Modul Lengkap Praktikum Anak
Modul Lengkap Praktikum Anak
Modul Lengkap Praktikum Anak
UKI : SM
MD-30-KA-PK-IV-2019
MODUL PRAKTIKU
UM
KEPERAWATAN ANAK
DISUSUN OLEH :
1. Ns. Sri Melfa Damanik, M. Kep
2. Ns. Erita Sitorus, M.Kep
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya
modul praktikum keperawatan anak ini dapat diselesaikan. Modul ini disusun untuk
memenuhi proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Anak yang ada pada kurikulum
Pendidikan D III Keperawatan dan sebagai pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran baik di kelas, laboratorium maupun klinik/lapangan
sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga proses pembelajaran
yang dibahas mengikuti standar yang sudah dibuat.
Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan mahasiswa dan dosen dapat melaksanakan
pembelajaran dengan terarah, mudah dan berorientasi pada pendekatan SCL sehingga
pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memotivasi
mahasiswa dapat belajar dengan disiplin dan mampu menghadapi soal uji kompetensi dengan
baik
Terima kasih kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa di
Prodi keperawatan fakultas Vokasi UKI.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
....................................................................................................................... 118
....................................................................................................................... 141
iii
dan elektrolit ................................................................................................... 148
....................................................................................................................... 157
....................................................................................................................... 178
iv
DAFTAR TABEL
v
Tabel 32. SOP Pemberian makan melalui NGT .............................................. 146
Tabel 33. Rumus kebutuhan cairan pada anak ................................................ 150
Tabel 34. Standar volume urin normal ........................................................... 151
Tabel 35. Besar IWL menurut usia ................................................................. 152
Tabel 36. SOP Pemasangan infus ................................................................... 155
Tabel 37. SOP Latihan ROM ......................................................................... 163
Tabel 38. SOP Tindakan Tepid Sponge .......................................................... 174
Tabel 39. SOP tindakan menolong anak dengan kejang .................................. 176
Tabel 40. SOP Perawatan Kolostomi ............................................................. 182
Tabel 41. SOP Terapi bermain ....................................................................... 186
Tabel 42. SOP Cara penggunaan MTBS ......................................................... 192
Tabel 43. SOP Cara penggunaan MTBM ....................................................... 194
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
PRAKTIK PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktik ini akan memberikan pemahaman dalam melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi, menemukan kelainan - kelainan yang mungkin
ditemukan pada bayi. Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan
dapat:
1. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir
2. Mengetahui keadaan normal atau kelainan yang ditemukan pada bayi
B. URAIAN MATERI
Banyak perubahan yang terjadi pada bayi untuk menyesuaikan diri dari
kehidupan di dalam rahirn ke kehidupan di luar rahim. Pemeriksaan BBL
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.
Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Beberapa prinsip pemeriksaan bayi baru lahir antara lain :
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
3. Pastikan pencahayaan baik
4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera
selimuti kembali dengan cepat
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
Persiapan Alat
1. Tempat tidur pemeriksaan
1
2. Sarung tangan
3. Timbangan bayi
4. Pengukur -panjang bayi
5. Lampu sorot
6. Pita pengukur
7. Pengukur lila
8. Termometer
9. Stetoskop
10. Jam
ll. Senter
12. Sabun, air dan handuk tangan
Tabel 1
Prosedur pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
2
7 Lihat mata Tidak ada kotoran/sekret
8 Lihat bagian dalam mulut ( Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
masukkan satu jari yang bagian yang terbelah
menggunakan sarung tangan ke Nilai kekuatan isap bayi ( Bayi akan mengisap
dalam mulut, raba langit-langit) kuat jari pemeriksa)
9 Lihat dan raba perut Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah,
bau yang tidak enak pada tali pusat atau
kemerahan sekitar tali pusat
10 Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh tidak terdapat lubang dan
belakang benjolan pada tulang belakang
11 Lihat ekstremitas Hitung jumlah jari tangan dan kaki
Lihat apakah kaki posisinya baik atau bengkok
kedalam atau keluar.
Lihat gerakan ekstremitas
12 Lihat lubang anus : Terlihat lubang anus dan periksa apakah
Hindari memasukkan alat atau mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir
jari dalam memeriksa anus
Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar
13 Lihat dan raba alat kelamin luar ( Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
Tanyakan pada ibu apakah bayi berwarna putih atau kemerahan.
sudah buang air kecil) Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
ujung penis.
Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24
jam setelah lahir
14 Timbang bayi ( Timbang bayi Berat 2,5-4 kg.
dengan menggunakan selimut, Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
hasil kurangi selimut) turun dahulu baru kemudian naik kembali.
Penurunan berat badan maksimal 10 %
15 Mengukur panjang dan lingkar Panjang lahir normal 48-52 cm
kepala bayi Lingkar kepala normal 33-37 cm
16 Menilai cara menyusui, minta ibu Kepala dan badan dalam garis lurus, wajah
untuk menyusui bayinya bayi menghadap payudara, ibu mendekatkan
bayi ke tubuhnya.
Bibir bawah melengkung keluar sebagian
besar areola berada di dalam mulut bayi.
Menghisap dalam dan pelan kadang disertai
berhenti sesaat.
3
C. LATIHAN : Pemeriksaan Fisik Bayi
Kasus : Seorang bayi perempuan baru saja lahir dengan berat badan lahir 2000
gram. Kondisi bayi stabil dan tidak mengalami asfiksia.
Tugas :
- Buat kelompok masing-masing berperan sebagai perawat, ibu pasien dan
observer
- Lakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan phantom
- Gunakan SOP Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
1. Persiapan
a. Alat
- Alat pengukur tanda vital bayi ( termometer, stetoskop, jam)
- Timbangan bayi
- Kaos kaki, topi bayi
b. Lingkungan
- Desainlah lingkungan seperti di ruang perawatan
- Atur lingkungan yanga aman dan nyaman serta libatkan orang tua
c. Pembagian peran
2. Prosedur
a. Pra Interaksi
b. Interaksi
c. Post interaksi
4
Tabel 2
SOP Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
5
13 Periksa telinga ( lihat hubungan antara letak telinga, mata dan
kepala, serta adakah kelainan), periksa lubang telinga ada atau
tidak, ada cairan atau tidak
14 Periksa mata akan tanda infeksi, periksa bola mata ada atau
tidak sekret
15 Periksa hidung dan mulut, periksa lobang hidung ada sekat atau
tidak, langit-langit, bibir, reflek hisap dan reflek rooting
16 Periksa leher bayi untuk pembengkakan dan pembesaran
kelenjar
17 Periksa dada ( perhatikan bentuk dada dan puting), simetris atau
tidak, tarikan dada saat nafas berbunyi atau tidak, bunyi jantung
normal atau tidak.
18 Periksa bahu, kengan dan tangan, dan perhatikan gerakan dan
kelengkapan jari tangan, serta periksa reflek graps
19 Periksa sistem saraf (reflek moro) dengan cara bertepuk tangan
20 Periksa bagian perut dan periksa bagaimana bentuknya, adakah
penonjolan sekitar talipusat pada saat bayi menangis, dakah
perdarahan dari tiga pembuluh darah serta lembek ( pada saat
tidak menangis)
21 Periksa alat kelamin
1. Laki-laki
a. Testis berada di skrotum
b. Penis berlubang
c. Letak lobang penis normal atau tidak
2. Perempuan
a. Vagina berlubang
b. Uretra berlubang
c. Labio minora dan mayora
22 Periksa tungkai dan kaki, periksa gerakan dan kelengkapannya
23 Periksa punggung dan anus akan adanya pembengkakan atau
cekungan, spina bifida dan adanya anus
24 Periksa kulit, perhatikan akan adanya pembengkakan verniks,
atau bercak hitam serta tanda lahir
25 Rapikan bayi dengan lembut dan hati-hati
26 Cuci tangan kembali setelah melakukan pemeriksaan dan
keringkan
27 Berikan kembali bayi pada ibunya dan beritahukan hasil
pemeriksaan
Tahap terminasi
6
28 Berikan kembali bayi pada ibunya dan beritahukan hasil
pemeriksaan
29 Evaluasi perasaan ibu/ayah
30 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
31 Bereskan alat
32 Cuci tangan
33 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
7
PRAKTIK MEMPERTAHANKAN STATUS PERNAFASAN BAYI
BARU LAHIR
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana menjaga
status pernafasan dan melakukan resusitasi pada bayi. Setelah mempelajari
kegiatan praktek ini, diharapkan anda dapat:
1. Menilai dan mempertahakan status pernafasan bayi baru lahir.
2. Melakukan resusitasi pada bayi
B. URAIAN MATERI
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interne (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (oksigen dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya.Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen
melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi
oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh
dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar
rahim disebut Periode Transisi. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi
adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam
kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa. Perubahan Sistem
Pernafasan.
Faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-
paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam
8
paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan,
kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan
untuk kehidupan.
9
Gambar 1
Alur resusitasi pada bayi lahir
10
Langkah-Iangkah prosedur resusitasi bayi baru lahir:
1. Persiapan
Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada setiap
persalinan. Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
DTT/steril. Persiapan lainnya adalah sebagai berikut:
a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
b. Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering
- Untuk mengeringkan bayi
- Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi
- Untuk ganjal bahu bayi
c. Alat pengisap lender
- Bola karet bersih dan kering
- Pengisap steril
d. Alat penghantar udara/ oksigen
e. lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm
f. Jam
g. Stetoskop
11
lakukan resusitasi jika pada penilaianterdapat keadaansebagai berikut:
1) Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megaptak bernapas
dan atau tonus otot bayi tidak baik. bayi lemas -potong tali pusat,
kemudian lakukan langkah awal resusitasi.
2) Jika air ketuban bereampur mekonium:
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi, lakukan penilalan,
apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap.
a) Jika menangis atau bernapas/ tidak megap-megap, klem dan
potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, kemudian lakukan langkah awal resusitasi.
b) Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan
pengisapan terlebih dahulu dengan membuka lebar, usap
mulut dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat
dengan eepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,
kemudian dilakukan langkah awal resusitasi.
4. Tindakan resusitasi
Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan keluarga bahwa
bayi mengalami masalah sehingga perlu dilakukan tindakan
resusitasi, minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta
mereka ikut membantu mengawasi ibu.
1) Selimuti bayi dengan handuk/ kain yang diletakkan di atas
perut ibu, bagian muka dan dada bayi tetap terbuka.
2) Pindahkan bayi ke tempat resusitasi
3) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit
ekstensi dengan mengganjal bahu (gunakan handuk/ kain yang
telah disiapkan dengan ketebalan sekitar 3 em dan dapat
disesuaikan).
12
4) Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir di mulut sedalam
<5 em dan kemudian hidung (jangan melewati euping hidung).
5) Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok
rnuka/dada/ perut/ punggung bayi sebagai rangsangan taktil untuk
merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang
bersih dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering, Bagian wajah
dan dada terbuka.
6) Reposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas.
(Langkah 1-6 dilakukan dalam waktu , 30 menit)
7) Nilai hasil awal, buat keputusan dan lakukan tindakan:
a. Jika bayi bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau
menangis, lakukan asuhan pasca resusitasi
b. Jika bayi tidak bernapas spontan atau napas megap-
megap, lakukan ventilasi.
5. Ventilasi
1) Ventllasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup ataupun
dengan balon dan sungkup. Jika menggunakan tabung dan
sungkup:
a. Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong
kemudian dihembuskan lagi ke jalan napas bayi melalui mulut-
tabung-sungkup
b. Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan
mulut dari pangkal tabung untuk menghirup udara segar dan baru
memasukkannya kernbali ke jalan napas bayi (bila penolong tidak
melepaskan mulutnya dari pangkal tabung, mengambil napas dari
hidung dan langsung meniupkan udara, maka yang masuk adalah
udara ekspirasi dari paru penolong)
13
c. Jika menggunakan balon sungkup udara dimasukkan ke bayi
dengan meremas balon.
2) Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti kain agar penolong dapat
menilai pengembangan dada bayi waktu peniupan udara/ peremasan
balon.
3) Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan
perlekatan sungkup dan wajah bayi).
4) Ventilasi Pereobaan : Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali
dengan tekanan 30 em air mengalirkan udara ke jalan napasbayi
a. Perhatikan gerakan dinding dada naiknya dinding dada
mencerminkan mengembangnya paru dan udara masuk dengan baik
b. Bila dinding dada tidak naik/ mengembang periksa kernbali:
1) Perlekatansungkup, adakah kebocoran?
2) Posisikepala, apakah dalam posisi menghindu?
3) Apakah ada sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut
atau hidung?Lakukankoreksi dan ulangi ventilasi pereobaan
5) Ventilasi Definitif/ Lanjutan: Setelah ventilasi pereobaan berhasil
maka lakukan ventilasi definitif dengan jalan meniupkan udara pada
tabung atau meremas balon dengan tekanan 20 em air, frekwensi 20
kali dalam waktu 30 detik.
6) Lakukan penilaian ventilasi, buat keputusan dan lanjutan tindakan:
a. Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan
ventilasi kemudian lakukan asuhan pasca resusitasi
b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan tindakan
ventilasi,
7) Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan
ventilasi 20 kalt dalam 30 detik selanjutnya dan lakukan
penilaian ulang - lihat Langkah 16 bagian 1 dan 2, demikian
14
selanjutnya
a. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah
lebih dari 2 menit - nilai jantung, siapkan rujukan, lanjutkan
ventilas
b. Pada penilaian ulang hasil ventilasi berikutnya, selain
penilaian napas lakukan juga penilaian denyut jantunq bayi
c. Jika bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung,
ventilasi tetap dilanjutkan tetapi jika hingga 10 menit
kemudian bayi tetap tidak bernapas dan denyut jantung tetap
tidak ada, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi.
15
g. Mencegah infeksi (pemberian salep mata)
h. Membuat surat rujukan
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Jika saat merujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu
resusitasi, berikan vitamin Kl serta salep mata dan susui bayi jika
tidak ada kontra indikasi.
3) Bila resusitasi tidak berhasil:
a. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
b. Memberi_kan petunjuk perawatan payudara
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
4) Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi
yang digunakan:
a. Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan
sungkup serta alat penghisap dan sarung tangan yang dipakai
ulang
b. Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut
c. Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang
ke tempat aman.
7. Rekam medik tindakan resusitasi
Catat secara rinci:
a. Kondisi saat lahir
b. Waktu dan langkah resusitasi
c. Hasil resusitasi
d. Keterangan rujukan apabila dirujuk.
16
C. LATIHAN : PRAKTIK RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
Kasus : Seorang bayi baru lahir dengan berat badan lahir 2300 gram. Bayi lahir
cukup bulan dengan persalinan Sectio. Pasien tampak mengalami kesulitan
bernafas. Ekstremitas tampak kebiruan.
1. Persiapan Alat
a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
b. Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering
1) Untuk mengeringkan bayi
2) Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi
3) Untuk ganjal bahu bayi
c. Alat pengisap lender
1) Bola karet bersih dan kering
2) Pengisap steril
d. Alat penghantar udara/ oksigen
e. lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm
f. Jam
g.. Stetoskop
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang
tindakan resusitasi bayi di rumah sakit
3. Pembagian Peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran: keluarga pasien, dan perawat
17
4. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi .
2) Kerja
3)· Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 3
SOP Tindakan resusitasi bayi baru lahir
18
LANGKAH AWAL (diselesaikan dalam waktu < 30 detik)
10 Jaga bayi tetap hangat dengan mempertahankan selimut
yang melingkupi tubuh bayi
11 Atur posisi kepala dan leher bayi menjadi sedikit tengadah
(setengah ekstensi) untuk membuka jalan nafas dengan
mengganjal bahu bayi dengan lipatan kain
12 Isap lendir dimulai dari mulut + 5 cm kemudian hidung + 3 cm
13 Keringkan dan melakukan rangsangan taktil dengan cara:
• Keringkan muka, kepala dan tubuh bayi dengan
sedikit tekanan
• Tepuk/sentil lernbut telapak kaki bayi
• Gosok punggung, perut dan dada bayi dengan
telapak tangan
• Ganti kain dan bungkus bayi, biarkan dada bayi
terlihat
14 Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
15 Nilai kembali pernafasan bayi: normal, tidak bernafas
atau megap megap.
a.. Bila bayi bernafas normal : letakkan bayi pada dada
ibu dan selimuti bayi bersama ibunya dan anjurkan ibu untuk
segera menyusui bayinya
b. Bila bayi tidak bernafas, mengap-mengap, atau menangis
lemah segera lakukan tindakan ventilasi bayi
VENTILASI
16 Pastikan posisi kepala sudah benar kemudian
memasang sungkup sehingga melingkupi hidung, mulut,
dan dagu
17 Lakukan ventilasi pereobaan (2x) dengan eara meniup
pangkal tabung atau menekan balon dengan tekanan 30
em air sarnbil mengamati gerakan dada bayi
a. Jika dada mengembang lanjutkan ventilasi
b. Jika dada tidak mengembang perbaiki perlekatan
sungkup/posisi bayi, lihat apakah ada lendir, jika ada hisap
lendir.
18 Lakukan ventilasi tekanan positif eVTP) 20 X dalam 30
detik dengan tekanan 20 em air sarnbil memperhatikan
pengembangan dada bayi
a. Bila bayi mulai bernafas normal : hentikan ventilasi
seeara bertahap dan pantau kondisi bayi seeara seksama
b. BUa bayi belum bernafas : lakukan kembali tindakan
ventilasi
19 Hentikan ventilasi bertahap jika bayi :
19
a. Mulai bernafas norrnal/tidak mengap - mengap dan
atau menangis kuat maka lakukan asuhan
pasearesusitasi
b. Jika bayi bernafas mengap-mengap atau tidak bernafas
melanjutkan tindakan ventilasi
VENTILASI TEKANAN POSITIF DAN KOMPRESI
DADA (jika frekuensi jantung < 60x/menit setelah
dilakukan VTP
efektif)
20 Siapkan petugas 2 orang untuk melakukan VTP dan
kompresi dada 23 Mengatur posisi 1 petugas berada pada
posisi di kepala dan 1 petugas berada disamping dekat
kepala bayi
21 Lakukan penilaian pada dada dan menempatkan tangan
denqan benar (petugas yang melakukan kompresi dada)
22 Tempatkan sungkup wajah secara efektif dan
memantau gerakan dada
23 Tarik garis khayal diantara dua putting susu, letakkan
jari tengah dan manis di sebelah jari telunjuk,
pindahkan ketiga jari tersebut ke tengah sternum,
posisi jari tegak, angkat jari telunjuk, pertahankan jari
tengah dan jari manis, melakukan kompresi dada
dengan kedalaman + 1/3 diameter antero-posterior
dada, lama penekanan lebih pendek dari lama
pelepasan curah jantung maksimum :
a. Lakukan tindakan ventilasi tekanan positif dan
kompresi dada: 1 siklus : 3 kompresi dan 1 ventilasi
dalam 2 detik (3: 1)
b. Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
(berarti 120 kegiatan per menit)
c. Dilakukan dalam 30 detik 15 siklus
TINDAKAN PASCA RESUSITASI
RESUSITASI BERHASIL
24 Lakukan asuhan pasca resusitasi apabila bayi sudah mulai
bernafas normal dengan melakukan pemantauan secara
seksama pada bayi pasca resusitasi selama 2 jam Apakah
bayi sianosis?
25 Jaga bayi tetap hangat dan kering
26 Berikan bayi kepada ibu apabila nafas bayi dan warna
kulit normal
Bayi Perlu dirujuk apabila :
a. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per
20
menit atau lebih dari 60 kali per menit
b. Adanya retraksi (tarikan) interkostal
c. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap-
megap (bising napas inspirasi)
d. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi lemas
RESUSITASI TIDAK BERHASIL/GAGAL
27 Hentikan resusitasi jika bayi tidak bernafas setelah 20
menit, denyut jantung tidak ada, pupil medriasis, sejak awal
resusitasi maka tindakan dinyatakan gagal dan bayi
dinyatakan meninggal
28 Rapikan dan membersihakn alat-alat dan dikembalikan ke
tempat semula
29 Lepaskan sarung tangan
30 Cuci tangan
Tahap terminasi
31 Akhiri dan simpulkan kegiatan
32 Evaluasi perasaan ibu ayah, kondisi bayi
33 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
34 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
35 Bereskan alat
36 Cuci tangan
37 Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi
Penilaian
21
PRAKTIK MEMPERTAHANKAN TERMOREGULASI DAN
PERAWATAN METODA KANGURU
A. PENDAHULUAN
1. Mempertahankan termoregulasi
2. Melakukan perawatan metoda kanguru
B. URAIAN MATERI
1. Mempertahankan Termoregulasi
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan
kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada
di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah
lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak
boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C)
22
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan .panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan.permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur
atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada
aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui
ventilasi/pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan
cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
Gambar 2
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
23
pintu dan jendela.
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah
dengan handuk atau kain yang kering.
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi
4) Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada
atau perut ibu. luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi
menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting
payudara ibu
5) Inisiasi Menyusu Dini : tanpa bantuan, bayi baru lahir yang
ditempatkan pada dada atau perut ibu secara alami dapat mencari
sendiri sumber air susu ibu (ASI) dan menyusu.
6) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan
pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
7) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu sellrnuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat
24
dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau
diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang
dari enam jam setelah lahir dan setelah kondlsi stabil,
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakankesehatan BBL.
8) Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam.
Idealnya BBl ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya.
Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
9) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang hangat.
10) Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
11) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga
tentang hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
26
minimal satu jam, secara terus-menerus per haria Setelah bayi
lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke
ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.
2) PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan
stabil, dan bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.
Kemampuan untuk minum (seperti menghisap dan menelan) bukan
merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat dimulai
meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung.
Dengan melakukan PMK,pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya
sehingga meningkatkan asupan ASI
Gambar 3
Posisi Kanguru
Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti
di ruang tindakan resusitasi bayi di rumah sakit
Pembagian Peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran: model keluarga pasien, dan model peran perawat
2) Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi .
2) Kerja
3)· Terminasi
c. Post Interaksi
29
Tabel 4
SOP Perawatan metode kangguru
Penilaian
30
PRAKTIK PEMBERIAN NUTRISI LANGSUNG, OGT, FEEDING DRIP,
CAWAN
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan wawasan kepada anda tentang
bagaimana melakukan pemberian nutrisi pada bayi. Setelah mempelajari
kegiatan praktek ini, diharapkan anda mampu:
1. Melakukan pendidikan kesehatan cara pemberian ASI
2. Melakukan pemberian nutrisi melalui OGT
3. Melakukan pemberian nutrisi melalui cup feeding atau cawan
B. URAIAN MATERI
Bayi baru lahir mengalami beberapa perubahan dari kehidupan di
dalam rahim dan kehidupan di luar rahim. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan nutrisinya, beberapa perkembangan telah terjadi diantaranya
perkembangan oral yaitu palatum, lidah dan bibir, epiglottis, laring
dan pipi. Begitu pula dengan reflek menelan dan reflek menghisap
yang telah berkembang sesuai dengan usia gestasi bayi. Reflek menelan
pada bayi muncul pada minggu ke- 32 gestasi, reflek menghisap muncul
pada minggu ke-34 gestasi. Proses pemberian nutrisi dalam hal ini adalah
pemberian minum pada bayi baru lahir berdasarkan ada atau tidaknya
reflek menelan dan menghisap. Bila reflek menelan belum ada, maka
pemberian nutrisi pada bayi baru lahir dilakukan dengan OGT. Bila
reflek menelan sudah ada, tetapi reflek menghisap belum ada, maka
pemberian minum pada bayi baru lahir dilakukan dengan cawan atau
sendok, dan bila reflek menelan dan menghisap telah ada, maka bayi
bisa langsung meyusu pada ibu (Fitriana, 2012). Cara pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada bayi baru lahir :
31
1. Menyusu langsung
Menyusu adalah proses pemberian air susu ibu kepada bayi (ASI)
dari payudara ibu. Bayi menggunakan reflek menghisap untuk
mendapatkan dan menelan ASI. Produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui, maka
produksi ASI akan berkurang.
2. Menyusu dengan menggunakan cawan (cup feeding)
Pemberian minum pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan
menggunakan cawan, dan cawan juga dapat diberikan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah sampai mereka matur menyusu langsung pada
payudara ibu.
Cara pemberian minum dengan cawan ( DepkesRI, 2010)
a. Ukur jumlah ASI dalam cawan
b. Posisikan bayi pada posisi setengah tegak di pangkuan ibu
c. Posisikan cawan di bibir bayi
d. Letakkan cawan pada bibir bawah secara perlahan
e. Sentuhkantepi cawan sedemikian rupa hingga ASI menyentuh
bibir bayi
f. Jangan tuangkan ASI ke mulut bayi
g. Bayi akan bangun, membuka mulut dan mata kemudian akan minum
h. Bayi akan menghisap ASI dan sedikit ada yang tumpah
i. Bayi kecil akan memasukkan susu ke mulutnya dengan lidahnya
j. Bayi menelan ASI
k. Bayi mendapat minum dengan cwan secara cukup, apabila bayi
menenlan sebagian besar ASI dan menumpahkan sebagian kecil
serta berat badannya meningkat
3. Pemberian nutrisi melalui Oro Gastric Tube (OGT)
32
Bayi yang lahir sebelum 34 minggu gestasi belum mempunyai
kekuatan dan koordinasi untuk minum secara efektif dari payudara ibu.
Praktik umum yang digunakan di unit neonatal untuk pemberian nutrisi
adalah melalui OGT. Penggunaan OGT pada bayi sampai mereka
mempunyai kemampuan penuh untuk beralih ke oral feeding. OGT bisa
digunakan untuk pemberian minum pada bayi yang belum mampu untuk
mengisapsecara efisien.
d. Pasang pengalas
e. Letakkan bengkok
f. Periksa sisa makan di lambung dengan menggunakan spuit yang
diaspirasikan ke pipa lambung. Jika residu tidak ada atau
sedikit, berikan nutrisi melalui OGT.
g. Buka klem atau penutup OGT
h. Pasangkan spuit pada pangkal pipa
i. Masukkan air matang kurang lebih 2 cc
j. Berikan ASI/susu formula sesuai program.. Bila ada obat,
masukkan obat kemudian bilas dengan air minum.
k. Klem pipa penduga
l. Catat hasil dan respon bayi selama pemberian makan
m. Cuci tangan
33
C. LATIHAN: PRAKTIK PEMBERIAN NUTRISI MELALUI CAWAN
Kasus : Seorang bayi perempuan usia 2 hari, dengan berat badan lahir 1700
gram. Saat ini reflek hisap bayi belum baik, namun sudah ada reflek menelan.
Tugas : Lakukan tindakan pemberian nutrisi melalui cawan pada bayi dengan
pantom
1. Persiapan Alat
a. ASI/susu formula
b. Lap/Celemek
c. CupFeeding/Cawan
d. Tissue
Persiapan Lingkungan
a. Persiapakanlingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti
di ruang perawatan bayi di rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua
Pembagian Peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran: model ibu pasien, dan model peran perawat
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian nutrisi
melaui cawan yang dilakukan praktika dengan menggunakan format
pemberian nutrisi melaui cawan
2. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
34
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 5
SOP Pemberian nutrisi melalui cup feeding (cawan)
Tabel 6
SOP Pemberian nutrisi melalui ngt/ogt
Penilaian
37
PRAKTIK PERAWATAN PADA BAYI RISIKO TINGGI
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan wawasan kepada anda tentang
bagaimana melakukan perawatan bayi dalam inkubator dan pemberian foto
terapi. Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan anda mampu:
1. Melakukan perawatan bayi dalam inkubator
2. Melakukan pemberian foto terapi pada bayi hiperbilirubin
B. URAIAN MATERI
1. Tindakan Fototerapi pada bayi Hiperbilirubin
Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua
isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin
berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke empedu dan di ekskresikankedalam duodenum untuk di buang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil foto degradasi
terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui
urine.
Kriteria Alat Fototerapi :
a. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
b. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
c. Cahaya diberikan padajarak 35-50 cm di atas bayi.
d. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri
dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight
fluorescent tubes.
38
Prosedur pemberian Fototerapi:
a. Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
1) Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam
keadaan telanjang pada basinet. Tempatkan bayi yang lebih
keeil dalam inkubator.
2) Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
b. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang
hidung bayi tidak ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata
dengan menggunakan selotip.
e. Balikkan bayi setiap 3 jam
d. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum,
paling kurang setiap 3 jam
e. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar
dan lepaskan penutup mata
f. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau
cairan lain (contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada
gunanya.
g. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa
(ASI perah), tingkatkan volume eairan atau ASI sebanyak
10% volume total per hari selama bayi masih diterapi sinar .
h. Bila bayi menerima eairan per IV atau makanan melalui
NGT, jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar .
i. Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja
bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning.
Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.
j. Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan:
k. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan
39
prosedur yang tidak bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar .
l. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi
sinar sebentar untuk mengetahui apakah bayi mengalami
sianosis sentral (Iidah dan bibir biru)
m. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar
setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 C, sesuaikan suhu
ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi
sinar sampai suhu bayi antara 36,5 C-37,5 C.
40
kembali bayi blla bayi bertambah kuning.
b. Inkubator terbuka:
1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka
saat pemberian perawatan pada bayi.
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan
keseimbangan suhu normal dan kehangatan.
41
3) Membungkus dengan selimut hangat.
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain
untuk mencegah aliran udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang
hilang melalui kepala.
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat
badan sesuai dengan ketentuan di bawah ini.
42
dan ukur suhu aksila bayi tiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian
setiap 3 jam
h. Bila suhu aksila < 36,5 C atau > 37,5 C, atur suhu inkubator secepatnya
i. Bila suhu inkubator tidak sesuaidengan suhu yang sudah diatur, maka
inkubator tidak berfungsi dengan baik. Atur suhu inkubator sampai
tercapai suhu yang kita kehendaki atau gunakan cara lain untuk
menghangatkanbayi
j. Bila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, lakukan
manajemen suhu tubuh abnormal
k. Pindahkan bayi ke ibu secepat mungkin bila bayi sudah tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit
1. Persiapan Alat
a. Blue light
b. Celana blue light
c. Format penggunaan blue light
d. Kasa/kain yg sudah dilapisi karbon tidak tembus cahaya
e. Plester
f. Gunting
Persiapan Lingkungan
43
a. Persiapakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti
di ruang perawatan bayi di rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua
Pembagian Peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran: model ibu pasien, dan model peran perawat
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan
2. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
44
Tabel 7
SOP Pemberian fototerapi
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemberian fototerapi
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Ukur suhu tubuh bayi
9 Lepaskan pakaian bayi
10 Tutup mata dengan penutup tidak tembus sinar dan lakukan
fiksasi dengan plester agar tidak bergeser atau berubah posisi
11 Atur lampu sinar dengan jarak ± 40 cm
12 Lakukan secara terus menerus sesuai instruksi
13. Atur posisi bayi setiap 6 jam : telentang, miring kiri, miring kanan
dan telungkup
14 Apabila memberi ASI/Susu formula, angkat bayi dan buka
penutup mata
Tahap terminasi
15 Akhiri dan simpulkan kegiatan
16 Mengevaluasi suhu bayi, suhu blu light, intake cairan dan lama
penyinaran
17 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18 Bereskan alat
19 Cuci tangan
20 Dokumentasikan tindakan dan kondisi perkembangan bayi
Penilaian
45
Tabel 8
SOP Perawatan bayi dalam inkubator
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan perawatan bayi dalam inkubator
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari &
bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap
akan digunakan
8 Tutup matras dengan kain bersih
9 Kosongkan air reservoir setiap hari untuk mencegah
pertumbuhan bakteri
10 Atur suhu sesuai umur dan berat badan bayi
11 Hangatkan inkubator terlebih dahulu sebelum dipakai
12 Letakkan bayi pada inkubator dalam keadaaan
telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi keadaan umum mis. Pernafasan dan warna
tubuh
13. Tutup inkubator, jaga agar lubang selalu tertutup agar
inkubator tetap hangat
14 Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
15 Periksa inkubator dengan menggunakan termometer
ruang dan ukur suhunya pada 8 jam pertama kemudian
setiap 3 jam sekali
16 Bila suhu inkubator < 36,5 C dan > 37,5 C, atur suhu
inkubator secepatnya
17 Bila inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah
diatur maka inkubator tidak berfungsi dengan baik
Tahap terminasi
15 Akhiri dan simpulkan kegiatan
16 Evaluasi keadaan klien
17 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18 Bereskan alat
46
19 Cuci tangan
20 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
47
PRAKTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT
A. PENDAHULUAN
Modul ini akan membahas tentang bagaimana mempraktikkan tindakan
keperawatan pada anak sehat. Praktek didesain dalam laboratorium
keperawatan dengan menggunakan kasus dan pasien model atau dilakukan
pada situasi nyata dengan membawa anak ke laboratorium keperawatan.
Mahasiswa akan didorong untuk mendemonstrasikan tidakan pada anak sehat
antara lain screening tumbuh kembang dengan menggunakan Stimulasi
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDISTK/KPSP) dan pengisian
buku KIA/KMS, pemeriksaan antropometri, Pemberian Imunisasi dasar; cara
pemberian ASI dan memandikan bayi. Setelah mempelajari Modul ini
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan tindakan/keterampilan
keperawatan pada anak sehat sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya.
Fokus pembahasan pada modul ini adalah bagaimana mahasiswa
mempraktekan tindakan keperawatan yang sering dilakukan pada anak sehat,
yang dibagi menjadi 5 kegiatan praktik sebagai berikut:
1. Praktik Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK)
2. Praktek Pengisian buku KIA/KMS
3. Praktek Pemberian imunisasi dasar
4. Praktek Cara pemberian ASI
5. Praktek Memandikan dan pijat bayi.
Modul ini berbentuk petunjuk praktikum yang penting digunakan saat Anda
mencoba mempraktekkan atau mendemonstrasikan tindakan-tindakan
keperawatan pada anak sehat yang sering dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhandan perkembangan anak serta menjaga status kesehatan anak.
48
Modul ini berisi Petunjuk Praktek yang akan disajikan berdasarkan
langkah-Iangkah dari setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
sehingga akan memberikan pengalaman kepada Anda dalam melakukan
intervensi keperawatan sebagai bagan dari asuhan keperawatan pada anak
sehat. Adapun hal-hal yang harus Anda persiapkan sebelum melakukan
praktek adalah:
1) Pahami tujuan pembelajaran sebagai target yang akan dicapai
2) Pelajari kasus yang tersedia dan pastikan bahwa Anda telah
memahami.
3) Membaca petunjuk pratikum dengan teliti
4) Membaca setiap langkah yang tercantum dalam SOP.
5) Menyiapkan peralatan dan bahan sesuai kebutuhan
untuk setiap tindakan/keterampilan yang akan dipraktikkan.
6) Memperhatikan demonstrasi dari tutor dengan baik
7) Praktekkan / demonstrasikan setiap tindakan sesuai dengan prosedur
8) Catat kesulitan yang Anda alami dan diskusikan dengan teman atau
tutor.
49
Praktik Simulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK)
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana melakukan
stimulasi dan deteksi dini terhadap tumbuh kembang anak sesuai dengan tahap
usia. Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan anda mampu:
B. URAIAN MATERI
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan bagian penting yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak.
50
merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas
dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,
umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk
faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal
dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai tidaknya potensi
genetik. Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisikopsikososial yang
memengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir
hayatnya. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal,
lingkungan postnatal, dan faktor hormonal.
51
kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan
tumbuh-kembang yang bahkan dapat menyebabkan gangguan
yang menetap. Stimulasi kepada anak hendaknya bervariasi dan ditujukan
terhadap kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar,
kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, kemampuan
sosialisasi dan kemandirian, kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-
spiritual.
1. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN
Pemeriksaan pertumbuhan pada anak dapat dilakukan dengan
pengukuran tinggi badan, berat badan serta lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar perut dan lingkar fengan atas. Pengukuran ini juqa bisa disebut
dengan antropometrik.
1. Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB)
Pengukuran Panjang badan atau tinggi badan dapat dilakukan dengan
dua cara.
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring
1) Cara pengukuran ini dilakukan untuk anak <24 bulan oleh 2
orang tenaga kesehatan.
2) Alat yang digunakan adalah infatometer.
3) Bayi dibaringkan supine (telentang) pada alas yang datar.
4) Kepala bayi menempel pada pembatas angka O.
5) Petugas 1, memegang kepala bayi dengan kedua tangan agar
kepala bayi tetap menempel pada pembatas angka 0
(pembatas kepala).
52
6) Petugas 2, menekan lutut bayi dengan lengan kiri agar lutut
bayi lurus, sedangkan tangan kiri menjaga agar posisi kaki
tetap lurus (tidak fleksi ataupun ekstensi). Tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
7) Baca angka pengukuran yang telah dilakukan.
Gambar 4
Pe ngukuran Panjang badan bayi/anak
53
dan melepas hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.
2) Mintalah anak untuk berdiri tegak menghadap lurus ke arah
depan dengan kedua mata kaki rapat.
3) Pastikan kepala, tulang bahu, pantat dan tumit menempel
di papan pengukurjdinding.
4) Mintalah anak untuk mengambil nafas panjang.
5) Dengan tangan kanan Anda, turunkan meteran alat pengukur
hingga pas di atas kepala si anak. Pastikan Anda menekan rambut
anak (menempel di ubun-ubun).
6) Jika posisi anak sudah betul, baca dan catatlah hasll pengukuran.
Gambar 5
Cara mengukur Tinggi Badan
2. Berat Badan (BB)
Berat badan merupakan salah satu indikator untuk menilai keadaan
gizi anak serta pertumbuhan anak. Pengukuran berat badan pada
anak dapat menggunakan beberapa alat timbangan seperti timbangan
54
bayi untuk bayi yang belum bisa berdiri atau bayi usia < 24
bulan dengan BB maksimal 20 kg, timbangan injak serta timbangan dacin
yang biasa digunakan di posyandu.
a. Timbangan bayi
Timbangan ini digunakan untuk menimbang anak sarnpai usia 2 tahun
dengan maksimal BB < 20 Kg. Cara penggunaannyaa dalah:
1) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
2) Lihat jarum atau angka harus menunjukkan ke angka 0.
3) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki dan sarung tangan.
4) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan. Bila ingin
menggunakan alas pada timbangan, ingat untuk kurangi pengukuran
berat badan dengan beratnya.alas.
5) Lihat sampai jarum timbangan berhenti.
55
a) Anak bisa berdiri.
Ketika alat timbangan sudah menunjukkan angka 0
mintalah anak tersebut untuk berdiri di tengah-tengah alat
timbangan.
Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak,
rnata/kepala lurus ke arah depan, kaki tidak menekuk. Anda
dapat membantu anak tersebut berdiri dengan baik di atas
timbangan dan anjurkan anak untuk mengurangi
gerakan yang tidak perlu sehingga tidak
mempengaruhi hasil penimbangan.
Setelah anak berdiri dengan benar, llhat jarum petunjuk
angka ditimbangan dan catat hasilnya. Kemudian minta anak
tersebut untuk turun dari timbangan.
b) Bayi/anak belum bisa berdiri.
Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/penqasuh
untuk menggendong anak tanpa selendang dan alas
kaki. Ketika alat timbangan menunjukkan angka 0
mintalah ibu dengan menggendong sang anak untuk
berdiri di tengah-tengah alat timbangan.
Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan,
kaki tidak menekuk dan kepala tidak menunduk ke
bawah. Sebisa mungkin bayi/anak dalam keadaan
tenang ketika ditimbang.
56
Setelah penimbangan selesai maka kurangi hasil
timbangan lbu saat menggendong anaknya dengan hasil
timbangan berat badan ibu. Hasil tersebut merupakan
berat badan bayinya.
c) Timbangan Dacin
Berikut cara menimbang balita dengan menggunakan dacin yang biasa
menggunakan istilah 9 (Sembilan) langkah penimbangan :
Langkah 1 : Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah atau
penyanggah khusus yang sudah dibuat sebelumnya, serta pasang tali
pengaman pada ujung batangan dacin. Pastikan posisi batang dacin
harus sejajar dengan mata orang yang akan membaca hasil
penimbangan
Langkah 2 : Periksa apakah dacin sudah tergantung kuat. Cara untuk
memeriksa ialah dengan cara menarik dacing kuat-kuat ke bawah. Hal
tersebut sangat penting karena berhubungan dengan keselamatan
balita yang akan ditimbang. Jika dacin tidak tergantung kuat dan
terjadi insiden dimana dacin terlepas dan menimpa balita yang
ditimbang, maka hal tersebut akan berhubungan dengan hukum dan
pihak yang berwajib.
Langkah 3 : Geser bandul dacin pada angka nol
Langkah 4 : Pasang sarung timbang
Langkah 5 : Seimbangkan dacin dengan cara menggantung kantong
(bisa terbuat dari kantong plastic atau kain yang dibuat khusus) yang
berisi pasir pada ujung batang dacin. Penggunaan pasir dimaksudkan
agar proses penyeimbangan dapat dilakukan dengan mudah, kalau
tidak ada pasir, beras atau jagung juga boleh.
Langkah 6 : Masukkan balita ke dalam sarung timbang dan
seimbangkan dacin. Hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum anda
57
memasukan balita ke dalam sarung timbang ialah pastikan pakaian
yang digunakan anak seminimal mungkin, lepaskan topi (jika
menggunakan topi), sepatu, kaos kaki, pempers, dll. Tindakan tersebut
bertujuan agar barang-barang tersebut tidak mempengaruhi berat
badan balita yang sesungguhnya. Pada bagian ini dibutuhkan
keterampilan dan kesabaran seorang Kader Posyandu untuk membaca
hasil penimbangan, karena umumnya balita akan meronta dan
membuat dacin sulit untuk diseimbangkan.
Langkah 7 : Tentukan berat badan balita dengan membaca angka
yang terdapat pada ujung bandul geser.
Langkah 8 : Catat hasil penimbangan
Langkah 9 : Geser kembali bandul geser ke angka nol, letakkan
batang dacin pada tali pengaman, selanjutnya keluarkan anak pada
sarung timbang.
3. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala sangat penting dilakukan pada anak usia
dibawah 5 tahun. Tujuan pemantauan adalah untuk menilai pertumbuhan
dan ukuran otak anak serta dapat mendeteksi sejak dini adanya gangguan
perkembangan otak. Cara pengukuran lingkar kepala adalah:
a. Siapkanpita pengukur kepala (meteran)
b. Lingkarkan pita pengukur pada kepala anak melewati dahi, di atas kedua
telinga dan bagian belakang kepala yag menonjol (tulang oksiput) tarik
agak kencang sampai kedua ujung meteran bertemu diangka 0.
58
Gambar 6
Mengukur Kepala
c. Terakhir cantumkan hasil pengukuran. kepala dan lihat pada kurva
lingkar kepala untuk menilai hasil yang di dapatkan
. 4. Lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).
59
lengan yang diukur saat pengukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera
pada pita pengukur.
2. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan: gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
soslallsasl dan kemandirian.Aspek-aspek perkembangan yang dipantau:
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot- otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yan melibatkan dan
dilakukan oleh otot- otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/penqasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya.
3. SKRINNING PERKEMBANGAN
60
mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Apabila
orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang
lebih muda . Ingatkan lbu/oranqtua untuk anak yang berusia 3 bulan-24
bulan (2 tahun) supaya membawa anaknya ke posyandu/puskesrnas
setiap 3 bulan untuk mendapatkan pelayanan SDITK. Sedangkan, untuk
anak yang berusia > 2 tahun sampai 6 tahun dibawa ke puskesmas atau
posyandu setiap 6 bulan. Alat/instrumen yang digunakan adalah:
61
telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-
lahan ke posisi duduk".
g. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu/penqasuh anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
h. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
i. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/penqasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
j. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
k. Hitunglah berapa jumlah jawaban ya.
~ Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa
atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
~ Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh
anak tidak tahu.
I. Jumlah jawaban 'Va' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (5).
62
4. PEMERIKSAAN TES DAYA DENGAR (TDD)
1) Tujuan: untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak.
2) Jadwal: setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap
6 bulan ··pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih
lainnya.
3) Alat yang diperlukan
a. Instrument TDD menurut umur anak
b. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia
c. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan bola)
4) Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung umur anak dalam bulan, pilih daftar pertanyaan TDD
yang sesuai dengan umur anak
63
1) Pertanyaan- pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/
pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua atau pengasuh.
3) Jawaban"ya" jika anak dapat melakukan perintah orang tua/
pengasuh.
4) Jawaban 'tidak" jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orang tua/ pengasuh.
5) Interpretasi
a) Bila ada satu atau lebih jawaban "tidak", kemungkinan
anak mengalami gangguan pendengaran.
b) .Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/ balita/ status/
catatan medic anak jenis kelainan
6) Intervensi:
a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
64
4) Cara melakukan tes daya lihat
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster "E" setinggi mata anak pada posisi dud uk.
c. Letakkan sebuat kursi sejauh 3 meter dari poster "E" mengahap
ke poster "E".
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster "E" untuk
pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu "E" pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai
ditunjuk pada poster "E" oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali
anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu "E" dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/
kertas
g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf "E" pada poster satu- persatu
mulai garis pertama sampai garis ke empat atau garis "E" terkecil
yang masih dapat dilihat,
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang
dipegangnya dengan huruf "E" pada poster.
i. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama.
j. Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas
yang telah disediakan
5) Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai baris
ke-3 pada poster "E" bila kedua mata anak tidak dapat melihat garis
ke-3 poster "E" artinya tidak dapat mencocokan arah kartu "E" yang
65
dipegangnya dengan arah "E" pada baris ke-3 yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
6) Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sarna atau tidak dapat rnelihat
garis yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan
menuliskan mata yang yang mengalami gangguan
(kanan, kiri, atau keduanya).
66
7. DETEKSI DINI MASALAH MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK
PRA SEKOLAH
67
8. DETEKSI DINI AUTISM PADA ANAK PRA SEKOLAH
1) Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada
anak umur 18-36 bulan
68
5) Interpretasi .
6) Intervensi
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/turnbuh kembang anak.
1) Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH
pada anak umur 36 bulan ke atas
2) Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolahdilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,
pengelola TPA dan guru TK.Keluhantersebut dapat berupa salah satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
69
c. Perubahansuasana hati yang mendadak atau impulsive
3) Alat.yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri
dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak
atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
4) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan
kepada orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau
takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan
pada formulir deteksi dini GPPH.
70
fasilitas kesehatanjiwa/ tumbuh kembang anak.
b. bila nilai total kurang dari 1 tetapi Anda ragu- ragu jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang-
orang terdekat dengan anak.
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan Lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di
posyandu
b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
d. Post Interaksi
71
Tabel 9
SOP Antropometri
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan antropometri bayi dan anak
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Timbang berat badan dengan benar
8 Ukur tinggi badan/panjang badan dengan tepat
9 Ukur lingkar kepala dengan tepat
10 Ukur lingkar dada dengan tepat
11 Ukur lingkar perut dengan tepat
12 Ukur lingkar lengan atas dengan tepat
13 Catat setiap setelah melakukan satu pengukuran
Tahap terminasi
14 Simpulkan kegiatan
15 Evaluasi perasaan klien
16 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Bereskan alat
18 Cuci tangan
24 Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak
Penilaian
72
LATIHAN PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN DENGAN KPSP
Ilustrasi kasus :
Seorang anak laki-laki dibawa ke posyandu oleh ibunya untuk dilakukan
pemantauan perkembangan. Ibu mengatakan tanggal lahir anaknya 10 Mei 2017.
1. Persiapan Alat
a. Formulir KPSP menurut umur
b. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 em sebanyak 6 buah, kismis, kaeang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5-1 cm.
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di
posyandu
b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
73
Tabel 10
SOP Pemberiksaan perkembangan dengan KPSP
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemeriksaan perkembangan bayi dan
anak
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Tentukan umur anak
8 Pilih formulir KPSP sesuai dengan umur anak
9 Tanyakan setiap pertanyaan pada formulir KPSP
secara berurutan
10 Hitung jumlah jawaban ya
11 Tentukan hasil penilaian perkembangan anak
Tahap terminasi
14 Akhiri dan simpulkan kegiatan
15 Evaluasi perasaan klien/keluarga
17 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18 Bereskan alat
19 Cuci tangan
20 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
74
Keterangan :
- Bila nilai kpsp 9-10 (Sesuai)
- Bila nilai KPSP 7-8 ( Meragukan)
- Bila nilai KPSP ≤6 ( Penyimpangan)
Penilaian
75
LATIHAN PEMERIKSAAN DAYA DENGAR (TDD)
1. Persiapan Alat
a. Instrumen TDD menurut umur
b. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia
c. Mainan ( boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkanlingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu
b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
76
Tabel 11
SOP Penilaian TES DAYA DENGAR (TDD)
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemeriksaan Tes Daya Dengar
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Tentukan umur anak
8 Pilih instrument TDD sesuai dengan umur anak
9 Tanyakan setiap pertanyaan pada instumen TDD
10 Simpulkan hasil pemeriksaan
Tahap terminasi
11 Simpulkan kegiatan
12 Evaluasi perasaan klien
13 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
14 Bereskan alat
15 Cuci tangan
16 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
77
LATIHAN TES DAYA LIHAT (TDL)
Ilustrasi kasus : Seorang anak laki-laki usia 4 tahun diantar ke posyandu oleh
ibunya untuk dilakukan tes daya lihat.
Tugas : Lakukan tes daya lihat terhadap anak tersebut dengan menggunakan
pasien model.
1. Persiapan Alat
a. Ruanganyang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
b. Dua buah kursi, satu untuk anak, satu untuk pemeriksa
c. Poster"Elf untuk digantung dan kartu "Elf untuk dipegang anak
d. Alat penunjuk
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkanlingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu
b. Atur lingkungan aman dan penyinaran cukup
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
78
Tabel 12
SOP Penilaian TES DAYA LIHAT (TDL)
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemeriksaan Tes Daya Lihat pada anak
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Pilih ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang
baik
8 Gantung Poster "E" setinggi mata anak dalam posisi duduk
9 Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster
"E" menghadap ke poster "E"
79
16 Simpulkan kegiatan
17 Evaluasi perasaan klien
18 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19 Bereskan alat
20 Cuci tangan
21 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
1. Persiapan Alat
a. Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME)
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu
b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua dalam pemeriksaan
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
80
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 13
SOP Penilaian deteksi penyimpangan mental emosional
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemeriksaan penyimpangan mental emosional
pada anak
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring, satu per satu prilaku yang tertulis pada KMME
kepada orang tua atau pengasuh
8 Catat dan hitung jumlah jawaban "YA"
9 Simpulkan hasil pemeriksaan
Tahap terminasi
10 Simpulkan kegiatan
11 Evaluasi perasaan klien
12 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
13 Bereskan alat
14 Cuci tangan
15 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
81
Penilaian
1. Persiapan Alat
a. CHAT (Cheklist for Autisme in Toddlers)
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkanlingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu
b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua dalam pemeriksaan
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
82
Tabel 14
SOP Penilaian deteksi autisme pada anak
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan deteksi autisme pada anak
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,
satu per satu prilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang
tua atau pengasuh
8 Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
pada CHA T
9 Catat jawaban orang tua atau pengasuh "YA" atau
“TIDAK”
Penilaian
83
PRAKTEK PENGISIAN BUKU KIA/KMS
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalaman kepada Anda tentang
bagaimana mengisi buku KIA dengan benar. Setelah mempelajari kegiatan
praktek ini, diharapkan anda mampu:
a. Mengisi Catatan Imunisasi Anak
b. Mengisi Grafik BB berdasarkan PB/Tbsesuai jenis kelamin dan usia
c. Mengisi Grafik TB sesuai dengan jenis kelamin dan usia
d. Mengisi grafik Lingkar Kepala sesuai jenis kelamin
e. Mengisi KMS
B. URAIAN MATERI
Buku KIA merupakan media KIE yang utama dan pertama yang digunakan
untuk meningkatkan pemahaman ibu, suami dan keluarga/pengasuh anak di
panti/ lembaga kesejahteraan sosial anak akan perawatan kesehatan ibu hamil
sampai anak usia 6 tahun. Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu dan
anak yang sangat lengkap termasuk imunisasi, pemenuhan kebutuhan gizi,
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan, serta upaya promotif dan
pereventif termasuk deteksi dini masalah kesehatanibu dan anak.
Pada Buku KIA terdapat halaman-halaman yang sudah ditetapkan diisi oleh
tenaga kesehatan (bidan/perawat/dokter/petugas gizi jpetugas imunisasi), diisi
oleh kader dan adanya kotak - kotak yang disediakanyang harus diisi oleh ibu,
keluarga/pengasuh. Bagian Buku KIA yang diisi oleh tenaga kesehatan:
1. Identitas Keluarga
2. Menyambut Persalinan
3. Stiker P4K
4. Catatan Kesehatan Ibu Hamil
84
5. Catatan Kesehatan Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir
6. Catatan Kesehatan Ibu Nifas
7. Keterangan Lahir
8. Catatan Hasil Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
9. Catatan Imunisasi Anak
10. Catatan Hasil Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
11. Nasehat pemenuhan gizi & pemberian makan
12.Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) :
13. Catatan Kesehatan Anak
85
KARTU MENUJU SEHAT (KMS)
A. PENDAHULUAN
KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko
kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Kartu Menuju Sehat digunakan
sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan.
B. URAIAN MATERI
KMS-BALITA dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan.
KMSuntuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan Untuk Laki-Laki. KMS
anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan Untuk Perempuan.
Bagian-bagiandan cara pengisian KMS sebagai berikut:
Langkah-langkah pengisian KMS sebagai berikut :
1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin
2. Mengisi nama anak dan tempat pelayanan pada halaman KMS
3. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak
5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak
6. Menentukan status pertumbuhan anak
7. Isi kolom pemberian ASI
86
1. Persiapan Alat
a. Buku KIA
b. Pensil
c. Penghapus
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di puskesmas
b. Atur lingkungan aman dan nyaman dalam melaksanakan tindakan.
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 15
FORMAT Penilaian BUKU KIA
1. Persiapan Alat
a. KMS
b. Pensil/Pulpen
c. Penghapus
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu
b. Atur Iingkungan aman dan nyaman dalam melaksanakan tindakan
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
88
Tabel 16
FORMAT PENILAIAN BUKU KMS
89
PRAKTEK PEMBERIAN IMUNISASI DASAR
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalaman kepada anda tentang bagaimana melakukan
tindakan pemberian imunisasi pada bayi. Setelah mempelajari kegiatan praktek ini,
diharapkan anda mampu:
a. Meberikan imunisasi BCG pada bayi
b. Memberikan Imunisasi HB pada bayi
c. Meberikan imunisasi Polio pada bayi
d. Memberikan imunisai Pentabio (DPT,HB,Hib) pada bayi
e. Memberikan imunisasi Campak pada bayi
B. URAIAN MATERI
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang
digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkanke dalam tubuh
melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio).
Tujuan Imunisasi : untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Jenis-jenis imunisasi :
1. Imunisasi HB 0
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1
secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk inencegah infeksi Hepatitis
B terhadap bayi, terutama pada jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada
bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu
persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah
terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.
90
Imunisasi Hepatitis B (H6-0) harus diberikan pada bayi umur 0 - 7 hari karena:
a. Sebagianibu hamil merupakan carrier Hepatitis B
b. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus
c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun,
yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer
d. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari
penularan Hepatitis B
2. Imunisasi BCG
Vaksin BCG memberikan perlindungan terhadap penyakit tuberculosis, yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia
0-2 bulan, akan tetapi Imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada umur s 2 bulan.
Setelah usia 2 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin (uji mantoux), dan diberikan
imunisasijika hasilnya negative. Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah
lengan kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan.
Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat, halus (10 mm, ukuran 26). Kontra indikasi
:munisasi BCG tidak boleh diberikan pada anak menderita penyakit kullt yang berat
atau menahun, seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya dan anak yang
sedangmenderita TBC.
Dosis pemberian imunisasi pentavalen yaitu 0,5 ml, cara penyuntikan intramuskular.
Suntikan diberikan pada paha anterolateral pada bayi dan di lengan kanan atas pada anak
batita saat imunisasi lanjutan. Bayi atau anak dipangku dengan posisi menghadap ke depan,
pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Suntikkan vaksin dengan posisi jarum
suntik 900 terhadap permukaan kulit. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
91
Vaksin Pentavalen diberikan untuk usia bayi 2, 3, dan 4 bulan yang diberikan secara
intramuscular. Vaksin ulangan diberikan pada usia 18 bulan. Efek samping setelah pemberian
imunisasi ini biasanya sakit, bengkak dan kemerahan(yang terjadi ditempat suntikan.
4. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk rnenceqah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan secaraoral. Untuk
imunisasi dasar (polio 1,2,3) vaksin diberikan 2 tetes peroral dengan interval tidak
korang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio
4 selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasiyang digunakan untuk mencegahterjadinya
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandunganvaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi
ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas.
Angka kejadian campak juga tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak. Vaksin campak diberikan pada umur 9 bulan, dalam satu dosis 0,5 rnl,
Vaksin ulangan diberikan umur 24 bulan.
1. Persiapan Alat
a. Baki atau trolly injeksi
b. Spuit BCG/spuit1 cc
c. Spuit 5 cc
d. Kapas air steril dalam tempatnya
92
e. Gergaji ampul
f. Cairan pelarut
g. Vaksn BCGd alam termos es
h. Bak injeksi steril
i. Bengkok
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan Lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang imunisasidi
Puskesmas
b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Tabel 17
SOP Pemberian IMUNISASI BCG
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan imunisasi BCG
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Ambil spuit 5 cc dan melarutkan vaksin BCG
9 Ambil vaksin dalam spuit BeG/1 cc sebanyak 0,05
cc
10 Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
( bahu kanan)
11 Usap bagian yang akan disuntik dengan kapas air
hangat, regangkan tempat yang akan disuntik dengan
tangan kiri
93
12 Suntik vaksin secara intracutan. Bekas suntikan
tidak boleh digosok atau ditekan
Tahap terminasi
13 Akhiri dan simpulkan kegiatan
14 Evaluasi perasaan klien/keluarga
15 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16 Bereskan alat
17 Cuci tangan
18 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
Tabel 18
SOP PEMBERIAN IMUNISASI HB 0
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan imunisasi HBO
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Dekatkan alat pada pasien
8 Ambil Vaksin HB 0 uniject dari terrnos/
lemari pendingin
9 Pastikan vaksin tidak kadaluarsa
94
10 Buka kantong aluminium/plastic dan
mengeluarkan uniject/PID
11 Dorong dan tekan dengan cepat penutup jarum ke
dalam port. Jarak antara penutup jarum dengan port
akan hilang dan terasa ada klik
12 Oleskan kapas steril di 1/3 paha luar bayi sebelah
kanan
13 Pegang paha bayi sebelah kanan dengan ibu jari dan
jari telunjuk, Keluarkanpenutup jarum
14 Pegang PID pada port dan suntikan jarum dengan
sudut 900 di 1/3 paha luar bayi sebelah kanan
15 Tekan reservoir (gelembung vaksin)
untuk mengeluarkan vaksin
16 Sesudah reservoir kempes,tarik PID keluar
17 Tekan bekas suntikan dengan kapas steril,
18 Rapikan pasien
Tahap terminasi
19 Akhiri dan simpulkan kegiatan
20 Evaluasi perasaan klien/keluarga
21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Bereskan alat
23 Cuci tangan
24 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
Kemampuan Ketrampilan = Frekuensi X 100%
Pemberian imunisasi Jumlah item
95
Tabel 19
SOP Pemberian IMUNISASI PENTAVALEN ( DPT-HB-HIB)
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan imunisasi pentavalen
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Dekatkan alat pada pasien
9 Ambil spuit dan mengambil vaksin sebanyak 0,5 cc
10 Bebaskan daerah yang akan disuntik pada lengan atas kiri atau paha
11 Regangkan tempat yang akan disuntik dengan tangan kiri, sementara
itu tangan kanan menyuntikkan vaksin secara intramuskular dengan
sudut 90 derajat
12 Tekan bekas suntikan dengan kapas steril
13. Rapikan pasien
Tahap terminasi
14 Akhiri dan simpulkan kegiatan
15 Evaluasi perasaan klien/keluarga
17 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18 Bereskan alat
19 Cuci tangan
20 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
96
Tabel 20
SOP Pemberian IMUNISASI POLIO
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan imunisasi polio
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Buka tutup vaksin
9 Pasang pipet tetes
10 Buka mulut dengan tangan kiri dan tangan
kanan meneteskan vaksin polio 2 tetes
11 Beritahukan ibu/keluarga untuk tidak memberi
makan dan minum selam 10-15 menit setelah
pemberian imunisasi
12 Rapikan pasien
Tahap terminasi
13 simpulkan kegiatan
14 Evaluasi perasaan klien/keluarga
15 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16 Bereskan alat
17 Cuci tangan
18 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
97
Tabel 21
SOP Pemberian IMUNISASI CAMPAK
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
98
20 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
99
PRAKTIK PEMBERIAN ASI
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalaman kepada Anda tentang bagaimana
melakukan edukasi pemberian ASI tehnik pemberian ASI yang benar. Setelah
mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan dapat:
a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI
b. Melatih ibu memberikan ASI dengan benar
B. URAIAN MATERI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayi yang baru
dilahirkannya. Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi dan bila
diberikan dengan baik dan benar sebagai makanan tunggal dapat memenuhi kebutuhan bayi
untuk tumbuh secara optimal sampai 6 bulan. Selain itu ASI mengandung makrofag,
limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit tertentu.
Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa terhadap
kesehatan ibu dan anak serta terdapat hubungan yang erat antara menyusui eksklusif dan
penjarangan kelahiran.
Menyadari manfaat ASI maka seharusnya setiap bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan
hanya mendapat ASI dari ibunya (ASI eksklusif). Namun kadangkala hal ini tidak terjadi oleh
karena ada beberapa kondisi dan situasi yang oleh para petugas kesehatan atau ibu tidak
ditatalaksana dengan baik sehingga dapat terjadi kegagalan menyusui. Salah satu yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI adalah tehnik menyusui yang tidak tepat
sehingga sehingga pengeluaran AS! tidak lancar dan putting susu menjadi lecet.
Cara pemberian ASI yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi bayi dengan benar. Memberikan ASI dengan suasana yang santai
bagi ibu dan bayi, buat kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu
pertama bayi perlu diberikan ASI setiap 2-3 jam sekali. Menjelang akhir minggu
ke enam kebutuhan bayi ASI setiap 4 jam. Langkah-Iangkah menyusui yang benar :
1. Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu.
2. Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
3. Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang rendah
100
4. Punggung bersandar dengan santai pada kursi.
5. Pegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan ibu. Kepala bayi tidak boleh terngadah
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
6. Satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknya diletakkan dibelakang badan
ibu.
7. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara ibu.
8. Telinga· dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
10.Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas payudara dan jari lain
menopang dibawah payudara, jangan menekan puting susu / areolanya saja.
11. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi / sisi
mulut bayi dengan putting susu.
12. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat punggung bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting susu dan areola dimasukkan kedalam mulut bayi.
13. Usahakan sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi sehingga puting
berada dilangit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar.
Gambar 7
Posisi menyusui dan perlekatan yang benar
14. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai payudara terasa kosong.
15. Lanjutkan dengan menyusui pada payudara yang satu lagi.
16. Cara melepaskan isapan bayi
a. Masukkan jari kelingking ibu kemulut bayi melalui sudut mulutnya.
101
b. Tekan dagu bayi kebawah
Gambar 8
Cara melepaskan isapan bayi
17. Setelah selesai menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada putting susu
serta areola sekitarnya dan biarkan kering sendiri.
18. Jangan lupa rnenyendawakan setelah menyusui dengan cara.
a. Bayi di gendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu dan tepuk punggungnya
berlahan.
b. Bayi duduk di pangkuan ibu kemudian tepuk-tepuk ringan punggung bayi.
c. Bayi tidur terlungkup dipangkuan ibu dan tepuk punggungnya berlahan.
Gambar 9
Cara menyendawakan bayi
102
C. LATIHAN PRAKTIK TEHNIK PEMBERIAN ASI YANG BENAR
Kasus : Seorang ibu usia 24 tahun akan menyusui bayinya yang berusia 2 haria Ibu tampak
bingung dan tidak paham bagaimana menyusui bayi dengan benar. Bayi tampak gelisah dan
rewel.
1. Persiapan Alat
a. Lembar balik
b. Pantom bayi
c. Kursi
d. Bantal
Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang bayi di rumah
sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman untuk ibu dan anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 22
SOP PEMBERIAN ASI
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan tehnik pemberianASI
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
103
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Ibu duduk atau berbaring dengan santai
8 Persilakan ibu membuka pakaian bagian atas
9 Keluarkan AS~ sedikit lalu oleskan pada puting susu dan
areola sekitarnya.
10 Mengajari ibu untuk melakukan proses menyusui dengan
tehnik yang benar
11 Setelah selesai menyusui ajarkan ibu
untuk melepas sapan bayi dengan
tehnik yang benar
12 Ajarkan ibu untuk menyendawakan bayi dengan benar
Tahap terminasi
13 Akhiri dan simpulkan kegiatan
14 Evaluasi perasaan klien/keluarga
15 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16 Bereskan alat
17 Cuci tangan
18 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
104
PRAKTIK PIJAT BAYI DAN MEMANDIKAN BAYI
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalamankepada Anda tentang bagaimana
melakukan pijat bayi dan memandikan bayi. Setelah mempelajari kegiatan praktek ini,
diharapkan anda mampu:
a. Melakukan pijat bayi
b. Memandikan bayi dengan benar
B. URAIAN MATERI
1. Pijat Bayi
Pijat bayi adalah suatu terapi atau seni perawatan kesehatan yang sudah lama dikenal oleh
manusia dan merupakan pengobatan yang dipraktekkan sejak awal manusia diciptakan ke
dunia, karena prosesnya berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran manusia. Manusia
mengalami pengalaman pertama dipijat pada saat dilahirkan di dunia dengan adanya
proses kelahiran dimana harus meninggalkan rahim yang hangat dan melewati jalan lahir yang
sempit sehingga menimbulkan pengalaman traumatik dan kecemasan.Sentuhan dan pijat bayi
yang dilakukan segera setelah lahir akan membuat bayi mempertahankan rasa aman setelah
mendapat jaminan adanya kontak tubuh bayi (Roesli, 2001). Pijat bayi berbeda dengan pijat
yang dilakukan terhadap orang dewasa.Perbedaan ini terletak pada besarnya tekanan yang
diberikan. Pada pijat bayi biasanya lebih cenderung berupa sentuhan-sentuhan lembut,
sehingga disebut juga stimulus touch (Prasetyono, 2009).
105
d. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
e. Membina ikatan kasih sayang orangtua dan anak
f. Meningkatkan produksi ASI
a. Gerakan tangan dari pangkal paha sampai ke pergelangan kaki seperti memerah
susu atau memeras.
Gambar 10
Pemijatan di daerah kaki
b. Mengurut telapak kaki bayi secara bergantian, pijat jari kaki dengan gerakan
memutar dan diakhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujungnya.Untuk
punggung kaki secara bergantian kemudian buat gerakan menggulung dari pangkal
paha ke pergelangan kaki.
Gambar 11
Pemijatan telapak kaki
Gambar 13
Pemijatan daerah dada
107
Gambar 14
Pemijatan daerah tangan
Gambar 15
Pemijatan daerah wajah
6) Melakukan Pemijatan pada Daerah Punggung
a. Menggerakkan tangan kita maju mundur dari bawah leher ke pantat
bayi.Pegang dan tahan pantat bayi dengan tangan kanan, kemudian usapkan
108
telapak tangan kiri kita seperti menyetrika punggung, dari leher ke pantat(Roesli,
2009).
b. Gerakan Relaksasi dan Gerakan Peregangan Lembut
Gambar 16
Pemijatan daerah punggung
2. Memandikan bayi
Memandikan bayi merupakan salah satu bagian penting dari perawatan bayi.
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melakukan tindakan
meandikan bayi dengan benar. Memandikan bayi dengan cara yang benar ·akan menjaga
kebersihan bayi, mengurangi kolonisasi bakteri di kulit, dan tentunya mengurangi
kemungkinan bayi sakit. Memandikan bayi juga dapat meningkatkan bonding antara bayi
dan ibu dan memberikan rasa bahagia pada ibu.
Sebelum memandikan bayi, beberapa bahan yang perlu dipersiapkan adalah washlap,
baskom berisi air hangat, handuk kering dan bersih, tempat meletakkan bayi saat
mengeringkan bayi, kapas lembab yang diseduh dengan air masak, kapas alkohol, peralatan
mandi bayi berupa sabun, sampo, bedak serta minyak telon. Waktu yang tepat untuk
memandikan bayi Sebaiknya memandikan bayi ditunda sedikitnya dalam 6 jam setelah
kelahiran bayi. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupan dapat
109
mengarah pada kondisi hipotermi dan sangat membahayakan keselamatan bayi.
Dalam minggu minggu pertama bayi cukup mandi satu kali sehari dipagi haria
Jika perlu sore hari cukup dibersihkan dari kulit yang basah atau keringat.
110
saat membersihkan muka bayi, pemakaian sabun tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan iritasi pada mata bayi.
6) Letakkan kepala bayi di atas tangan kiri ibu secara hati-hati, lalu sabuni kepala
bayi dan dibersihkan dengan waslap setelah bersih, keringakan dengan handuk.
Saat menyabuni kepala bayi, dijaga agar sabun tidak menganai mata.
7) Sabuni tangan, badan dan kaki. Bersihkan dengan waslap dan keringkan.
8) Menenlungkupkan / memiringkan bayi kemudian menyabuni punggung
bayi (selama menyabuni punggung, dada dan leher, bayi harus selalu berada di
atas lengan kiri ibu / orang yang memandikan).
9) Menyeka punggng dengan waslap basah. Semua bagian tubuh terutama pada
daerah lipatan harus benar-benar bersih dari sabun karena soda sabun dapat
menimbulkan gatal dan iritasi.
10) Membersihakan bokong dan alat kelamin dilakukan paling akhir.
Cara membersihkan alat kelamin dari bagian depan menuju bagian belakang untuk
mencegah kontaminasi kotoran dari anus.
11) Menqerinkan tubuh bayi setelah bersih dengan handuk.
12) Mengolesi kulit bayi dengan baby lotion atau minyak telon.
13) Merawat tali pusat bila tali pusat belum lepas.
14) Pakaikan pakaian bayi dan baringkan bayi dalam posisi nyaman.
Tabel 23
SOP Pemberian pijat bayi
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pijat bayi
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
111
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Bina hubungan saling percayadengan bayi
8 Pijatan dimulai pada kaki gerakan memerah,
memutar, dan menggulung.Dimulai dari paha
ke pergelangan kaki,kemuadian ke paha,juga
lakukan telapak kaki dan punggung kaki, akhiri
dengan tarikan lembut pada jari kaki
9 Pijatan di daerah perut. Meletakkan telapak
tangan kanan di bawah tulang iga dan hati.Buat
gerakkan mengayuh dengan telapak tangan kanan
kebawah dengan tekanan yang lernbut sampai di
bawah pusar
10 Pijatan bulan matahari :Buat lingkaran searah jarum
jam dengan jari tangan kiri mulai dari perut
sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas,
kemudian kembali ke daerah kanan bawah (seolah
membentuk gambar matahari (M)beberapa kali.
Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan
setengah lingkaran mulai dari bagian kanan bawah
perut bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah
membentuk gambar bulan (B) lakukan kedua
gerakan ini bersama sama. Tangan kiri selalu
membuat bulatan penuh (matahari) sedangkan
tangan kanan akan membuat gerakan setengah
lingkaran (bulan).
11 I LOVE U : memijat dengan ujung telapak
tangan dari perut kiri atas lurus ke bawah seperti
membentuk huruf "I" Lanjutkan dengan ujung
telapak tangan mulai dari perut kanan atas kekiri
kemudian ke bawah membentuk huruf "L" terbalik
112
.Lanjutkan dari perut kanan kebawah atas
membentuk 1/2 lingkaran kerah perut kiri
bawah,seperti membentuk huruf "U" lanjutkan
dengan pijatan gerakan berjalan dengan ujung
ujung jari menekan dinding perut dari sebelah
kanan ke kiri.
12 Letakkan kedua telapak tangan di tengah
dada bayi,lakukan pijatan keatas,kemudian kesisi
luar tubuh dan kembali ke tengah tanpa mengangkat
tangan seperti membentuk hati.Kemudian buat
pijatan menyilang dengan telapak tangan kearah
bahu seperti membentuk kupu kupu
13. Gerakan pijatan pada lengan, yaitu memerah,
memutar, dan menggulung. Dimulai dari bahu ke
pergelangan tangan, kemudian kembali lagi ke bahu
14 Dengan kedua ibu jari secara bergantian,pijat
seluruh permukaan telapak tangan dan punggung
tangan mulai dari pergelangan tangan.Akhiri
dengan tarikan lembut pada jari tangan.
15 Taruh ujung telapak tangan anda, pijat dengan
lembut pada kening bayi,pipi dan pelipis
menggunakan gerakan seperti membuka buku dari
posisi tengah ke samping.
16 Lakukan Pijat daerah pangkal hidung turun sampai
tulang pipi dan daerah kening dengan menggunkan
ibu jari atau jari telunjuk dengan gerakan memutar
perlahan.
17 Gunakan pijatan yang lembut diatas mulut bayi
dengan menggunakanibu jari dari tengah ke
samping,secara perlahan tariklah sehingga bayi
anda akan tersenyum, kemudian anda bisa
meneruskan dengan melakukan pijatan lembut
113
pada rahang bawah b"ayi dari tengah ke samping
seolah membuat bayi anda tersenyum.Akhiri
pijatan wajah dengan memijat secara lembut
daerah belakang tellnqa kearah dagu.
18 Dengan posisi tengkurap,pijat punggung dari leher
sampai ke pantat.Posisi punggung dari leher
sampai kepantat.Posisi telak tangan tegak lurus
lakukan gerakan gerakan maju mundur.Akhiri
pijatan punggung dengan membuat beberapa kali
belaian memanjang dari leher ke pantat dengan
ujung ujung jari.
Tahap terminasi
19 simpulkan kegiatan
20 Evaluasi perasaan kllen/keluarqa
21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Bereskan alat
23 Cuci tangan
24 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
Kemampuan Ketrampilan = Frekuensi X 100%
Jumlah item
Tabel 24
SOP Memandikan bayi
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan tehnik pemberian ASI
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
114
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Pakaian bayi dibuka, kalau BAB pantat
dibersihkan terlebih dahulu
8 Bayi ditimbang, kemudian ditidurkan diatas
handuk dan diselimuti
9 Mata bayi dibersihkan mulai dari dalam keluar
10 Mulut bayi dibersihkan dengan
menggunakan kapas mulut peras
kemudian lingkarkan dikelingking kanan,
tangan kiri memegang dagu bayi,dan kelingking
kanan dimasukkan kemulut bayi dan bersihkan
secara perlahan
11 Badan diberi sabun, kemudian punggung,
kaki tangan terakhir kemudian bersihkan
muka, badan, kaki dan punggung terakhir
12 Bayi diangkat dari air dan dilap dengan
handuk sampai kering, lalu rawat tali pusat (jika
masih ada tali pusat)
13 Bayi usap dengan minyak telon pada perut bayi
dan lotion
Tahap terminasi
14 simpulkan kegiatan
15 Evaluasi perasaan klien/keluarga
16 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Bereskan alat
18 Cuci tangan
19 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
115
PRAKTEK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT
A. PENDAHULUAN
Modul ini akan membahas tentang bagaimana mempraktikkan tindakan keperawatan pada
anak sakit dan tindakan untuk mengurangi dampak hospitalisasipada anak yang dirawat di
rumah sakit. Praktek didesain dalam laboratorium keperawatan dengan menggunakan kasus
dan pasien model atau dilakukan pada situasi nyata dengan membawa anak ke
laboratorium keperawatan. Mahasiswa akan didorong untuk mempraktikkan tindakan-
tindakan keperawatan pada anak sakit dengan gangguan pada berbagai kebutuhan dan
menggunakan pendekatan MTBS/MTBM dalam tatalaksana bayi dan balita sakit di
Puskesmas..
Fokus pembahasan pada modul ini adalah bagaimana mahasiswa mempraktekan tindakan
keperawatan yang sering dilakukan pada anak sakit, yang dibagi menjadi delapan (8)
Kegiatan Praktik sebagai berikut:
1. Praktik tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
2. Praktik tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan nutrisi
3. Praktik tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
4. Praktik tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aktivitas
5. Praktik tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aman dan
nyaman
6. Praktik tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan eleminasi
7. Praktek terapi bermain
8. Praktek Cara Penggunaan MTBS
Modul ini berbentuk petunjuk praktikum yang penting digunakan saat Anda mencoba
116
mempraktekkan atau mendemonstrasikan tindakan-tindakan keperawatan pada anak
sakit yang dengan memperhatikan prinsif atraumatic care dan juga family centered
care. Modul ini berisi Petunjuk Praktek yang akan disajikan berdasarkan langkah-langkah
dari setiap tindakan keperawatan yang dllakukan sehingga akan memberikan pengalaman
kepada Anda dalam melakukan intervensi keperawatan sebagai bagian dari asuhan
keperawatan pada anak sakit. Adapun hal-hal yang harus Anda persiapkan sebelum melakukan
praktek adalah:
1. Pahami tujuan pembelajaran sebagai target yang akan dicapai
2. Pelajari kasus yang tersedia dan pastikan bahwa Anda telah memahami.
3. Membaca petunjuk pratikum dengan teliti
4. Membaca setiap langkah yang tercantum dalarn SOP.
5. Menyiapkan peralatan dan bahan sesuai kebutuhan untuk setiap
tindakan/keterampilan yang akan dipraktikkan.
6. Memperhatikan demonstrasi dari tutor dengan baik
7. Praktekkan/ demonstrasikan setiap tindakan sesuai dengan prosedur.
8. Catat kesulitan yang Anda alami dan diskusikan dengan ternan atau tutor
117
PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. PENDAHULUAN
Konsep gangguan kebutuhan oksigenasi yang sering terjadi pada anak yang sudah dipelajari.
Anda juga diharapkan telah memahami tehnik berkomunikasi pada anak dan bagaimana
menerapkannya saaat melakukan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami
gangguan oksigenasi.
Setelah mempelajari kegiatan Praktik 1 ini diharapkan Anda mampu melakukan tindakan
keperawatan pada anak .yang mengalami.qanqquan kebutuhan oksigenasi. Kegiatan praktek
ini akan memberikan pengalamankepada Anda tentang bagaimana melakukan tindakan
keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan oksiqenasl, Setelah
mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan Anda dapat:
1. Melakukan praktik memberikan posisi fowler dan semi fowler
2. Melakukan·praktik memberikan oksigen simple mask
3. Melakukan fisioterapi dan postural drainage dada pada anak,
4. Memberikan terapi inhalasi (nebulizer)
5. Melakukan suction : penghisapan lendir
6. Memasang dan memonitor transfusi darah
B. URAIAN MATERI
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia dalam
mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Salah satunya adalah kebutuhan oksigen.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup oksigen ruangan setiap kali bernapas.
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh,oksigen berperan penting di dalam proses metabohsme sel. Kekurangan oksigen
akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin kebutuhan dasar
118
ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksaannya, pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus
paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut.
Untuk itu perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.
119
kualitasnya. Untuk mendapatan hasil yang lebih akurat auskultasi hendaknya
dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan
dengan mendengarkan bunyi napas vesicular, bronchial, bronkoveskular, rales,
ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan
waktu terjadinya.
120
3) Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (taring, trachea,
dan bronkhiolus) dari secret atau benda asing. Latihan batuk efektif dapat dilakukan pada
anak yang sudah bisa mengikuti perintah. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
4) Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan
pernapasan diafragma
5) Setelah itu minta pasien menaahan napas selama ± 2 detik
6) Batukkan pasien 2 kali dengan mulut terbuka
7) Minta pasien melakukantarik napas dengan ringan
8) Istirahat
9) Catat responsyang terjadi pada pasien
10) Cuci tangan anda
4) Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan
vibrating pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas. Fisioterapi dada terdiri
atas tindakan perkusi dan vibrasi. Perkusi adalah tindakan menepuk-nepuk kulit
dengan tenaga penuh menggunakan kedua tangan yang .dibentuk menyerupai
mangkuk secara bergantian. Tindakan ini bertujuan untuk melepasakan
sumbatan secret pada dinding bronkus. Sedangkan vibrasi adalah serangkaian
getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua tangan yang' diletakan mendatar di
atas dada klien. Tujuannya untuk meningkatkan tuberlensi udara yang
dihembuskan sehingga secret terlepas dari dinding bronkus. Tujuan fisioterapi dada
adalah :
1) Meningkatkan efisiensi pola pernafasan
2) Membersihkan jalan nafas
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Pot sputum berisi desinfektan
2) Kertas tisu
121
3) Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
4) Satu bantal (untuk postural drainage)
b. Clapping (penepukan)
Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi)
tangan pada daerah tersebut yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
4) Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara
bergantian hingga ada rangsangan batuk
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung sputum pada pot sputum
6) Lakukan hingga lendir bersih
7) Catat respon yang terjadi pada pasien
8) Cuci tangan
c. Vibrating(menggetarkan)
Suatu tindakan yang diberikan kepada penderita dengan jalan latihan bernapas,
menggetarkan daerah dinding dada
1) Cucii tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4) Lakukan vibrating dengan ·menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan
meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-Iahan. Untuk itu, letakkan kedua
tangan diatas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan seeara
123
perlahan- lahan. Hal tersebut dilakukan seeara berkali-kali hingga pasien ingin batuk
dan mengeluarkan sputum
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung
sputum di pot sputum
6) Lakukan hingga lendir bersih
7) Catat respon yang terjadi pada pasien
8) Cuci tangan
5. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan pada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada seluruh area
paru,pasien dengan gangguan pertukaran gas,serta mereka yang mengalami gagal jantung
dan membutuhkan terapi oksigen guna meneegah terjadinya hipoksia. Sejumlah sistem
pemberian oksigen tersedia bagi klien di berbagai kondisi. Pemberian oksigen
merupakan tindakan keperawatan memberikan oksiqen ke dalam paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen yang
lazim dilakukan pada anak yaitu dengan kanule, nasal, dan masker.
Alat dan bahan :
a. Tabung oksigen lengkap dengan humidifier dan flow meter
b. Kateter nasal, kanule dan masker
c. Vaselin/jeli
d. Sarung tangan
Prosedur:
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
d. Cek flow meter dan humidifier
e. Aktifkan tabung oksigen
f. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkuan, posisi semi
fowler atau ditidurkan
g. Beri oksigen melaui kanule atau masker
h. Apabila menggunakan kateter, ukur terlebih dahulu jarak antara hidung dengan
telinga, setelah itu beri jeli dan masukkan kateter
124
i. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan untuk membuat anak
lebih baik
j. Puji anak atas kerjasamanya
k. Lepaskan sarung tangan
I. Catat pemberian dan lakukan observasi
m. Cuci tangan
6. Pemberian Nebulezer
Tindakan pemberian nebulizer untuk memobilisasi sekresi paru dengan cara
humidifikasi. Humidifikasi meningkatkan hidrasi membrane mukosa melalui transudasi.
Tindakan ini memberikan penquapan pada saluran pernafasan agar lender encer dan
mudah dikeluarkan atau diisap. Tindakan ini dilakukan pada anak yang sesak nafasakibat
obstruksi produksi sekresi yang menumpuk dan tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis
Prosedur:
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkauan, posisi semi fowler
atau ditidurkan.
d. Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai dengan menghidupkan set nebulizer,
yang diarahkan ke saluran pernafasan mulai dari mulut atau hidung
e. Lakukan fisioterapi dada agar secret mudah terlepas dari dinding bronkus
f. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan untuk membuat anak lebih baik
g. Puji anak atas kerjasamanya
h. Lepaskan sarung tangan
i. Catat status pernafasan dan secret
125
j. Cuci tangan
7. Suction/Pengisapan Lendir
Pengisapan lendir adalah tindakan untuk membersihkan saluran nafas bagian dalam dengan
menggunakanalat pengisap (suction), lender melalui hidung, mulut atau trakea agar saluran nafas
bebas dari sumbatan lendir.
Alat dan bahan :
a. Mesin pengisap lender ( slym zuigar)
b. Kateter penghisap lender dengan ukuran
1. Neonatus usia 6 bulan : 6-8 Fr
2. 6 bulan -1 tahun : 8-10 Fr
3. 1-2 tahun : 10 Fr
4. 2-4 tahun : 10-12 Fr
5. 4-7 tahun : 12 Fr
6. 7-10 tahun : 12-14 Fr
7. 10-14 tahun : 14 Fr
Prosedur
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkauan, posisi semi fowler
dengan kepala miring ke salah satu sisi untuk pengisapan oral dan baringkan ke
posisi fowler dengan leher ekstensi untuk pengisapan nasal.
d. Ukur slang pengisap dengan cara menempatkan ujung kateter ke daun telinga
sampai ujung hidung dan beri tanda.
e. Sambungkan kateter pengisap dengan mesin pengisap
f. Basahi ujung kateter dengan larutan steril dan pasang pengisap dengan ujungnya
di dalam larutan
g. Memasukkan ujung kateter secara perlahan-Iahan dengan tangan kanan ke dalam
mulut / hidung sampai kerongkongan bila perlu kateter dimasukkan lebih
dalam dan sejauh mungkin. Bila pasien dengan trakeostomi,
maka ujung kateter penghisap dimasukkan ke dalam lubang trakeostomi, bila
perlu kateter penghisap dimasukkan sejauh mungkin.
126
h. Lubang di samping pangkal kateter penghisap ditutup dengan ibu jari, kemudian
kateter penghisap ditarik secara perlahah-Iahan dengan gerakan memutar,
hati-hati dan cepat. Satu periode pengisapan tidak boleh lebih dari 5 detik.
i. Membilas kateter sampai bersih dengan aquadest/ cairan Nacl 0,9%.
j. Lakukan beberapa kali pengisapan sampai bersih , pengisapanantara satu dengan
yang kedua dan seterusnya diberi jeda istirahat 20-3- detik
k. Mematikan mesin dengan menekan tombol “ OFF” dan melepas kateter dari selang
penghisap kemudian memasukkannya ke dalam rendaman desinfektan.
l. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Merapikan pasien.
m. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya.
n. Perawat mencuci tangan.
o. Mengobservasi pernafasan pasien
p. Dokumentasikan kegiatan
Selama transfusi
a.. Jika tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju transfusi
b. Periksa apakah darah mengalir pada laju yang tepat
c. Lihat tanda reaksi transfusi, terutama pada 15 menit pertama transfusi
d. Catat keadaan umum anak, suhu badan, denyut nadi dan frekuensi napas setiap 30
menit
e. Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbaqai reaksi yang timbul.
1. Persiapan Alat
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan anak
di rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
129
Tabel 25
SOP Melatih nafas dalam batuk efektif
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan latihan nafas dalam dan batuk efektif
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Atur posisi pasien
9 Latih nafas dalam :
Ajurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara
menarik napas terlebih dahulu melalui hidung dengan
mulut tertutup. Kemudian anjurkan pasien untuk
menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk
mulut seperti orang rneniup
10 Latih batuk efektlf
Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan dan
dalam, dengan menggunakan pernapasan diafragma.
Setelah itu minta pasien menahan napas selama ± 2
detik. Batukkan pasien 2 kali dengan mulut terbuka.
Anjurkan Pasien Menarik Nafas Ringan
Tahap terminasi
11 Akhiri dan simpulkan kegiatan
12 Evaluasi perasaan klien
13 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
14 Bereskan alat
15 Cuci tangan
16 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
1. Persiapan Alat
a. Pot sputum berisi desinfektan
b. Kertas tisu .
c. Tempat duduk/kurSI
d. Satu bantal/handuk (untuk postural drainage)
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan anak
di rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 26
SOP Fisioterapi dada
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan fisioterapi dada
2 Siapkan alat
131
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Atur posisi anak dengan menempatkan anak di atas
pangkuan dan letakkan handuk atau bantal di bawah
punggung anak
9 Minta anak untuk menarik nafas atau ajarkan untuk
meniup botol khusu/balon yang dapat membantu anak
menarik nafas dalam dan dapat menyebabkan batuk jika
anak sudah mengerti perintah.
10 Posisikan tangan seperti mangkuk untuk perkusi dan
lakukan tepukan kurang lebih selama satu menit
11 Minta anak menarik nafas dalam dan lakukan vibrasi saat
mengeluarkan.udara, ulangi sampai pernafasan 3 kali, jika
anak sudah mengerti perintah
12 Minta anak untuk batuk, jika dalam posisi berbaring anak
kesulitan batuk, ganti dalam posisi duduk ( untuk anakvanq
sudah bisa mengikuti perintah)
13 Ulangi prosedur 8 sampai dengan 12
14 Tenangkan anak dan pastikan tindakan memang
diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih baik
Tahap terminasi
15 Akhiri dan simpulkan kegiatan
16 Evaluasi perasaan klien
17 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18 Bereskan alat
19 Cuci tangan
20 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
132
LATIHAN PRAKTIK PEMBERIAN OKSIGEN
KASUS :
Seorang anak laki-Iaki usia 4 tahun dirawat dengan pneumonia. Pasientampak sesak,
Respirasi 45 x/rnenit, Atas instruksi dokter, anak diberikan oksigen 2 liter/menit dengan
menggunakan masker.
Tugas : Lakukan tindakan pemberian oksigen pada nak tersebut
1. Persiapan Alat
a. Tabung oksigen lengkap dengan humidifier dan flow meter
b. Kateter nasal, kanule dan masker
c. Vaselin/jeli
d. Sarung tangan
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang
perawatan anak di rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 27
SOP Pemberian oksigen
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemberian oksigen
2 Siapkan alat
133
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cud tangan dan gunakan sarung tangan
8 Cek flow meter dan humidifier
9 Aktifkan tabung oksigen
10 Atur posisi anak dengan cara
menempatkan di atas pangkauan, posisi semi
fowler atau ditidurkan
11 Beri oksigen melaui kanule atau masker
12 Apabila menggunakan kateter, ukur
terlebih dahulu jarak antara hidung dengan
telinga, setelah itu beri jeli dan masukkan
kateter
13 Tenangkan anak dan
pastikan tindakan ini
diperlukan untuk
rnernbuatanak lebih baik
14 Puji anak atas kerja samanya
15 Lepaskan sarung tangan
Tahap terminasi
16 Akhiri dan simpulkan kegiatan
17 Evaluasi perasaan klien
18 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19 Bereskan alat
20 Cuci tangan
21 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
134
LATIHAN PRAKTIK PEMBERIAN TERAPI INHALASI
KASUS : Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat dengan pneumonia. Ibu
mengatakan pasien masih batuk, sesak dan dahak susah keluar. Hasil pemeriksaan pasien
tampak sesak, Respirasi 42 x/rnenit, ronchi (+). Atas instruksi dokter, anak diberikan
terapi inhalasi dengan ventolin.
Tabel 28
SOP Pemberian terapi inhalasi
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan terapi inhalasi (nebulizer)
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
135
Tahap kerja
7 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
8 Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas
pangkuan, posisi semi fowler atau ditidurkan
9 Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai dengan
menghidupkan set nebulizer, yang diarahkan ke saluran
pernafasan mulai dari mulut atau hidung
10 Lakukan fisioterapi dada agar sekret mudah terlepas dari
dinding bronkus
11 Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan
untuk membuat anak lebih baik
12 Puji anak atas kerja samanya
13 Lepaskan sarung tanagn
Tahap terminasi
14 Simpulkan kegiatan
15 Evaluasi perasaan klien
16 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Bereskan alat
18 Cuci tangan
19 Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak
Penilaian
1. Persiapan Alat
a. Mesin pengisap lender ( slym zuigar)
b. Kateter pengisap lender dengan ukuran :
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 29
SOP SUCTION/PENGHISAPAN LENDIR
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan suction/penghisapan lendir
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Gunakan sarung tangan
9 Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas
pangkauan, posisi semi fowler dengan kepala
miring ke salah satu sisi untuk pengisapan oral dan
baringkan ke posisi fowler dengan leher ekstensi
untuk pengisapan nasal.
10 Ukur slang pengisap dengan cara menempatkan
ujung kateter ke daun telinga sampai ujung hidung
dan beri tanda.
11 Sambungkan kateter pengisap dengan mesin
pengisap
12 Basahiujung kateter dengan larutan steril dan
137
pasang pengisapdengan ujungnya di dalam
larutan
13 Memasukkan ujung kateter secara perlahan
-Iahan dengan tangan kanan ke dalam mulut /
hidung sampai kerongkongan bila perlu kateter
dimasukkan lebih dalam dan sejauh
mungkin. Bila pasien dengan trakeostomi,
maka ujung kateter penghisap dimasukkan
ke dalam lubang trakeostomi, bila perlu
kateter penghisap dimasukkan sejauh mungkin.
14 Lubang di samping pangkal kateter penghisap
ditutup dengan ibu jari, kemudian kateter
penghisap ditarik secara perlahah-Iahan dengan
gerakan memutar, hati- hati dan cepat. Satu
periode pengisapan tidak boleh lebih dari 5 detik.
15 Membilas kateter sampai bersih dengan aquadestj
cairan Nacl 0,9%.
16 Lakukan beberapa kali pengisapan sampai bersih ,
pengisapan antara satu dengan yang kedua dan
seterusnya diberi jeda istirahat 20-3- detik
17 Matikan mesin dengan menekan tombol
"OFF" dan melepaskan kateter dari slang
penghisap, kemudian memasukkannya ke
dalam rendaman desinfektan.
Penilaian
138
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkanlingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang
perawatan anak di rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 30
SOP Pemberian tranfusi darah
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemberian transfuse darah jcek
instruksi dokter
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Gunakan sarung tangan
9 Identifikasi pasien dengan
menanyakan nama, nomor
rekam medis, cocokkan dengan
gelang identitas pasien
10 Beri penjelasan pada pasien/keluarga pasien
tentang tindakan, prosedur , tujuan, dan reaksi alergi
11 Ukur suhu pasien
12 Cocokkan label darah denqan identitas pasien :
nama pasien, no rekam medik, golongan
darah, jenis darah, jumlah,darah no darah,
expired date dengan disaksikan oleh keluarga
pasien.
139
13 Tanyakan adanya riwayat alergi
14 Masukkan obat premedikasi sesuai program dokter
15 Pasang cairan Na CI 0,9 % pada blood set
untuk membilasselang
16 Ganti cairan Na CI 0,9 % dengan darah dan
atur tetesannya sesuai instruksi dokter
17 Observasi selama dilakukan
tranfusi meliputi; suhu, reaksi alergi
18 Bila tranfusi sudah selesai langsung blood set
ganti dengan infuset/blood set baru dengan cairan
Na CI 0,9 %/sesuai cairan yang dibutuhkan
Tahap terminasi
19 Simpulkan kegiatan
20 Evaluasi perasaan klien
21 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22 Bereskan alat
23 Cuci tangan
24 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
140
PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
NUTRISI
A. PENDAHULUAN
Setelah Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalaman kepada anda tentang bagaimana
melakukan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan nutrisi.
Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan anda dapat:
1. Memasang NGT
2. Memberi makan melalui NGT dan selang gastrotomy
3. Memberikan obat sesuai program terapi
B.URAIAN MATERI
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting.
Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam
sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti glikogen
yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain
yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat.berguna dalam membantu proses tumbuh-kembang.
Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri
dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral (pipa
lambung), atau parenteral.
1. Pemasangan NGT pada bayi/anak
Merupakan tindakan keperawaan yaitu memasang NGT pada bayi Janak yang
mengalami gangguan nutrisi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi/anak.
Alat dan bahan
a. baki dan alas
b. NGTsesuai kebutuhan (bayi no. 5-8 dan anak no. 10-14)
c. Spuit 10-20 cc
d. Serbet makan
e. Kain alas
f. Nierbeken
g. Plester dan gunting
141
Prosedur Kerja
a. Jelaskan prosedur pada pasien/keluarga pasien
b. Cuci tangan, pakai sarung tangan
c. Anak diatur dalam posisi semi fowler. Padaanak yang gelisah bila tidak ada orang
lain yang membantu pasang restrain, pada bayi di bedong
d. Meletakkan kain alas di bawah kepala bayi/anak
e. Serbet makan dipasang di atas dada. Nierbeken diletakkan disamping pipi
f. Lubang hidung dibersihkan
g. Mengukur panjang pipa dengan cara mengukur panjang pipa dari lambung ( antara
pusar dan titik tertinggi iga bawah, kemudian tarik sampai ke daun telinga
kemudian ke hidung, kemudian beri tanda/batas dengan plester.
h. Beri vaselin dan klem pangkal pipa tersebut , lalu masukkan melalui hidung secara
perlahan-Iahan ke arah belakang tenggorokan , anak dianjurkan untuk menelannya
bila mampu menelan,jika batuk hentikan dan lepaskan.
i. Memeriksaketepatan pipa masuk ke dalam lambung dengan cara: Memasukkan udara
dengan spuit 5 cc ke dalam lambung rnellaul pipa tersebut kemudian dengarkan
dengan stetoskop di lambung terdengar bunyi berarti pipa sudah masuk lambung,
setelah itu keluarkan udara dari dalam lambung sejumlah yang dimasukkan.Buang
udara dalam lambung dengan menarik pengisapspuit.
j. Fiksasi pipa lambung dengan plester
k. Tenangkan anak dan yakinkan bahwa tindakan ini benar-benar
diperlukan untuk memperbaiki kondisi anak
I. Rapikan alat
m. Cuci tangan
142
b. Spuit/corong
c. Makanan cair sesuai diit
d. Bengkok
e. Sarung tangan
Prosedur:
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskanprosedur yang akan dilakukan
d. Atur posisi anak dengan menempatkan anak di atas pangkuan , miring kanan atau
berbaring
e. Lepaskanklem dari slang dan hubungkan spuit atau corong
f. Periksa dengan spuit apakah sisa makanan masih ada di lambung, jika 1f4
makananterakhir masih ada masukkan kembali dan tunggu 30-60 menit
g. Pemasangan spuit tidak boleh lebih tinggi dari dagu (harus sejajar untuk
gastrotomy)
h. Masukkan makanan sesuai program
i. Jika sudah selesai, tambahkan 1-2 sendok (10-15 ml) air untuk membilas slang
j. Pasangklem dan lepaskanspuit
1. Persiapan Alat
a. baki dan alas
b. NGTsesuai kebutuhan (bayi no. 5-8 dan anak no. 10-14)
c. Spuit 10-20 cc
d. Serbet makan
e. Kain alas
f. Nierbeken
143
g. Plesterdan gunting
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkanlingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang tindakan perawatan anak
di rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 31
SOP Pemasangan NGT
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan pemasangan NGT
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
8 Anak diatur dalam posisi semi fowler. Pada anak
yang qelisah bila tidak ada orang lain yang
membantu pasang restrain, pada bayi di bedong
9 Letakkan kain alas di bawah kepala bavi/anak
10 Serbet makan dipasang di atas dada. Nierbeken
diletakkan disamping pipi
11 Lubang hidung dibersihkan
12 Ukur panjang pipa dengan cara mengukur
panjang pipa dari lambung ( antara pusar dan titik
tertinggi iga bawah, kemudian tarik sampai ke
daun telinga kemudian ke hidung, kemudian beri
144
tanda/batas dengan plester.
13 Beri vaselin dan klem pangkal pipa tersebut , lalu
masukkan melalui hidung secara perlahan-Iahan ke
arah belakang tenggorokan , anak dianjurkan untuk
menelannya bila mampu menelan, jika batuk
hentikan dan lepaskan.
14 Periksa ketepatan pipa masuk ke dalam lambung
dengan cara:
15 Masukkan udara dengan spuit 5 cc ke dalam lambung
mellaui pipa tersebut kemudian dengarkan dengan
stetoskop.Jia di lambung terdengar bunyi berarti
pipa sudah masuk lambung, setelah itu keluarkan
udara dari dalam larnbunq sejumlah yang
dimasukkan.Buang udara dalam lambung dengan
menarik pengisapspuit.
16 Fiksasi pipa lambung dengan plester
17 Tenangkan anak dan yakinkan bahwa tindakan
ini benar-benar diperlukan untuk memperbaiki
kondisi anak
Tahap terminasi
18 Simpulkan kegiatan
19 Evaluasi perasaan klien
20 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21 Bereskan alat
22 Cuci tangan
23 Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak
Penilaian
145
c. Makanan cair sesuai diit
d. Bengkok
e. Sarung tangan
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan anak di
rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 32
SOP PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT
146
10 Periksa dengan spuit apakah sisa makanan masih ada
di lambung, jika 114 makanan terakhir masih ada
masukkan kembali dan tunggu 30-60 menit
11 Pemasangan spuit tidak boleh lebih tinggi dari dagu
(harus sejajar untuk gastrotomy)
12 Masukkan makanan sesuai program
13 Jika sudah selesai, tarnbahkan 1-2 send ok (10-15 ml)
air untuk membilas slang
14 Pasang klem dan lepaskan spuit
Tahap terminasi
15 Simpulkan kegiatan
16 Evaluasi perasaan klien
17 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18 Bereskan alat
19 Cuci tangan
20 Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak
Penilaian
Kemampuan Ketrampilan = Frekuensi X 100%
Jumlah item
147
PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalamankepada Anda tentang bagaimana
melakukan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit. Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan anda mampu:
1. Menghitung balance cairan (intake dan output),
2. Merawat infus
3. Merawat kateter
4. Memberikanobat sesuai program terapi
B. URAIAN MATERI
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau
homeostasistubuh. Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupan, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proposi yang tepat di berbagai jaringan
tubuh. Air menempati proposi terbesar pada tubuh manusia. Air menyusun lebih dari
setengah berat badan manusia.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relative konstan dan kompesisinya tetap setabil
adalah penting untuk homeostatis.system pengaturan mempertahankan mempertahankan
konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran
kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Data yang harus dikaji untuk menentukan adanya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit antara lain :
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluaran cairan.
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (prilaku emosional).
148
Pengukuran Klinis
Pengukuran klinis sederhana yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi dari dokter adalah
pengukuran tanda-tanda vital, penimbangan berat badan, serta pengukuran asupan, dan
haluran cairan.
1) Berat badan. Pengukuran berat badan dilakuakan disaat yang sam dengan menggunakan
pakaian yang beratnya sama. Peningkatan atau penurunan 1 kg berat badan serta dengan
penamabahan atau pengeluaransatu liter cairan.
2) Tanda-tanda vital. Perubahan tanda-tanda vita (suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah
serta tingkat kesadaran) bisa mendakan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitt.
3) Asupan cairan. Asupan cairan meliputi cairan oral (NGT dan oral), cairan pariental
(obat-obat intravena), makanan yang mengandung air, irigasi kateter. Kaji manifestasi
pengukuran klinik melalui cairan hipertonik adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya larutan dekstrosa 5% dan NaCI
normal, dekstrosa 5% dalam RL, dekstrosa 5% dalam NaCI 0,45%. Cairan hipotonik
adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/ kepekatannya kurang.
4) Haluaran cairan/kaji input output. Haluaran cairan meliputi urine (volume, kepekatan),
fases (jumlah, konsistensi), drainase, dan IWL.
5) Status hidrasi. Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang berlebihan, kekeringan
pada membran mukosa.
6) Proses penyakit Kondisi penyakit yang dapat mengganggu keseimbangancairan dan
elektrolit (misalnya deabetes melitus, kanker, luka bakar, hematemesis,dan lain-lain).
7) Riwayat pengobatan. Obat-obat atau terapi yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan dan elektrolit (misalnya steroid, diuretik, dialisis).
Pemeriksaan fisik
1) Integumen: turgor kulit, edema, kelemahanotot, tetani, dan sensai rasa.
2) Kardiovaskular.distensi vena juqularis, tekanan darah, dan bunyi jantung.
3) Mata: cekung, air mata kering.
Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaanini meliputi jumlah sel darah merah,
149
hemoglobin (Hb), dan hernatokrit (Ht).
a) Ht naik: adanya.dehidrasi berat dan gejala syok.
b) Htturun: adanya perdarahanakut, masif, dan reaksi hemolitik.
c) Hb naik: adanya hemokonsentrasi.
d) Hb turun: adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
2) Pemeriksaan elektrolit serum. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar
natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urine. Berat jenis menunjukan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
Contoh soal
1. Berapa kebutuhan cairan normal per hari untuk anak dengan berat 8 kg?
150
Diketahui : kebutuhan air/hari untuk BB 1-10 kg = 100 ml/kg BB Jawab :
8 Kg x 100ml/kg = 800 ml/hari
15 kg = 10 kg + 5 kg = 1000 ml + 5 kg
Jawab : 1000 ml + (5 kg x 50 ml) = 1000 + 250 = 1250 ml/hari
Intake cairan :
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hUang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.
151
tingkat metabolism, dan usia.
3. Keringat:
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4. Feces:
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsidi dalam mukosa usus besar (kolon)
Prosedur:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada orang tua pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
153
jarum, tarik keluar bagian dalam jarum sambil menyusupkan bagian
luaranya lebih jauh ke dalam vena.
I. Setelah jarum bagian dalam dilepas, tekan bagian atas vena dengan menggunakan
jari tangan agar darah tidak keluar, selanjutya hubungkan abocath ke slang infuse
secara cepat dan cermat.
m. Lepaskantorniket, buka klem dan alirkan cairan infus.
n. Lakukan fiksasi dan jangan lupa memberikan bantalan pada telapak tangan bayi
atau anak - anak agar infus tidak mudah lepas bila perlu pasangspalk.
o. Atur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
p. Rapikan pasien dan bereskanalat
q. Lepaskan handscoen dan cuci tangan
r. Dokumentasikan
1. Persiapan Alat
a. Standar infus
b. Infus set
c. Cairan yang dibutuhkan
d. Jarum infus dengan ukuran yang disesuaikan
e. Perlak dan alasnya
f. Tourniquet, kapas alcohol, curafor
g. Plester, handscun dan gunting
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan anak di rumah
sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
154
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
TABEL 36
SOP Pemasangan infus
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan antropometri bayi dan anak
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
8 Siapkan standar infus
9 Hubungkan cairan dan infus set dengan
memasukkan bagian karet pada cairan infus
10 Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan
ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka
klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan
udara yang ada di selang akan keluar
11 Letakkan perlak dibawah tempat vena yang akan
ditusuk
12 Pasang Torniquet sedekat mungkin disekitar area
penusukan
13 Lakukan desinfektan pada daerah sekitar tempat
penusukan dengan arah melingkar dari dalam
keluar
14 Dengan mata jarum menghadap keatas dan
membentuk sudut 20-30 derajat dengan kulit,
lakukan penusukan dengan tepat lapisan yang ada
diatas vena
15 Perhatikan keluarnya darah melalui jarum, apabila
ada darah dalam jaru, tarik keluar bagian dalam
155
jarum sambil menyusupkan bagian luarnya lebih
jauh ke dalam vena
16 Setelah jarum bagian dalam dilepas, tekan bagian
atas vena dengan menggunakan jari tangan agar
adrah tidak keluar, selanjutnya hubungkan
abocath ke selang infus secara cepat dan cermat
17 Lepaskan torniquet, buka klem dan alirkan cairan
infus
18 Lakukan fiksasi dan jangan lupa emmberikan
bantalan pada telapak tangan bayi atau anak-anak
agar infus tidak mudah lepas bila perlu pasang
spalk
19 Atur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
Tahap terminasi
20 Simpulkan kegiatan
21 Evaluasi perasaan klien
22 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
23 Bereskan alat
24 Cuci tangan
25 Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak
Penilaian
156
PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalamankepada Anda tentang bagaimana
melakukan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan aktivitas.
SetelahV mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan dapat:
1. Melatih pasien menggunaan alat bantu jalan: kursi roda, kruck, tripot,
2. Melatih ROM
B. URAIAN MATERI
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persarafan dan musculoskeletal. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah
usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan
yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak
banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta
mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorangtidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya. Sebelum melakukan tindakan yang berkenaan dengan mobilitas,
perawat harus melakukan persiapan termasuk mengkaji kekuatan otot, mobilitas sendi
pasien, adanya paralisis atau paresis, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat
kenyamanan dan kemampuan untuk mengikuti instruksi. Selain itu perlu
menyiapkan alat yang diperlukan untuk melakukan mobilisasi (kursi roda, tongkat,
kruk, dll). Perawat juga harus memahami prinsif mekanika tubuh dalam membantu
pasien mobilisasi.
1. Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan
157
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Melatih
berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan team
fioterapi. Namun perawat tetap bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam
menjamin bahwa perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan
2. Melatih ROM
Latihan adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM)
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut:
a. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang
mungkin 40-45°
Fleksi Fleksilateral Memiringkan kepala rentang
lateral sejauh mungkin kearah setiap bahu 40-45°
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang
180°
gerakan rentang sirkuler
b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di rentang
samping tubuh ke depan ke posisi di 180°
atas kepala
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang
samping tubuh 180°
Hiperekstensi Mengerakkan lengan kebelakang tubuh, rentang
siku tetap lurus 45-60°
158
Abduksi Menaikanlengan ke posisi samping di rentang
atas kepala dengan telapak tangan jauh 180°
dari kepala
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang
320°
menyilang tubuh sejauh mungkin
c. Siku
d. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-
sehingga telapak tangan menghadap
90°
ke atas
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-
telapak tangan menghadap ke bawah
90°
e. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tanqan ke sisi rentang 80-
159
bagian dalam lengan bawah 90°
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-
jari-jari, tangan lengan bawah berada 90°
dalam arah yang sarna
Hiperektensi Mernbawa permukaan tangan dorsal rentang
ke belakang sejauh mungkin 80-90°
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang
ibu jari, 30°
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-
50°
arah lima jari
g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan
Ekstensi Menggerakan ibu jari lurus rentang 90°
menjauh dari tangan
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping rentang
30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan rentang
30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari rentang 30°
tangan pada tangan yang sam
160
h. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan tungkai kedepan dan rentang 90-
atas 120°
Ekstensi Menggerakkan kembali ke samping rentang 90-
tungkai yang lain 120°
Hiperekstensi Mengerakkan tungkai kebelakang tubuh rentang
30-50°
Abduksi Menggerakkan tungkai ke samping rentang
menjauhi tubuh 30-50°
Adduksi Menggerakkan tungkai ke posisi media rentang 30-
dan melebihi jika mungkin 50°
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah rentang 90°
tungkai lain
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi rentang 90°
tungkai lain
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar
h. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan tumit ke arah rentang
belakang paha
120-130°
Ekstensi rentang
Mengembalikan tungkai ke lantai
120-130°
i. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsi fleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-
kaki menekuk ke atas 30°
Plantar Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-
fleksi kaki menekuk ke bawah 50°
161
j. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam rentang 10°
Ekstensi rentang 10°
Memutar telapak kaki ke samping luar
k. Jari-jari kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kebawah rentang 30-
60°
Ekstensi rentang 30-
Meluruskan jari-jari kaki
60°
Abduksi Menggerakkan jari-jari kaki satu dengan rentang 15°
yang lain
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama rentang 15°
1. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan
anakdi rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
2. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
162
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 37
SOP Latihan ROM
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan latihan ROM
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Beri penjelasan kepada klien mengenai apa
yang akan Anda kerjakan dan minta klien
untuk dapat bekerja sarna.
9 Atur ketinggian tempat tidur yang
sesuai agar mernudahkar perawat dalarn
bekerja, terhindar dari masalah pada pajanan
tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip
mekanik tubuh
10 Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat
dengan perawat dan buka bagian tubuh yang
akan digerakkan
11 Lakukan pergerakan/latihan ROM pada
ekstremitas atas dan bawah sesuai prosedur
12 Kembalikan pada posisi awal setelah masing-
masing gerakan. Ulangi masing-masing
gerakan 3 kali
13. Selama latihan pergerakan kaji :
- Kemampuan untuk menoleransi gerakan
- Rentang gerak (ROM) dari masing-masing
perserudian yang bersangkutan
14 Setelah latihan pergerakan kaji denyut nadi dan
ketahanan tubuh terhadap latihan
15 Cuci tangan
Tahap terminasi
163
16 Simpulkan kegiatan
17 Evaluasi perasaan klien
18 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19 Bereskan alat
20 Cuci tangan
21 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
164
PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN
A. PENDAHULUAN
Setelah mempelajari kegiatan Praktik ini diharapkan anda mampu melakukan tindakan
keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan aman dan nyaman. Kegiatan
praktek ini akan memberikan pengalaman kepada anda tentang bagaimana melakukan
tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan aman dan nyaman
Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkanAnda dapat:
1. Melakukan tepid water sponge
2. Melakukan restrain,
3. Melaksanan penatalaksanaan kejang pada anak,
4. Melaksanakan prinsip isolasi pada anak dengan campak
B. URAIAN MATERI
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaanaman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Perubahan kenyamanan adalah keadaan
dimana individu mengalami sensasiyang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).
Kebutuhan akan keselamatanatau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisiko Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai
ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan keaman terkait
dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan
dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa
nyata atau hanya imajinasi (misalnya penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya). Dalam
konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami
tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memaharni
orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat
perasaan cemas dan tidak amana (Asmadi, 2005).
Kebutuhan rasa aman yang dimaksud di sini adalah rasa nyaman bebas dari nyeri dan
165
hipo/hipertermia, mengingat nyeri dan hipo/hipertermia merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perasaan tidak nyaman bagi tubuh. Rasa tidak nyaman ini ditunjukkan
dengan tanda dan gejala seperti ketika nyeri pasien menunjukkan prilaku protektif dan tidak
tenang, peningkatan tekanan darah, frekwensi nadi, peningkatan atau penurunan frekwensi
pernafasan, diaphoresis, wajah menyeringai ( Hidayat, 2014).
Prosedur keperawatan yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan kebutuhan rasa
nyaman dan aman pada anak antara lain; water tepid sponge, restrain,
penatalaksanaankejang pada anak dan isolasi anak dengan penyakit campak.
1. Prosedur Water Tepid Sponge
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik
kornpres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres
tepid sponge ini hampir sama dengan kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada
lima titik (Ieher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau
diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila kering.
Kompres tepid sponge bekerja dengan cara vasodiltasi (melebarnya) pembuluh darah perifer
diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih
cepat, dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan
reaksi dari stimulasi hipotalamus. Kompres tepid sponge ini sudah terbukti efektif untuk
menurunkan panas tubuh saat demam, bahkan lebih cepat daripada meminum obat penurun
panas.
Alat dan bahan :
a. Baskom berisi air hangat
b. Thermometer
c. Handuk
d. Selimut mandi
e. Waslap 5 buah
f. Sarung tangan
g. Perlak
Prosedur:
166
a. Perawat mencuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Jaga privasi klien
d. Ukur suhu tubuh pasien
e. Letakkan banta tahan air dan perlak di bawah tubuh pasien
f. Lepaskan pakaian pasien
g. Ganti selimut dengan selimut mandi
h. Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang tidak dikompres
i. Periksa suhu air
j. Celupkan waslap atau lap mandi yang sudah dibasahi dengan air hangat
k. Taruh di masing-masing ketiak dan lipat paha
I. Kompres/lap daerah ekstermitas
m. Keringkan ekstremitas
n. Lanjutkan mengompres ektremitas, punggung dan bokong setiap 3 sampai
5 menit. Keringkan dengan handuk.
o. Kaji ulang suhu tiap 15 menit.
p. Ganti air, dan kompres kembali ketiak dan lipat paha sesuai kebutuhan
q. Jika suhu sudah turun, keringkan ekstermitas dan tubuh secara menyeluruh
r. Ganti selimut mandi dengan selimut, pakaikan pakaian pasien
s. Angkat perlak dan ,ganti linen tempat tidur bila basah
t. Alat dibereskan dan mencuci tangan.
2. Prosedur Restrain
Setiap anak memiliki sifat dan prilaku yang berbeda-beda saat menjalankan suatu
perawatan, ada yang dapat menerima perawatan dengan baik dan ada yang tidak.
Teknik pengendalian fisik (restraint) merupakan teknik menahan gerakan pasien
dengan cara mengunci gerakan tangan, kepala, .ataupun kaki pasien sehingga
memudahkanperawatan. Tekhnik ini biasanya digunakan pada anak yang mengalami
kondisi tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk
mencegah terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien ataupun
orang lain yang terlibat dalam perawatan.
167
Manfaat penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah supaya pasien yang
mengalami gangguan kepribadian ataupun pasien yang tidak dapat menjadi kooperatif dapat
mendapatkan perawatan dengan balk.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint pada bayi dan anak
a. Padakondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
b. Sesegera mungkin setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter untuk
mendapatkan legalitas tindakan baik secaraverbal maupun tertulis.
c. Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk
usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun.
d. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien > 18tahun, 2 jam untuk anak-anak dan usia 9-17
tahun.
e. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18 tahun dan 4 jam
untuk usia < 17 tahun.
f. Selama restrain klien di observasitiap 10-15 menit, dengan fokus observasi:
1) Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain
2) Nutrisi dan hidrasi
3) Sirkulasi dan Range of Motion eksstremitas
4) VitalSign
5) Hygiene dan eliminasi
6) Status fisik dan psikologis
7) Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain
168
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak anak saat
melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah anak ditidurkan dalam posisi
terlentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki anak diikat
dengan menggunakan tali kain yang besar. Pengendalian dengan menggunakan
papoose board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah anak berontak dan
menolak perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga
supaya pasien anak tidak terluka saat mendapatkan perawatan.
c. Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat
ke tengah. Bayi dlletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan
kaki ke arah sudut yang berlawanan. Lengan kanan bayi lurus kebawah rapat dengan
tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan anak dan dada
diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat
dengan tubuh anak, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci
dibawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik kearah tubuh
dan diselipkan atau dikencangkandengan pinpengaman.
d. Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk
mengimobilisasisatu atau lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur, atau untuk
memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat restrain yang da di pasaran atau yang
tersedia, terrnasuk restrain: pergelangan tangan atau kaki sekali pakai, atau dapat
dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali stockinettetipis.
Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh anak. Harus
dilapisi bantalan untuk mencegahtekanan yang tidak semestinya, konstriksi, atau
cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas harus sering dilakukan untuk
memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau gangguan sirkulasi.
Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat tidur, karena jika
penghalangtersebut diturunkan akan mengganggu ekstremitas yang sering disertai
sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai anak.
e. Restraint siku
Adalah tindakan mencegah anak menekuk siku atau meraih kepala atau wajah.
Kadang-kadangpenting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau agar anak tidak
menggaruk pada kulit yang terganggu. Bentukrestraintsiku paling banyak digunakan,
169
terdiri dari seutas kain muslin yang cukup panjang untuk mengikat tepat dari bawah
aksila sampai ke pergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat
dimasukkannya depresor lidah. Restraint di lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan
dengan plester atau pin.
f. Pedi-wrap
Pedi-wrapmerupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher sampai
pergelangan kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan
gerakan tubuh anak. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan
kebutuhan.
g. Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang lain)
Pengendalianf isik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian flslk tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian
yang menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga
pasien.
h. Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
Pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan bentuk
pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat untuk menahan
gerakan pasien anak dengan cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien
anak.
3. Pentalaksanaan Kejang pada anak
Perawatan anak kejang adalah memberikan tindakan perawatan pada anak yang
mengalami perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkatj sementara
karena aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang
sangat berlebihan, akibat dari malformasi otak kongenital,faktor genetis atau
adanya penyakit seperti meningitis, encephalitis serta demam, atau gangguan
metabolisme, trauma, dsb.
Persiapan alat :
a. Obat anti-epileptik sesuai resep dokter
b. Selimut atau bantalan lunak
c. Bengkok
d. Tabung oksigen dan alat bantu pernafasan
e. Set lnfus/ tranfusi dan cairannya
170
f. Set alat pengukurantanda vital
Persiapan Iingkungan : Ciptakan lingkungan yang tenang dan banyak sirkulasi udara secarat
idak panas
Penatalaksanaan kejang :
a. Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan
b. Lindungi anak selama kejang ; jangan gunakan restrain I paksaan pada anak (kecuali
anak dalam bahaya). Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda pada awal episode,
bantu anak untuk mencapai lantal/ tempat baring. Jangan membuat anak teragitasi,
bicara dengan suara lembut dan sikap tenang
c. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi, karena adanya
kerusakankesadaran
d. Tempatkan sellmut kedl yang lunak atau tangan perawat sendiri di bawah kepala
anak
e. Jangan masukkan benda apapun di mulut anak, keluarkan sisa makanan yang
tertinggal di mulut
f. Lepaskan kacamata atau gigi palsu bila ada
g. Longgarkan pakaian anak
h. Cegah anak dari membenturkan kepala pada objek keras, singkirkan benda- benda
(perabotan) yang dapat menimbulkan bahaya atau cedera
i. Beri bantalan lunak disekitar tempat tidur I kursi ( pertahankan kondisi ini tetap
terpasanq ketika anak sedang tidur,istirahat atau mengalami kejang)
j. Bila mungkin posisikan anak pada garis tengah, hiperektensi, untuk
meningkatkan ventitasi yang adekuat.
k Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati hati (pertimbangkan posisi
dekubitus lateral bila anak rnulai muntah dan pengisapan tldak cukup untuk
mengontrol saluran nafas). Dekatkan bengkok / wadah muntah di sisi dekat
mulut anak
I. Bila tak terdapat peralatan medis lengkap hubungi pelayanan medis darurat
m. Bila peralatan mernadai, berikan terapi sebaqai perawatan pendukung
n. Berikan obat Antipiletik dalarn dosis yang sesuai dengan berat badan anak
o. Lakukan perawatan gigi dengan balk selarna terapi fenitoin untuk
171
menurunkan hiperflasi gusi
p. Lindungi anak pada periode pasca kejang
q. Pertahankan posisi miring; tetaplah bersarna anak dan tenangkan anak
sampai ia sadar ( karena anak mungkin bingung dan takut)
r. Tanyakan perasaan anak dan keluarga setelah tindakan
s. Ajarkan orang tua dan anak cara mengantipasi kejang dan beradaptasi
terhadap situasi pencetus kejang secara tepat
t. Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
u. Bereskans emua peralatan, kembalikan ke tempat semula
v. Cuci tangan
w. Dokumentasikan hasil tindakan, termasuk reaksi/ respon bayi / anak saat dilakukan
tindakan dan sesudahnya
Penyakit Campak adalah yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah, penyakit
ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak. Tanpa program imunisasi, 90%
dari mereka yang mencapai usia 20 tahun pernah menderita Campak. Dengan cakupan
Campak yang mencapai lebih dari 90% dan merata sampai ke tingkat desa diharapkan
jumlah kasus Campak akan menurun oleh karena terbentuknya kekebalan kelompok
(Kemenkes,2010)
1. Persiapan Alat
a. Baskom berisi air hangat
b. Thermometer-
c. Handuk
d. Selimut mandi
e. Waslap 5 buah
f. Sarung tangan
g. Perlak
2. Persiapan Lingkungan
1. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang bermain
di rumah sakit
2. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman
anak
2. Prosedur
173
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 38
SOP Tindakan tepid sponge
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan tindakan tepid sponge
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Ukur suhu tubuh pasien
9 Letakkan banta tahan air dan perlak di bawah
tubuh pasien
10 Lepaskan pakaian pasien
11 Ganti selimut dengan selimut mandi
12 Pertahankanselirnut mandi di atas bagian tubuh
yang tidak dikompres
13 Periksa suhu air
14 Celupkan waslap atau lap mandi yang sudah
dibasahi dengan air hangat
15 Taruh di masing-masingketiak dan lipat paha
174
16 Seka/lap ektremitas, punggung dan bokong
setiap 3 sampai 5 menit. Keringkan dengan
handuk.
17 Kaji ulang suhu tiap 15 menit.
18 Ganti air, dan kompres kembali ketiak dan lipat
paha sesuai kebutuhan
19 Jika suhu sudah turun, keringkan ekstermitas
dan tubuh secara menyeluruh
20 Ganti selimut mandi dengan selimut, pakaikan
pakaian pasien
21 Angkat perlak dan ganti linen tempat tidur bila
basah
Tahap terminasi
22 simpulkan kegiatan
23 Evaluasi perasaan klien/keluarga
24 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
25 Bereskan alat
26 Cuci tangan
27 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
1. Persiapan Alat
a. Spatellidah
b. Suction siap pakai
c. Peralatanpemberian oksigen, siap pakai
d. Peralatan kompres
175
e. Termometer
f. Tensimeter
g. Senter
h. Persiapan injeksi
i. Obat-obat anti Kejang
j. Mangkuk kecil, tissue, vaseline
k. Bengkok
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di UGD sebuah
rumah sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta Iibatkan orang tua untuk rasa aman
anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 39
SOP Tindakan menolong anak dengan kejang
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan menolong anak dengan kejang
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam
176
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6 Jaga privasi
Tahap kerja
7 Cuci tangan
8 Baringkan anak , kepala dimiringkan dan ekstensi
9 Pasang spatel lidah, yang telah dibungkus dengan
kain kassa
10 Bersihkan jalan nafas dari segala hambatan jalan
menghisap lendir
11 Berikan oksigen
12 Ukur suhu badan, nadi dan pernafasan
13 Bila suhu tinggi, berikan kompres
177
PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN ELIMINASI
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalamankepada anda tentang bagaimana melakukan
tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan eleminasi. Setelah
mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan anda mampu:
1. Melakukan Tindakan keperawatan pre operatif: pemberian nutrisi melalui OGT/Cawan ,
menyiapkan Informed Consert:
2. Melakukan Tindakan keperawatan post operatif
Anamesa dan observasi sirkulasi (TD, nadi, pernapasan dan suhu tubuh), observasi
perdarahan, pemeriksaan kesadaran, observasi bising usus, bimbing latihan napas dalam,
bimbing batuk efektif , latihan ambulasi dan perawatan colostomy.
B. URAIAN MATERI
PERAWATAN PRE OPERATIF
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan
pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama
adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien/keluarga
tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas
kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut.
1. Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai berbagai
informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis
pemeriksaanyang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di perlukan,
pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatansetelah
bedah.
2. Menyiapkan Informed Consent:
Informed Consent diberikan kepada keluarga untuk ditanda tangani sebagai bukti
178
persetujuan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan. Informed Consent
ditandatangani stelah keluarga mendapat penjelsan atas tindakan yang akan dilakukan
pada anaknya.
3. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum
bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat
menyebabkanaspirasi.
4. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai
dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
2. Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan
kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan
latihan mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan
dengan mengontraksi otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan
ulangi hingga sepuluh kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan
179
membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki
pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan
ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan
menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat,
dan ulangi hingga lima kali.
3. Latihan mobilitas/ambulansi
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus,
merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas,
pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bsa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur, atau
dengan menggeser pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan tidur
fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
4. Perawatan kolostomy:
Kolostomi adalah suatu lumbang buatan pada usus besar dan aperture pada kulit
yang berfungsi sebagai anus. Tujuan kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon
dari feses, gas atau mucus, membersihkan saluran usus saluran usus bawah dan
membuat pola defekasi teratur . Perawatan colostomy merupakan tindakan yag
bertujuan untuk mencegah masuknya kuman serta mencegah terjadinya kebocoran
di daerah kolostomi
180
Prosedur:
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
d. Lepaskan kantung secara perlahan
e. Cuci kulit dan keringkan secara perlahan
f. Ukur kantung kolostomi dan lubangi bag ian tengah sesuai dengan ukuran
kolostomi dan rekatkan atau tempatkan kantong dengan stoma di bagian tengan
dan tekan perlahan dari tepi stoma Puji anak atas kerjasamanya
g. Lepaskan sarung tangan
h. Catat perubahan kullt luar sekitar kolostomi
i. Cuci tangan
2. Persiapan Lingkungan
1. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang rawat anak di
rumah sakit
2. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
181
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
C. Post nteraksi
Tabel 40
SOP Perawatan kolostomi
Penilaian
183
PRAKTIK TERAPI BERMAIN PADA ANAK
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalaman tentang bagaimana melakukan terapi
bermain. Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tujuan terapi bermain
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain pada anak
3. Jenis-jenis permainan pada anak
4. Manfaat permainan pada anak
4. Melakukan role play terapi bermain pada anak sesuai prosedur
B. URAIAN MATERI
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secaraoptimal.
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan,
namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasiyang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak,
dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional,· dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong,
2009).
1. Persiapan Alat
a. Proposal terapi bermain
b. Mainan anak sesuai tumbuh kembang
2. Persiapan Lingkungan
1. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang bermain di
rumah sakit
185
2. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
C. Post nteraksi
Tabel 41
SOP Terapi bemain
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Kaji Kebutuhan perawatan kolostomi
2 Cek kesiapan anak (tidak mengantuk, kondisi
memungkinkan)
3 Siapkan alat permainan dan lingkungan bermain
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Berikan salam dan menyapa anak
5 Perkenalkan diri pada anak
6 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7 Jaga privasi
Tahap kerja
8 Beripetunjuk pada anak mengenai cara bermain
9 Persilakan anak untuk melakukan permainan
secara bersama anak lain/orang
tua/keluarga/petugas/individu
10 Motivasi keterlibatan anak dan keluarga
11 Observasi emosi, hubungan interpersonal
, dan psikomotor anak saat bermain
186
12 Beri pujian pada anak saat melakukan
permainan
Tahap terminasi
13 Minta anak menceritakan apa yang dilakuka
atau dibuatnya
14 Tanyakan perasaan anak setelah bermain
dan pendapat keluarga tentang permainan yang
dilakukan
15 Lakukan evaluasi sesuai tujuan
16 Berpamitan dengan anak
17 Cuci tangan
18 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
187
PRAKTIK CARA PENGGUNAAN MTBS DAN MTBM
A. PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalaman kepada Anda tentang bagaimana
menggunakan MBTBdan MTBM sebagai salah satu pendekatan manajemen bayi dan balita
sakit yang diterapkan di Puskesmas.Setelah mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan
anda mampu:
1. Menggunakan MTBS sebagai pendekatan dalam tatalaksana balita sakit di puskesmas
2. Menggunakan MTBM sebagai pendekatan dalam tatalaksana bayi muda (0-2Bulan) di
puskesmas.
B. URAIAN MATERI
Manajemen·Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit
dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS
bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana
balita sakit.
Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu
bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Pada sebagian besar balita sakit yang dibawa berobat ke Puskesmas, keluhan tunggal
kemungkinan jarang terjadi, menurut data WHO, tiga dari empat balita sakit seringkali
memiliki banyak keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya menderita 1 dari 5
penyakit tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS. Pendekatan MTBS dapat
mengakomodir hal ini karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi
yang sering menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa.
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh Petugas kesehatan
yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS yang dapat
dilihat pada bagan MTBS. untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara
menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian
188
memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan rabat. Setelah itu petugas
akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan.
Berdasarkan hasll klasifikasi penyakit, petugas akan menentukan tindakan/pengobatan,
misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan
dirujuk ke dokter Puskesmas.
Contoh begitu sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit
datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wall secara
berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
a. Apakah anak bisa minum/menyusu?
b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
c. Apakah anak menderita kejang?
d. Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak
sadar?
e. Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
f. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
g. Apakah anak menderita diare?
h. Apakah anak demam?
i. Apakah anak rnempunvai masalah telinga?
j. Memeriksa status gizi
k. Memeriksa anemia
I. Memeriksa status imunisasi
189
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah,
misal aturan penanganan diare di rumah
d. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak
sakit maupun dalam keadaan sehat
e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
dan lain-lain
Bayi baru lahir sampai dengan 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi bagi Bayi
Muda (0-2 bulan) memakai Bagan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang
terintegrasi di dalam bagan MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBM
terdiri dari:
a. Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau
infeksi bakteri
b. Menilai dan mengklasifikasikan diare
c. Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus
d. Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau
masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Petugas kesehatan akan mengajari ibu
yang memiliki bayi muda tentang cara meningkatkan produksi AS!, cara
menyusui yang baik, mengatasi masalah pemberian ASI secara sistematis dan
terperinci, cara merawat tali pusat, menjelaskan kepada ibu tentang jadwal
imunisasi pada bayi kurang dari 2 bulan, menasihati ibu cara memberikan cairan
tambahan pada yvaktu bayinya sakit, kapan harus kunjungna ulang, dll.
e. Memeriksa status penyuntikan vitamin Kl dan imunisasi.
f. Memeriksamasalahdan keluhan lain.
190
5. Menasehati kapan kembali
Ilustrasi kasus:
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun, berat badan 10 Kg, TB; 75 em, Suhu : 370(,
Respirasi36 x/Menit. Ibu datang ke puskesmaskarena anaknya batuk dan diare. Anak batuk
selama 3 hari dan tidak menunjukkan tanda bahaya umum, tidak ada tarikan dinding dada
dan tidak ada stridor. Ibu mengatakan anaknya diare sudah lebih dari 2 minggu, tidak ada
darah dalam tinja. Anak tampak rewel dan gelisah, mata tidak eekung, anak dapat minum,
cubitan kulit perut segera kernbali.
Tugas : Lakukan pengisian form MTBS
1. Persiapan Alat
a. Formulir MTBS
b. Buku Bagan MTBS
e. Alat tulis
d. Termometer
e. Timbangan BB untuk Bayi dan Anak
f. Jam
g. Test Uji Tourniquet
h. Imunisasi Kit
i. Obat-obat essensial untuk Balita
1) Oralit
2) Vitamin A dosin 100.000 IU dan 200.000 IU
3) Vaksin
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang
pemeriksaan MTBS di Puskesmas
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
191
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3)Terminasi
c. Post Interaksi
Tabel 42
SOP Cara Penggunaan MTBS
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Identifikasi karakteristik bayi
2 Siapkanalat atau formulir penllaian MTBS
3 Siapkanobat-obatan essensial untuk balita
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Berikan salam
6 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7 Jaga privasi
Tahap kerja
8 lsi identitas, pada bayi atau anak dan
menanyakan pada ibu tentang
masalahanaknya, apakah merupakan
kunjungan pertama atau kunjungan ulang
9 Timbang bayi
10 Ukur suhu pada bayi atau anak
11 Periksa tanda bahaya umum pada bayi atau anak
12 Nilai dan klasifikasikan batuk dan sukar bernafas
13 Nilai dan klasifikasikan diare
14 Nilai dan klasifikasikan demam
15 Periksadan klasifikasikan masalah telinga
16 Periksadan klasifikasikan status gizi dan anemia
17 Periksadan klasifikasikan status HIV
192
18 Tentukan dan tindaklanjuti status imunisasi,
status vitamin A dan konseling pencegahan
cidera
19 Nilai dan tindaklanjuti pemberian makan pada
anak usia < 2 tahun
20 Tentukan tindakan /pengobatan
21 Berikan edukasi
22 Nasehati kapan kembali
Tahap terminasi
23 Simpulkan kegiatan
24 Evaluasi perasaan keluarga
25 Lakukan evaluasi sesuai tujuan
26 Berpamitan dengan anak
27 Bereskanalat
28 Cuci tangan
29 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
Ilustrasi kasus: Seorang bayi perempuan usia 3 minggu dibawa oleh ibunya ke puskesmas
karena menderita diare sejak 2 hari, berat badan : 3600 gram, suhu 36,3 oC, Respirasi
=S7x/Menit. Bayi sadar dan tidak letragis, gelisah dan rewel, matanya cekung. Pada
pemeriksaan didapatkan cubitan kulit perut kembali segera dan terdapat pustule di kulit.
Tugas : Lakukan pengisian form MTBM
1. Persiapan Alat
a. Buku Bagan MTBM
b. Formulir pencatatan bayi muda kurang dari 2 bulan
c. Alat tulis
193
d. Termometer
e. Timbangan BB untuk Bayi
f. Jam
g. Imunisasi Kit
h. Vaksin
l. Obat-obat essensial untuak Balita
1) Oralit
2) Vitamin A dosin 100.000 IU dan 200.000 IU
2. Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang tindakan
MTBM di Puskesmas
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
3. Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3)Terminasi c. Post Interaksi
Tabel 43
SOP Penggunaan MTBM
194
7 Jaga privasi
Tahap kerja
8 lsi identitas, pada bayi atau anak dan
menanyakan pada ibu tentang masalahanaknya,
apakah merupakan kunjungan pertama atau
kunjungan ulang
9 Timbang bayi
10 Hitung nafas dalam 1 menit
11 Periksa tanda bahaya umum pada bayi
12 Ukur suhu pada bayi atau anak
13 Nilai dan klasifikasikan untuk kemungkinan
penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
14 Nilai dan klasifikasikan diare
15 Periksa dan klasifikasikan ikterus
16 Periksadan klasifikasikan status HIV
17 Periksa dan klasifikasikan kemungkinan berat
badan rendah dan atau masalah pemberian Air
Susu Ibu(ASI).
18 Periksa dan klasifikasikan kemungkinan berat
badan rendah dan atau masalah pemberian
minum pada bayi yang tidak mendapat Air Susu
Ibu (ASI).
19 Tentukan tindakan /pengobatan
20 Berikan edukasi
21 Nasehati kapan kembali
Tahap terminasi
22 Simpulkan kegiatan
23 Evaluasi perasaan keluarga
24 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
25 Bereskanalat
26 Cuci tangan
27 Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Penilaian
195
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1 Jakarta: EGC
Medika Hidayat, A.A.A. (2008). Buku Saku Pratikum Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC
Hockenberry, Wilson. (2007). Wongs Essentialsof Pediatric Nursing. (8th ed.). St. Louis:
Mosby Elseiver
Mubarak wahit Iqbal, 2007. Kebutuhan Dasar Manusi Teori Dan Aplikasi Praktek.
Jakarta: EGC
Perry, dkk. 2005. Buku saku: Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi (2004), Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC
196
Tamsuri, A. (2009). Klien Dengan Gangguan Kesimbangan Cairan dan Elektrolit Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wong D.L.(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6.Volume 1. Jakarta: EGC
197