Terminal Illness KELOMPOK 9
Terminal Illness KELOMPOK 9
Terminal Illness KELOMPOK 9
DISUSUN OLEH :
Fasilitator :
Sulityorini,S.Kep.Ns.M.Tr.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan
rahmatNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan terminal illnes ” disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan ajal paliatif.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belak..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan.........................................................................................................5
Tujuan Umum...................................................................................................5
Tujuan Khusus..................................................................................................5
Bab 2 Tinjauan Teori
2.2 Definisi terminal illnes...............................................................................6
2.3 Tanda Klien Menjelang Kematian..............................................................7
2.4 Tahap-tahap Kematian & Pertimbagan Khusus dalam perawatan.............7
2.5 Pemenuhan Kebutuhan Klien.....................................................................10
2.6 Hak Asai Menjelang Ajal...........................................................................11
2.7 Penatalaksaan..............................................................................................11
Bab 3 Aplikasi Teori
3.1 Pengkajian...................................................................................................13
3.2 Diagnosa.....................................................................................................22
3.3 Intervensi....................................................................................................22
3.4 Implementasi...............................................................................................33
3.5 Catatan perkembangan................................................................................37
3.6 Evaluasi.......................................................................................................41
Bab 4 Aplikasi Kasus
4.1 Kasus Semu................................................................................................42
4.2 pengkajian kasus.........................................................................................35
4.3 Asuhan keperawatan...................................................................................50
Bab 5 Penutup
5.1 Kesimpulan.................................................................................................63
3
5.2 Saran...........................................................................................................64
Daftar Pustaka................................................................................................67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang
mengahadapi skarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan
meberikan reaksi-reaksi yang berbeda-beda, bergantung kepda kepribadian dan
cara klien lanjut usia menghadapi hidup tetapi bagaimanapun keadaan, situasi, dan
kondisi perawat harus dapat menguasai keadaan terutama terhadap keluarga klien
lanjut usia. Biasanya,anggota keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan
perhatian perawatan karena kematian pada seseorang dapat datang dengan
berbagai cara, dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-
hari. Kadang – kadang sebelum ajal tiba klien lanjut usia kehilangan kesadarannya
terlebih dahulu.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian
saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Usia lanjut adalah
suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia
panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan
terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati,
harus selalu optimis, ceria
dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi walaupun usia sudah
lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik
dan mental. Keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda
adanya penyakit, biasanya disertai dengan perasaan cemas, depresi atau
mengingkari penyakitnya. Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal menunggu
ajal) dalam prediksi secara medis sering diartikan penderita tidak lama lagi
4
meninggal dunia. Keadaan ini menyebabkan lansia mengalami kecemasan
menghadapi kematian.
5
f) Penatalaksanaan.
g) Asuhan Keperawatan pada pasien terminal illness.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.2 Definisi Termial Ilness
Menurut KEPMEKES RI MR: 812, 2007 Palliative hone care
adalah pelayanan perawata paliatif yang dilakuka dirumah pasien, oleh
tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/pengawasan tenaga
paliatif. Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium
terminal yang tidak dapat dirawat dirumah maupun tidak melakukan
tindakan yang harus dilakukan dirumah sakit. Pelayanan yang diberikan
tidak seperti dirumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk
mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan eadaan seperti dirumah
pasien sendiri.
Menurut KEPMEKES RI MR: 812, 2007 Sarana (fasilitas)
kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan secara
medis bagi masyarakat. Kompeten adalah keadaan kesehatan mental
pasien sedimikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami
informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional
berdasarkan informasi tersebut (KEPMENKES RI NOMOR: 812,2007).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit
yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti antung, da kanker atau
penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada
lagi obat-obatan, tim medis sudah give up ( menyerah ) dan seperti yang
dikatakan diatas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
(White,2002).
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan
proses menuju akhir. Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit ,
6
yang klien lanjut usia tidak dapat lagi atau tidak harapan lagi untuk
sembuh. Pengertian kematian/mati adalah apabila tidak lagi teraba denyut
nadinya, tidak bernafas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan
beberapa reflek, serta tidak ada kegiatan otak.
7
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasaya sikapnya itu
ditandai dengan komentar, selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya
mengatakan bahwa mau menimpa semua orang, kecuali dirinya. Klien
lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak
memperhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh
perawat, la bahkan telah menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin
akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber professional dan
nonprofessional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa mau
sudah ada di ambang pintu.
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali. Sering
kali klien lanjut usia akan mencela setiap orang dalam segala hal. La
mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainnya tentang apa
yang telah mereka lakukan pada tahap ini, klien lanjut usia lebih
mengaggap merupakan hikmah daripada kutuk Kemarah merupakan
mekanisme pertahanna diri klien lanjut usia lebih mengaggap hal ini
merupakan hikmah, dari pada kutukan. Kemarahan di sini merupakan
mekanisme pertahanan diri kliebn lanjut usia. Pada saat ini, perawat
kesehatan harus hati-hati dalam member penilainan sebagai reaksi yang
normal terhadap kematiaan yang perlu diungkapkan
8
b. Ingat bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan, mengapa hal
ini terjadi pada diriku?
c. Seringkali perasaa ini dialihkan kepada rang lain atau anda sebagai
cara klie lanjut usia bertingkah laku
3. Bargaining ( tawar-menawar )
Kemarahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan
kesan dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Akan tetapi
pada tahap tawar-menawar ini bnyak orang cenderung untuk
menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan
mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar, permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat
dipenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus
diselesaikan sebelum mati. Misalnya, klien lanjut usia mempunyai
permintaan terakhir untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi
kerabat, melihat cucu terkecil atau makan di restoran. Perawat dianjurkan
memenuhi permohonan itu karena membuat klien lanjut usia memasuki
tahap berikutnya.
Menggambarkan proses yang berusaha menawar waktu.
a. Klien lanjut usia untuk mempergunakan ungkapan, seperti
seandainya “saya...”
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk menghadapi
kematian dengan tawar-menawar
c. Tanyakan kepentingan yang masih ia inginkan. Cara ademikian
dapat menunjukkan kemampuan perawat untuk mendengarkan
ungkapan perasaannya
4. Depression ( depresi )
Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan klien lanjut usia
sedang dalam suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan
orang yang dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri.
Bersama dengan itu, ia harus meninggalkan semua hal yang
menyenangkan yang dinikmatinya. Selama tahap ini, klien lanjut usia
cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya bagi perawat
9
untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang sedang
melalui masa sedihnya sebelum meninggal
Lanjut usia memahami bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian yang
tidak dapat dihindarkan itu, dan kini kesedian akan kematian itu sudah
membayanginya.
a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingat bahwa
tindakan ini sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas.
Jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau keluarganya
menangis. Hal ini merupakan ungkapan pengekpresian
kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita
b. “ apakah saya akan mati?” sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut
usia tersebut hanya sekedar mengisi dan menghabiskan waktu
untuk membincangkan perasaannya, bukannya mencari jawaban.
Biasanya klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia sebenarnya
sudah tahu jawabannya. Biasanya klien lanjut usia menanyakan
sesuatu, ia sebearya sudah tahu jawabannya. Apakah anda merasa
akan meninggal?
5. Acceptace ( penerimaan/menerima kematian)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini, klie
lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan
mungkin dan mungkin tidak ingin bicara lagi karena sudah menyalakan
segala sesuatunya. Tawar-menawar sudah lewat dan lewat dan tibalah saat
kedamaia da ketenangan. Seseorang mungkin saja lama ada dalam tahap
menerima, tetapi buka tahap pasrah yag berarti kekalahan. Dengan kata
lain, pasrah pada maut bukan berarti menerima maut. Menghendaki
kematian ini terjadi, tetapi ia tahu bahwa hal ini akan terjadi. Klien lanjut
usia tidak merasa tenang dan damai.
a. Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mungkin beberapa kali dalam
sehari). Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut usia.
Oleh karena itu, sediakan waktu untuk mendiskusikan mereka.
10
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan
perhatiannya sebanyak mungkin. Tindakan ini akan member
ketenangan dan perasaan aman
11
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis dan
perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi
tujuan member rasa nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian,
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan
9. Berhak untuk tidak ditipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam
menerima kematian
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
12. Berhak untuk mempertahankan individualis dan tidak dihakimi
atas keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan
kerohanian
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan
di hormati sesudah mati
2.7 Penatalaksanaan
1. Disiapkan sesuai agama dan kepercayaan.
Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas. Usahakan pasien dalam
keadaan bersih dan suasana tenang.
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana.
Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien. Berikan
bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan upacara
keagamaan.
12
BAB 3
APLIKASI TEORI
3.1 Pengkajian
13
g. Mengkaji kondisi keluarga klien dalam menghadapi kondisi klien
dan kesiapan keluarga akan kehilangan klien dengan penyakit
terminal yang sulit disembuhkan :
1) Fase Denial
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap denial
(penolakan) yang ditunjukan keluarga klien pada saat
mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini
sesuai teori.
2) Fase Anger
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap anger (marah)
yang ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar
kondisi klien dengan penyakit terminal, yang kemudian
dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai
teori. Pada fase ini perawat mengkaji hanya berdasarkan
observasi sebab kluarga pasien tidak mungkin menjawab
pertanyan perawat pada fase ini.
3) Fase Bargaining (Tawar Menawar)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap bargaining
(tawar menawar) yang ditunjukan keluarga klien pada saat
mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini
sesuai teori. Pada fase ini perawat masih bisa mengkaji
klien dengan wawancara namun perhatikan kuantitas serta
kulitas pertanyaan untuk menjaga kestabilan kondisi
keluarga klien.
4) Fase Depresi
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap depresi yang
ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi
klien dengan penyakit terminal, yang kemudian dicocokan
dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori. Pada
tahap ini perawat dapat mengkaji keluarga klien namun
14
sedikit, dan terkadang tidak mendapatkan respon sebab
kondisi keluarga klien dalam keadaan tertekan, dan perawat
dapat mengkomunikasikan kondisi keluarga klien.
5) Fase Acceptance (Penerimaan)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap acceptance
(penerimaan) yang ditunjukan keluarga klien pada saat
mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini
sesuai teori. Pada kondisi ini perawat lebih leluasa
mengkaji kondisi kesiapan keluarga klien dalam
menghadapi resiko kehilangan klien yang mengalami
penyakit terminal, sebab pada fase ini kleuarga klien
biasanya mulai pasrah atau sudah dapat menerima kondisi
kerabatnya.
h. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang penyakit yang
diderita klien pada saat sekarang.
b) Riwayat kesehatan dahulu Berisi tentang keadaan klien
apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit
yang sama.
c) Riwayat kesehatan keluarga apakah anggota keluarga
pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
i. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat.
a) Pasien kurang rensponsif.
15
f) Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan
melemah.kulit pucat.mata memelalak dan tidak ada
respon terhadap cahaya
b. Melokalisir nyeri
5
c. Fleksi norma
d. Dekortasi 4
e. Deserebrasi 3
Tidak ada
2
16
1
Respon Verval ( V )
a. Orientasi baik 5
Tidak ada 2
1
Respon buka mata
( Eye Opening E )
a. Spontan 4
b. Terhadap suara
3
c. Terhadap nyeri
Tidak ada 2
17
1
Keterangan:
a. Faktor Fisik
b. Faktor Psikologis
18
Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal
menunjukan lima tahapan, yaitu :
19
mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya
tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan
sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa
mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat
memberikan dukungan social bisa dari teman dekat,
kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat
terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan
ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus
mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien mengharapkan
kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
20
3.2 Diagnosa Keperawatan
21
3.3 Intervensi Keperawatan
NO
SDKI SIKI SLKI
KODE HASIL KODE HASIL
1 Subkategori: L.09091 Luaran utama: I.09276 Dukungan Spiritual
Integritas Ego Status Spiritual Tindakan :
Kode: D.0082 Setelah dilakukan Observasi:
Distres Spiritual tindakan
1. Identifikasi
Penyebab: keperawatan
perasaan
selama 2x24 jam
1. Menjelan khawatir,
diharapkan status
g ajal kesepian dan
spiritual membaik
2. Kondisi ketidakberdayaan
dengan kreteria
penyakit 2. Identifikasi
hasil :
kronis pandangan
3. Kematia 1. Vibrasi tentang hubungan
n orang makna dan aantara spiritual
terdekat tujuan dan kesehatan
4. Perubaha hidup dari 3. Identifikasi
n pola skala 1 harapan dan
hidup (menurun) kekuatan pasien
5. Kejadian menjadi 4. Identifikasi
hidup skala 3 ketaatan dalam
yang (sedang) beragama
tidak 2. Perilaku Terapeutik:
diharapk marah pada 1. Berikan
an tuhan dari kesempatan
skala 1 mengekspresikan
Gejala dan (meningkat perasaan tentang
22
Tanda Mayor: ) menjadi penyakit dan
Subjektif: skala 3 kematian
1. Mempert (sedang) 2. Berikan
anyakan 3. Vibrasi kesempatan untuk
makna perasaan mengekspresikan
dan bersalah dan mereakan
tujuan dari skala 1 marah secara
hidupnya (meningkat tepat
2. Menyata ) emnajdi 3. Yakinkan bahwa
kan skala 3 perawat bersedia
hidupnya (sedang) mendukung
terasa 4. Kemampua selama masa
tidak/kur n beibadah ketidakberdayaan
ang dari skala 1 4. Sediakan privasi
bermakn (memburuk dan waktu tenang
a ) menjadi untuk aktivitas
3. Merasa skala 3 spiritual
menderit (sedang) 5. Diskusikan
a/tidak 5. Interaksi keyakinan tentang
berdaya dengan makna dan tujuan
orang hidup
Objektif: terdekat/tok 6. Fasilitasi
1. Tidak oh agama melakukan
mampu dari skala 1 kegiatan ibadah
beribada (memburuk Edukasi:
h ) menjadi 1. Anjurkan
2. Marah skala 3 berinteraksi
pada (sedang) dengan keluarga,
tuhan 6. Koping dari teman, dana tau
Gejala dan skala 1 orang lain
Tanda Minor: (memburuk 2. Anjurkan
Subjektif: ) menjadi berpartisipasi
23
1. Menyata skala 3 dalam kelompok
kan (sedang) pendukung
hidupnya 3. Anjurkn metode
terasa relaksasi,
tidak meditasi, dan
tenang imajinasi
2. Merasa terbimbing
bersalah
3. Merasa Kolaborasi:
tersaingi Atur kunjungan dengan
Objektif: rohaniawan (mis. Ustad,
1. Menolak pendeta, room, biksu)
berintera
ksi
dengan
orang
terdekat
2. Tidak
mampu
beraktifit
as
3. Koping
tidak
efektif
Kondisi Klinis
Terkait:
1. Penyakit
kronis
2. Penyakit
terminal
2 Kategori : L.09088 Luaran utama I.09260 Dukungan Koping
Psikologis :Status Koping Keluarga
Subkategori:
24
Integritas Ego Keluarga Tindakan:
Kode: D.0093 Setelah dilakukan Observasi:
Ketidakmampua tindakan 1. Identifikasi
n Koping keperawatan respons
Keluarga selama 2x24 jam emosional
Penyebab: diharapkan status terhadap kondisi
koping keluarga saat ini
1. Hubunga
membaik dengan 2. Identifikasi beban
n
kreteria hasil: secara prognosis
keluarga
3. Identifikasi
ambivele 1. Perasaan
pemahaman
n diabaikan
tentang keputusan
2. Pola dari skala 1
perawatan setelah
koping (meningkat
pulang
yang ) menjadi
4. Identifikasi
berbeda skala 3
kesesuaian antara
diantara (sedang)
harapan pasien,
klien dan 2. Kekhawatir
keluarga, dan
orang an tentang
tenaga kesehatan
terdekat anggota
Terapeutik:
3. Resistens keluarga
1. Dengarkan
i dari skala 1
masalah,
keluarga (meningkat
perasaan, dan
terhadap ) menjadi
pertanyaan
perawata skala 3
keluarga
n (sedang)
2. Diskusikan
/pengoba 3. Komunikas
rencana medis
tan yang i antar
dan perawatan
komplek keluarga
3. Fasilitas
s dari skala 1
pengumgkapan
4. Ketidak (meningkat
perasaan antara
mampua ) menjadi
pasien dan
n orang skala 3
25
terdekat (sedang) keluarga atau
mengung 4. Komitmen antar anggota
kapkan pada keluarga
perasaan perawatan/ 4. Fasilitas
Gejala dan prngobatan pengambilan
Tanda Mayor: dari skala 1 keputusan dalam
Subjektif: (meningkat merencanakan
1. Merasa ) menjadi perawatan jangka
diabaika skala 3 panjang
n (sedang)_ 5. Hargai dan
Objektif: 5. Perasaan dukung
1. Tidak tertekan mekanisme
memenu dari skala 1 koping adaptif
hi (meningkat yang digunakan
kebutuha ) menjadi Edukasi:
n skala 3 1. Informasikan
anggota (sedang) kemajuan pasien
keluarga 6. Perilaku secara berkala
2. Tidak menolak 2. Informasikan
toleran perawatan fasilitas
3. Mengaba dari skala 1 perawatan
ikan (meningkat kesehatan yang
anggota ) menjadi tersedia
keluarga skala 3 Kolaborasi:
Gejala dan (sedang) Rujuk untuk terapi
Tanda Minor: 7. Perilaku keluarga, jika perlu
Subjektif: sehat dari
1. Terlalu skala 1
khawatir (memburuk
dengan ) menjadi
anggota skala 3
keluarga (sedang)
26
2. Merasa
tertekan
(depresi)
Objektif:
1. Perilaku
sehat
tergangg
u
2. Mengaba
ikan
perawata
n/pengob
atan
3. Tidak
komitme
n
Kondisi Klinis
Terkait:
1. Penyakit
kronis
2. Kanker
3 Kategori : L.09093 Luaran 1.0931 Intervensi utama :
Psikologis Utama :Tingkat 4 Reduksi Ansietas
Subkategori: Ansietas Tindakan:
Integritas Ego Setelah dilakukan Observasi:
Kode: D.0080 tindakan 1. Identifikasi saat
Ansietas keperawatan tingkat ansietas
Penyebab: selama 2x24 jam berubah (mis.
diharapkan Tingkat kondisi, waktu,
1. Ancaman
Ansietas menurun stressor)
terhadap
dengan kreteria 2. Monitor tanda-tanda
kematian
hasil: ansietas (verbal dan
27
2. Disfungsi 1. Verbalisasi nonverbal)
sistem kebingungan
keluarga dari skala 2 Terapeutik:
Gejala dan (cukup 1. Ciptakan suasana
Tanda Mayor meningkat) terapeutik untuk
Subjektif: menjadi skala 4 menumbuhkan
1. Merasa (cukup kepercayaan
bingung menurun) 2. Pahami sitasi yang
2. Sulit 2. Perilaku membuat ansietas
berkonsentr gelisah dari dengarkan dengan
asi skala 2 (cukup penuh perhatian
Objektif : meningkat) 3. Gunakan pendekatan
1. Tampak menjadi skala 4 yang tenang dan
gelisah (cukup meyakinkan
2. Sulit tidur menurun) 4. Motivasi
Gejala dan 3. Keluhan pusing mengidentifikasi
Tanda Minor dari skala 2 situasi yang memicu
Subjektif: (cukup kecemasan
4. Mengeluh meningkat) Edukasi:
pusing menjadi skala 4 1. Jelaskan prosedur,
5. Anoreksia (cukup termasuk sensasi
6. Merasa menurun) yang mungkin
tidak 4. Anoreksia dari dialami
berdaya skala 2 (cukup 2. Informasikan secara
Objektif: meningkat) faktual mengenai
1. Tremor menjadi skala 4 diagnosis dan
2. Muka (cukup prognosis
tampak menurun) 3. Anjurkan keluarga
pucat 5. Tremor dari untuk tetap bersama
3. Kontak skala 2 (cukup pasien, jika perlu
mata buruk meningkat) 4. Anjurkan
menjadi skala 4 mengungkapkan
28
(cukup perasaan dan
menurun) persepsi
6. Pucat dari skala 5. Latih kegiatan
2 (cukup pengalih untuk
meningkat) mengurangi
menjadi skala 4 ketegangan
(cukup 6. Latih teknik
menurun) relaksasi
7. Konsentrasi Kolaborasai
dari skala 2 7. Kolaborasi
(cukup pemberian
memburuk) antiansietas
menjadi skala 4
(cukup
membaik)
8. Perasaan
keberdayaan
dari skala 2
(cukup
memburuk)
menjadi skala 4
(cukup
membaik)
9. Kontak mata
dari skala 2
(cuup
memburuk)
menjadi skala 4
(cukup
membaik
29
No
dx Tanggal jam Tindakan keperawatan paraf
1 5 Observasi: F
November
1. Mengidentifikasi perasaan
2020 F
khawatir, kesepian dan
ketidakberdayaan
2. Mengidentifikasi pandangan
F
tentang hubungan aantara
spiritual dan kesehatan
F
Terapeutik:
3. Memberikan kesempatan
F
mengekspresikan perasaan
tentang penyakit dan kematian
4. Memberikan kesempatan untuk
F
mengekspresikan dan mereakan
F
marah secara tepat
5. Meyakinkan bahwa perawat
F
bersedia mendukung selama
masa ketidakberdayaan
F
Edukasi:
6. Menganjurkan berinteraksi
F
dengan keluarga, teman, dana tau
orang lain
F
7. Menganjurkan berpartisipasi
dalam kelompok pendukung
2 F
Observasi:
1. Mengidentifikasi respons
emosional terhadap kondisi saat
ini
2. Mengidentifikasi beban secara
prognosis
Terapeutik:
30
3. Mendengarkan masalah,
perasaan, dan pertanyaan
keluarga
4. Mendiskusikan rencana medis
dan perawatan
5. Memfasilitas pengumgkapan
perasaan antara pasien dan
keluarga atau antar anggota
3 keluarga
Edukasi:
6. Menginformasikan kemajuan
pasien secara berkala
Observasi:
1. Mengidentifikasi saat tingkat
ansietas berubah (mis. kondisi,
waktu, stressor)
Terapeutik:
1. Menciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Mempahami situasi yang
membuat ansietas dengarkan
dengan penuh perhatian
Edukasi:
4. Menjelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
5. Menginformasikan secara faktual
mengenai diagnosis dan
prognosis
31
Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
32
1 6 Observasi: F
November 8. Mengidentifikasi harapan dan F
2020 kekuatan pasien
9. Mengidentifikasi ketaatan dalam F
beragama
Terapeutik: F
10. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan F
11. Memotivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
Edukasi: F
12. Menganjurkan metode relaksasi,
meditasi, dan imajinasi F
terbimbing
Kolaborasi: F
13. Mengatur kunjungan dengan
2 rohaniawan (mis. Ustad, pendeta,
room, biksu) F
Observasi: F
7. Mengidentifikasi pemahaman
tentang keputusan perawatan
setelah pulang F
8. Mengidentifikasi kesesuaian
antara harapan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan F
Terapeutik:
9. Memfasilitas pengambilan F
keputusan dalam merencanakan
perawatan jangka panjang F
10. Menghargai dan dukung F
mekanisme koping adaptif yang
digunakan F
Edukasi: F
33
7.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah ke empat dalam proses
keperawatn dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam intervensi keperawatan.
7.5 Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan da
pelaksanaannya sudah berhasil di capai. Perawat dapat memonitor keadaan
yang terjadi selama tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksaan
tindakan.
34
BAB 4
APLIKASI KASUS
Kasus Semu
Ny. A berusia 39 tahun berjenis kelamin perempuan di bawa ke rumah
sakit. M dengan keluhan klien merasakan nyeri di bagian payudara
sebelah kiri dengan kanker payudara stadium 4, mempunyai luka kronis
pada payudara kiri, klien juga merasakan nyeri tertusuk-tusuk, klien
tampak meringis kesakitan skala nyeri 10. Klien mengatakan nyerinya
menetap, klien mengatakan menggalami pembengkakan di payudara lebih
dari 3 bulan yang lalu . dengan gambaran luka; exudat (+) warna kuning
kental, luka rentang berdarah (+), bau (+), nyeri (+), jaringan nekrotik
warna kehitaman keras pada pinggir luka, diameter luka sekitar 10-15 cm,
terdapat lubang-lubang kecil membentuk gua dan didalamya ada
mikroorganisme yang semakin berkembang jadi larva (belatung). Klien
merasa tidak ada harapan hidup, tidak mampu berkonsentrasi, merasa tidak
berguna, panik, klien nampak tertekan. Sedih, tidak mampu menerima
kondisi yang di hadapinya.
4.1 Pengkajian
Biodata Identitas Pasien:
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 39 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat : Jl. Damyanti
Tanggal Pengkajian : 5 November 2020
35
Diagnosa Medis : Kanker Payudara
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dibagian payudara sebelah kiri
36
c. Pernah dirawat atau dioperasi
Klien mentakan belum pernah dirawat di Rs ataupun di operasi
d. Lama di rawat
Tidak ada
e. Alergi
Tidak ada
f. Imunisasi
Klien mengatakan pernah di Imunisasi sewaktu masih kecil
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang Tua
Klien mengatakan tidak ada riwyat penyakit Orang Tua
b. Saudara Kandung
Klien mengatakan tidak ada riwyat penyakit saudara kandung
c. Penyakit Keturunan Yang ada
Klien mengatakan tidak memiliki riwyat keturunan
d. Anggota Keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang memilki riwyat
gangguan jiwa
e. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan bahwa tidaka ada anggota keluarga yang meninggal
f. Penyebab Meninggal
-
5. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi Klien Tentang Penyakitnya
Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya
a. Konsep diri
a) Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak
sempurna lagi
b) Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya
c) Harga diri : Klien mengatakan putus asa atas penyakitnya yang di
derita
37
d) Peran diri : Klien mengatakan klien adlah seorang orang tua dalam
keluarganya.
e) Identitas : Klien mengatakan Klien adalaha seorang orang tua yang
berperan menjadi seorang ibu dengan memiliki 3 orang anak.
f) Keadaan emosi : Klien tampak tidak dapt mengontrol emosi
walaupun dalam keasikitan yang dideritanya
g) Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti:
Klien merupakan orang yang berarti dalam hidup klien adalah
suami dan anak-anaknya
b. Hubungan dengan keluarga:
Klien mengatakan memiliki hubungan yang tidak baik karena
di abaikan oleh pihak anggota keluarganya semenjak sakit.
c. Hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan hubungan dengan para tetangga kurang baik,
sering berkomunikasijika sedang melakukan aktivitas.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan adanya hambatanuntuk hubungan sosisal
dengan para tetangganya
h) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan agama yang dianut
adalah agama islam, klien juga mengatakan selalu
mempercayai agama yang dianut sejak kecil.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan tidak pernah
melaksanakan ibadah shalat 5 waktupada saat sakit.
i) Status Mental
Tingkat kesadaran : Klien tampak sadar penuh (compos mentis)
Penapilan : Klien tampak tidak rapi
Pembicaraan : Klien tampak lesu, tidak ada harapan
hidup, tidak mampu berkonsentrasi, merasa
38
tidak berguna, panik, klien nampak tertekan,
marah, tidak mampu menuntaskan aktivitas.
Afek :-
Interaksi selama wawancara : Klien tampak tertekan saat
wawancara dan klien tampak tidak fokus pada saat wawancara
berlangsung.
Proses Pikir : Klien tampak selama interaksi saat pngkajian selalu
melakukan pengulangan pembicaraan
6. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan umum klien tampak lemas, tidak mampu berkonsentrasi, panik
dan klien tampak tertekan dan marah, menangis, sedih
B. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,5oC
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 70x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Skala nyeri : 10
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 55 kg
C. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Bentuk : bentuk kepala simetris
Ubun-Ubun : tertutup rata oleh rambut tidak ada rambut rontok
Kulit kepala : kulit kepala klien bersih dan berwrna sawo matang
Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut
Rambut klien tampak tidak lebat dan penyebarannya merata.
Bau : rambut klien berbau tidak sedap
Warna kulit : warna kulit klien tampak berwarna sawo matang
Wajah
39
Warna kulit : warna kulit klien tampak berwarna sawo matang
Struktur wajah :klien tampak memilki struktur wajah yang lonjong
Mata
Kelengkapan mata dan kesimetrisan
Klien memliki dua bola mata lengkap yang simetris.
Palpebra : tidak ditemukan adanya kelainan
Konjungtiva dan Sclera : tampak pucat
Pupil : reaksi terhadap cahaya cepat
Kornea dan Iris : ditemukan adanya lingkaran abu-abu
dipinggiran kornea
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tekananan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
Tulang hidung dan posisi seputum nasi
Tidak ada tampak kelianan pada tulang hidung dan letaknya di medical
Lubang hidung : normal dan simetris
Cuping hidung : normal dan tidak ada kelainan
Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan dan kiri
Ukuran telinga : ukuran telinga normal simetris kanan dan
kiri
Lubang telinga : tidak ditemukan adanya kelainan pada
lubang telinga, tidak ditemukan adanya serumen pada lubang telinga
Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengarkan dengan baik,
tampak harus berbicara dengan pengulangan.
Mulut dan Faring
Keadaan bibir : bibir klien tampak kering
Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi terlihat bersih
Keadaan lidah : lidah tampak bersih
Orofaring : tidak ditemukan adanya kelainan
Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : klien tampak kurang bersih
40
Kehangatan : suhu tubuh klien dalam keadaan normal
Warna : kulit berwarna sawo matang
Tugor : kembali < 2 detik
Kelembaban : kulit tampak kering
Kelinan pada kulit : tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit
Pemeriksaan payudara dan ketiakk
Ukuran dan bentuk
Abnorrmal (adanya pembengkakan payudara sebelah kiri dengan
gambaran luka; exudat (+) warna kuning kental, luka rentang
berdarah (+), bau (+), nyeri (+), jaringan nekrotik warna kehitaman
keras pada pinggir luka, diameter luka sekitar 10-15 cm, terdapat
lubang-lubang kecil membentuk gua dan didalamya ada
mikroorganisme yang semakin berkembang jadi larva (belatung)
Warna payudara dan areola
Warna payudara sebelah kiri exudat (+) warna kuning kental, luka
rentang berdarah (+), bau (+), dan areola sebelah kiri kecoklatan
Kondisi payudara dan puting
Payudara sebelah kiri terdapat exudat (+) warna kuning kental, luka
rentang berdarah (+), bau (+), nyeri (+), jaringan nekrotik warna
kehitaman keras pada pinggir luka, diameter luka sekitar 10-15 cm,
terdapat lubang-lubang kecil membentuk gua dan didalamya ada
mikroorganisme yang semakin berkembang jadi larva (belatung)
dan payudara sebelah kanan normal
Aksila dan clavicula
Simtris
Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks : Normal
Pernafasan : 22x/menit
Tanda dan kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas
Pemeriksaan paru
Palpai getaran suara : Adanya getaran suara
Perkusi : Resonan
41
Auskultasi : Suara nafas bersih tidak ada sura tambahan
Pemeriksaan jantung
Inpeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Normal
Auskultasi : Suara jantung terdengar kuat
Pemeriksaan abdomen
Ispeksi : Bentuk simetris, perut sebelah kiri lebih besar daripada perut
sebelah kanan
Palpasi : Adanya nyeri tekan
Auskultasi :-
Pemeriksaan Neourologi : Normal
Fungsi motorik : Normal
D. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum
Frekuensi makan : klien mengatakan makan 3x sehari
dengan porsi yang sedikit
Nafsu/selera makan : klien mengatakan kurang selera
makan
Nyeri uluh hati : klien mengatakan tidak adanya
merasakan sakit di ulu hati
Alergi : klien mengatakan tidak ada alergi
Mual dan muntah : klien mengatakan adanya rasa mual
Masalah makan dan minum : klien tidak mengalami kesulitan
pada saat mengunyah dan menelan
makanan.
2. Perwatan diri/personal Hygiene
Kebersihan tubuh : klien tampak bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulit klien tampak kurang
bersih, terlihat banyak sisa makanan
yang terselip di gigi klien
42
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kebersihan kuku kaki dan tangan
klien tampak bersih
3. Pola kegiatan /Aktivitas
Aktivitas klien untuk makan, mandi, eliminasi, ganti pakaian dilakukan
dengan bantuan orang lain (suami)
E. POLA ELIMINASI
1. BAB
Pola BAB : Klien mengatakan 1 hari sekali untuk BAB
Karakter Feses : klien mengtakan feses berbentuk keras
Riwyat perdarahan : Klien mengatakan tidak pernah mengalami
perdarahan
BAB terakhir : 4 November 2020
Diare : Klien mengatakan tidak mengalami diare
Penggunaan Laksatif : Klien mengatakan tidak menggunakan
lasaktif
2. BAK
Pola BAK : Klien mengatakan pola BAK sering tidak
ada hambatan
Karakter Urin : Klien mengatakan warna dari urin adalah
kuning bening
Nyeri BAK : Klien mengatakan tidak merasakan nyeri
saat BAK
Riwayat penyakit ginjal : Klien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit ginjal
Penggunaan diuretik : Klien mengatakan tidak menggunakan
diuretic
F. MEKANISME KOPING
Adaptif : Berbicara dengan orang lain
G. MENGKAJI KODISI KELUARGA KLIEN DALAM
MENGHADAPI KONDISI KLIEN DAN KESIAPAN KELUARGA
43
AKAN KEHILANGAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL
YANG SULIT DISEMBUHKAN
a. Denial (Menolak), Pasien mengatakan “tidak mungkin, hal ini tidak
akan terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini” klien
masih belum bisa menerima kenyataan tentang kondisi yang dihadapi
b. Anger (Marah) tidak mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak
ingin makan, tidak mau sholat 5 waktu
c. Bergaining (Tawar Menawar), pasien mengatakan “Tuhan beri saya
kesenbuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan berbuat baik dan
mengikuti program pengobatan” dan klien akan melakukan pengobatan
yang terbaik untuk kesembuhannya.
d. Depression (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin
memburuk klien meras terlalu sangat kesepian dan menarik diri.
Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak yang berdiam diri dan
menyendiri
e. Acpetence (Penerimaan), reaksi fisologis semakin memburuk, klien
mulai menyerah dan pasrah pada keadaan atau putus asa. Peran perawat
adalah mengamati perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh
kondisi terminal terhadap perilaku dan memberikan dukungan yang
empatik
44
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS: Hubungan yang Ketidakefektifan
Pasien mengatakan memiliki tidak baik dengan koping keluarga
hubungan yang tidak baik keluarga karena
karena di abaikan oleh pihak diabaikan
anggota keluarganya semenjak semenjak sakit
skit
DO:
Pasien mengatakan terlalu Terlalu khawatir
khawatir dengan anggota dengan anggota
keluarga , pasien merasa keluarga
tertekan (Depresi)
Pasien tertekan
Ketidakefektifan
koping keluarga
45
2 DS: Hidupnya terasa Distres Spiritual
Pasien menyatakan hidupnya tidak
terasa tidak berguna/kurang berguna/kurang
bermakna bermakna
Pasien mengatakan merasa
menderita/tidak berdaya
DO: Merasa
Pasien tidak mampu melakukan menderita/tidak
sahalat 5 waktu berdaya
Menolak berinteraksi dengan
orang terdekat
Tidak mampu beraktifitas Tidak mampu
beribadah
Tidak mampu
beraktivitas
Distres Spiritual
3 DS : Ancaman Ansietas
Pasien menyatakan merasa terhadap
bingung, sulit berkomunikasi kematian
Pasien mengatakan pusing dan
juga anoreksia, merasa tidak
berdaya Disfungsi sistem
DO: keluarga
Pasien tampak gelisah, sulit
tidur, dan kotak mata buruk
Muka tampak pucat, tremor Merasa bingung,
sulit
berkonsentrasi,
mengeluh pusing,
46
anoreksia dan
merasa tidak
berdaya
Tampak gelisah,
sulit tidur, kotak
mata buruk, muka
tampak pucat dan
tremor
Ansietas
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan hubungan yang
tidak baik karena diabaikan dengan keluarga semenjak sakit ditandai
dengan pasien terlalu khawatir dengan anggota keluarga dan pasien merasa
tertekan (Depresi)
2. Distres spirital berhubungan dengan hidupnya terasa tidak berguna/kurang
bermakna dan pasien merasa menderita ditandai dengan pasien tidak
mampu melakukan shalat 5 waktu, menolak berinteraksi dengan orang
terdekat dan tidak mampu beraktifitas.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian, disfungsi
sistem keluarga ditandai dengan merasa bingung, pusing dan juga
anoreksia, merasa tidak berdaya, tampak gelisah, sulit tidur, dan kotak
mata buruk, Muka tampak pucat, tremor
47
48
4.3 Intervensi Keperawatan
SIKI SLKI
No SDKI
Kode Hasil Kode Hasil
1. Kategori : Psikologis L.09091 Luaran utama: Status Spiritual I.09276 Dukungan Spiritual
Subkategori: Integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan :
Ego selama 2x24 jam diharapkan status Observasi:
Kode: D.0082 spiritual membaik dengan kreteria
Distres Spiritual hasil : 1. Identifikasi perasaan
Penyebab: khawatir, kesepian
1. Vibrasi makna dan tujuan hidup dan
1. Menjelang ajal dari skala 1 (menurun) menjadi ketidakberdayaan
2. Kondisi skala 3 (sedang) 2. Identifikasi
penyakit kronis 2. Perilaku marah pada tuhan dari pandangan tentang
3. Kematian orang skala 1 (meningkat) menjadi hubungan aantara
terdekat skala 3 (sedang) spiritual dan
4. Perubahan pola 3. Vibrasi perasaan bersalah dari kesehatan
hidup skala 1 (meningkat) emnajdi 3. Identifikasi harapan
5. Kejadian hidup skala 3 (sedang) dan kekuatan pasien
yang tidak 4. Kemampuan beibadah dari skala 4. Identifikasi ketaatan
diharapkan 1 (memburuk) menjadi skala 3 dalam beragama
(sedang) Terapeutik:
Gejala dan Tanda 5. Interaksi dengan orang 1. Berikan kesempatan
Mayor: terdekat/tokoh agama dari skala mengekspresikan
Subjektif: 1 (memburuk) menjadi skala 3 perasaan tentang
1. Mempertanyaka (sedang) penyakit dan
n makna dan 6. Koping dari skala 1 (memburuk) kematian
tujuan hidupnya menjadi skala 3 (sedang) 2. Berikan kesempatan
2. Menyatakan untuk
49
hidupnya terasa mengekspresikan
tidak/kurang dan mereakan marah
bermakna secara tepat
3. Merasa 3. Yakinkan bahwa
menderita/tidak perawat bersedia
berdaya mendukung selama
masa
Objektif: ketidakberdayaan
1. Tidak mampu 4. Sediakan privasi dan
beribadah waktu tenang untuk
2. Marah pada aktivitas spiritual
tuhan 5. Diskusikan
Gejala dan Tanda keyakinan tentang
Minor: makna dan tujuan
Subjektif: hidup
1. Menyatakan 6. Fasilitasi melakukan
hidupnya terasa kegiatan ibadah
tidak tenang Edukasi:
2. Merasa bersalah 1. Anjurkan
3. Merasa tersaingi berinteraksi dengan
Objektif: keluarga, teman,
1. Menolak dana tau orang lain
berinteraksi 2. Anjurkan
dengan orang berpartisipasi dalam
terdekat kelompok
2. Tidak mampu pendukung
beraktifitas 3. Anjurkn metode
3. Koping tidak relaksasi, meditasi,
50
efektif dan imajinasi
Kondisi Klinis terbimbing
Terkait:
1. Penyakit kronis Kolaborasi:
2. Penyakit Atur kunjungan dengan
terminal rohaniawan (mis. Ustad,
pendeta, room, biksu)
2. Kategori : Psikologis L.09088 Luaran utama :Status Koping I.09260 Dukungan Koping Keluarga
Subkategori: Integritas Keluarga
Ego Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan:
Kode: D.0093 selama 2x24 jam diharapkan status Observasi:
Ketidakmampuan koping keluarga membaik dengan 1. Identifikasi respons
Koping Keluarga kreteria hasil: emosional terhadap
Penyebab: kondisi saat ini
1. Perasaan diabaikan dari skala 1 2. Identifikasi beban
1. Hubungan (meningkat) menjadi skala 3 secara prognosis
keluarga (sedang) 3. Identifikasi
ambivelen 2. Kekhawatiran tentang anggota pemahaman tentang
2. Pola koping keluarga dari skala 1 keputusan perawatan
yang berbeda (meningkat) menjadi skala 3 setelah pulang
51
diantara klien (sedang) 4. Identifikasi
dan orang 3. Komunikasi antar keluarga dari kesesuaian antara
terdekat skala 1 (meningkat) menjadi harapan pasien,
3. Resistensi skala 3 (sedang) keluarga, dan tenaga
keluarga 4. Komitmen pada kesehatan
terhadap perawatan/prngobatan dari skala Terapeutik:
perawatan 1 (meningkat) menjadi skala 3 1. Dengarkan masalah,
/pengobatan (sedang)_ perasaan, dan
yang kompleks 5. Perasaan tertekan dari skala 1 pertanyaan keluarga
4. Ketidakmampua (meningkat) menjadi skala 3 2. Diskusikan rencana
n orang terdekat (sedang) medis dan
mengungkapkan 6. Perilaku menolak perawatan dari perawatan
perasaan skala 1 (meningkat) menjadi 3. Fasilitas
Gejala dan Tanda skala 3 (sedang) pengumgkapan
Mayor: 7. Perilaku sehat dari skala 1 perasaan antara
Subjektif: (memburuk) menjadi skala 3 pasien dan keluarga
1. Merasa (sedang) atau antar anggota
diabaikan keluarga
Objektif: 4. Fasilitas
1. Tidak pengambilan
memenuhi keputusan dalam
kebutuhan merencanakan
anggota perawatan jangka
keluarga panjang
2. Tidak toleran 5. Hargai dan dukung
3. Mengabaikan mekanisme koping
anggota adaptif yang
keluarga digunakan
52
Gejala dan Tanda Edukasi:
Minor: 1. Informasikan
Subjektif: kemajuan pasien
1. Terlalu khawatir secara berkala
dengan anggota 2. Informasikan
keluarga fasilitas perawatan
2. Merasa tertekan kesehatan yang
(depresi) tersedia
Objektif: Kolaborasi:
1. Perilaku sehat Rujuk untuk terapi keluarga,
terganggu jika perlu
2. Mengabaikan
perawatan/peng
obatan
3. Tidak komitmen
Kondisi Klinis
Terkait:
1. Penyakit kronis
2. Kanker
3. Kategori : Psikologis L.09093 Luaran Utama :Tingkat Ansietas 1.09314 Intervensi utama : Reduksi
Subkategori: Integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Ansietas
Ego selama 2x24 jam diharapkan Tingkat Tindakan:
Kode: D.0080 Ansietas menurun dengan kreteria Observasi:
Ansietas hasil: 1. Identifikasi saat tingkat
Penyebab: 1. Verbalisasi kebingungan dari skala ansietas berubah (mis.
2 (cukup meningkat) menjadi skala kondisi, waktu,
1. Ancaman terhadap 4 (cukup menurun) stressor)
kematian
53
2. Disfungsi sistem 2. Perilaku gelisah dari skala 2 (cukup 2. Monitor tanda-tanda
keluarga meningkat) menjadi skala 4 (cukup ansietas (verbal dan
Gejala dan Tanda menurun) nonverbal)
Mayor 3. Keluhan pusing dari skala 2 (cukup
Subjektif: meningkat) menjadi skala 4 (cukup Terapeutik:
1. Merasa bingung menurun) 1. Ciptakan suasana
2. Sulit 4. Anoreksia dari skala 2 (cukup terapeutik untuk
berkonsentrasi meningkat) menjadi skala 4 (cukup menumbuhkan
Objektif : menurun) kepercayaan
1. Tampak gelisah 5. Tremor dari skala 2 (cukup 2. Pahami sitasi yang
2. Sulit tidur meningkat) menjadi skala 4 (cukup membuat ansietas
Gejala dan Tanda menurun) dengarkan dengan
Minor 6. Pucat dari skala 2 (cukup penuh perhatian
Subjektif: meningkat) menjadi skala 4 (cukup 3. Gunakan pendekatan
1. Mengeluh pusing menurun) yang tenang dan
2. Anoreksia 7. Konsentrasi dari skala 2 (cukup meyakinkan
3. Merasa tidak memburuk) menjadi skala 4 (cukup 4. Motivasi
berdaya membaik) mengidentifikasi situasi
Objektif: 8. Perasaan keberdayaan dari skala 2 yang memicu
1. Tremor (cukup memburuk) menjadi skala 4 kecemasan
2. Muka tampak (cukup membaik) Edukasi:
pucat 9. Kontak mata dari skala 2 (cuup 1. Jelaskan prosedur,
3. Kontak mata buruk memburuk) menjadi skala 4 (cukup termasuk sensasi yang
membaik mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis dan prognosis
3. Anjurkan keluarga
54
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalih
untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih teknik relaksasi
Kolaborasai
1. Kolaborasi pemberian
antiansietas
55
4.4 Implementasi Keperawatan
No Tanggal Jam Tindakan keperawatan Paraf
Dx
56
1. 5 Observasi:
November
1. Mengidentifikasi perasaan F
2020
khawatir, kesepian dan
ketidakberdayaan
2. Mengidentifikasi pandangan F
tentang hubungan aantara
spiritual dan kesehatan
Terapeutik:
3. Memberikan kesempatan F
mengekspresikan perasaan
tentang penyakit dan kematian
4. Memberikan kesempatan untuk F
mengekspresikan dan mereakan
marah secara tepat
5. Meyakinkan bahwa perawat F
bersedia mendukung selama
masa ketidakberdayaan
Edukasi:
6. Menganjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman, dana F
tau orang lain F
7. Menganjurkan berpartisipasi
dalam kelompok pendukung
2 Observasi: F
1. Mengidentifikasi respons
emosional terhadap kondisi saat
ini F
2. Mengidentifikasi beban secara
57
prognosis
Terapeutik:
F
3. Mendengarkan masalah,
perasaan, dan pertanyaan
keluarga
F
4. Mendiskusikan rencana medis
dan perawatan
5. Memfasilitas pengumgkapan
F
perasaan antara pasien dan
keluarga atau antar anggota
keluarga
Edukasi:
6. Menginformasikan kemajuan F
pasien secara berkala
3.
Observasi:
1. Mengidentifikasi saat tingkat F
ansietas berubah (mis. kondisi,
waktu, stressor)
Terapeutik:
2. Menciptakan suasana terapeutik
F
untuk menumbuhkan
kepercayaan
3. Mempahami situasi yang
F
membuat ansietas dengarkan
dengan penuh perhatian
58
Edukasi: F
4. Menjelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
5. Menginformasikan secara F
faktual mengenai diagnosis dan
prognosis
6. Menganjurkan keluarga untuk F
tetap bersama pasien, jika perlu
59
1. 6 Observasi:
November 8. Mengidentifikasi harapan dan
F
2020 kekuatan pasien
9. Mengidentifikasi ketaatan dalam F
beragama
Terapeutik:
10. Menggunakan pendekatan yang F
tenang dan meyakinkan
11. Memotivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan F
Edukasi:
12. Menganjurkan metode relaksasi,
meditasi, dan imajinasi F
terbimbing
Kolaborasi:
13. Mengatur kunjungan dengan
rohaniawan (mis. Ustad,
F
pendeta, room, biksu)
2. Observasi:
7. Mengidentifikasi pemahaman
F
tentang keputusan perawatan
setelah pulang
8. Mengidentifikasi kesesuaian
F
antara harapan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan
Terapeutik:
9. Memfasilitas pengambilan
keputusan dalam merencanakan F
perawatan jangka panjang
F
60
4.5 CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal No Catatan Perkembangan Paraf
dan Jam Dx
5 1 S : Pasien mengatakan bahwa
Novemb
hubungan dengan keluarga sudah
er 2020
08.00- membaik
11.00
O : Pasien sudah berkurang tertekan
(Depresi)
BB: 55kg, TB: 160 cm, RR: 22x/menit,
Tekanan darah: 120/70mmHg, Suhu:
36,5oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan 8-13
2 S : Pasien mengatakan hidupnya mulai
terasa berguna, dan juga mengatakan
bahea sudah mulai berdaya
O : pasien mampu melakukan shalat 5
waktu tapi masih bolong-bolong,
sedikit berinteraksi dengan orang
61
terdekat, sedikit mampu berektifitas
BB: 55kg, TB: 160 cm, RR: 22x/menit,
Tekanan darah: 120/70mmHg, Suhu:
36,5oC
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 7-12
3 S : Pasien mengatakan masih merasa
bingung, masih sedikit berkomunikasi,
masih merasa pusing, masih anoreksia,
sudah mulai berguna
O : Pasien masih tampak gelisah, masih
sulit tidur, kotak mata masih buruk,
muka masih pucat, masih tremor
BB: 55kg, TB: 160 cm, RR: 22x/menit,
Tekanan darah: 120/70mmHg, Suhu:
36,5oC
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 7-13
62
6 1 S : Pasien mengatakan bahwa
Novemb
hubungan dengan keluarga membaik
er 2020
08.00- O : Pasien sudah berkurang tertekan
11.00
(Depresi)
BB: 57kg, TB: 160 cm, RR: 22x/menit,
Tekanan darah: 120/70mmHg, Suhu:
36,5oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan 10 &13
63
2 S : Pasien mengatakan hidupnya mulai
berguna, dan juga mengatakan bahwa
mulai berdaya
O : pasien mampu melakukan shalat 5
waktu tapi masih bolong-bolong, sering
berinteraksi dengan orang terdekat,
sedikit mampu berektifitas
BB: 57kg, TB: 160 cm, RR: 22x/menit,
Tekanan darah: 120/70mmHg, Suhu:
36,5oC
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 10-12
3 S : Pasien mengatakan masih sedikit
bingung, masih sedikit tapi sering
berkomunikasi, masih sedikit pusing,
masih anoreksia, sudah mulai berguna
O : Pasien masih sedikit tampak
gelisah, masih sedikit sulit tidur, kotak
mata masih sedang, muka masih sedikit
64
pucat, masih sedikittremor
BB: 57kg, TB: 160 cm, RR: 22x/menit,
Tekanan darah: 120/70mmHg, Suhu:
36,5oC
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 10-13
65
c. Keluarga dapat melakukan kegiatan yang bisa dilakukan
d. Keluarga dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.
66
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit
jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis
sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian. (White,2002).
67
Asuhan keperawatan Terminal Iilnes dengan masalah keperawatan Berduka berhubungan dengan penyakit terminal (kanker)
di tandai dengan merasa sedih, menangis, marah, dan tampak panik. Distres spiritual berhubugan dengan penyakit terminal (kanker)
di tandai dengan merasa menderita atau tidak berdaya, tidak mampu beribadah, mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah),
koping tidak efektif. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan penyakit kronis (kanker) ditandai dengan merasa di
abaikan, tidak toleran, terlalu khawatir dengan anggota keluarga dan perilaku sehat terganggu.
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan prioritas diganosa Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan
hubungan yang tidak baik karena diabaikan dengan keluarga semenjak sakit ditandai dengan Pasien terlalu khawatir dengan anggota
keluarga dan Pasien merasa tertekan (depresi) Distres Spiritual berhubungan dengsn hidupnya terasa tidak/ kurang bermakna dan
pasien merasa menderita ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan sholat 5 waktu, menolak berinteraksi dengan orang
terdekat dan tidak mampu beraktifitas
5.2 Saran
1. Bagi perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainya dalam memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal.
Dan perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan yang professional terutama dalam menfasilitasi pasien dalam memenuhi
kebutuhan
2. Bagi Penulis
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan. Serta perlu memperbaiki agar
karya tulis ini lebih sempurna
68
DAFTAR PUSTAKA
69