Rev 5 Laporan Pkpa Apotek Roxy Biak (Sep-Okt)
Rev 5 Laporan Pkpa Apotek Roxy Biak (Sep-Okt)
Rev 5 Laporan Pkpa Apotek Roxy Biak (Sep-Okt)
Disusun oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI APOTEK ROXY BIAK JAKARTA PUSAT
PERIODE 14 SEPTEMBER 2020 – 10 OKTOBER 2020
Disusun oleh :
ii
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
SURAT PERNYATAAN
1. Laporan praktek kerja profesi apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apoteker, baik di universitas
17 Agustus 1945 Jakarta maupun di universitas lain.
2. Laporan praktek kerja profesi Apoteker ini murni gagasan , rumusan, dan
penilaian penyusunan , tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
3. Dalam laporan praktek kerja profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali
secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah
dengan disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar
pustaka
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang selalu memberikan kesempatan
kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Roxy Biak Jakarta Pusat sejak tanggal 14 September – 10
Oktober 2020 dengan baik.
Laporan ini merupakan suatu syarat guna memperoleh gelar Apoteker pada
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Selama menjalani PKPA
di Apotek Roxy Biak, kami telah banyak mendapatkan informasi, pengetahuan
dan bimbingan. Selama punyusunan laporan PKPA ini banyak hambatan yang
terjadi, namun dengan bantuan dan bimbingan baik berupa saran maupun
dorongan moril dari berbagai pihak laporan ini dapat terselesaikan. Penghargaan
dan ucapan terima kasih yang tulus Penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Dr. Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
2. Ibu Diah Rahmadani, M.Farm., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Bapak Piter, M.Farm., Apt. selaku Dosen pembimbing di Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
perhatiannya kepada kami selama penulisan laporan ini.
4. Ibu Rabima, M.Farm., Apt selaku Koordinator kegiatan PKPA
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan perhatiannya kepada kami selama penulisan laporan ini.
5. Bapak Sugeng Hariyono Selaku Pembimbing Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Biak Jakarta Pusat, yang selalu
memberikan bantuan dan bimbingan.
6. Bapak Viki Saputra, S.Farm., Apt Selaku Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Biak Jakarta Pusat, yang
selalu memberikan bantuan dan bimbingan.
iv
7. Seluruh staf dan karyawan Apotek Roxy Biak Jakarta yang telah turut
membantu dan membimbing kami dalam pelaksanaan Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta atas ilmu dan bantuan
yang diberikan selama ini.
9. Kedua orang tua, adik-adik dan seluruh keluarga yang penulis sayangi
yang banyak memberikan nasihat dan dukungan baik doa, moril
maupun materil selama menyelesaikan studi dan pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
10. Teman satu tim Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Roxy Biak
dan rekan-rekan mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta angkatan XLII dan seluruh pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pelaksanaan PKPA dan penulisan laporan ini serta banyak membantu
dalam memberikan bimbingan, perhatian dan kerjasama yang baik.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan laporan PKPA ini. Semoga ilmu dan
pengalaman yang telah diperoleh selama PKPA di Apotek Roxy Biak ini dapat
berguna sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat dalam rangka pengabdian
profesi dan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dalam dunia farmasi khususnya dan masyarakat pada umumnya juga bermanfaat
bagi yang membacanya.
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2
(dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (mulai dari
perencanaan sampai pelaporan) dan pelayanan farmasi klinik yang meliputi
Pengkajian Resep; dispensing; Pelayanan Informasi Obat (PIO); Konseling;
Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care); Pemantauan
Terapi Obat (PTO); dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana(5).
Pengelolaan Apotek secara resmi dipimpin oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Seorang APA bertanggung jawab dalam pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat, terutama peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan melalui pengelolaan dan pemberian informasi penggunaan obat
secara tepat, aman, dan rasional. Dalam menjalankan profesinya melalui
pengelolaan Apotek, seorang Apoteker harus memiliki pengetahuan tentang
manajemen yang baik. Pelayanan kefarmasian semakin berkembang
berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan. Pelayanan
kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus
kepada Pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien(2).
Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung
dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan. Apoteker
harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (drug
related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio
pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi
2
untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam melakukan
praktik tersebut, Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring
penggunaan obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala
aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan
Standar Pelayanan Kefarmasian. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran
orientasi Pelayanan Kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi
kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam
pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang
lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung
penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat
untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan(5).
Menyadari akan pentingnya peran dan tanggung jawab dari seorang
Apoteker, maka sebagai seorang Apoteker harus memiliki bekal ilmu
pengetahuan, dan keterampilan yang cukup dibidang kefarmasian baik
dalam teori maupun prakteknya. Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek inilah gambaran nyata pembekalan, dan pengalaman
dapat diperoleh bagi para calon Apoteker. Sehingga dimasa mendatang
peran aktif Apoteker dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai seorang
Penanggung Jawab Apotek yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
Guna menghasilkan sumber daya yang berkualitas dan mempunyai
kompetensi yang memadai, maka Program Profesi Apoteker
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek yang
dilaksanakan mulai tanggal 14 September sampai 10 Oktober 2020. Melalui
kegiatan ini diharapkan mahasiswa yang merupakan calon Apoteker dapat
mendapatkan ilmu dan menjalankan perannya sebagai Apoteker.
3
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
4
4. Meningkatkan kemampuan Apoteker dalam berinteraksi dan
berkolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya dalam melakukan
pelayanan kefarmasian.
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
6
Menurut PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian,
Permenkes No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek, dan Permenkes No. 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, tugas
dan fungsi Apotek adalah:
a. Tempat dilakukan praktik kefarmasian seorang Apoteker yang
telah mengucapkan sumpah jabatan;
b. Sarana pelayanan farmasi klinik langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien;
c. Sarana pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan
7
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Apotek
j. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan
Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi.
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
l. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan.
8
menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan Apotek.
d. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan
kabupaten / kota yang terdiri atas :
1) Tenaga kefarmasian; dan
2) Tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan
prasarana.
e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim
pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil
pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten atau
Kota.
f. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota menerima laporan dan
dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada
Direktur Jendral, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala
Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabpaten / Kota, dan
Organisasi Profesi.
g. Dalam hal hasil pemeriksaan jika dinyatakan masih belum
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu
12 (dua belas) hari kerja.
h. Terhadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi
persyaratan, pemohon dapat melengkapi persyaratan paling
lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan
diterima.
i. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan
persyaratan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
mengeluarkan Surat Penolakan.
j. Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota dalam
9
menerbitkan SIA melebihi jangka waktu, Apoteker pemohon
dapat menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP
sebagai pengganti SIA.
10
mikro atau kecil
f. Dokumen Lingkungan (fotocopy)
g. Izin Praktik Apoteker (SIPA) penanggung jawab
h. Surat pernyataan pemohon diatas kertas bermetrai Rp. 6.000
1) Bahwa APA tidak bekerja sebagai APA di tempat lain dan
tidak bekerja pada bidang farmasi lain
2) Tidak akan melakukan penjualan narkotika dan OKT
tertentu tanpa resep dokter
3) Akan melaporkan pengelolaan obat narkotika/
psikotropika
i. Akta notaris perjanjian kerjasama APA dan Pemilik Sarana
Apotek (PSA).
j. Surat keterangan dari pimpinan, jika PNS atau TNI atau POLRI
yang aktif.
k. Proposal teknis yang dilengkapi dengan :
1) Peta lokasi dan denah bangunan
2) Struktur organisasi dan tata kerja atau tata laksana (dalam
bentuk organogram)
3) Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan
4) Rencana jadwal buka apotek
5) Daftar peralatan peracikan obat
6) Daftar buku wajib peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi.
l. Jika tanah atau bangunan disewa :
1) Perjanjian sewa-menhyewa tanah atau bangunan
2) Surat pernyataan di atas kertas bermeterai Rp. 6.000 dari
pemilik tanah/bangunan yang menyatakan tidak keberatan
tanah/bangunannya digunakan
3) KTP pemilik tanah atau bangunan (fotokopi)
11
2.1.5 Perizinan Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2017
tentang Apotek, Apotek dapat didirikan oleh Apoteker dengan modal
sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun
perusahaan. Namun, pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan apabila pendirian suatu
Apotek bekerja sama dengan pemilik modal. Sebelum suatu Apotek
dapat beroperasi, seorang Apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek
(SIA) yang berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang apabila
masih memenuhi persyaratan. Apoteker harus mengajukan
permohonan tertulis untuk memperoleh SIA melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten/Kota apabila perizinan
dilakukan diluar wilayah DKI Jakarta atau PTSP Kecamatan apabila
perizinan dilakukan di wilayah DKI Jakarta. Permohonan harus
ditandatangani oleh Apoteker disertai kelengkapan dokumen meliputi
1. Fotokopi SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker), dapat
menggunakan SIPA kesatu, kedua atau ketiga;
2. Fotokopi KTP Apoteker
3. Surat Pernyataan bahwa Apoteker Penanggung Jawab Apotek
(APA) tidak merangkap/bekerja di Apotek lain/ Industri lain dan
sanggup bekerja sebagai APA di Apotek dimaksud;
4. Fotokopi perjanjian kerjasama antara APA dan Pemilik Sarana
Apotek (PSA) di depan Notaris;
5. Surat pernyataan PSA bahwa tidak pernah terlibat pelanggaran
perundang-undangan dibidang Farmasi;
6. Peta Lokasi dan Denah Bangunan Apotek;
7. Status Bangunan dan kaitannya dengan PSA (Hak
Milik/Sewa/Kotrak);
8. Daftar Asisten Apoteker dilampiri Fotokopi Ijasah dan STRTTK;
9. Surat izin Atasan untuk APA yang bekerja sebagai PNS/BUMN;
10. Surat Izin Tempat Usaha (SITU).
12
Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen
administratif, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan
Apotek. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan
kabupaten/kota yang terdiri atas tenaga kefarmasian dan tenaga
lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana. Paling lama
dalam waktu 6 hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim
pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang
dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Paling lama dalam waktu 12 hari kerja sejak
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Bila hasil pemeriksaan oleh tim pemeriksa dinyatakan masih
belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu 12 hari
kerja. Pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam
waktu 1 bulan sejak surat penundaan diterima. Apabila pemohon tidak
dapat memenuhi kelengkapan persyaratan, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan. Apabila Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka
waktu (12 hari kerja), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan
Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.
Pemerintah daerah menerbitkan SIA bersamaan dengan penerbitan
SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Oleh sebab itu, masa berlaku
SIA mengikuti masa berlaku SIPA. Setiap perubahan alamat di lokasi
yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan
Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek harus dilakukan
perubahan izin mengikuti ketentuan seperti pengajuan SIA untuk
13
pertama kalinya. Namun, untuk Apotek yang melakukan perubahan
alamat di lokasi yang sama atau perubahan nama Apotek tidak perlu
dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 Tahun
2009 tentang Tenaga Kefarmasian, seoarang Apoteker harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat diperoleh
jika seorang Apoteker memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki Ijazah Apoteker.
2. Memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker.
3. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah dan janji apoteker.
4. Surat sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat
izin praktek.
5. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.
14
sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun
perusahaan. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek
bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus
tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. Lokasi;
b. Bangunan;
c. Sarana, prasarana, dan peralatan; dan
d. Ketenagaan(4).
15
2.1.8 Penyelenggaraan
Apotek menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.
Apotek hanya dalam menyerahkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada:
1) Apotek lainnya;
2) Puskesmas;
3) Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
4) Instalasi Farmasi Klinik;
5) Dokter;
6) Bidan praktik mandiri;
7) Pasien; dan
8) Masyarakat(4).
Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:
a. Papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi
mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat; dan
b. Papan nama Praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit
informasi mengenai nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal
praktik Apoteker. Papan nama harus dipasang di dinding
bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara
jelas dan mudah terbaca. Jadwal Praktik Apoteker harus
berbeda dengan jadwal praktik Apoteker yang bersangkutan di
fasilitas kefarmasian lain.
16
dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau (4).
17
1) Mendesain spesifikasi produk
2) Menentukan harga jual persatuan
3) Menentukan target penjualan dan penjualan minimal
4) Memaksimalkan jumlah produksi dan penjualan
5) Merencanakan laba yang diinginkan serta tujuan lainnya.
c. Keterbatasan Analisis Break Even Point (BEP)
Ada beberapa keterbatasan yang perlu untuk diketahui dalam
analisis break even point menurut Keown, dkk (2010) adalah
sebagai berkut:
1) Hubungan biaya, volume, laba diasumsikan meningkat secara
linear.
2) Kurva total pendapatan (kurva penjualan) diasumsikan
meningkat secara linear sesuai dengan volume output.
3) Diasumsikan perpaduan antara produksi dan penjualan relatif
tetap.
4) Diagram break even dan perhitungan break even merupakan
bentuk analisis statis.
18
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa
yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan
perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam
bisnis yang dilakukan (Hamel dan Prahalad, 1997).
Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan
menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang.
Secara umum manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menerapkan
manajemen strategi adalah sebagai berikut (Hutabarat dan Huseini,
2006):
a. Meningkatkan kinerja perusahaan, baik dalam hal profitabilitas
maupun keberhasilan lainnya.
b. Memperbaiki proses manajemen dan partisipasi di dalam
organisasi.
c. Memperbaiki pengambilan keputusan.
d. Memperbaiki sikap, disiplin dan motivasi individu di dalam
organisasi.
e. Memperbaiki antisipasi dan kepedulian terhadap masa depan dan
peluang yang terjadi
19
lingkunan eksternal perusahaan dan untuk mengidentifikasi
peluang dan ancaman yang ada.
b. Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan menggunakan alat analisis matriks SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Alat ini bersandar
pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk
mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan
kelemahan internal.
c. Tahap Keputusan (Decision Stage)
Tahap keputusan menggunakan alat analisis Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM). Alat analisis ini secara obyektif
mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.
2.2.2 Kewirausahaan
Kewirausahaan menurut Suryana dan Bayu (2010) adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses atau peluang
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.
20
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dan/atau tenaga administrasi dalam
pengelolaan Apotek. Apoteker wajib memiliki surat izin praktek
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berupa
Surat Izin Praktek Apotek (SIPA)(4). Sebelum memperoleh SIPA,
Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 889 tahun 2011
tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, STRA diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang
telah diregistrasi. Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA
kepada Komite Farmasi Nasional (KFN). Masa berlaku STRA
selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama
memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah Apoteker;
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker;
d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter
yang memiliki surat izin praktek; dan
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
21
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x
4 sebanyak 2 (dua) lembar.
22
secara terbatas, ruang penyerahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan; ruang konseling, ruang penyimpanan sediaan farmasi
dan alat kesehatan, dan ruang arsip(4).
b. Bangunan dan Kelengkapan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun
2017 tentang Apotek, bangunan Apotek harus memiliki fungsi
keamanan kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyadang cacat, anak-anak, dan orang
lanjut usia, harus bersifat permanen. Bangunan Apotek juga harus
bersifat permanen dan merupakan bagian dan/atau terpisah dari
pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis.dan untuk sarana dan prasarana
Apotek ditujukan untuk menjamin mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kelancaran praktek
pelayanan kefarmasian. Sarana dan Prasarana di Apotek :
a. Area Penerimaan Resep
Area ini ditempatkan di bagian paling depan sehingga
mudah terlihat oleh pasien. Sekurang kurangnya terdiri atas
counter penerimaan resep serta satu set komputer untuk
melakukan pekerjaan administrasi.
b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat
dan meja peracikan. Sekurang-kurangnya tersedia peralatan
peracikan, timbangan obat, air minum (mineral) untuk
pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket,
dan label obat. Ruangan dapat dilengkapi dengan pendingin
ruangan.
c. Area Penyerahan Obat
Area penyerahan obat berupa counter penyerahan obat
23
yang dapat digabungkan atau bersebelahan dengan counter
penerimaan resep.
d. Ruang Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set
meja dan kursi konseling, buku-buku referensi, leaflet, poster,
alat bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir
catatan pengobatan pasien.
e. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi
sanitasi, temperatur, kelembaban, serta ventilasi untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang
penyimpanan harus dilengkapi dengan lemari obat, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, alat pengukur suhu dan
catatan suhu.
f. Ruang Arsip
Digunakan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai, catatan pelayanan kefarmasian seperti
catatan konseling maupun catatan pengobatan pasien dalam
jangka waktu tertentu.
24
nomor Surat Izin Apotek (SIA), jam praktek APA, alamat dan
nomor telepon Apotek (bila ada).
c. Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang wajib dimiliki oleh apotek adalah :
1. Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat, seperti:
timbangan, mortir, stemper, gelas piala, dan sebagainya.
2. Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus seperti:
etiket, wadah pengemas dan pembungkus penyerahan obat.
3. Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi
seperti lemari dan rak untuk penyimpanan oabt, lemari
pendingin, lemari untuk penyimpanan narkotik dan
psikotropika.
4. Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, kartu stok
obat, faktur, nota penjualan, salinan resep, alat tulis dan
sebagainya.
5. Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan
peraturan perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain
yang berhubungan dengan apotek.
25
perundang-undangan yang berlaku, meliputi:
1) Perencanaan
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mengamati pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2) Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan agar kualitas terjamin.
3) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
4) Penyimpanan
a) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama
obat, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.
b) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis.
d) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (First In First Out).
5) Pemusnahan
a) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat
kadaluarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan
26
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan obat selain
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan
oleh Apoteker, disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
6) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
7) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu
stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
27
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan menajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang
dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.
28
obat, manifestasi klinis lain);
• Kontra indikasi dan Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil
pengkajian, maka Apoteker harus menghubungi dokter
penulis resep.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep maka
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
• Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
• Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan
keadaan fisik obat.
b) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
• Warna putih untuk obat dalam/oral;
• Warna biru untuk obat luar dan suntik;
• Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
d) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah.
e) Setelah penyiapan obat selesai, dilakukan sebagai berikut:
• Pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep);
• Memanggil nama atau nomor tunggu pasien;
• Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
• Menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian
informasi obat;
29
• Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal
yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping obat, cara penyimpanan obat dan lain-lain;
• Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan
dengan cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi
tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
• Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya;
• Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan); dan
• Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep
atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan
edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep
untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau
bebas terbatas yang sesuai dengan kondisi pasien.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai
obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan
bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas
dan herbal yang meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, kesamaan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia
dari obat, dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat
(PIO) antara lain:
30
• Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
• Membuat dan menyebarkan buletin / brosur / leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan);
• Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
• Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
• Melakukan penelitian penggunaan obat;
• Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
• Melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) harus didokumentasikan untuk
membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif
singkat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi
PIO adalah:
• Topik pertanyaan;
• Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat (PIO)
diberikan;
• Metode PIO (lisan, tertulis, lewat telepon);
• Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi
lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang
hamil/menyusui, data laboratorium);
• Uraian pertanyaan;
• Jawaban pertanyaan;
• Referensi; dan
• Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, lewat telepon);
• Data apoteker yang memberikan PIO.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
31
Apoteker menggunakan metode three prime questions. Apabila
tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan
dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan
verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu
diberikan konseling adalah:
a) Pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan
fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui);
b) Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit kronis
(misalnya TBC, Diabetes Mellitus, AIDS, epilepsi);
c) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(misal: penggunaan kortikosteroid dengan tappering
down/off);
d) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi
sempit (misal: digoksin, fenitoin, teofilin);
e) Pasien dengan polifarmasi, dimana pasien menerima
beberapa obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam
kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat
untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan
satu jenis obat; dan
f) Pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah.
Kegiatan Tahapan Konseling :
• Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien;
• Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Questions, yaitu:
”Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda ?”
”Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
obat anda ?”
”Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah anda menerima terapi obat tersebut ?”
• Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
32
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan
obat.
• Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan obat.
• Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman
pasien.
• Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta
tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami
informasi yang diberikan dalam konseling.
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (pharmaceutical home care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan
rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan
oleh apoteker, meliputi:
a) Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang
berhubungan dengan pengobatan.
b) Identifikasi kepatuhan pasien.
c) Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan
insulin.
d) Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
e) Monitoring pelaksanaan, efektivitas dan keamanan
penggunaan obat berdasarkan catatan pengobatan pasien.
f) Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
33
Kriteria pasien untuk PTO adalah:
a) Anak-anak, lanjut usia serta ibu hamil dan menyusui.
b) Menerima obat lebih dari lima jenis.
c) Adanya multidiagnosis.
d) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e) Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
f) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi
obat yang merugikan.
Kegiatan PTO meliputi:
• Memilih pasien yang memenuhi kriteria;
• Mengambil data yang dibutuhkan, yaitu riwayat pengobatan
pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan
obat dan riwayat alergi, melalui wawancara dengan pasien
atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain;
• Melakukan identifikasi masalah terkait obat, masalah tersebut
antara lain adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian
obat tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis
terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi obat yang
tidak diinginkan atau terjadinya interaksi obat;
• Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien
dan menentukan apakah masalah tersebut sudah atau
berpotensi akan terjadi;
• Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang
berisi rencana pemantauan dengan tujuan memastikan
pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak
dikehendaki;
• Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang
telah dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan dengan
tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi;
• Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat.
34
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. Kegiatan MESO meliputi:
• Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami efek samping obat;
• Mengisi formulir MESO;
• Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam MESO yaitu:
a) Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
b) Ketersediaan formulir MESO (3).
c. Sediaan Farmasi
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetika. Berdasarkan penggolongannya, obat dapat dibagi
menajdi beberapa jenis, diantaranya :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket ditandai dengan lingkaran hijau dengan garis tepi
berwarna hitam yang dapat dilihat dengan lebih jelas pada
Gambar 2. 1. (7).
35
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk
obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep
dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam, obat bebas terbatas disertai
dengan peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 (7)
. Tanda khusus
obat bebas terbatas beserta penandaan peringatannya dapat
dilihat pada Gambar II. 2. dan Gambar 2. 3.
3. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam(8). Tanda khusus dapat dilihat pada Gambar 2. 4.
36
Gambar 2. 4. Penandaan Obat Keras
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan(9). Penandaan obat narkotika dapat
dilihat pada Gambar 2. 5.
37
perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan
mendistribusikan narkotika di Indonesia. Pengelolaan narkotika
meliputi kegiatan:
a) Pemesanan Narkotika
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh
Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan
narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA dengan
menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana 1 (satu)u
surat pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu)
jenis narkotika yang dilengkapi dengan nomor SIPA apoteker
dan stempel apotek.
b) Penyaluran Narkotika
Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 pasal 19 ayat 2, Apotek hanya dapat
menyerahkan narkotika kepada: (12)
a. Apotek lainnya;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. Dokter; dan
f. Pasien
c) Penyimpanan Narkotika
Apotek harus memiliki lemari khusus untuk
menyimpan narkotika. Lemari khusus tersebut harus
memenuhi persyaratan berikut: (12)
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda;
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang,
untuk Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
38
umum, untuk Apotek, Instalsi Farmasi Rumah Sakit,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan; dan
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
d) Pelayanan Resep Mengandung Narkotika
Apotek hanya melayani pembelian narkotika
berdasarkan resep dokter dengan ketentuan berdasarkan surat
edaran balai POM No. 336/EE/SE/1977 antara lain
dinyatakan:
a. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian
atau belum dilayani sama sekali.
b. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau
belum dilayani sama sekali. Apotek boleh membuat
salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.
c. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak
boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak
boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang
mengandung narkotika.
e) Pencatatan dan Pelaporan Narkotika
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan
wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan narkotika dan
psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat.
Pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
narkotika paling sedikit terdiri atas : (12)
39
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika,
b. Jumlah persediaan;
c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. Jumlah yang diterima;
e. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/
penyerahan;
f. Jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan dan Paraf atau identitas petugas
yang ditunjuk.
h. Laporan harus ditandatangani oleh APAk dengan
mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel
Apotek. Pelaporan paling sedikit terdiri atas:
Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekusor Farmasi;
Jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
Jumlah yang diterima; dan
Jumlah yang diserahkan.
Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus
dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
5. Obat Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotik yang bersifat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku .Untuk
(10)
Psikotropika penandaan yang
dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal
ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997
tentang Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk
obat keras, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan
sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras
40
Tertentu.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika adalah zat
atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektid pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan untuk
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan (10).
Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi:
a) Pemesanan Psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika hampir
sama dengan pemesanan obat narkotika, yakni dengan
surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh APA,
yang dikirim ke PBF, pemesanan psikotropika juga
41
memerlukan surat pesanan khusus. Satu lember surat
pesanan psikotropika dapat terdiri dari lebih dari satu jenis
obat psikotropika.
b) Penyimpanan Psikotropika
Psikotropika yang berada di apotek wajib disimpan
secara khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun 2015, berupa
lemari khusus. Adapun tata cara penyimpanan
psikotropika harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah
kunci yang berbeda;
c. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum;
d. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker
penanggung jawab atau apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan.
c) Penyerahan Psikotropika
Penyerahan obat golongan psikotropika oleh apotek
hanya dapat diberikan kepada apotek lainnya, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pasien
bila disertai dengan resep dokter.
d) Pelaporan Psikotropika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3
Tahun 2015, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS), instalasi farmasi klinik, lembaga ilmu
pengetahuan dan dokter praktik perorangan wajib
membuat, menyimpan dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan narkotika dan
psikotropika setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai POM
42
setempat.
Pelaporan psikotropika paling sedikit terdiri dari:
a. Nama, bentuk sediaan dan kekuatan psikotropika;
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. Jumlah yang diterima;
d. Jumlah yang diserahkan.
Laporan dapat menggunakan sistem pelaporan narkotika
dan psikotropika secara elektronik, dan disampaikan
paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
e) Pemusnahan Psikotropika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3
Tahun 2015, pemusnahan psikotropika hanya dilakukan
dalam hal:
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan
yang berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali;
2) Telah kadaluarsa;
3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
4) Dibatalkan izin edarnya; atau
5) Berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan psikotropika dilaksanakan oleh industri
farmasi, PBF, instalasi farmasi pemerintah, apotek,
IFRS, instalasi farmasi klinik, lembaga ilmu
pengetahuan, dokter atau toko obat. Pemusnahan
psikotropika dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Penanggung jawab apotek menyampaikan surat
pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
Besar/Balai POM setempat;
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
43
Besar/Balai POM setempat menetapkan petugas di
lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai
dengan surat permohonan sebagai saksi;
3) Penanggung jawab apotek yang melaksanakan
pemusnahan psikotropika harus membuat berita
acara pemusnahan yang paling sedikit memuat:
a) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan;
b) Tempat pemusnahan;
c) Nama penanggung jawab apotek;
d) Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan
saksi lain badan/sarana tersebut;
e) Nama dan jumlah psikotropika;
f) Cara pemusnahan;
g) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi.
Berita acara pemusnahan dibuat dalam rangkap tiga
dan tembusannya disampaikan kepada Direktur
Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai POM.
a) Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah
ditetapkan;
b) Psikotropika dalam bentuk bahan baku, produk
antara dan produk ruahan harus dilakukan
sampling untuk kepentingan pengujian oleh
petugas yang berwenang sebelum dilakukan
pemusnahan.
c) Psikotropika dalam bentuk obat jadi harus
dilakukan pemastian kebenaran secara
organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan
pemusnahan(12).
6. Prekursor
Pengelolaan prekursor farmasi terdapat dalam
Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2010, Peraturan
44
Kepala BPOM nomor 40 tahun 2013 dan Peraturan
Pemerintah nomor 3 tahun 2015. Prekursor Farmasi adalah
zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi Narkotika dan Psikotropika.
Prekursor digolongkan menjadi 2, yaitu Prekursor gol. I
seperti Potassium Permanganat, 1-Fenil 2- Propanon, Asam
Asetat Anhidrat, Asam Asetil Antranilat, Isosafrol, 3,4-
Metilendioksifenil 2-Propanon, Piperonalm Safrol, Efedrin,
Pseudoefedrin, Fenil Propanol Amin Hidroklorida,
Ergometrin dan Asam Lisergat, serta Prekursor gol. II
seperti Asam Hidroklorida, Asam Sulfat, Toluen, Dietil
Eter, Aseton, Metil Etil Keton, Asam Fenil Asetat, Asam
Antranilat dan Piperidin. Prekursor dalam penggolongan I
merupakan bahan awal dan pelarut yang sering digunakan
dan diawasi lebih ketat dibandingkan Prekursor dalam
penggolongan II.
Pengelolaan Prekursor diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan,Prekursor Farmasi, pengelolaan
Prekursor meliputi:
a. Pemesanan
Penyaluran Prekursor Farmasi di Apotek hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan. Surat pesanan
Prekursor hanya dapat berlaku untuk Prekursor Farmasi.
Surat pesanan prekursor dibuat rangkap 2.
b. Penyimpanan
Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi di fasilitas
pelayanan kefarmasian termasuk Apotek harus mampu
menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Prekursor Farmasi.
45
Untuk Prekursor Farmasi harus disimpan dalam bentuk
Obat jadi di tempat penyimpanan Obat yang aman
berdasarkan analisis risiko.
c. Pemusnahan
Pemusnahan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar
dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat diolah
kembali, telah kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk
digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa
penggunaan, dibatalkan izin edarnya, atau berhubungan
dengan tindak pidana.
Pemusnahan Prekursor Farmasi harus dilakukan dengan
tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan
kesehatan masyarakat. Pemusnahan dilakukan dengan
tahapan yaitu penanggung jawab Apotek menyampaikan
surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar Badan
Pengawas Obat dan Makanan setempat serta harus
membuat Berita Acara Pemusnahan yang paling sedikit
memuat hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan,
tempat pemusnahan, nama penanggung jawab fasilitas
produksi /fasilitas distribusi / fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktek perorangan,
nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain
badan/sarana tersebut, nama dan jumlah
d. Pencatatan dan Pelaporan
Apotek wajib membuat pencatatan mengenai
pemasukan dan pengeluaran Prekursor Farmasi. Pencatatan
paling sedikit terdiri atas:
46
1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Prekursor
Farmasi.
2. Jumlah persediaan
3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan.
4. Jumlah yang diterima.
5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan
penyaluran/penyerahan.
6. Jumlah yang disalurkan/diserahkan.
7. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan.
8. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan
dokumen penerimaan dan dokumen penyaluran. Seluruh
dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen
penyaluran, dan/atau dokumen penyerahan termasuk surat
pesanan Prekursor Farmasi wajib disimpan secara terpisah
paling singkat 3 (tiga) tahun.
7. OOT
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
No. 28 tahun 2018 Obat-Obat Tertentu yang Sering
disalahgunakan yang selanjutnya disingkat dengan OOT
adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat
selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan
di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Bahan Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan yang
selanjutnya disebut dengan Bahan Obat adalah bahan yang
berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan
standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi pembuatan
obat-obat tertentu termasuk baku pembanding. Obat-obat
47
tertentu hanya dapat digunakan untuk kepentigan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan.
Kriteria Obat-Obat Tertentu terdiri atas obat atau bahan
obat yang mengandung: Tramadol, Triheksifenidil,
Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol, Dekstrometorfan
Pengelolaan Obat-Obat Tertentu meliputi kegiatan
pengadaan, penyimpanan, pembuatan, penyaluran,
penyerahan, penanganan obat kembalian, penarikan kembali
obat (recall), pemusnahan, dan pencatatan dan pelaporan.
Obat-obat tertentu merupakan obat keras dan tidak
dapat dikelola apotek, falisilitas pelayanan kefarmasian
dilarang menyerahka Obat-Obat Tertentu yang mengandung
Dekstrometorfan secara langsung kepada anak berusia di
bawah 18 tahun dan apabila ada keraguan usia anak maka
petugas/pegawai fasilitas pelayanan kesehatan kefarmasian
dapat meminta identitas anak yang mencantumkan tanggal
lahir.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dalam melakukan
kegiatan penyerahan Obat-Obat Tertentu harus
memperhatikan:
a. Kewajaran jumlah obat yang akan diserahkan; dan
b. Frekuensi penyerahan obat kepada pasien yang sama.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib mengarsipkan
secara terpisah seluruh dokumen yang berhubungan dengan
pengelolaan Obat-Obat Tertentu. Obat-Obat Tertentu wajib
diserahkan sesuai dengan resep atau salinan resep. Resep
atau salinan resep harus ditulis oleh dokter.
Petugas/pegawai harus mencatat nama, alamat, dan nomor
telepon yang bisa dihubungi dari pihak yang mengambil
obat(13).
48
8. Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turuntemurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
Penggolongan Obat Tradisional Menurut Keputusan
KPBOM Nomor HK. 00.05.4.2411 tahun 2004 tentang
Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Jamu
Jamu adalah ramuan dari, bahan hewan, bahan
mineral, bahan galenik atau campuran bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Jamu sebagai warisan budaya
bangsa harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada
aspek mutu dan keamanannya. Penandaan obat jamu dapat
dilihat pada Gambar 2. 6
49
tradisional yang biasanya disajikan dalam bentuk ekstrak.
Penandaan obat herbal terstandar dapat dilihat pada Gambar
2. 7
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinis dengan hewan percobaan dan telah
melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku
produknya telah distandarisasi. Penandaan obat
fitofarmaka dapat dilihat pada Gambar 2. 8
50
peraturan tersebut(11). Penandaan obat generik dapat dilihat
pada Gambar 2. 9
51
- Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
b. Promosi
Pomosi adalah strategi mengenai bagaimana Apotek dapat
dikenal oleh konsumen atau masyarakat luas. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk promosi apotek yaitu Advertising
(Iklan) melalui brosur, spanduk, poster, iklan dimajalah atau
koran, pemasangan papan nama atau neon box serta promosi
harga dengan personal selling yaitu penjualan langsung kepada
konsumen dengan menawarkan produk dengan harga promosi
tertentu.
c. Edukasi
Edukasi merupakan suatu kegiatan untuk mendidik pasien
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan pasien terhadap
penyakit yang diderita, sehingga pasien mampu mengendalikan
penyakitnya dan mengurangi pengobatan di rumah sakit.
Pelayanan yang terpusat pada pasien tergantung pada
kemampuan apoteker mengembangkan hubungan yang
dipercaya, mengajak dalam pertukaran informasi yang terbuka,
melibatkan pasien dalam proses pengembalian keputusan yang
berkaitan dengan pengobatan, serta untuk meningkatkan
kepuasan kerja, sebagai tambahan servis untuk menarik
konsumen, meningkatkan daya saing dan meningkatkan
pendapatan apotek.
52
swamedikasi diantaranya adalah:
a. Memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan
objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia
untuk swamedikasi.
b. Merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat
medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi
tidak mencukupi.
c. Memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang
berwenang, dan untuk menginformasikan kepada produsen Obat
yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki (adverse
reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan Obat
tersebut dalam swamedikasi.
d. Mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat
sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan
secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi
yang jelas.
Kriteria Obat yang dapat diserahkan tanpa Resep Dokter adalah:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan Obat dimaksud tidak memberikan
risiko pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
e. Memiliki rasio khasiat dan keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.
Untuk mewujudkan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care)
dalam pelayanan swamedikasi digunakan metode WWHAM. Hal
ini dilakukan untuk memberikan pemilihan obat yang tepat dalam
rangka penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan, maupun
53
untuk peningkatan kesehatan pasien. Metode WWHAM terdiri dari
:
(8)
54
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Apotek Roxy Group berdiri sejak tahun 1954 dengan jumlah karyawan
620 karyawan yang berkantor pusat di Jl. Biak No. 39 Jakarta Pusat dan
dipimpin oleh direktur utama yang sekaligus pemilik yaitu bapak Thomas
Hosean Ciovanlee telah memiliki 37 Apotek Roxy yang berada di wilayah
Jadetabek (Jakarta, Depok, Tanggerang, Bekasi) dan akan ada penambahan 1
(satu) cabang baru di Pisangan.
Apotek Roxy merupakan salah satu tempat dilakukannya pelayanan
kefarmasian serta penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai. Berdasarkan PP No.51 tahun 2009 dijelaskan pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam melakukan
pelayanan kefarmasian apoteker berkewajiban memberikan informasi yang
benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis
(aturan pakai) dan mewaspadai efek samping obat. Oleh karena itu, apoteker
harus berinteraksi langsung dengan pasien dalam informasi pengguanaan obat.
Apotek Roxy Group merupakan apotek pertama di Indonesia yang
menerapkan standart ISO 9001:2015 dan merupakan apotek milik Perorangan
yang mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat luas, yaitu dalam pengadaan obat yang bermutu, berkhasiat, aman,
dan rasional. Apotek Roxy berdiri pada tahun 1954 sampai sekarang dan
pelayanannya ada yang 24 jam. Apotek Roxy telah tersebar menjadi 37 outlet
55
di seluruh Jadetabek pada tahun 2019 yang dibagi menjadi 3 wilayah yaitu
wilayah Pusat dan Tangerang, Timur dan Bekasi, Selatan.
56
4. Melakukan proses pertemuan manajemen (Management Review
Meeting) yang berkatan dengan proses penerapan dan
implementasi dari system Manajemen Mutu ISO 9001:2015
5. Menetapkan Kebijakan Mutu, serta visi dan misi perusahaan
6. Melakukan proses pengembangan terhadap sumber daya
manusia yang memiliki fungsi dan peran dalam pengembangan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015
7. Melakukan proses review dan verifikasi terhadap efektifitas
tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil berkaitan
dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
B. Managemen Representative
1. Melakukan fungsi koordinasi dan penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015
2. Melakukan proses evaluasi terhadap proses implementasi
system manajemen mutu
3. Memastikan adanya penerapan pada level dan fungsi yang
sesuai dalam persyaratan system manajemen mutu ISO
9001:2015
4. Memastikan proses yang dibutuhkan dalam proses penerapan
dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2015
5. Melaporkan pada Top Management berkaitan dengan performa
dari implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
6. Memastikan adanya proses sosialisasi dan kesadaran terhadap
persyaratan pelanggan terhadap seluruh organisasi.
C. Purchasing Director
1. Menetapkan prosedur dan tata cara terhadap proses pembelian
maupun penunjukan pihak ketiga dalam pelaksanaan proses di
dalam internal perusahaan maupun kegiatan lain di luar
perusahaan yang membawa brand dari Apotek Roxy.
57
2. Menetapkan tata cara dan metode dari proses evaluasi dari
pihak ketiga yang berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan yang
dipersyaratkan oleh perusahaan
3. Melakukan proses komunikasi terhadap supplier berkaitan
dengan pesyaratan produk yang akan dibeli, serta persyaratan
lain yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015
4. Melakukan proses penetapan terhadap tindakan perbaikan dan
pencegahan yang dibutuhkan dalam penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015
5. Melakukan proses verifikasi dan audit supplier (apabila
diperlukan) dalam kegiatan seleksi dan evaluasi supplier
termasuk di dalamnya adalah tindak lanjut dan penanganan
terhadap ketidaksesuaian yang diidentifikasi.
D. HRD & GA Manajer
1. Memastikan proses pemeliharaan terhadap infrastruktur yang
berkaitan dengan persyaratan pelanggan
2. Melakukan proses komunikasi internal di dalam perusahaan
yang berkaitan dengan pengembangan dari kompetensi sumber
daya manusia yang berwenang dalam pengembangan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015
3. Melakukan proses analisis kebutuhan sumber daya manusia
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam organisasi
dan pelanggan.
4. Menetapkan metode evaluasi performa karyawan bersama –
sama dengan manjemen berkaitan dengan persyaratan
kompetensi yang ditetapkan oleh organisasi, regulasi, maupun
oleh pelanggan.
5. Menetapkan program pengembangan karyawan, termasuk
didalamnya adalah pembentukan program pelatihan terhadap
karyawan berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen
58
Mutu ISO 9001:2015 persyaratan dan kebutuhan pelanggan
serta persyaratan lainnya yang ditetapkan dalam regulasi.
6. Melakukan proses penerimaan karyawan dan analisis terhadap
kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
oleh organisasi
7. Melakukan proses komunikasi eksternal berkaitan dengan
proses penanganan regulasi yang berkaitan dengan ketenaga
kerjaan, perijinan, maupun kebutuhan lainnya sesuai dengan
wewenang yang ditetapkan oleh perusahaan.
8. Melakukan proses identifikasi kesesuaian terhadap status dan
kondisi infrastruktur untuk menganalisis potensi terhadap
kondisi ketidaksesuaian pada pelanggan, regulasi maupun
persyaratan lain yang ditetapkan dalam regulasi.
E. Bussines Development Manager
1. Menetapkan karakterisitik dari proses dan jasa yang berkaitan
dengan persyaratan pelanggan maupun organisasi
2. Memastikan adanya sistem pengendalian terhadap realisasi
proses penyediaan jasa dan produk seperti yang ditetapkan
dalam persyaratan pelanggan
3. Melakukan proses pengembangan terhadap kebutuhan
pelanggan termasuk didalamnya adalah penetapan tindakan dan
perbaikan dan pencegahan yang berkaitan dengan persyaratan
pelanggan.
4. Melakukan fungsi koordinasi dalam pengembangan proses
operasional apotek, termasuk didalamnya adalah pengembangan
dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 dan persyaratan
pelanggan.
5. Membuat laporan dan evaluasi terhadap fungsi dan performa
dari operasional termasuk di dalamnya adalah proses
pengembangan terhadap kompetensi sumber daya manusia.
59
6. Memastikan adanya monitoring yang efektif terhadap proses
operasional seperti yang dipersyaratkan dalam regulasi, sistem
manajemen mutu ISO 900:2015, maupun persyaratan yang
ditetapkan oleh pelanggan
7. Bersama- sama dengan Management Representative melakukan
proses verifikasi terhadap tindakan perbaikan dan pencegahan
yang ditetapkan dalam regulasi, persyaratan pelanggan, dan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015.
8. Menetapkan proses pengembangan desain yang dibutuhkan
dalam proses pengembangan persyaratan pelanggan, sistem
manajemen mutu ISO 9001:2015 maupun regulasi.
9. Melakukan proses analisis terhadap perhitungan harga jual
produk (Bersama-sama dengan Top Management)
60
8.Melakukan proses pendokumentasian dan pencatatan terhadap
kegiatan operasional yang ditetapkanpleh organisasi berkaitan
dengan persyaratan regulasi, pelanggan maupun kebutuhan
lainnya yang ditetapkan oleh organisasi.
9.Menetapkan program kerjasama dengan supplier berkaitan
dengan program promosi maupun pengembangan bisnis lainnya.
G. Logistic Manager
1. Memastikan adanya sisten dokumentasi yang berkaitan dengan
proses penanganan termasuk didalamnya adalah proses
pendistribusian dari produk apotek pusat maupun cabang
apotek lainnya
2. Menetapkan prosedur penerimaan, pengendalian , maupun
pengeluaran terhadap produk.
3. Melakukan proses pemeriksaan dan evaluasi terhadap status
stock berkaitan dengan proses penyimpanan produk
4. Menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan yang
berkaitan dengan kondisi pengendalian dari status stock
produk, termasuk di dalalamnya adalah proses retur dari
produk yang ada.
5. Melakukan proses identifikasi terhadap ketidaksesuain selama
proses penerimaan produk,penyimpanan produk maupun
proses pengeluaran produk
6. Menetapkan standar terhadap tata cara pengendalian stock
sesuai dengan regulasi yang ditetapkan dalam persyaratan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015, Good Distribution
Practice maupun status regulasi lain yang ditetapkan
H. Arsitek
1. Menetapkan pengembangan desain dan lay out sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi maupun pelanggan
2. Mengidentifikasi potensi pengubahan berkaitan dengan
pengembangan desain dan lay out
61
3. Membuat perencanaan terhadap proses pengembangan desaim
dan lay out yang ada
I. Junior Product Manager
1. Menetapkan program pengembangan terhadap produk desain
termasuk di dalamnya adalah penetapan material, desain proses
maupun perencanaan terhadap proses distribusi dari produk
tersebut
2. Menetapkan standar operasional termasuk budget yang
ditetapkan berkaitan dengan proses operasional tersebut
3. Mengalokasikan sumber daya manusia yang kompeten
terhadap proses pengembangan dari produk serta kegiatan
operasional yang berkaitan dengan proses produksi
4. Mengidentifikasi persyaratan pelanggan, perijinan maupun
persyaratan yang telah ditetapkan oleh organisasi
5. Melakukan analisis terhadap karakteristik material termasuk di
dalamnya analisis uji terhadap desain yang dihasilkan
6. Bersama dengan supervisior ahli marketing melakukan proses
validasi dan verifikasi terhadap pengembangan desain maupun
produk desain yang sudah beredar di pasaran.
J. Operasional Manager
Memantau dan bertanggung jawab atas operasional di semua
Apotek Roxy dan dibagi menjadi :
1. Manager Operasional - Obat Dalam
2. Manager Operasional - Obat OTC (Over The Counter)
Operasional Manager membawahi 3 (tiga) Area Manager yaitu
1. Area Manager - Pusat dan Tangerang
Membawahi Manager Apotek cabang Biak, Mangga Besar,
Tanjung Duren, Keamanan, Pademangan, Tekuk Gong,
Cileduk, Mauk, Hasyim Ashari, Jati Baru, Pondok Cabe,
Beringin, Tanah Pasir, Mendut.
2. Area Manager - Timur dan Bekasi
62
Membawahi Manager Apotek cabang Kramat Jati, Galaxy,
Klender, Condet, Jatikramat, Mekar Sari, Jakasampurna, Rawa
Kalong, Pahlawan, Perwira, Seroja, Ujung Harapan, Kebalen,
Kaliabang, Babelan, Pondok Ungu
3. Area Manager - Selatan
Membawahi Manager Apotek cabang Jagakarsa, Depok,
Pondok Labu, Poltangan, Cinangka, Sawangan, Pamulang,
Pitara
63
sarana kesehatan lain seperti praktek dokter, klinik dan rumah sakit, selain itu
dekat dengan perumahan warga, pertokoan, perkantoran, apartemen,
swalayan serta banyak dilalui oleh kendaraan umum. Penataan apotek sudah
baik karena mempunyai ruangan yang cukup luas dalam melakukan kegiatan
kefarmasian. Daya tarik tersendiri dari Apotek Roxy bagi pasien adalah
keragaman obat yang dimiliki terutama banyaknya obat generik yang tersedia
dengan harga yang cukup murah, selain itu adanya konsultasi dokter secara
gratis yang disediakan oleh apotek serta pelayanan pengantaran obat langsung
ke pasien. Ruang tunggu yang nyaman dilengkapi dengan TV dan full AC
merupakan daya tarik dari Apotek Roxy. Bangunan Apotek Roxy memiliki
ciri khas yaitu adanya logo Apotek Roxy berwarna kuning yang membuat
apotek mudah dikenali sehingga dapat menarik pelanggan, terutama bagi
yang telah mengenal reputasi Apotek Roxy. Bagian depan Apotek Roxy
berupa kaca tembus pandang sehingga terlihat dari luar. Apotek Roxy juga
memberikan kenyamanan bagi karyawan yang bekerja di Apotek Roxy
dengan memberikan seragam kerja dan tempat tinggal.
Apotek Roxy di Jl. Biak Jakarta Pusat melakukan kegiatan pelayanan
selama 24 jam, kegiatan pelayanan farmasi sudah berjalan dengan baik.
Tugas jaga pegawai dibagi menjadi 3 shift, yakni shift 1 mulai pukul 07.00-
14.30 WIB, shift 2 mulai pukul 14.30 – 22.00 WIB, shift 3 mulai pukul
22.00 – 07.00 WIB. Tenaga kefarmasian di Apotek Roxy Biak terdiri dari
Manager Apotek, Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan
asisten apoteker memiliki SIKTTK, STRTTK, dan Sertifikat Kompetensi.
Hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 bahwa Pelayanan
Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh
Apoteker pendamping dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki surat
Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Pelaksanaan
kegiatan kefarmsian 24 jam di Apotek Roxy Biak terdiri dari 1 (satu) Apotek
Manager, 1 (satu) Apoteker Pengelola Apotek, 1 (satu) Apoteker
Pendamping, 11 (sebelas) Asisten Apoteker, 6 (enam) Kasir, 6 (enam ) Juru
Racik , 1 (satu) Administrasi, 2 (dua) office Boy, 3 (tiga) Satpam, 1 (satu)
64
orang Dokter, dan beberapa SPG yang dipekerjakan dari pabrik obat.
65
1. Attention
Strategi ini merupakan upaya Apotek untuk dapat menarik perhatian
pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan:
a) Membuat desain eksterior Apotek semenarik mungkin, seperti
membuat papan nama yang besar dan memasang neon box agar
mudah terlihat oleh orang yang lewat.
b) Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga
memperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian
Apotek.
c) Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar
desain interior dapat terlihat dari luar.
2. Interest
Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan
pengunjung untuk masuk ke dalam Apotek, yang dapat dilakukan
dengan cara menyusun barang fast moving berupa obat bebas
maupun barang kebutuhan harian lain beserta harganya yang
dipajang di ruang tunggu (Swalayan) agar dapat langsung terlihat
dan menarik pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, barang
disusun dengan menarik berdasarkan bentuk sediaan. Ruang tunggu
juga dibuat nyaman dan bersih sehingga meningkatkan interest.
3. Desire
Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam
apotek adalah menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat.
Upaya yang dilakukan adalah melayani pengunjung dengan ramah,
cepat tanggap sesuai keinginan pelanggan, meningkatkan
kelengkapan obat, dan memberikan harga yang bersaing.
4. Action
Pelayanan yang diberikan antara lain dengan menunjukkan
kecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan, dan
promosi produk-produk tertentu juga dilakukan oleh beberapa SPG
wanita yang ditugaskan bekerja di Apotek Roxy.
66
3.2.3 Sumber Daya Manusia Apotek Roxy Biak
Setiap bagian operasional mempuyai tugas dan fungsinya masing–
masing, antara lain :
1. Apoteker Pengelolah Apotek (APA), Bertugas sebagai
penangungjawab utama atas kegiatan dalam Apotek, memberikan
masukan/usulan secara rutin kepada Apoteker manager agar kegiatan
usaha Apotek dapat berkembang.
2. Apotek Manager, Bertugas dan bertangung jawab terhadap
kelancaran proses operasional, memberikan pengawasaan dan
control operasional, dan juga sebagai penghubung antara karyawan
dan HRD (Human Resources Departement) pusat.
3. Apoteker Pendamping, Bertugas menggantikan Apoteker pada saat
Apoteker penanggungjawab sedang tidak berada ditempat.Bertugas
memberi penjelasan detail tentang jenis / fungsi obat kepada pasien
yang bertanya.
4. Admin, Bertugas membuat laporan rekapitulasi keuangan penjualan
dan pembelian obat dan alat kesehatan serta barang swalayan baik
harian maupun bulanan.
5. Asisten Apoteker, Bertugas mengerjakan resep dari dokter, meliputi
pengambilan obat, memberi aturan minum (etiket obat), dan
melakukan cross check (nama obat dan jenis obat) antara resep
dengan kesesuaian harga yang diinput oleh kasir.
6. Kasir Resep, Bertugas menerima resep dari pasien, menginput nama
dan harga obat, mengecek dan menyerahkan obat kepada pasien dan
memberikan informasi produk atau obat kepada pasien.
7. Kasir Swalayan, Bertugas dan bertagungjawab melayani pelanggan
di area Swalayan Apotek, menata dan menyusun barang-barang di
Apotek dengan rapi dan menarik.
8. Juru Racik, Bertugas meracik obat yang telah disiapkan oleh Asisten
Apoteker sesuai dengan resep dokter, delivery obat, dan membantu
kebersihan lingkungan Apotek.
67
9. Security, Bertangung jawab atas keamanan lingkungan apotek,
membantu dalam pelaksanaan protokol kesehatan.
10. Dokter, memberikan pelayanan konsultasi terkait penyakit dan obat
kepada pasien di Apotek Roxy secara gratis.
11. Beberapa SPG (Sales Promotion Girl) dari pabrik obat yang
dipekerjakan di Apotek Roxy (Biak) untuk mempromosikan
produknya.
68
antara fisik dengan bukti laporan pembelian barang (LPB) serta
Surat Pemesanan (SP) yang meliputi alamat tujuan, nama dan
jumlah obat, expired date, nomor batch, lalu dituliskan pada surat
jalan dan form service level barang untuk yang tidak datang, salah
datang, dan kurang kirim. Form service level berfungsi sebagai
bukti bagi apotek apabila menerima obat yang kurang kirim, lebih
kirim, salah kirim, tidak datang agar Apotek Roxy pusat distribusi
dapat mengganti apabila terjadi hal tersebut.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan alat kesehatan di ruang penyimpanan
dilakukan oleh Apoteker dan asisten apoteker. Penyimpanan obat
ethical dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, dan
alfabetis, sedangkan untuk golongan obat narkotika dan
psikotropika memiliki ketentuan tersendiri yaitu disimpan pada
lemari khusus yang terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah
dipindahkan dan mempunyai 2 kunci yang berbeda. Lemari khusus
diletakan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. Kunci
lemari khusus dipegang oleh APA atau Apoteker yang ditunjuk
atau pegawai lain yang dikuasakan. Produk yang dapat dijual
bebas diletakkan di swalayan farmasi disusun berdasarkan bentuk
dan jenis sediaan. Pada pengeluaran obat – obatan di apotek Roxy
memberlakukan sistem FEFO (First Expired First Out dan FIFO
(First in First Out) sehingga barang yang memiliki mengurangi
risiko terjadinya kadaluarsa sebelum obat terjual. Untuk
mengontrol stok barang dilakukan pengecekan stok setiap harinya.
e. Pemusnahan
Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusanahan obat dibuat berita acara
pemusnahan obat kadarluarsa atau rusak, selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik sedangkan
69
pemusnahan obat yang mengandung narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat dilakukan dengan cara
dihancurkan, direndam dalam air, dan dibuang ke kloset kamar
mandi. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker apabila telah
disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dengan disaksikan oleh
sekurang - kurangnya petugas lain di apotek dengan cara
dihancurkan atau dibakar serta dibuat bukti dengan berita acara
pemusnahan resep, sedangkan untuk obat narkotika dan
psikotropika belum pernah dilakukan pemusnahan dikarenakan
untuk obat narkotika dan psikotropika telah terjual sebelum masa
kadaluarsanya habis.
f. Pengendalian
Pengendalian Persediaan di Apotek Roxy dilakukan
menggunakan kartu stok baik secara komputerisasi maupun manual.
Kegiatan pengendalian yang rutin dilakukan Apotek Roxy Biak
adalah dengan melakukan pengecekan stok harian, stock opname
setiap bulan oleh intern cabang dan setiap 3 bulan oleh bagian audit
kantor pusat untuk mencocokan antara kesesuaian jumlah obat
secara fisik dengan jumlah stok di komputer. Stock opname
dilakukan untuk mencegah kehilangan obat atau barang serta
melakukan perencanaan jumlah obat atau barang yang akan dipesan
secara otomatis berdasarkan data pembelian yang diatur ke dalam
sistem komputer. Masing-masing asisten apoteker memiliki
tanggung jawab terhadap setiap obat sesuai farmakologinya.
g. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan ) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan dilakukan dengan
70
menggunakan sistem komputerisasi yang akan secara otomatis
tercatat dan terhitung sebagai stok.
h. Pelaporan
Apoteker setiap bulannya melakukan kegiatan input data
penggunaan psikotropika dan narkotika melalui situs website
SIPNAP (Sistem Pelaporan dan Narkotika dan Psikotropika).
Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan
dan diberi garis bawah dengan menggunakan tinta merah. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah apoteker dalam pembuatan
laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.
71
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat
Kegiatannya meliputi hitung dosis, penimbangan bahan,
pencampuran bahan – bahan atau obat, dan pengemasan akhir.
3. Memberikan Etiket dengan ketentuan sebagai berikut
a. Warna putih untuk obat dalam/oral
b. Warna biru untuk obat luar dan suntik
c. Menempelkan label” kocok Dahulu” pada sediaan suspensi
atau emulsi
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
(keseuaian antara penulisan etiket dengan resep).
b. Memanggil nama atau nomor tunggu pasien
c. Memeriksa ulang nomor struk, nama, alamat pasien, dan
nomor telepon pasien
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal – hal
yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan obat dan lain – lain.
f. Memastikan bahwa menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
g. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan)
72
h. Menyimpanan resep pada tempatnya (mengarsipkan resep)
C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Di Apotek Roxy Biak, penyerahan obat disertai dengan
pemberian informasi yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola
Apotek, Apoteker Pendamping maupun asisten Apoteker. Informasi
obat yang diberikan dapat berupa dosis, aturan pakai obat, rute dan
metode pemberian, kemungkinan efek samping obat, keamanan pada
ibu hamil dan menyusi dan lain-lain.
D. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien atau keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Kegiatan konseling dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau
Apoteker Pendamping yang bertugas di Apotek Roxy Biak.
73
trasentral dalam pelaksaannya di apotek sehingga dapat memantau
jumlah dan keluar masuk obat, serta mengetahui ketersediaan obat
yang ada di Pusat Distribusi dan apotek cabang lain untuk
memudahkan permintaan jika stock obat di salah satu apotek habis.
3. Target Omset
Apotek Roxy Group membagi semua cabang berdasarkan
besarnya omset rata-rata yaitu menjadi 9 kelompok target yang akan
mempengaruhi besarnya bonus dan perhitungan uang lembur.
a. Target 500 juta yaitu cabang Kebalen, Kaliabang, Babelan,
Pondok Ungu
b. Target 600 juta yaitu cabang Perwira, Seroja, Potara, Ujung
Harapan, Mendut
c. Target 700 juta yaitu cabang Pamulang, Rawa Kalong,
Pahlawan
d. Target 800 juta yaitu cabang Tanah Pasir, Cinangka,
Jakasampurna, Sawangan
e. Target 1 milliar yaitu cabang Jatibaru, Mekasari, Pondok Cabe,
Beringin
f. Target 1,5 miliar yaitu cabang Jati Kramat, Pondok Labu,
Poltangan, Hasyim Ashari
g. Target 1,8 miliar yaitu cabang Mauk, Cileduk, Teluk Gong,
Pademangan, Keamanan, Depok, Condet
h. Target 2 miliar yaitu cabang Galaxy, Klender, Jagakarsa
i. Target 3,5 miliar yaitu cabang Tanjung Duren, Mangga Besar,
Biak
74
BAB IV
PEMBAHASAN
Apotek Roxy Biak terletak di Jl. Biak No.39 Jakarta Pusat, lokasi ini
terbilang cukup strategis dimana apotek berada ditepi jalan yang berdekatan
dengan persimpangan jalan utama yang banyak dilalui masyarakat saat berangkat
maupun pulang kerja. Selain itu, Apotek Roxy Biak juga berada diantara
pemukiman penduduk dan banyak tempat praktek dokter disekitarnya. Lokasi
yang strategis tersebut merupakan faktor penting dalam penjualan karena
konsumen dengan mudah datang ke apotek sehingga dapat meningkatkan omset
penjualan. Desain eksterior apotek seperti nama Apotek Roxy dengan ciri khas
berwarna kuning dan bangunan cukup besar terlihat jelas dari dua arah jalur
kendaraan, memiliki fasilitas tempat parkir yang cukup luas untuk meningkatkan
kenyamanan/kepuasan pelanggan yang berkunjung ke apotek. Sumber daya
manusia yang terdapat di Apotek memiliki struktur organisasi dan SOP yang
jelas sehingga pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab menjadi terarah,
dengan tujuan untuk meminimalisir kesalahan saat bekerja, serta memudahkan
pengawasan agar kegiatan apotek dapat berjalan dengan lancar.
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, apotek merupakan unit bisnis
retail yang melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dan menjalankan standar
pelayanan farmasi. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajerial yang baik
agar bisnis berjalan dengan lancar dan sistem ini telah berlaku di Apotek Roxy
Biak itu sendiri. Namun, pengelolaan apotek juga tidak lepas dari pelayanan
farmasi yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Untuk mencapai
keberhasilan dalam pelayanan tersebut, Apotek Roxy Biak melakukan pelayanan
kefarmasian selama 24 jam.
Apotek Roxy Biak memiliki 1 Bussines Manager, 1 Apoteker penanggung
jawab, 1 Apoteker pendamping, 1 Administrasi dibantu dengan 11 AA (Asisten
Apoteker), 6 kasir, 6 juru racik, 2 satpam dan 2 cleaning service. Sehingga
berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, Apotek Roxy Biak telah memenuhi standar yang telah
75
ditentukan.
Selain itu disaat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sekarang ini
Apotek Roxy juga melakukan protokol kesehatan sesuai anjuran dari pemeritah
yaitu mewajibkan konsumen menggunakan masker, menyediakan hand sanitizer,
pengukuran suhu tubuh oleh satpam, serta memberi tanda pada lantai dan bangku
dengan berwarna merah agar konsumen menjaga jarak dengan konsumen lainnya
(phisical distancing). Semua karyawan juga diharuskan menggunaan masker dan
face shields saat bererja.
76
bertujuan untuk memudahkan pelanggan dalam mencari produk yang
diinginkannya.
77
telah dibeli oleh pasien dengan syarat maksimal 3 (tiga) bulan dan obat
masih keadaan masih baru dengan harga dibawah harga pembelian. .
2. Penerimaan
Setelah pesanan barang datang, maka dilakukan
penerimaan barang oleh orang yang bertanggung jawab menerima
barang dan dilakukan pemeriksaan antara fisik barang dengan bukti
Laporan Pembelian Barang (LPB) serta Surat Pemesanan (SP) yang
meliputi alamat tujuan, nama dan jumlah obat, expired date, nomor
batch, dan kondisi barang, nomor batch, setelah sesuai dengan
pemesanan yang diminta lalu barang disimpan dan siap untuk
dijual/didistribusikan kepada pasien.
3. Penyimpanan
Adapun sistem penyimpanan obat di Apotek Roxy Biak:
A. Bentuk Sediaan dan Lokasi Penyimpanan
Semua produk yang tersedia pertama kali dipisahkan
berdasarkan lokasi penyimpanan untuk produk umum seperti obat
bebas fast moving, kosmetik, vitamin, produk keperluan harian
dipajang didepan kasir dekat ruang tunggu pasien sebagai swalayan,
untuk obat CCP disimpat di kulkas yang dilengkapi alat pengukur
suhu, sedangkan obat keras disimpan di belakang kasir dan
khusus untuk narkotika, psikotropika, prekursor, OOT (Obat-obat
tertentu) disimpan di lemari khusus dengan rangkap pintu dan
terkunci, kemudian obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan
seperti sediaan tablet/kapsul, krim/salep, sirup, tetes mata,
inhaler/discus, ovule, injeksi, alat kesehatan.
B. Alfabetis dan Farmakologis
Setelah obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan,
penyimpanan obat disusun berdasarkan alfabetis dengan tujuan
untuk memudahkan dalam pencarian obat. Khusus obat tablet dan
kapsul karena macamnya banyak maka dipisahkan lagi yaitu ditata
berdasarkan Indikasi atau tujuan terapi obat farmakologi).
78
C. First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEF0).
Penyimpanan obat di Apotek Biak telah sesuai dan
mengarah pada Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
no.9 Tahun 2017 tentang Apotek, yang menjelaskan penyimpanan
obat berdasarkan FIFO dan FEFO dengan cara obat yang baru
datang ditaroh di belakang. Hal ini terbukti dari minimnya kejadian
atau jarang terdapatnya obat-obatan expired yang tanpa diketahui
oleh petugas di Apotek.
D. Daftar Departemen Obat
Obat-obatan di Apotek Roxy yang dibagi dalam
beberapa departemen dalam pencarian di komputer, terdiri dari:
79
24 Antihistamin dan Alergi 53 Vitamin dan Mineral
25 Analgetik Antipiretik 54 Hemostatik
26 Antiinflamasi 55 Relaksasi Otot
Rheumathoid Arthitis dan
27 Kortikosteroid 56
Osteo Arthritis
28 Migren dan Vertigo 57 Antiobesitas
Antidepresan, Psikotik
29 58 Disfungsi Ereksi
dan Konvulsan
80
4. Pengeluaran dan Distribusi
Penyimpanan dan pengeluaran barang dilakukan dengan
menggunakan sistem kombinasi First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO) untuk menghindari kerusakan dan batas
kadaluarsa, sehingga barang yang memiliki kadaluarsa yang lebih cepat
dikeluarkan terlebih dahulu. Setiap barang yang keluar akan mengurangi
stok obat di komputer secara otomatis.
5. Pengendalian
Pengendalian obat di Apotek dilakukan dengan melakukan
pengecekan stok harian, dan stock opname. Stock opname dilakukan
setiap tiga bulan sekali oleh tim audit, dan setiap satu bulan sekali
dilakukan oleh asisten apoteker, seluruh kegiatan stock opname di bawah
tanggung jawab APA dengan menghitung jumlah fisik obat
dibandingkan dengan jumlah yang terdapat di kartu stok dan komputer.
Jika terjadi ketidak sesuaian jumlah maka perlu ditelusuri penyebabnya.
Selain melihat jumlahnya, yang harus diperhatikan juga adalah tanggal
kadaluarsa obat tersebut, untuk obat yang masa kadaluarsanya sisa 8
bulan, maka obat tersebut dipindahkan ke departemen Expired atau obat
tersebut kemudian dapat dikembalikan ke PBF (dengan kesepakatan PBF)
6. Pencatatan
Untuk pencatatan setiap obat narkotika dan psikotropika dilakukan
secara langsung ketika obat dikeluarkan maupun ditambahkan jumlahnya
dalam kartu stok manual serta dilakukan juga secara komputerisasi.
Dalam pencatatan obat narkotika dan psikotropika harus diperhatikan
tanggal, nama pasien dan jumlah obat yang digunakan, karena
penggunaan obat narkotika dan psikotropika harus dilaporkan setiap
bulannya secara online ke Dinas Kesehatan melalui SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) yang disebut LANAPSI (Laporan
Narkotik dan Psikotropika).
81
4.3 Sumber Daya Manusia (SDM)
Apotek Roxy Biak merupakan apotek 24 jam yang menggunakan
sistem kerja 3 shift, masing-masing shift selama 8 jam kerja yaitu shift pagi,
sore dan malam yang dibagi berdasarkan banyaknya konsumen yang datang.
Pelayanan kasir pagi terdiri dari 2 orang dan untuk shift sore terdapat 4
petugas kasir karena konsumen lebih banyak yang berkunjung pada sore hari,
sehingga kecepatan pelayanan harus ditingkatkan, sedangkan untuk shift
malam hanya 1 orang kasir.
Apotek Roxy menciptakan budaya yaitu kejujuran, ketelitian,
knowledge, kecepatan, kebersihan, kerapian, keindahan, kenyamanan,
kelengkapan, keramahan, keadilan, kreativitas.
Saat bekerja karyawan tidak diperbolehkan membawa tas ke dalam
ruang kerja karena itu Apotek Roxy menyediakan loker yang berada di lantai
2, namun memperbolehkan karyawan untuk membawa HP (hand phone)
untuk memberikan kebebasan bagi karyawan sedang melanjutkan kuliah
karena sebagian besar assistant apoteker di Apotek Roxy Biak hanya lulusan
SMF (Sekolah Menengah Farmasi) yang STRTTK sudah tidak berlaku.
Apotek Roxy juga memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan
memberikan bonus setiap 3 bulan sekali dan besarnya uang lembur dihitung
berdasarkan target/rata-rata omset cabang tersebut, menyediakan fasilitas
tempat tinggal bagi karyawan dan seragam kerja.
82
kesesuaian farmasetik (seperti bentuk sediaan, cara dan lama pemberian)
dan pertimbangan klinis (seperti adanya efek samping dan interaksi obat).
Setelah dilakukan skrining resep, kemudian pengecekan ketersediaan obat
dan pemberian harga. Bila harga disetujui oleh pasien maka obat disiapkan
dengan tahapan :
83
4. Apotek Roxy sudah bekerja sama dengan aplikasi Good Dokter sehingga
memudahkan pasien dalam memesan obat, dan sedang dalam proses
kerjasama dengan HaloDoc
5. Metode pembayaran di apotek Roxy juga sudah cukup modern, yaitu
tersedia pembayaran Online menggunakan mesin EDC BCA, transfer,
OVO dan ShopeePay.
6. Apotek juga menyediakan fasilitas seperti pengecekan kadar glukosa,
kolesterol, asam urat, dan tekanan darah secara gratis pada waktu-waktu
tertentu.
7. Item obat di Apotek juga cukup lengkap, sehingga banyak obat yang
tidak tersedia di apotek lain dapat dibeli di Apotek Roxy Biak
Pelayanan informasi obat dan konseling meliputi :
1. Menjelaskan aturan pakai obat dengan atau tanpa resep dokter.
2. Menjelaskan kegunaan obat.
3. Menjelaskan cara penyimpanan obat.
4. Menjelaskan efek samping obat.
5. Menjelaskan harapan setelah meminum obat.
84
Opportunity (Kesempatan) Threat (Ancaman)
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilakukan di Apotek Roxy Biak yang dimulai dari tanggal 14 September –
10 Oktober 2020, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Apotek Roxy Biak adalah Apotek pelayanan sudah mempunyai struktur
organisasi dan SOP yang jelas sehingga pembagian tugas dan tanggung
jawab dari setiap karyawan menjadi terarah dengan manajemen yang baik.
2. Adanya penerapan budaya di Apotek Roxy yang harus dijalankan oleh
setiap karyawan untuk melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar
pelayanan kefarmasian seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 73 tahun 2016.
3. Peran dan fungsi apoteker untuk menjalankan fungsi manajerial dan
farmasi klinis sudah sesuai peraturan perundang - undangan, di Apotek
Roxy Biak dilakukan oleh Apoteker Pendamping.
4. Sistem administrasi produk di Apotek Roxy Biak telah didukung dengan
sistem komputerisasi sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan di apotek
5. Kegiatan pengadaan sebagian besar sediaan farmasi dilakukan di Apotek
Roxy Biak menggunakan sistem administrasi secara terpusat (grouping
system) yaitu Pusat Distribusi PT. Kreanova Pharmaret yang berada di
Apotek Roxy cabang Hasyim dan transfer antar cabang Roxy.
6. Apotek Roxy Biak menyediakan pelayanan pengantaran gratis dengan
minimal pembelian Rp 500.000 serta konsultasi gratis dengan dokter
umum pada jam 07.30 - 14.30 dan dibantu oleh beberapa SPG dari pabrik
obat yang ditugaskan di Apotek Roxy setiap harinya untuk informasi dan
promosi barang swalayan.
7. Promo discount di Apotek Roxy Biak bekerjasama dengan HalloDoc
minimal pembelian Rp 1.000.000, serta menerima pembayaran dengan
86
OVO dan ShoopePay yang memberikan cashback sebesar 30% atau
maksimal Rp 10.000.
8. Adanya sistem target omset untuk setiap cabang yang mempengaruhi
pemberian bonus dan besarnya uang lembur membuat karyawan menjadi
semangat. Apotek Roxy Biak merupakan cabang dengan target omset
terbesar yaitu 3,5 miliar
9. Karyawan di Apotek Roxy Biak banyak yang sudah bekerja lama dan
memperbolehkan karyawan untuk melanjutkan pendidikan khususnya
assistan apoteker, serta diberikan fasilitas seragam kerja dan tempat
tinggal yaitu 5 (lima) kamar beserta dapur dan mushola.
10. Gedung Apotek Roxy Biak di lantai 2 (dua) disewakan untuk praktek
dokter gigi sebagai fasilitas penunjang.
5.2 Saran
1. Disarankan menyediakan Ruang Konseling di Lantai 1 agar proses
konseling obat ke pasien lebih efektif dan lebih nyaman.
2. Disarankan Apotek Roxy Biak melakukan pelayanan kefarmasian di rumah
(home care), pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping
obat (MESO)
3. Disarankan untuk mencetak dan memasang label nama obat-obat di rak
penyusunan obat sehingga memudahkan dalam pengambilan obat dan
dapat meminimalisir terjadi kesalahan penempatan obat atau obat nyasar di
rak lain .
4. Disarankan untuk selalu menguprade harga produk swalayan, sehingga
memudahkan pembeli untuk memperkirakan jumlah harga transaksi yang
akan dilakukan.
5. Disarankan agar letak ruang racik dapat terlihat dari depan sehingga proses
peracikan dapat dilihat langsung oleh konsumen. Penambahan kipas
exhaust pada ruang racik agar cemaran debu obat yang diracik dapat
diminimalkan, serta peralatan peracikan sebaiknya selalu dibersihkan
setelah dipake khusunya alat susun kapsul.
87
6. Disarankan untuk membuat website khusus untuk penjualan online Apotek
Roxy untuk memudahkan pasien dalam memesan obat ke seluruh cabang
Apotek Roxy dan meningkatkan penjualan terutama di saat PSBB
sekarang ini yang membuat konsumen segan untuk keluar rumah.
7. Disarankan penyimpanan narkotika dan psikotropika dikunci (kunci tidak
selalu tergantung pada lemari) dan pengisisan kartu stok secara manual
untuk pengambilan obat narkotika dan psikotropika masih kurang
dilaksanakan karena hanya 2 (dua) obat tersebut yang memiliki kartu stock
secara manual selain secara sistem komputer.
88
DAFTAR PUSTAKA
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2017
tentang Apotek.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016
tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas. Jakarta: 2006.
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika. Jakarta; 1997.
13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
No. 28 tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan.
89
Lampiran 1. APOTEK ROXY
Jl. Biak No. 39, Cideng, Jakarta Pusat
(tampak depan)
90
Lampiran 2. Area Parkir
91
Lampiran 4. Ruang ‘Front Office’ dan Kasir
92
Lampiran 5. Barang Swalayan
93
Lampiran 6. Ruang Tunggu
Lampiran 7. Toilet
94
Lampiran 8. Ruang Konseling di Meeting Room (Lantai 2)
95
Lampiran 10. Ruang Apoteker, Asisten Apoteker dan Administrasi
(Tempat Penerimaan Barang Masuk & Penyimpanan Obat Injeksi dan Alkes)
96
(Penyusunan berdasarkan Bentuk sediaan, Farmakologi, dan Abjad)
97
Lampiran 12. Lemari Narkotika dan Psikotropika
98
Lampiran 14. Lemari Pendingin (Kulkas)
99
(Grafik Suhu Lemari Es - dicatat setiap hari)
(Grafik Suhu dan Kelembaban Ruangan Penyimpanan Obat - dicatat setiap hari)
100
Lampiran 16. Ruang Racik
101
Lampiran 17. Surat Izin Apotek (SIA)
102
Lampiran 18. Sertifikat ISO 9001:2015
103
Lampiran 19. Struktur Organisasi
104
Lampiran 21. Visi - Misi dan Budaya Apotek Roxy
105
Lampiran 22. Etiket Obat (Komputer)
106
(Kartu Stok manual hanya untuk Narkotika dan Psikotropika)
107
(Surat Pemesanan Narkotika)
108
Lampiran 25. Surat Penolakan Pesanan
(Surat ini diminta bila Obat yang dipesan tidak datang / tidak ada)
109
Lampiran 26. Rincian Barang Masuk dari Pusat Distribusi
110
Lampiran 27. Transfer Barang Antar Cabang di Apotek Roxy
111
Lampiran 28. Resep Dokter (Intern Apotek Roxy)
112
TUGAS KHUSUS
Senin 14-Sep-21 6 16 4 3 43 72
Selasa 15-Sep-21 2 7 2 2 38 51
Rabu 16-Sep-21 1 17 3 2 44 67
Kamis 17-Sep-21 2 14 0 4 40 60
Jumat 18-Sep-21 7 16 3 3 47 76
Sabtu 19-Sep-21 3 13 4 1 46 67
Minggu 20-Sep-21 0 3 0 1 22 26
Senin 21-Sep-21 4 17 1 0 37 59
Selasa 22-Sep-21 4 16 4 5 41 70
Rabu 23-Sep-21 0 15 5 2 45 67
Kamis 24-Sep-21 1 9 1 1 44 56
Jumat 25-Sep-21 2 8 3 0 30 43
Sabtu 26-Sep-21 0 17 2 2 58 79
Minggu 27-Sep-21 1 8 1 0 23 33
Senin 28-Sep-21 4 13 1 2 49 69
Selasa 29-Sep-21 0 11 3 1 37 52
Rabu 30-Sep-21 5 16 1 2 31 55
Kamis 1-Oct-21 0 14 3 1 51 69
Jumat 2-Oct-21 3 12 4 2 60 81
Sabtu 3-Oct-21 3 11 5 2 48 69
Minggu 4-Oct-21 1 11 2 1 46 61
Senin 5-Oct-21 2 16 1 1 60 80
Selasa 6-Oct-21 0 12 1 2 41 56
Rabu 7-Oct-21 2 16 7 2 54 81
Kamis 8-Oct-21 1 13 0 2 35 51
Jumat 9-Oct-21 2 9 2 0 55 68
Sabtu 10-Oct-21 0
113