LP Dismenorea - Ulfa
LP Dismenorea - Ulfa
LP Dismenorea - Ulfa
STASE MATERNITAS
Disusun Oleh:
KHOIRUL ULFA
SN201154
Prostaglandin
Merangsang
miometrium
Kontraksi di uterus
Kurang pengetahuan
DISMINOREA
MK: Defisit
Pengetahua
n
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Dismenorea primer
1) Haid pertama berlangsung
2) Nyeri perut bagian bawah
3) Nyeri punggung
4) Nyeri paha
5) Sakit kepala
6) Diare
7) Mual dan muntah
b. Dismenorea sekunder
1) Terjadi selama sikuls pertama haid dan sampai berhari hari, yang
merupakan indikasi adanya obstruksi kongenital. Dismenorea dimulai
setelah berusia 25 tahun
2) Terdapat ketidak normalan pelvis kemungkinan adanya :
a) Endometriosis
b) Pelvic inflamatory disease
c) Pelvic adhesion (pelekatan pelvis)
d) Adenomyosis
G. PENATALKSANAAN
a. Disminorea Primer
1) Latihan
a) Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
b) Latihan menggoyangkan panggul
c) Latihan dengan posisi lutut ditekukkan ke dada, berbaring terlentang
atau miring
2) Panas
a) Buli-buli atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau
abdomen bagian bawah
b) Mandi air hangat atau sauna
3) Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostagladin
4) Istirahat
5) Relaksasi
6) Akupuntur atau Akrupressure
7) Obat-obatan
a. Kontrasepsi oral, Menghambar ovulasi sehingga meredakan gejala
b. Mirena atau progestasert AKDR, Dapat mencegah kram
b. Disminorea sekunder
1) PRP
a) PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau
peritonitis panggul.
b) Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria
Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative,
anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan
kultur dengan benar.
c) Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di
tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas).
Rekomendasi dari center for disease control and prevention (CDC)
adalah sebagai berikut :
Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di
tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g
probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/
hari selama 14 hari.
Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis
mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan
antibiotic pe IV.
d) Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terapi
masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan.
2) Endometriosis
a) Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi
b) Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain
sesuai anjuran dokter.
3) Fibroid dan polip uterus
a) Polip serviks harus di angkat
b) Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di
rujuk ke dokter.
4) Prolaps uterus
a) Terapi definitive termasuk histerektomi
b) Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat
di ringankan dengan beberapa cara berikut :
Latihan kegel
Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat kandung
kemih.
H. PENILAIAN NYERI DISMINOREA
Karakteristik paling subjektif pada skala nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai yang ringan, sedang, atau parah. Namun, makna istilah – istilah ini berbeda
bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
lebih objektif.
Pendeskripsi ini di – ranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk
memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa
jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri.
Skala Intensitas Nyeri Deskriptif menurut S. C Smeltzer dan B. G. Bare dijelaskan
pada gambar 1 dibawah ini :
Skala pengukuran nyeri yang digunakan pada dismenore kali ini yaitu : Verbal
Descriptor Scale (VDS).
Skala ini menggunakan nomor (1-10) untuk menggambarkan peningkatan nyeri.
Skala yang merupakan sebuah garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata
pendeskripsi. Skala intensitas nyeri deskriprif efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
Skala nyeri yang digunakan untuk menentukan derajat dismenore yaitu dijelaskan
sebagai berikut (Ridwan & Herlina, 2015) :
0 : Tidak ada keluhan, nyeri haid/kram pada perut bagian bawah.
1-3 : Terasa kram pada perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat
melakukan aktivitas dan masih dapat berkonsentrasi belajar.
4-6 : Terasa kram perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, nafsu makan
berkurang, sebagian aktivitas terganggu dan sulit berkonsentrasi.
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,
paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak mampu
beraktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar.
10 : Terasa kram yang sangat erat pada perut bagian bawah menyebar ke
pinggang, kaki dan punggung, tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit
kepala, lemas, tidak mampu berdiri atau bangun dari tempat tidur (Ridwan &
Herlina, 2015).
I. KOMPLIKASI
Dismenore apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan terganggunya aktivitas
seharihari. Meskipun dismenore primer tidak mengancam nyawa tetapi bukan berarti
dibiarkan begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan akan
menimbulkan gejala yang merugikan bagi penderitanya. Dismenore primer tanpa
penanganan dapat menyebabkan :
a. Depresi
b. Infertilitas
c. Gangguan fungsi seksual
d. Penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya
e. Dapat memicu kenaikan angka
kematian (Titilayo et al. 2009).
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISMINOREA
1. Pengkajian
a. Biodata klien
Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi
Pendidikan : pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan
pasien mengenai menstruasi
Pekerjaan : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga
mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi
b. Alasan MRS
Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai
dengan mual muntah, pusing dan merasakan badan lemas
c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami.
Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau
kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu makan,
frekuensi minum klien juga mengalami penurunan.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces
pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut sehingga pola
tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
e. Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminorre di
anjurkan untuk istirahat.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena klien tidak harus menjalani rawat inap.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau
kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi gangguan, sedangkan pada
indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak
mengalami gangguan. Namun timbul rasa nyeri pada perut bagian bagian
bawah.
i. Pola Reproduksi Seksual
Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya gangguan
menstruasi.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
mengenai adanya kelainan pada sistem reproduksinya
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
l. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
2) Dada
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut
jantung
3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri,
Kualitas nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak
kapan dan berapa lama
5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
6) Integumen : kaji turgor kulit
5. Evaluasi
Haerani, Sri N, Ulfa D & et al. 2020. DESKRIPSI PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan