Pkpa 2020 Apotek Al Barokah Iis Mira Dkk. 23 Okt 2020 Revisic
Pkpa 2020 Apotek Al Barokah Iis Mira Dkk. 23 Okt 2020 Revisic
Pkpa 2020 Apotek Al Barokah Iis Mira Dkk. 23 Okt 2020 Revisic
Disusun Oleh:
Adeliana (1943700400)
Ferdinand George Palit (1943700423)
Iis Mira Anggraini (1943700426)
Widyaningrum (1943700427)
Hastuti (1943700429)
Alter Yantje Runtu (1943700433)
Disusun Oleh:
Adeliana (1943700400)
Ferdinand George Palit (1943700423)
Iis Mira Anggraini (1943700426)
Widyaningrum (1943700427)
Hastuti (1943700429)
Alter Yantje Runtu (1943700433)
Disetujui Oleh:
Koordinator PKPA
i
SURAT PERNYATAAN
Tim Penyusun
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
telah memberikan rahmat dan hidayah Nya yang selalu memberikan kesempatan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Al Barokah Raden Salehsejak tanggal 04-29November 2019
dengan baik.
Laporan PKPA Apotek ini merupakan suatu syarat guna memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 selama menjalani
PKPA diApotek Al-Barokah Raden Saleh, kami telah banyak mendapatkan
informasi, pengetahuan dan bimbingan. Selama penyusunan laporan PKPA
banyak hambatan yang terjadi, namun dengan bantuan dan bimbingan baik berupa
saran maupun dorongan moril dari berbagai pihak laporan ini dapat terselesaikan.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus disampaikan kepada:
iii
6. Seluruh staf
pengajar dan karyawan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
7. Rekan-rekan
mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
angkatan XLII
8. Kedua orang tua
dan seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pelaksanaan PKPA dan penulisan laporan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini bukan hasil yang sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap
ilmu dan pengalaman yang didapatkan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker ini
dapat berguna pada saat menjalankan profesi sebagai Apoteker dalam lingkungan
masyarakat dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Jakarta,September2020
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN….................................................................... i
SUARAT PERNYATAAN….................................................................... ii
KATA PENGANTAR…............................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
BABI
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)...................................... 3
1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).................................. 3
BABII
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Ruang Lingkup Apotek............................................................... 4
2.1.1 Definisi............................................................................... 4
2.1.2 Landasan Hukum Apotek.................................................. 5
2.1.3 Tugas dan Fungsi Apotek................................................... 6
2.1.4Persyaratan Apotek............................................................ 6
2.1.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek..........................10
2.1.6Tata Cara Perizinan Apotek.............................................. 12
2.1.7 Metode Analisa ABC dan VEN....................................... 13
2.1.8Perpajakan..........................................................................15
2.1.9Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik........................ 16
2.1.10Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis HabisPakai............................................................. 16
2.1.11Pelayanan Farmasi Klinis................................................ 18
2.2.2.1 Pengkajian Resep.................................................. 19
2.2.2.2 Dispensing............................................................. 20
2.2.2.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)...........................21
2.2.2.4 Konseling.............................................................. 22
v
2.2.2.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy
Care)...................................................................................24
2.2.2.6PemantauanTerapi Obat......................................... 24
2.2.2.7 Monitoring Efek Samping Obat ( MESO)............. 25
2.3 Pengelolaan Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor........... 26
2.3.1 Pengelolaan Narkotika........................................................26
2.3.2 Pengelolaan Psikotropika................................................... 28
2.4 Daftar Obat Wajib Apotik ( DOWA)..............................................29
BAB III
TINJAUAN KHUSUS................................................................................ 34
3.1 Sejarah Singkat Apotek Al Barokah Raden Saleh.....................34
3.2 Lokasi, Bangunan dan Tata Ruang Apotek Al Barokah Raden
Saleh......................................................................................... 34
3.3 Sumber Daya Manusia Apotek Al Barokah Raden Salah.......... 36
3.4 Tugas dan Tanggung Jawab Personalia.....................................36
3.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Al Barokah Raden
Saleh........................................................................................... 39
3.6 Pelayanan Farmasi Klinik...........................................................45
3.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep......................................45
3.6.2 Dispensing........................................................................46
3.6.3 Pelayanan Informasi Obat..................................................46
3.6.4 Konseling...........................................................................47
3.6.5 Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian.............................49
3.6.6 Perpajakan di Apotek Al-Barokah Raden Saleh................53
BAB IV
4.1 Apotek Al Barokah Raden Saleh.....................................................54
4.1.1 Profil Apotek Al Barokah Raden Saleh............................54
4.1.2 Sumber Daya Manusia......................................................54
4.1.3 Bangunan dan Sarana Penunjang ......................................54
4.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek di Apotek Al Barokah Raden
Saleh...................................................................................................... 55
4.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai............................................................55
4.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik.................................................. 59
4.3 Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian di Apotek Al Barokah Raden
Saleh...................................................................................................... 63
4.3.1 Mutu Manajerial Apotek Al Barokah Raden Saleh........... 63
4.3.2 Mutu Pelayanan Farmasi Klinik Apotek Al Barokah Raden
Saleh................................................................................ 64
4.4 Pajak di Apotek Al Barokah Raden Saleh Depok...........................64
BAB V
5.1 Kesimpulan.....................................................................................66
5.2 Saran............................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 67
LAMPIRAN .............................................................................................. 68
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
1
undangan. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan
pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang
memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009).
2
mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi lingkungan kerja di apotek
yang sesungguhnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
e. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau
dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun
elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
5
dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian merupakan
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
6
2.1.3 Tugas dan Fungsi Apotek
Menurut PMK No.9 Tahun 2017, Hal-hal lain yang harus diperhatikan
sebagai persyaratan untuk mendirikan suatu apotek yaitu:
a. Lokasi
7
Lokasi apotek dapat mempengaruhi maju mundurnya suatu apotek.
Sebaiknya berada di daerah yang ramai, aman, dekat dengan rumah sakit
atau klinik, tempat praktek dokter, mudah dijangkau oleh masyarakat
dengan kendaraan dan berada di daerah yang cukup padat penduduknya
dan cukup mampu. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama
dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
8
b) Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditara
minimal satu set.
c) Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat,
lemari pendingin, lemari narkotika dan psikotropika.
2) Wadah pengemas dan pembungkus terdiri dari:
a) Etiket harus ada dengan warna, ukuran, jenis, dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan
b) Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan harus ada
dengan jenis dan ukuran yang sesuai.
3) Alat administrasi seperti blangko pesanan obat, blangko salinan
resep, blangko kartu stok, blangko return barang, buku pesanan
psikotropika, buku pesanan narkotika, stempel, dan kuitansi.
4) Buku standar yang diwajibkan seperti Farmakope Indonesia, dan
kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
Apotek serta MIMS dan ISO.
d. Ketenagaan/Personil
9
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana dimaksud berupa:
1) SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan
kefarmasian.
2) SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan
kefarmasian.
3) SIKA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/ penyalur, atau
4) SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan
kefarmasian atau hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas
kefarmasian. Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan
kefarmasian berupa puskesmas dapat menjadi apoteker pendamping
di luar jam kerja. SIPA bagi Apoteker pendamping dapat diberikan
paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.
SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas kefarmasian. SIPAatau SIKTTK masih tetap berlaku
sepanjang STRA/STRTTK masih berlaku dan tempat praktik/bekerja
masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPAatau SIKTTK.
Serta beberapa personil lainnya yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan di Apotek, antara lain:
1) Juru Resep, yaitu seseorang yang membantu pekerjaan Asisten
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian.
2) Kasir, yaitu seseorang yang mencatat penerimaan dan
pengeluaran uang, yang dilengkapi dengan kwitansi, nota dan
tanda setoran.
3) Pegawai Tata Usaha, yaitu seseorang yang melaksanakan
administrasi Apotek, Laporan Pembelian, Penyimpanan,
Penjualan, dan Keuangan di Apotek.
10
2.1.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Pekerjaan kefarmasian
apoteker di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi apoteker. (PMK No.9
Tahun 2017). Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek (APA)
berkewajiban mencurahkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk
menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan apotek yang didasarkan
pada kepentingan masyarakat, hal ini dikarenakan apoteker merupakan
motor penggerak kemajuan suatu apotek (Anonim, 2009).
11
1) Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional
(KFN). KFN (Komite Farmasi Nasional) adalah lembaga yang
dibentuk oleh Menteri Kesehatan yang berfungsi untuk meningkatkan
mutu Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari
pimpinan fasilitas produksi atau distribusi
3) Surat rekomendasi dari organisasi profesi
4) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar
c. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker Pendamping
harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat Pekerjaan
Kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga.
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan
dinyatakan lengkap dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 7 atau Formulir 8 terlampir.
12
2.1.6 Tata Cara Perizinan Apotek
13
g. Tim Pemeriksa harus melibatkan unsur Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang terdiri tenaga kefarmasian dan tenaga lain yang menangani bidang
sarana dan prasarana.
h. Paling lama dalam waktu 6 hari tim pemeriksa yang ditugaskan harus
melaporkan hasil pemeriksaan dilengkapi dengan BAP ke Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir 3.
i. Paling lama 12 hari kerja sejak Pemda kabupaten/kota menerima
laporan dan dinyatakan memenuhi syarat, maka Pemda Kabupaten/Kota
menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala
Dinkes Provinsi, Kepala BPOM, Kepala Dinkes Kabupaten/Kota dan
Organisasi Profesi dengan menggunakan formulir 4.
j. Jika hasil pemeriksaan dinyatakan belum memenuhi persyaratan Pemda
Kabupaten/Kota harus menegeluarkan surat penundaan paling lama 12
hari kerja dengan menggunakan formulir 5.
k. Untuk permohonan yang belum memenuhi syarat dapat melengkapi
persyaratan paling lambat 1 bulan sejak penundaan surat diterima.
l. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi perlengkapan persyaratan
maka Pemkot mengeluarkan surat penolakan dengan menggunakan
formulir 6.
2.1.7 Metode Analisa ABC dan VEN
2.1.7.1 Metode ABC
Metode ABC atau Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis
Pareto. Analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau
penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga
terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A,
B dan C.Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item obat
berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu:
1). Kelompok A: Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
14
2). Kelompok B: Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3). Kelompok C: Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
2). Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai yang
terkecil
5). Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70% 6). Obat kelompok B
termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90% 7). Obat kelompok C termasuk
dalam kumulasi > 90% s/d 100% .
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak
tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar
obat dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut :
1). Kelompok V: Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain: Obat penyelamat (life saving drugs), obat untuk
pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll), obat untuk mengatasi penyakit-
penyakit penyebab kematian terbesar.
15
3). Kelompok N: Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya
ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau
untuk mengatasi keluhan ringan.
2.1.8 Perpajakan
16
Sebagai penyedia atau penyalur perbekalan farmasi atau obat-obatan,
apotek juga menjalani fungsi tempat usaha.
3). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang merupakan pajak tidak langsung
dimana pajak terutang dihitung atas pertambahan nilai yang ada.
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
2.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
17
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesfikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
e. Pemusnahan dan Penarikan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker
18
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan
cara di bakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntaryrecall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM.
5) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatandan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartustok), penyerahan
19
(nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporanakan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.
2.2.2 Pelayanan Farmasi Klinis
20
Kajian farmasetik meliputi:
21
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat,tanggal kadaluawarsa dan keadaan fisik
obat.
c. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
d. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a). Warna putih untuk obat dalam/oral
b). Warna biru untuk obat luar dan suntik
c). Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi
d). Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah. Setelah penyiapan
obat dilakukan hal sebagai berikut:
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien
pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulangi dentitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi
Obat.
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal
yang terkait dengan obat antara lain manfaat obat,
makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpangan obat
dan lain-lain
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan
dengan cara baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak
sehat mungkin emosinya tidak stabil
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien
atau keluarganya
22
8. Harus membuat salinan resep dengan resep asli dan
diparaf oleh apoteker (apabila diperlukan)
9. Menyimpan resep pada tempatnya
10.Apoteker membuatan catatan pengobatan pasien
Apoteker diapotek juga harus dapat melayani obat non resep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada
pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
2.2.2.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
23
Pelayanan Informasi Obat harus di dokumentasikan untuk
membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan informasi
obat:
1. Topik pertanyaan;
2. Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan;
3. Metode pelayanan informasi obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, beratba dan informasi lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,data
laboratorium)
5. Uraian pertanyaan
6. Jawaban pertanyaan
7. Referensi
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data
Apoteker yang memberikan pelayanan informasi obat.
2.2.2.4 Konseling
24
3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tapering down/off).
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahuidapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
Tahap konseling:
25
Jenis pelayanan kefarmasian dirumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker,
meliputi:
Kriteria pasien:
Kegiatan:
26
2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang
terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan riwayat
alergi; melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau
tenaga kesehatan lain.
3. Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat antara
lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat tanpa
indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi,dosis terlalu
rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau terjadi interaksi
obat.
4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi.
5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana
pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek samping terapi
dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
6. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan
terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
7. Melakukan dokumentasi pelaksanan pemantauan terapi obat dengan
menggunakan formulir.
2.2.2.7Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
27
2.3 Pengelolaan Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi.
a. Pemesanan Narkotika
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur
tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.
Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah
narkotika yang dipesan.
28
c. Penyimpanan Narkotika
d. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan
resep yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali
atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat
narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis
merah di bawah obat narkotik.
e. Pelaporan Narkotika
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Narkotika
29
g. Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut:
c) Cara pemusnahan
c) Arsip apotek.
30
2.3.2 Pengelolaan Psikotropika
b. Penerimaan Psikotropika
c. Penyimpanan Psikotropika
d. Pelayanan Psikotropika
31
psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek
lain.
e. Pelaporan Psikotropika
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Psikotropik
Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), yaitu obat keras yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek. Ada 3 jenis
penggolongan obat yaitu :
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh dari obat bebas adalah parasetamol,
vitamin dan mineral, dll.
32
Obat bebas
Obat bebas terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa dengan
resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan.Tanda khusus untuk obat ini
adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam. Selain tanda khusus obat
bebas terbatas, terdapat pula tanda peringatan.
Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna merah dengan garis tepi
hitam dan bertuliskan huruf K berwarna hitam pada bagian tengah lingkaran.
Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar
hitam yang terdiri dari 6 macam, yaitu:
Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Obat ini
hanya boleh dijual di apotik dan harus dengan resep dokter pada saat
membelinya.Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran bulat berwarna merah
33
dengan garis tepi hitam dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.
Obat Keras
34
Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai
melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai dengan informasi
yang tepat sehingga menjamin penggunaan yang tepat dari obat tersebut. Oleh
karena itu, peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu
ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri.Obat yang dapat
diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria:
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
35
dengan bukti empiris. Kriteria yang harus dipenuhi dalam suatu sediaan
jamu adalah: aman, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan
memenuhi persyaratan mutu.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
36
3.1 Sejarah Singkat Apotek Al Barokah Raden Saleh
Apotek Al Barokah Raden Saleh Depok mulai berdiri pada tanggal 14
Juni 2010 dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Bapak Herizal dan Pemilik
Surat Izin Apotek (SIA) Sarah Juliana, S.Si., Apt dengan nomor izin
Apotek SIA 449/71-259/SIA/BPPT/VI/2010. Pada tanggal 13 Juni 2013
terjadi perubahan pada Pemilik Sarana Apotek (PSA) dan Apoteker Pemilik
SIA, menjadi Ibu Elvrina Hutapea, S.Si, Apt tetapi peralihan pemilik masih
terkendala proses selama 1 tahun dan Apoteker Sarah Juliana, S.Si., Apt
masih menjadi APA di Apotek Al Barokah Raden Saleh setelah pengurusan
perubahan izin APA dan PSA pada tahun 2014 barulah Apoteker dan PSA
nya menjadi ibu Elvrina Hutapea, S.Si., Apt dengan nomor SIA
449/094/SIA/BPMP2T/XI/2014, SIPA 19780104/SIPA 32.76/2017/14988
3.2 Lokasi, Bangunan dan Tata Ruang Apotek Al Barokah Raden Saleh
Lokasi Apotek Al Barokah Raden Saleh Depok sangat strategis karena
terletak dikawasan ruko dipinggir jalan raya dengan lalu lintas 2 arah yang
ramai, berdekatan dengan pemukiman penduduk, berdekatan dengan Rumah
Sakit Hasanah Graha Afiah dan berdekatan dengan Praktik Dokter. Apotek
Al Barokah Raden Saleh Depok memiliki lokasi yang mudah dijangkau
dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Apotek Al Barokah
Raden Saleh Depok dibangun diatas bangunan ruko permanen serta
memiliki tempat parkir yang luas. Bangunan Apotek terbagi dalam 4
(empat) bagian ruangan yaitu :
37
a. Ruang Tunggu
Di ruangan ini terdapat, penjualan soft drink dan makanan ringan serta
dilengkapi dengan AC yang memberikan kenyamanan bagi pelanggan
yang menunggu. Pada ruang tunggu juga terdapat sebuah meja yang
digunakan untuk memeriksa tekanan darah dan darah pasien yang
meliputi pemeriksaan gula darah, kolesterol, asam urat. Di meja ini pun
dilakukan konseling pasien terkait hasil pemeriksaanya.
b. Ruang Penjualan
Di dalam ruang penjualan terdapat meja komputer, penerimaan resep
dan kasir, dimana petugas memberikan pelayanan kepada konsumen
mulai dari penjualan obat bebas, resep, kosmetik serta penyerahan obat.
c. Ruang Peracikan
Ruangan ini terletak dibelakang ruang penjualan diruangan ini
dilakukan penyiapan obat–obat yang dilayani berdasarkan resep dokter
baik berupa obat jadi. Di ruangan ini terdapat rak–rak lemari
penyimpanan obat generik dan obat ethical, meja peracikan dan lemari
pendingin untuk menyimpan obat–obat tertentu yang membutuhkan
penyimpanan dibawah suhu kamar.
d. Ruang Apoteker
Ruangan ini digabung dalam ruang peracikan. Di ruangan ini Apoteker
Pengelola Apotek melakukan kegiatan sebagai pemimpin Apotek.
38
Struktur organisasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi agar
pembagian tugas dan tanggung jawab dapat terkoordinasi dengan baik.
Apotek Al Barokah Raden Saleh Depok memiliki 4 orang tenaga kerja yang
terdiri dari 1 (satu) orang Apoteker Pemilik SIA sebagai pimpinan, 1 orang
Apoteker Pendamping (Aping), 1 (satu) orang tenaga administrasi, 2 (dua)
orang asisten tenaga teknis kefarmasian (lulusan SMF)yang merangkap
sebagai tenaga kasir.
Apoteker Pendamping
Tugas :
39
4. Memberikan pelayanan informasi dan perbekalan farmasi kepada
dokter, tenaga kesehatan lain dan pasien
40
b. Apoteker Pendamping
Fungsi dan tugas dari Apoteker Pendamping, sama. Yang membedakan
hanya Apoteker Pendamping menggantikan Apoteker Pemilik SIA jika
tidak dapat melakukan tugasnya atau tidak ada di tempat.
Tugas :
41
10. Menerima uang hasil penjualan resep dan obat bebas, menghitung
dan mencatat jumlah uang tunai harian dalam buku setoran kasir
Apotek.
d. Bagian Administrasi
Tugas :
1) Perencanaan
42
Perencanaan dibuat dengan metode konsumsi periode sebelumnya
berdasarkan penjualan resep dan penjualan bebas kemudian barang
tersebut ditulis pada Surat Pesanan (SP) untuk dilakukan pembelian.
2. Pengadaan
Pengadaan yang dilakukan terdiri dari pemesanan dan pembelian yaitu:
a. Pemesanan
Prosedur opresional pemesanan obat di Apotek Al Barokah Raden
Saleh adalah:
1. Pemesanan dilakukan pada PBF resmi.
2. Pemesanan obat menggunakan Surat Pemesananan (SP) rangkap
2 lembar. SP yang asli diberikan ke sales sedang
salinannya/arsipnya digunakan sebagai salinan arsip.
3. Surat Pemesanan dibuat oleh Apoteker
4. Untuk pemesanan obat-obat yang mengandung Prekusor
menggunakan Surat Pemesanan Khusus.
43
5. Jumlah obat yang dipesan disesuikan dengan kebutuhan.
b. Pembelian
Pembelian barang di Apotek Al Barokah Raden Saleh baik
berupa obat dan perbekalan farmasi lain yang berkaitan dengan
penjualan di Apotek dilakukan setiap seminggu sekali yaitu pada
hari senin. Pembelian barang dilakukan ke PBF resmi yang sudah
bekerja sama dan telah memiliki izin registrasinya.
Surat pesanan (SP) yang telah disetujui oleh Apoteker dan
dikirimkan kepada pemasok (supplier) melalui telepon atau diambil
oleh salesman. Surat Pemesanan tersebut terdiri dari 2 (dua) lembar
untuk distributor dan bagian administrasi Apotek.
Pembelian barang dilakukan dengan menggunakan
pertimbangan analis pengendalian pengadaan yaitu “Analisis VEN
ABC” dan mempertimbangkan histori penjualan. Apotek Al Barokah
Raden Saleh tidak melakukan pembelian obat narkotik dan
psikotropika dikarenakan berdasarkan histori penjualan, tidak pernah
ada transaksi, bahkan jumlah obat narkotik dan psikotropik yang
kadaluarsa cukup banyak. Untuk pemesaan obat ethical dan obat
bebas Surat Pemesanan ditandatangani oleh Apoteker yang
dilakukan disetiap sore hari.
Prosedur pembelian barang di Apotek Al Barokah adalah
sebagai berikut:
44
c. Surat Pemesanan akan diberikan kepada sales dari pihak
distributor yang biasanya datang untuk menanyakan apakah
Apotek akan memesan barang atau tidak. Apabila pesanan
dilakukan melalui telepon maka Surat Pemesanan diberikan
kepada pengantar barang pada saat barang yang dipesan datang.
3. Penerimaan
Berikut adalah proses penerimaan barang di Apotek Al Barokah
Raden Saleh:
45
a) Barang diterima oleh Asisten Apoteker dengan dokumen penerimaan
barang yaitu faktur pembelian. Asisten Apoteker melakukan
pemeriksaan kondisi fisik obat yang meliputi kondisi
wadah/kemasan, sediaan dan tanggal kadaluarsa. Bila kemasan
wadah rusak maka obat dapat dikembalikan atau dimintakan ganti.
4. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan dalam rak-rak bersusun, diletakkan
secara sistematis, untuk OTC (Over The Counter) penyimpanan
berdasarkan bentuk sediaan dan untuk obat ethical penyimpanan secara
alfabetis. OTC (Over The Counter) adalah obat yang dapat dijual tanpa
menggunakan resep dokter, hanya dapat dilayani untuk penjualan obat
bebas dan bebas terbatas. Setiap jenis obat yang baru yang akan
disimpan, jumlahnya ditambahkan dalam stok pada komputer.
Penyimpanan menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out)
artinya obat yang terlebih dahulu masuk akan terlebih dahulu
dikerluarkan.
46
e. Penyimpanan di gudang peracikan
Penyimpanan obat dibedakan menjadi 2 tempat yaitu penyimpanan
obat ethical dan penyimpanan OTC (Over The Counter).
Penyimpanan untuk obat ethical dan generik berdasarkan alfabetis
dan dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan seperti penggolongan
dalam bentuk tablet, kaplet, sediaan cair, sirup, salep, suspensi
ataupun krim. Sediaan obat-obatan yang memerlukan penyimpanan
pada suhu rendah disimpan dalam lemari pendingin. Obat-obat
tersebut disimpan dalam kemasan aslinya dan dalam kemasan
aslinya.
47
setoran uang penjualan dari kasir yang dilakukan setiap harinya
kemudian diserahkan kepada pimpinan Apotek.
2. Buku pembayaran
3. Buku Langganan/Costumer
Pelaporan Perbekalan Kefarmasian Di Apotek Al Barokah
Raden Saleh sejak tahun 2014 Kementerian Kesehatan membuat
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika yang terintegrasi Se-
Indonesia. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika tidak menggunakan
system pelaporan secara manual lagi tetapi sudah menggunakan
softwareaplikasi yaitu Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP) yang dapat diakses secara online dimana pelaporan
langsung ke Kementerian Kesehatan sehingga pelaporan lebih mudah
dan tepat waktu.
48
Namun untuk Apotek Al Barokah Raden Saleh Depok tidak
memiliki stok obat narkotika dan psikotropika karena
pernahterjadinya riwayat expired date sehingga mempertimbangkan
benefit dikarenakan jarang sekali resep narkotika dan psikotropika
yang masuk,. Meskipun Apotek Al Barokah Raden Saleh Depok tidak
memiliki stok narkotika dan psikotropika, tetapi pelaporannya tetap
dilakukan setiap bulan dengan pengisian “Nihil”.
49
Pertimbangan klinis merupakan kajian tentang tujuan pengobatan
yang dinginkan, seperti: indikasi, kontra indikasi, dan interaksi obat. Jika
ditemukan resep yang tidak lengkap atau tidak memenuhi persyaratan,
maka Apoteker akan melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada
dokter penulis resep.
3.6.2 Dispensing
Dispensing obat di Apotek Al Barokah mencakup kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker mulai dari penerimaan resep dengan memastikan
penyerahan obat yang tepat bagi pasien serta kemampuan pasien untuk
mengkomsumsi obatnya dengan baik. Kegiatan dispensing meliputi :
50
Pelayanan informasi obat di apotek Al Barokah diberikan pada
pasien pediatri (anak-anak), geriatri (pasien lansia dengan lebih dari satu
penyakit), pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi,
pasien dengan obat yang dengan cara penggunaan atau cara penyimpanan
khusus seperti pemakaian suppositoria atau serbuk lactobacilus.
3.6.4 Konseling
Konseling di apotek Al Barokah cukup sering dilakukan terutama
pada saat konsumen datang untuk melakukan cek kesehatan seperti tes
kadar gula darah, asam urat, hemoglobin dan kolesterol. Pada saat
konsumen datang biasanya mereka mengeluh dan menceritakan perihal
masalah kesehatan yang dialami dan menanyakan tentang obat-obatan
yang akan ataupun sudah dikonsumsi.
51
Apotek Al Barokah Raden Saleh telah melakukan home pharmacy
care dimana Apoteker datang kerumah pasien yang sudah menjadi
langganan di Apotek Al Barokah Raden Saleh dan memiliki riwayat
penyakit kronis jangka panjang dan lansia untuk dipantau terapinya di
rumah.Dimana Apoteker akan langsung mengecek kondisi dan terapi
obat-obatan pasien. Kemudian terapi akan dicatat pada Form Pemantauan
Terapi obat.Pasien dan keluarga diberikan edukasi dan konseling
mengenai kondisi dan terapi yang harus dipatuhi pasien.Tetapi pelayanan
home pharmacy caredi Apotek Al Barokah dilakukan tidak secara
berkala, karena atas permintaan keluarga pasien.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Untuk Pemantauan terapi obat Apotek Al-Barokah sudah melakukan dengan
pemeriksaan dan pengecekan tekanan darah, gula darah , kolesterol dan
asam urat. Hasil pengecekan tersebut dicatat pada form PTO yang
tersedia sehingga keberhasilan terapi dapat dipantau. Dengan adanya
PTO pasien mengetahui target terapi yang diharapkan dan Apoteker
membantu pasien dalam mencapai target terapinya. Jika target sudah
tercapai apoteker akan memberikan pasien konseling agar pasien tetap
rutin dan patuh minum obat dan menjaga pola hidup sehat. Jika target
belum tercapai apoteker melakukan konseling pada [asien dan keluarga
menanyakan permasalahan terkait penggunaan obat dan membantu
solusinya untuk disarankan untuk konsultasi ke dokter.
52
Apoteker akan mengisi form MESO apabila ditemukan ada keluhan baru
dari efek samping obat.
A. Mutu Manajerial
1. Metode Manajerial
a. Audit
Apoteker melakukan audit mulai dari mengaudit karyawan
dilihat dari kinerja pelayanan hingga produk knowlegde,
melakukan Stock Opname secara berkala satu bulan sekali di
akhir bulan dan stock opname besar 3 bulan sekali.
b. Review
Apoteker melakukan review di Apotek Al Barokah Raden Saleh
dengan mengkaji pergerakan sediaan obat, untuk obat-obat fast
moving dilakukan pengkajian dan pencatatan setiap hari dan
untuk obat-obat slow moving dilakukan pengkajian dan
pencatatan sebulan sekali. Untuk review perbandingan harga
obat apotek maka membandingkan harga obat di apotek lain
yang berada di Jl. Raden Saleh khususnya.
c. Observasi
Apoteker melakukan observasi di Apotek Al Barokah Raden
Saleh dengan melihat ketertiban dokumentasi dan penyimpanan
obat berdasarkan SOP yang telah dibuat.
2. Indikator Evaluasi Mutu
a. Kesesuaian proses terhadap standar
Apotek Al Barokah Raden Saleh telah memiliki SOP yang telah
dibuat Apoteker guna menjamin mutu sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan namun belum sepenuhnya dilaksanakan
oleh TTK dikarenakan SOP belum diperbaharui.
53
b. Efektifitas dan efisiensi
Mutu manajerial di Apotek Al Barokah Raden Saleh sudah efektif dan
efisien dikarenakan Apoteker telah melakukan audit, review,
dan observasi.
54
kondisi di lapangan, karena SOP nya masih belum terperinci
untuk setiap bagian pelayanan.
c. Lama waktu untuk pelayanan satu orang pasien ± 5 menit.
2. Bila ada obat yang diganti (dengan nama dagang lain) minta
persetujuan dari dokter, apabila dokter yang memberikan resep dapat
dihubungi. Apabila tidak dapat dihubungi, maka penggantian obat
dilakukan atas persetujuan dari pasien.
4. Pasien membayar dengan tunai, kartu debit dan ataupun kartu kredit.
55
7. Apoteker menyerahkan obat ke pasien dan melakukan penjelasan
cara pakai dan informasi yang diperlukan oleh pasien.
56
Pelayanan obat dengan resep, jika terdapat obat yang kosong,
maka pihak Apotek dapat memberikan salinan resep atau copy resep
dari barang yang akan ditebus oleh pasien. Jika ada obat yang tidak
ditebus, maka diberikan keterangan “ne detur” atau yang lebih sering
dikenal dengan sebutan “ne det”.
Salinan resep harus ditanda-tangani Apoteker. Apabila Apoteker
Pemilik SIA sedang berhalangan, penanda tanganan atau paraf pada
salinan resep dapat dilakukan oleh Apoteker pendamping atau Apoteker
pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang
bersangkutan.
57
Apotek Al Barokah Raden Saleh memiliki kewajiban untuk membayar
Pajak Penghasilan (PPh) dimana nilai pajak yang harus dibayarkan sebesar
1% , tetapi dengan ditetapkannya peraturan baru, Apotek Al Barokah Raden
Saleh melakukan kewajiban membayar pajak sebesar 0,5%. (Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto)
BAB IV
PEMBAHASAN
58
Apotek Al Barokah Raden Saleh dikelola langsung oleh seorang
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas dan pelayanannya, APA dibantu oleh Apoteker
Pendamping (Aping) dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang terdiri
atas Sekolah Menengah Farmasi sebagai asisten apoteker, hal ini sudah
sesuai dengan Departemen Kesehatan RI, dimana untuk APA dan Apingnya
memiliki STRA, SIPA dan sertifikat kompetensi yang masih berlaku dan
TTK memiliki STRTTK yang masih berlaku. Sedangkan, tugas dan
tanggung jawab dari APA, Aping dan TTK sudah mengemban tugasnya
masing-masing sesuai peraturan yang berlaku.(Kemenkes RI Nomor 9 tahun
2017)
4.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
1. Perencanaan
59
Dalam membuat perencanaan, Apotek Al Barokah sudah
memenuhi standar pelayanan kefarmasian di apotek yaitu salah satunya
dengan memperhatikan pola penyakit dan menggunakan metode
konsumsi dimana dengan melihat pemakaian sebelumnya baik dari
penjualan obat bebas ataupun resep, untuk stock minimum obat akan
dimasukan ke dalam buku defecta terlebih dahulu dan nanti akan
dituliskan pada Surat Pesanan (SP) untuk dilakukan pembelian sehingga
barang dipesan berdasarkan pada kebutuhan dan seringnya barang
tersebut dicari oleh konsumen dan dapat menghindari terjadinya
penumpukan barang yang berlebih atau pemborosan dalam pengadaan.
Di Apotek Al Barokah perencanaan obat sudah sesuai dengan PMK 73
Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek mengenai
pengelolaan sediaan farmasi.
2. Pengadaan
Dalam pengadaan Apotek Al Barokah Raden Saleh melakukan
pengadaan seminggu sekali guna memenuhi stock obat yang masuk
kedalam fast moving dan slow moving. Pemesanan obat di Apotek Al
Barokah Raden Saleh Depok dilihat dari buku defecta dengan stock
minimum untuk menghindari kekosongan obat, pemesanan dilakukan
oleh Apoteker dengan langsung menelpon PBF atau dengan salesman,
Apoteker membuat Surat Pesanan (SP) ke PBF yang dituju, Apotek Al
Barokah Raden Saleh bekerja sama dengan 3 (tiga) PBF besar yaitu PT.
Combi Putra, PT. Wuni dan PT. Sakyo. Untuk waktu tunggu (lead time)
hanya satu hari untuk menghindari kekosongan obat. Untuk pembelian
obat Apotek Al Barokah Raden Saleh dilakukan secara tunai dan kredit,
pembelian berdasarkan pertimbangan analisis VEN ABC. Apotek Al
Barokah Raden Saleh tidak melakukan pembelian obat Narkotika dan
Psikotropika dikarenakan pernah ada riwayat obat kadaluarsa dan tidak
adanya resep masuk untuk obat tersebut.
3. Penerimaan
60
Penerimaan barang di Apotek Al Barokah Raden Saleh sudah
sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang berlaku dimana untuk
penerimaan dilakukan oleh Asisten Apoteker yang bertugas pada saat
barang datang dengan menerima faktur pembelian dari salesman dan
mengecek faktur mulai dari nama barang, jumlah barang, tanggal
kadaluarsa, nomor batch dan kesesuaian faktur dengan Surat Pesanan
setelah selesai faktur ditandatangani oleh penerima (TTK) dan diberi
stempel apotek, lalu yang asli diserahkan kembali kepada salesman, dan
salinan faktur dipegang untuk apotek disimpan sebagai arsip dan dicatat
di buku apotek, dan selanjutnya obat yang baru saja datang dimasukan
dan dicatat kedalam komputer sebagai stock baru dan diletakan di dalam
rak obat.
4. Penyimpanan
Sistem penyimpanan di Apotek Al-Barokah Raden Saleh mengikuti
konsep Good Pharmacy Practice (GPP) dimana obat disusun
berdasarkan bentuk sediaan (tablet, cairan, cream, gel dan salep),
stabilitas, efek farmakologinya dan secara alphabetis dengan menerapkan
prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expire First Out (FEFO).
Penyimpanan obat bebas diletakkan di etalase terdepan bersama
dengan alat tes kesehatan dan produk bayi, diurutkan secara rapi dengan
memperhatikan estetika warna dari kemasan sehingga dapat terlihat
menarik dan memperhatikan tempat dan posisi obat saat pengunjung
mendatangi Apotek.
Pada penyimpanan obat LASA (look alike sound alike) diletakkan
selang satu dan ditempel stiker LASA berwarna kuning dengan label
menggunakan tall man letter. Di Apotek Al Barokah penyimpanan
LASA tidak dilakukan. Penyimpanan di apotek Al Barokah berdasarkan
OTC (Over The Counter) yaitu obat bebas dan obat (ethical) keras.
Obat keras diletakkan dalam rak di ruang bagian dalam dan juga
menurut bentuk sediaan yang masing-masingnya disusun secara alfabetis.
61
Obat disimpan sesuai dengan spesifikasinya masing-masing, misalnya
untuk obat-obatan yang harus disimpan di lemari kulkas pada suhu
dingin (2-80C), contohnya suppositoria.
5. Pemusnahan
Perbekalan farmasi di Apotek Al Barokah yang telah rusak atau
kadaluarsa, harus di musnahkan dengan cara dibakar atau ditimbun dan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
Sebelum dilakukan pemusnahan, maka dibuat berita acara
pemusnahan obat, yang berisi tentang nama obat, jumlah obat yang akan
dimusnahkan, beserta keterangan bentuk sediaan obat, apakah obat
tersebut rusak atau kadaluarsa. Pemusnahan harus disaksikan oleh
petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bekerja sama
dengan pihak ke-3, petugas dari BPOM, Apoteker Pengelola Apotek dan
petugas atau karyawan dari apotek. Setelah itu, dibuat berita acara
pemusnahannya (rangkap 3), meliputi: hari, tanggal, bulan dan tahun
pemusnahan, jenis dan jumlah obat atau resep yang dimusnahkan, serta
cara pemusnahannya. kemudian ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek dan karyawan yang membantu. Berita acara yang dibuat
dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta disimpan sebagai arsip.
Setelah itu, kemudian dilakukan pemusnahan.
Kategori obat atau resep yang dimusnahkan yaitu :
a. Obat Rusak
62
psikotropika karena expired dan jarangnya resep narkotik/ psikotropik
yang masuk ke apotek. Berita acara pemusnahan obat narkotika dan
psikotropika diberikan kepada BPOM dan Dinkes/Kabupaten Kota
lampiran 29.
6. Pengendalian
Pengendalian obat dilakukan di Apotek Al Barokah dengan kartu
stok dan stock opname dan sudah sesuai dengan peraturan Menteri
kesehatan RI.
Kartu Stok, Pengendalian persediaan barang dilakukan oleh
asisten apoteker. Seluruh barang yang masuk dan yang keluar dalam
kartu stok secara komputerisasi. Hal ini berguna untuk mengetahui jenis
barang yang harus dipesan atau dibeli.
Kegiatan stock opname yaitu pemeriksaan kesesuaian jumlah
barang yang tersedia dengan jumlah barang yang tercatat pada kartu
stok komputer. Stock opname dilakukan setiap satu bulan diakhir
bulan, seluruh kegiatan stock opname di bawah tanggung jawab
APA.Tujuan dari stock opname ialah :
63
Pencatatan dan pelaporan di Apotek Al Barokah Raden Saleh
Depok dilakukan dengan baik melalui sistem, untuk pencatatan
dilakukan pada saat barang masuk dan keluar langsung menggunakan
komputerisasi dan untuk pelaporan Apotek Al Barokah Raden Saleh
Depok tidak menyediakan obat golongan psikotropika dan narkotika
dikarenakan tidak ada resep yang masuk dan juga pernah ada riwayat
obat kadaluarsa, tetapi Apotek Al Barokah Raden Saleh tetap
melakukan pelaporan narkotika dan psikotropika setiap sebulan sekali
melalui sistem SIPNAP Online.
64
menurunkan panasnya, setelah itu Apoteker langsung menghubungi
dokter guna mengkonfirmasi dosis dan aturan minum obat pasien.
2. Dispensing
Dispensing yang dilakukan di Apotek Al Barokah Raden Saleh
Depok, Apoteker atau Tenaga teknis kefarmasian menerima resep dari
pasien, kemudian diperiksa kelengkapan resepnya. Apabila ada obat yang
diganti dengan merek lain harus sesuai dengan persetujuan dokter atau
pasien. Setelah pasien setuju dan membayar pada kasir, resep kemudian
diberi nomor resep. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan
oleh tenaga teknis kefarmasian. Resep yang telah selesai dibuat,
kemudian diberi etiket dan diperiksa oleh Apoteker baik bentuk sediaan,
nama pasien, etiket dan jumlah obat. Pada saat obat akan diserahkan ke
pasien harus diberikan informasi mengenai cara penggunaan dan aturan
pemakaian. Resep yang selesai dikumpulkan dan siap untuk diserahkan
ke pasien dengan memberikan informasi yang diperlukan.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada pasien di Apotek Al
Barokah Raden Saleh Depok berlangsung pada saat penyerahan obat oleh
Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian kepada pasien. Beberapa
informasi yang berkaitan dengan pelayanan obat bebas dan obat bebas
terbatas yang sering kami temui di Apotek diantaranya adalah pasien
dengan keluhan batuk. Umumnya masyarakat belum dapat memahami
perbedaan antitusif dan ekspektoran. Untuk itu, bila ada pasien datang ke
Apotek dengan keluhan batuk, kami akan mengedukasi pasien bahwa
batuk terdiri dua macam, yaitu batuk berdahak dan batuk tidak berdahak
dan kedua jenis batuk tersebut penanganannya berbeda. Bila pasien
menderita batuk berdahak akan kami berikan ekspektoran dan bila tidak
berdahak akan kami berikan antitusif. Penjelasan mengenai sendok takar
untuk obat-obat dalam bentuk sediaan cair juga harus kami sampaikan.
Hal ini disebabkan karena masih banyak masyarakat umum yang
melakukan kesalahan dalam penggunaan sendok takar untuk obat. Pada
65
umumnya pasien-pasien yang kami temui masih menggunakan sendok
teh dan sendok makan yang biasa digunakan sehari-hari sebagai sendok
obat mereka. Pasien belum memahami, yang dimaksud sendok teh adalah
5 ml dan sendok makan adalah 15 ml. Oleh sebab itu, saat memberikan
informasi obat kepada pasien, dijelaskan dengan takaran obatnya, seperti
3x5 ml atau 3x15 ml sambil memperlihatkan takaran sendok obatnya.
Informasi sederhana ini menjadi sangat penting, mengingat dosis yang
digunakan menjadi tidak tepat dan pengobatan tidak akan berhasil,
sehingga dapat menimbulkan anggapan bahwa “obat yang tidak manjur”.
Sehingga, pasien akan meminta menggunakan obat-obat keras atau
antibiotik yang dianggap lebih ampuh untuk mengatasi keluhan yang
dialami pasien. Resiko yang timbul apabila obat yang digunakan adalah
antibiotik, yaitu dapat menyebabkan resistensi bakteri.
4. Konseling
Konseling dilakukan apabila pasien membutuhkan. Seperti pada
pasien yang baru pertama kali menggunakan obat, pasien yang
mendapatkan banyak obat, atau pasien sendiri yang menginginkan
konseling serta pada saat pasien melakukan pengecekan gula darah,
kolesterol dan asam urat akan dilakukan konseling. Contoh kasus
konseling yang ada di Apotek Al Barokah Raden Saleh pada tanggal 17
Oktober 2018 seorang bapak berusia 65 tahun dengan berat badan 70 Kg
melakukan cek gula darah dengan hasil gula darah sewaktu sebesar 197
mg/dL, lalu Apoteker memberikan konseling kepada bapak tersebut
dengan menanyakan obat yang masih dikonsumsi serta pola makan bapak
tersebut, lalu bapak tersebut mengatakan menggunakan obat metformin.
Selanjutnya, Apoteker tersebut menjelaskan tentang target terapi dimana
akan ditanyakan keluhan yang dirasakan jika tidak ada keluhan maka
terapi dilanjutkan tetapi jika ada keluhan dan target terapi tidak tercapai
maka disarankan untuk kembali ke dokter.
5. Pelayanan kefarmasian dirumah (Home Pharmacy Care)
66
Pelayanan kefarmasian dirumah bertujuan untuk memantau
pengobatan kepatuhan pasien dalam terapi, pemantauan efek samping
untuk tercapainya tujuan terapi. Apoteker sebagai pemberi layanan
diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat
kunjungan kerumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Pelayanan kefarmasian dirumah (Home Pharmacy Care) sudah
dilakukan di Apotek Al Barokah Raden Saleh Depok pada penduduk
setempat yang berada dekat dengan apotek. Pada selasa 16 Oktober 2018
yang lalu telah dilakukan home pharmacy care oleh Apoteker dimana
ada salah satu warga yang datang ke apotek mengatakan bahwa istrinya
yang berusia 70 tahun tidak bisa jalan dan meminta untuk memeriksa
keadaan istrinya tersebut, setelah Apoteker datang kerumah dilakukan
wawancara ke pasien, diketahui ibu tersebut stroke sebelah badan dan
kaki sebelehnya mengalami nyeri setelah diperiksa diketahui gula darah
sewaktu > 200 mg/dL, tekanan darah 121/65, diceritakan ibunya rutin
minum obat dari dokter yaitu diovan, bisoprolol, simar 2, dan ibunya
mengeluh ke dokter bahwa lututnya nyeri, dan dokter pun menambahkan
gabapentin. Setelah meminum obat dari dokter ibu tersebut menjadi
lemas, lelah, nyeri lambung. Setelah diselidiki ternyata keluhan yang
dirasakan ibu tersebut kemungkinan efek samping dari gabapentin, lalu
Apoteker memberikan konseling kepada pasien dan keluarga agar pasien
tersebut memberhentikan penggunaan obat gabapentin sementara, untuk
melihat perubahan dari efek samping obat tersebut. Setelah satu hari
Apoteker kembali memeriksa kondisi pasien tersebut, ternyata keluhan
yang dirasakan pasien tersebut benar karena efek samping dari
gabapentin, lalu Apoteker menyarankan mengganti obat gabapentinnya
dengan obat topikal untuk nyeri lututnya.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) sudah dilakukan di Apotek Al
Barokah Raden Saleh Depok, tidak semua pasien yang dipantau tetapi
67
pasien yang melakukan pengecekan gula darah, kolesterol, dan asam
urat. Dimana pasien yang datang ingin melakukan cek darah setelah
selesai akan diberikan form pengecekan darah dimana berupa data
pasien, hasil pengecekan, serta adanya kadar normal dari masing-masing
tes darah, agar pasien juga dapat memantau sejauh mana terapinya,
Lampiran 28. Untuk apotek terdapat form PTO sebagai arsip apotek
untuk setiap satu orang pasien, dalam memantau terapi pasien jika pasien
datang kembali, Lampiran 6.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) juga dilakukan dan
pemantauannya dilakukan bersamaan dengan PTO di form PTO, jika
terdapat keluhan dari pasien maka di form PTO akan bisa dilihat dari
riwayat penggunaan obat apa yang dapat mengakibatkan efek samping.
68
mendapatkan penangan ± 5 menit, serta dilihat keramahan TTK terhadap
pasien.Review juga dilakukan oleh apoteker pada MESO, tetapi belum
ditemukan adanya medication error di Apotek Al Barokah Raden Saleh
Depok. Meningkatkan pelayanan PIO kepada masyarakat dengan penyakit
yang banyak diderita oleh masyarakat sehingga tingkat kepatuhan meminum
obat meningkat. Pelayanan PIO dapat ditingkatkan dengan menambah
pemberian leaflet.
69
pertahun berjalan dibawah Rp.480.000.000.000.- dikenakan pajak sebesar
0,5% untuk omset perbulan.
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Al Barokah Raden Saleh telah
memberikan pemahaman bagi calon apoteker tentang peran, fungsi dan
tanggung-jawab apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasian, serta
pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi bagi pasien di apotek.
2. Apotek Al Barokah Raden Saleh sudah menerapkan standar pelayanan
farmasi klinik di Apotek, meliputi: pengkajian dan pelayanan resep,
dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Pemantauan Terapi Obat
(PTO), Konseling, Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Home
Pharmacy care . Semua kegiatan ini dilakukan di bawah tanggung jawab
Apoteker Pemilik SIA. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
5.2 Saran
a. Optimalisasi pelayanan SOP (standar operasional prosedur) di apotek
Al Barokah Raden Saleh.
b. Optimalisasi melakukan penyimpanan obat secara LASA agar terhindar
dari kesalahan pengambilan obat.
c. Optimalisasi pelatihan terhadap karyawan di bidang produk knowledge
agar dapat melakukan pelayanan lebih kompetitif dengan apotek lain.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintaah Republik Indonesia No. 51. Tahun 2009. Tentang Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 40 tahun 2013 tentang Pedoman
Pengelolaan Prekusor
67
LAMPIRAN I
FORMULIR I
68
FORMULIR 2
PENUGASAN PEMERIKSAAN
69
FORMULIR 3
70
FORMULIR 4
71
FORMULIR 5
72
PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN APOTEK
FORMULIR 6
73
PENOLAKAN PEMBERIAN IZIN APOTEK
FORMULIR 7
74
PERINGATAN KE SATU/DUA/TIGA
FORMULIR 8 (I)
75
PENCABUTAN
FORMULIR 8 (II)
76
LAMPIRAN2
77
LAMPIRAN 3
78
LAMPIRAN4
DOKUMENTASI KONSELING
79
LAMPIRAN 5
80
LAMPIRAN 6
81
LAMPIRAN 7
82
LAMPIRAN 8
Penerimaan Resep83
Input Data Kekomputer
(cek Ketersediaan Terima setoran dan
barang dan cek harga) tanda terima
Obat di dispensing
(obat disiapkan)
Pembukuan
Obat diserahkan
dengan pemberian
informasi obat
LAMPIRAN 9
84
85
LAMPIRAN10
86
LAMPIRAN 11
RADEN SALEH
87
LAMPIRAN 12
88
LAMPIRAN13
89
LAMPIRAN 14
90
LAMPIRAN 15
91
LAMPIRAN 16
92
LAMPIRAN17
93
LAMPIRAN 18
94
LAMPIRAN 19
95
LAMPIRAN 20
96
LAMPIRAN 21
97
LAMPIRAN22
98
LAMPIRAN 23
99
APOTEK AL-BAROKAH RADEN SALEH
LAMPIRAN 24
100
APLIKASI SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)
101
LAMPIRAN25
LAMPIRAN 26
102
RESEP
LAMPIRAN 27
SALINAN RESEP
103
LAMPIRAN 28
ETIKET OBAT
104
Obat Dalam
Obat Luar
LAMPIRAN29
105
LAMPIRAN 30
106
BERITA ACARA PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI
107
LAMPIRAN 31
108
PAJAK APOTEK AL-BAROKAH RADEN SALEH
109
LAMPIRAN 32
FOTO BERSAMA
110
111