Bab IV, V, VI, Dafpus

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data tekanan darah dan
kuesioner yang telah diisi oleh responden mengenai hubungan pasien hipertensi
dan tidak hipertensi dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang hipertensi di
Desa Banjarsari wilayah kerja upt Puskesmas Gombong 1. Pengumpulan data
dilakukan tanggal 13 Januari 2021 di desa Banjarsari dengan jumlah responden
sebanyak 30 responden.

A. Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Data Primer Tekanan Darah dan Kuesioner
TD
No. Nama Umur PD PK HT Nilai Kategori
(mmHg)
1. Ny. T 57 SD IRT 130/90 Tidak 79,16 baik
2. Ny. R 59 SD IRT 110/70 Tidak 83,33 baik
3. Ny. W 61 - IRT 120/80 Tidak 79,16 baik
4. Tn. G 56 SMA Petani 100/70 Tidak 83,33 baik
5. Ny. C 35 SMA WU 110/80 Tidak 91,66 baik
6. Ny. SA 57 SMA IRT 140/90 Ya 54,16 kurang
7. Ny. K 44 SMA WU 130/80 Tidak 91,66 baik
8. Ny. S 51 SMA IRT 110/70 Tidak 83,33 baik
9. Ny. S 77 - IRT 160/90 Ya 62,50 cukup
10. Ny. S 69 SD IRT 140/90 Ya 62,50 cukup
11. Ny. S 56 SD IRT 110/70 Tidak 91,66 baik
12. Ny. M 75 SD Petani 170/90 Ya 54,16 kurang
13. Ny. S 49 SMA IRT 140/90 Ya 79,16 baik
14. Ny. S 66 SD IRT 120/80 Tidak 91,66 baik
15. Ny. S 75 - IRT 130/90 Tidak 87,50 baik
16. Ny. S 50 SD IRT 110/70 Tidak 95,83 baik
17. Ny. SN 50 SMA IRT 140/80 Ya 83,33 baik
18. Ny. R 70 SD IRT 110/70 Tidak 79,16 baik

23
19. Ny. P 80 - IRT 110/70 Tidak 91,66 kurang
20. Ny. S 52 SMA IRT 130/90 Tidak 83,33 baik
21. Ny. SH 61 SMA IRT 100/70 Tidak 95,83 baik
22. Ny. F 56 - IRT 180/80 Ya 75,00 cukup
23. Ny. S 62 SD IRT 150/90 Ya 83,33 baik
24. Ny. M 60 SD IRT 170/90 Ya 79,16 baik
25. Ny. I 35 SMK IRT 110/70 Tidak 79,16 baik
26. Ny. S 50 SMP IRT 110/70 Tidak 91,66 baik
27. Ny. S 70 SD IRT 150/90 Ya 66,66 cukup
28. Tn. HM 67 SD - 180/90 Ya 66,66 cukup
29. Ny. S 64 SD IRT 140/100 Ya 70,83 cukup
30. Ny. W 53 SD IRT 120/80 Tidak 95,83 baik
Keterangan: PD= pendidikan, PK= pekerjaan, WU= wirausaha, HT= hipertensi

Berdasarkan hasil data penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari
30 orang responden terdapat 12 orang dengan hipertensi (40%) dan 18 orang
tidak hipertensi (60%). Pada pengambilan data ini dari 30 orang responden
hanya terdapat 2 orang laki-laki dan selebihnya perempuan. Berdasarkan umur
responden terdapat 26 orang (86,6%) berumur ≥ 50 tahun. Berdasarkan
pendidikan terdapat 5 orang tidak menempuh pendidikan, 14 orang
berpendidikan SD, 1 orang berpendidikan SMP, dan 10 orang berpendidikan
setingkat SLTA. Berdasarkan pekerjaan terdapat 26 orang (86,6%) tidak
bekerja/IRT, 2 orang bekerja sebagai petani, dan 2 orang bekerja sebagai
wirausaha.
Berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat terdapat 21 orang dengan
tingkat pengetahuan baik, 6 orang dengan tingkat pengetahuan cukup dan 3
orang dengan tingkat pengetahuan kurang. Hasil ini menunjukkan 70% dari
responden memiliki tinggkat pengetahuan yang baik.

24
Tabel 4.2 Rerata Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi dan Tidak Hipertensi
Tekanan Darah (mmHg)
Tingkat
Pengetahuan Hipertensi Tidak Hipertensi

Skor 69,791 89,119

Kategori Cukup Baik

(Sumber: Data Primer, 2021)

Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada kelompok hipertensi memiliki


skor pengetahuan lebih rendah dibandingkan kelompok tidak hipertensi,
dengan kategori cukup pada kelompok hipertensi dan baik pada kelompok
tidak hipertensi.

B. Analisis Data
1. Uji Spearman
Tabel 4.3 Uji Spearman Hubungan Pasien Hipertensi dan Tidak Hipertensi
dengan Tingkat Pengetahuan
Hipertensi/tidak Kategori skor
Spearman's Hipertensi/tidak Correlation Coefficient 1,000 ,615**
rho Sig. (2-tailed) . ,000
N 30 30
**
Kategori skor Correlation Coefficient ,615 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Suatu data dikatakan memiliki hubungan yang signifikan atau


bermakna apabila nilai P < 0,050 (Dahlan, 2014). Berdasarkan tabel di atas
didapatkan nilai P < 0,050 yang berarti terdapat hubungan pasien hipertensi
dan tidak hipertensi dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
hipertensi di Desa Banjarsari. Kemudian berdasarkan data Correlation
Coefficient didapatkan nilai 0,615 yang berarti hubungan pasien hipertensi
dan tidak hipertensi dengan tingkat pengetahuan memiliki korelasi kuat.

25
BAB V
PEMBAHASAN

Hasil penelitian tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan pasien


hipertensi di desa Banjarsari adalah termasuk dalam kategori pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 12 responden dengan rerata skor 69,791 dan tidak hipertensi
termasuk kategori pengetahun baik yaitu sebanyak 18 responden dengan rerata
skor 89,119, dengan demikian makin baiknya pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang tentang hipertensi akan menjadikan seseorang tersebut akan terhindar
dari kejadian hipertensi. Pengetahuan ini penting, karena menjadikan seseorang
tahu dalam melakukan tindakannya. Dengan pengetahuan yang baik, menjadikan
mereka akan berperilaku benar dan menghindari dari kebiasaan-kebiasaan yang
salah. Diantaranya adalah kebiasaan masyarakat yang lebih memilih makanan
cepat saji, merokok, minuman beralkohol, dan tidak menjaga pola tidur serta
jarang berolahraga. Masyarakat yang menyadari bahwa dirinya menderita
penyakit hipertensi dan tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar
akan mengalami komplikasi stroke. Kecenderungan perubahan tersebut dapat
disebabkan meningkatnya ilmu kesehatan dan pengobatan, serta perubahan sosial
ekonomi dalam masyarakat Indonesia yang berdampak pada budaya dan gaya
hidup masyarakat (Dewi, 2010).

Berdasarkan uji Spearman disimpulkan bahwa adanya hubungan yang


signifikan pasien hipertensi dan tidak hipertensi dengan tingkat pengetahuan
masyarakat tentang hipertensi di Desa Banjarsari. Hasil ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Limbong VA (2016) yang berjudul hubungan
pengetahuan dan sikap dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Tateli Kabupaten Minahasa yang menyimpulkan terdapat hubungan pengetahuan
masyarakat dengan kejadian hipertensi di Desa Tateli Kabupaten Minahasa tahun
2016. Kemudian hasil ini juga didukung dengan penilitian yang dilakukan oleh
Dewi EU, et al. (2017) yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan dan gaya
hidup dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah kerja

26
Puskesmas Depok 2 Condong Catur Sleman Yogyakarta dan penelitian Suaib M,
et al. (2019) dengan hasil terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian
hipertensi pada lansia di Desa Minanga Tallu Kecamatan Sukamaju Kabupaten
Luwu Utara tahun 2018.

Menurut Viera, et al. (2008), peningkatan pengetahuan masyarakat


tentang hipertensi dapat digunakan untuk upaya pencegahan kekambuhan
hipertensi seperti dalam menjaga pola makan, serta pola aktivitas yang baik.
Menurut Dewi, EU (2017) pengetahuan yang baik dan diikuti dengan gaya hidup
yang sehat diyakini seseorang akan terhindar dari kejadian hipertensi, namun
sebaliknya bagi mereka yang pengetahuannya kurang dan memiliki gaya hidup
yang kurang baik diyakini akan mengalami kejadian hipertensi. Berdasarkan dari
faktor predisposisi tingkat pengetahuan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, diantaranya pendidikan. Menurut Notoatmodjo (2012)
pendidikan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang. Secara umum
seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung untuk
mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin
besar informasi yang didapatkan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan sehingga peneliti berpendapat seorang yang berpendidikan
tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan


merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas,
sering berolahraga, menghindari alkohol, dan rokok. Penatalaksanaan hipertensi
juga memerlukan pengetahuan keluarga dalam proses penyembuhannya, serta
dukungan keluarga agar proses penyembuhan berjalan dengan baik (Dalimartha,
et al., 2008). Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari hasil data yang diperoleh
mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang hipertensi, peneliti melakukan
penyuluhan dan membuka sesi tanya jawab bagi masyarakat yang ingin bertanya
terkait hipertensi. Kemudian, pada akhir kegiatan peniliti juga membagikan leaflet

27
tentang hipertensi dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang hipertensi sehingga dapat mengurangi kejadian hipertensi dan tekanan
darah pada pasien hipertensi dapat terkontrol.

Peneliti berasumsi bahwa pasien harus mengetahui tentang apa saja


penatalaksanaan yang boleh di lakukan dan yang tidak boleh di lakukan, apa saja
yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi. Jika pasien dapat
melakukan pengontrolan dengan benar, maka proses penyembuhan hipertensi bisa
berjalan dengan baik dan bagi masyarakat yang tidak hipertensi dapat melakukan
pencegahan agar tidak mengalami hipertensi.

28
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Terdapat hubungan pasien hipertensi dan tidak hipertensi dengan tingkat

pengetahuan masyarakat tentang hipertensi di Desa Banjarsari wilayah kerja

upt puskesmas gombong 1.

B. Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pemahaman tentang hipertensi sehingga dapat mencegah hipertensi bagi

masyarakat yang tidak hipertensi dan mengontrol tekanan darah bagi

masyarakat dengan hipertensi.

2. Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Gombong 1 khususnya bidan

desa sebagai pelaksana program diharapkan dapat memberikan penyuluhan

tentang pentingnya pengetahuan hipertensi dalam proses pengontrolan

hipertensi.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan daftar

pustaka berkaitan dengan hubungan kejadian hipertensi dengan tingkat

pengetahuan tentang hipertensi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Agoes A, et al. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Faktor Resiko


Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi.

Anderson PC, Arnolda PL, Cowley D, Dowden J, Gabb G, Golledge J, Hankey G


et al. (2016). Guideline for the diagnosis and management of hypertension
in adults. National Heart Foundation of Australia. Melbourne, pp: 1-74.

Black JM dan Hawks JH (2005). Medical Surgical nursing: Clinical Management


for positive outcomes. 7th Edition. St Louis: Elsevier Saunders.

Budijanto D (2015). Hipertensi, The Silent Killer. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp: 1-8.

Continuing Medical Education (2017). 2nd International Conference on


Hypertension & Healthcare. Hypertension Conference. Netherlands.

Dahlan M S. 2012. Statistic untuk kedokteran dan kesehatan. Selemba medika:


Jakarta.

Dalimartha, et al. (2008). Care Your Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus +.

Dewi EU, Bakri MH, Dari Y (2017). Hubungan Antara Pengetahuan dan Gaya
Hidup dengan Hipertensi di Puskesmas Depok 2 Condong Catur Depok
Sleman. Journal of Health, 4 (2): 1-7.

Dewi (2010). Teori Pekuran Pengetahuan, sikap, Dan Perilaku


Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen (2018). Profil Kesehatan Kabupaten


Kebumen. Situasi Derajat Kesehatan, p: 6.

James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb C,


HandlercDT, LeFevre ML, et al. (2014). Evidence-Based Guideline For The
Management Of High Blood Pressure In Adults: (JNC8). JAMA, 311(5):
507-520.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2014). Hipertensi.


Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , pp:
1-8.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2017). Data Dasar


Puskesmas. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, p: 3.

30
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2019). Hipertensi
Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp: 3-10.

LaMorte, W., 2021. The Transtheoretical Model (Stages of Change). [online]


Sphweb.bumc.bu.edu. Available at: <https://sphweb.bumc.bu.edu/otlt/mph-
modules /sb/behavioralchangetheories/behavioralchangetheories6.html>
[Accessed 1 February 2021].

Limbong VA, Rumayar A, Kandou GD (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap


dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tateli Kabupaten
Minahasa. Jurnal KESMAS, 7 (4): 1-5.

Lugo-Mata, Á., Urich-Landeta, A., Andrades-Pérez, A., León-Dugarte, M.,


Marcano-Acevedo, L. and Jofreed López Guillen, M., 2017. Factors
associated with the level of knowledge about hypertension in primary care
patients. Elsevier, [online] 19(7), pp.184-188.

Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, Redon J, Zanchetti A, Bohm M, Christiaens


T et al. (2013). ESH/ESC Guidelines for the management of arterial
hypertension. European Heart Journal, 31 (7): 1303-1308.

Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatifdan
Kualitatif di Bidang Kesehatan edisi ke-2. Yogyakarta: UGM press.

Nadeem, M., Mari, A., Iftikhar, S., Khatri, A., Sarwar, T. and Patel, M., 2019.
Hypertension-related Knowledge and Its Relationship with Blood Pressure
Control in Hypertensive Patients Visiting a Semi-private Tertiary-care
Charity Hospital in Karachi, Pakistan. Cureus, 11(10), p.5986.

Notoatmodjo S. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo S (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineka


Cipta, p: 35.

Notoatmodjo S (2012). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Yogyakarta: Adi Offset.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia(PERKI) (2015). Buku


Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler. Edisi 1.
Jakarta, pp: 1-6.

Sastroasmoro S (2014). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke 5.


Jakarta: Sagung Seto.

31
Sherwood L (2012). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 312-320, 405-414.

Suaib M, Cheristina, Dewiyanti (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan


Kejadian Hipertensi pada Lansia. Jurnal Fenomenan Kesehatan, 2 (1): 1-8.

Tjay TH dan Rahardja K (2007). Obat-obat penting. Khasiat, penggunaan, dan


efek sampingnya. Edisi ke 6. Jakarta: Gramedia, pp: 541-564.

Viera N, Black HR (2008). Seventh Report of Joint National Committee in


Prevention, detection, Evaluations and Treatment in High Blood Pressure.
JAMA.

Worku Kassahun, C., Asasahegn, A., Hagos, D., Ashenafi, E., Tamene, F., Addis,
G. and Endalkachew, K., 2020. Knowledge on Hypertension and Self-Care
Practice among Adult Hypertensive Patients at University of Gondar
Comprehensive Specialized Hospital, Ethiopia, 2019. International Journal
of Hypertension, 2020, pp.1-7.

Yogiantoro M (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid II. Jakarta:
Penerbit Interna Publishing, pp: 1079-1085.

32
Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER MINI PROJECT

Hubungan Pasien Hipertensi dan Tidak Hipertensi dengan Tingkat Pengetahuan


Masyarakat Tentang Hipertensi di Desa Banjarsari Wilayah Kerja Upt
Puskesmas Gombong 1

A. Data Demografis
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :L/P
3. Umur : Tahun
4. Alamat :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Riwayat Hipertensi : ○ Keluarga ○ Tidak ada
○ Orang Tua

B. Pengetahuan Tentang Hipertensi


Petunjuk pengisian :
1. Bacalah terlebih dahulu semua pertanyaan dan tanyakan kepada
petugas apabila ada yang kurang dimengerti.
2. Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
No. Pertanyaan Benar Salah
1
Tekanan darah ≥140/90 mmHg selama 2 kali pengukuran berturut –
turut menunjukkan tekanan darah tinggi
2 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi yaitu sakit kepala,
terasa berat di tengkuk, dan perubahan emosi
3 Obat antihipertensi memiliki efek samping hipotensi dengan gejala
kepala pusing, lemas, pucat, pandangan kabur, dan jantung terasa
berdebar
4 Pasien hipertensi dianjurkan melakukan cek rutin tekanan darah
satu bulan sekali pada tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
tertentu (apotek, puskesmas, klinik, rumah sakit)
5 Pasien dengan tekanan darah tinggi harus minum obat seumur
hidup

33
6 Meningkatnya tekanan darah karena bertambahnya usia sehingga
pengobatan tidak perlu dilakukan
7 Apabila lupa minum obat antihipertensi boleh minum obat dengan
dosis 2 kali lipat
8 Obat antihipertensi harus disimpan di dalam kulkas
9
Obat antihipertensi dapat diminum bersamaan dengan teh / kopi
10 Obat antihipertensi pada umumnya dapat diminum sebelum atau
sesudah makan
11 Obat untuk tekanan darah tinggi harus dikonsumsi setiap hari
12 Pasien dengan tekanan darah tinggi harus minum obat hanya ketika
merasa sakit
13 Apabila obat antihipertensi bisa mengontrol tekanan darah, maka
tidak perlu mengubah gaya hidup
14 Pasien dengan tekanan darah tinggi dapat mengonsumsi minuman
beralkohol
15 Pasien dengan tekanan darah tinggi tidak boleh merokok
16 Pasien dengan tekanan darah tinggi bebas mengkonsumsi makanan
asin selama mereka minum obat secara teratur
17 Pasien dengan tekanan darah tinggi dianjurkan mengkonsumsi buah
dan sayur setiap hari
18 Makanan yang baik dikonsumsi pasien tekanan darah tinggi adalah
dengan cara digoreng
19 Makanan yang baik dikonsumsi pasien tekanan darah tinggi adalah
dengan cara direbus atau dipanggang
20 Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kematian jika tidak
diobati
21 Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung (seperti
serangan jantung) jika tidak diobati
22 Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke jika tidak diobati
23 Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak
diobati
24 Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gangguan penglihatan
jika tidak diobati

34
35

Anda mungkin juga menyukai