akad
Beban istishna yang ditangguhkan xx
Kas xx
b. Bila akad tidak ditandatangani
Beban pra-akad xx
Beban istishna yang ditangguhkan xx
c. Saat LKS menerima garansi penyelesaian proyek
Kas xx
Titipan uang garansi xx
d. LKS menerima tagihan dari kontraktor
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Hutang istishna (kontraktor) xx
e. LKS memberi tagihan kepada pembeli
Piutang istishna (al-mustashni) xx
Termin istishna xx
f. LKS membayar tagihan dari kontraktor
Hutang istishna xx
Kas xx
g. LKS menerima aktiva istishna dari kontraktor
Persediaan xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
h. LKS menolak aktiva istishna dari sub-kontraktor akibat salah spesifikasi
Piutang kontraktor xx
(sebesar uang yang belum kembali)
Kas(sebesar uang yang telah kembali) xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
i. LKS menerima aktiva istishna meski salah spesifikasi
Persediaan xx
(sebesar nilai istishna yang salah spesifikasi)
Kerugian aktiva istishna xx
28

(sebesar penurunan nilai akibat salah spesifikasi)


Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
j. Bila kontraktor terlambat mengirim barang pesanan sehingga LKS merugi
1) Uang garansi < kerugian
Titipan uang garansi xx
Piutang kepada kontraktor xx
Pendapatan ganti rugi istishna xx
2) Uang garansi > kerugian
Titipan uang garansi xx
Hutang kepada kontraktor xx
Pendapatan ganti rugi istishna xx
k. LKS menerima pembayaran dari pembeli
Kas xx
Piutang istishna xx
l. Pembeli menolak barang pesanan (nilai perolehan < nilai wajar)
Kerugian aktiva istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
m. Bila aktiva istishna yang dipesan LKS kepada sub-kontraktor tidak sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan (LKS telah menerima aktiva) oleh
pemesan akhir dan bank harus mengeluarkan biaya tambahan untuk
memenuhi spesifikasi.
1) Saat pengeluaran biaya pemenuhan spesifikasi
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
2) Saat penyelesaian proses pemenuhan spesifikasi
Persediaan xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
n. Pengakuan keuntungan pada akhir periode menggunakan metode
persentase
Beban pendapatan istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
29

Pendapatan istishna xx
Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad
selesai.
o. Pengakuan kerugian pada akhir periode menggunakan metode persentase
Beban pendapatan istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Pendapatan istishna xx
(sesuai porsi penyelesaian)
Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad
selesai.
p. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak menggunakan metode
persentase
Beban pendapatan istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Pendapatan istishna xx
(sesuai porsi penyelesaian)
Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad
selesai.
q. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak menggunakan metode
persentase
Beban pendapatan istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Pendapatan istishna xx
(sesuai porsi penyelesaian)
Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad
selesai.
30

2.4. Aplikasi Akuntansi Transaksi Istishna


1. Transaksi biaya prakad ( Bank sebagai penjual )(Furywardhana 2006)
misalkan : pada tanggal 5 20XA, untuk keperluan survey dan pembuatan
desain bangunan yang akan dijadikan acuan spesifkasi barang, bank
Berkah syariah telah mengeluarkan kas hingga Rp 2.000.000. jurnal untuk
mengakui transaksi ini adalah sbb :
Tanggal Rekening Debit Kredit
5/2/XA Db.Bbn praakad yang 2.000.000
ditangguhkan
Kr.Kas 2.000.000

2. Penandatanganan akad dengan pembeli ( Bank sebagai Penjual)


Misalkan kasus dr.susila dengan bank berkah syariah diatas, transaksi
istishna’ jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan
beban prakaad menjadi biaya istishna’ adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Kredit ( Rp )

10/2/XA Db. Biaya istishna’ 2.000.000


Kr. Beban praakad yg 2.000.000
ditangguhkan

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) dan as-shani
(produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Bedasarkan akadtersebut,
pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan)
31

sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli danmenjualnya dengan harga yang


disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau
ditangguhkan sampai jangka waktutertentu. Pada dasarnya istishna tidak dapat
dibatalkan, kecuali memenuhikondisi: Kedua belah pihak setuju untuk
menghentikannya; atau Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum
yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad..

3.2. Saran

Apapun makalah ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari
dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik berupa buku diperpustakaan
maupun dari pengetahuan online. Jika terjadi kesalahan dan kekurangan dari
makalah kami, kami berharap kritik dan saran untuk mewujudkan kelebihan
dikemudian harinya.
DAFTAR PUSTAKA

Furywardhana, Firdaus. 2006. “Akuntansi Syariah.” P. 144 in Akuntansi Syariah


di Lembaga Keuangan Syariah. GUEPEDIA.
Haisyi, Noorwahidah. 2019. “Analisis Terhadap Dalil Hukum Dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2000
Tentang Istishna.” Jurnal Studi Ekonomi XI(Juni):25–36.
Rifqi Muhammad. 2018. “Akuntansi Keuangan Syariah.” P. 608 in Konsep dan
Implementasi PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI Press.
Riset, Jurnal, and Akuntansi Dan. 2013. “JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF
ISLAM : SALAM DAN ISTISNA’ Siti Mujiatun (Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) ABSTRAK.”
13(September):202–16.

32

Anda mungkin juga menyukai