Makalah Askep Ca Paru

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KEPERAWATAN ONKOLOGI
“Memenuhi Tugas Asuhan Keperawatan Ca Paru”

Dosen Pembimbing :

Herman, S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Ade M Hellis (I10321910 )


Aprilia Siska (I10321910 )
Widia Cyntia Bela (I1032191016)
Dini Anggita (I1032191021)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga Makalah Asuhan
Keperawatan Ca Paru ini dapat kami selesaikan.

Keperawatan Onkologi ini bertujuan untuk memberikan laporan


kepada dosen atau mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini
disajikan informasi mengenai Asuhan Keperawatan Ca Paru.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka
selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah


sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan penyusun
dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain
yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Pontianak, 14 Febuari 2021

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama


akibat kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan
angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang
melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian
akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien
kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat
lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma
cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya
(tuberculosis fibrosis ) di dalam paru. Kanker paru mengacu pada lapisan
epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan
kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok
dihilangkan. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan
insidensi paru-paru yang mengejutkan. America Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987
dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris
40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk
1:13 dan pada wanita 1:20. Karakteristik dan pola hidup masyarakat yang
tidak sehat saat ini Salah satu jenis kanker dengan faktor risiko terkait
perilaku yang tidak sehat adalah kanker paru (DIRSECIU, 2017).
Di Indonesia kanker paru masih menjadi kanker pembunuh pria
dewasa nomor satu. Berdasarkan data Global Cancer Observatory
(Globocan), sekitar 1,8 juta jiwa di dunia meninggal akibat kanker paru
sepanjang tahun 2018. Sementara di Indonesia, lebih dari 30.023
penduduknya di diagnosis kanker paru, dan 26.095 diantara mereka
meninggal dunia tahun 2018 (Ellyvon, 2018).

2
Peran perawat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien kemoterapi dengan penderita penyakit ini, yaitu sebelum tindakan
kemoterapi (pre kemoterapi), saat kemoterapi berlangsung (intra kemoterapi),
dan setelah tindakan kemoterapi (post kemoterapi). Adapun peran perawat
pada pre kemoterapi yaitu memberikan dukungan serta motivasi pada pasien
untuk menjalani kemoterapi, dan meminta informed consent. Peran perawat
pada intra kemoterapi yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, pemasangan
infus, memberikan obat premedikasi, pemberian obat kemoterapi, memantau
tanda-tanda ekstravasasi, memberikan obat post medikasi dan mengobservasi
keadaan pasien. Sedangkan peran perawat pada post kemoterapi yaitu
memantau keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-tanda vital,
memantau efek samping kemoterapi dan memberikan penguatan psikologis
(Usolin et al., 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengkajian dalam Asuhan Keperawatan pada CA Paru ?
2. Bagaimana analisa data dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru?
3. Bagaimana diagnosa dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru?
4. Bagaimana intervensi dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru?
5. Bagaimana implementasi dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru?
6. Bagaimana evaluasi dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengkajian dalam Asuhan Keperawatan pada CA Paru
2. Mengetahui analisa data dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru
3. Mengetahui diagnosa dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru
4. Mengetahui intervensi dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru
5. Mengetahui implementasi dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru
6. Mengetahui evaluasi dalam Asuhan keperawatan pada CA Paru

3
4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Ca Paru


Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru
(metastasis tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana
kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel
epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak
dapat dikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (Purba, 2015).
Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-
paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang
menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis
atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan
bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus
(Muttaqin, 2008).
2.2 Etologi
Secara umum penyebab kanker paru belum diketahui secara pasti,
tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan etiologi kanker paru sangat
berhubungan dengan frekuensi kebiasaan merokok. Asap rokok
mengandung sekitar 60 jenis karsinogen dapat menyebabkan terjadinya
mutasi DNA.
Etiologi kanker paru dapat dibedakan dua jenis, yaitu : faktor
resiko yang dapat dimodifikasi anatra lain polusi udara, asap rokok
lingkungan, makanan, karsinogen di lingkungan pekerjaan dan beberapa
jenis penyakit paru juga sangat berpengaruh terhadap dengan
meningkatnya risiko berkembangnya kanker paru. Faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetika, jenis kelamin.
A. Faktor Genetika
Menurut penelitian adanya riwayat orang tua menderita kanker
paru, makan anaknya memiliki resiko menderita kanker paru lebih dari

5
lima kali. Pada orang bukan perokok namun memiliki memiliki riwayat
keluarga menderita kanker paru, maka resiko menderita kanker paru lebih
besar, apabila dibandingkan dengan orang perokok tetapi tidak memiliki
riwayat dalam keluarga kanker paru.
B. Jenis Kelamin
Laki - laki memiliki resiko lebih besar daripada perempuan karena
laki-laki memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah lebih besar. Setiap
tahun lebih banyak orang yang didiagnosis dengan kanker paru-paru,
tetapi banyak perempuan yang hidup dengan penyakit ini. Tingkat kasus
baru pada tahun 2011 menunjukkan bahwa pria mengembangkan kanker
paru-paru lebih sering daripada wanita (64,8 dan 48,6 per 100.000 masing-
masing)
C. Merokok
Lebih dari 87% penderita kanker paru adalah perokok namun
hanya sekitar 20% dari perokok yang berkembang menjadi kanker paru.
Asap rokok yang di hirup secara langsung maupun perokok pasif,
mengandung zat kimia dan zat karsinogen, yang dapat merangsang
perubahan sebagian besar gen yang mengontrol homeostatis alveolar
normal dan sel-sel bronkial.
Hubungan antara merokok dengan kanker paru pada penelitian
epidemiologi adalah : jumlah rokok yang dihisap perhari, usia pada saat
mulai merokok, jumlah dan lamanya tahun merokok, jenis
hisapan/kedalaman hispan rokok, kandungan tar dan nikotin dalam rokok.
D. Polusi Udara
Polusi udara yang berada di luar maupun di luar ruangan, gas
buangan kendaraan bermotor / bermobil juga mengandung unsur-unsur
karsinogenik. Belakangan terakhir ini, bahan dekorasi ruangan seperti
formaldehid dan gas radon, mungkin juga beresiko menimbulkan kanker
paru.
E. Paparan Pekerjaan
Sekitar 3% sampai 17% kanker paru disebabkan oleh paparan
unsur-unsur karsinogenik yang terdapat pada lingkungan pekerjaan.

6
Misalnya : asebstos, kromium, hidrokarbon polisiklik. Dari unsur tersebut
yang paling sering adalah asebestos. Gas radon yang ditemukan secara
alami dalam batu, air tanah dan tanah juga dapat meningkatkan kanker
paru.

2.3 Tanda dan Gejala

Kanker paru-paru yang dini tidak menunjukkan gejala. namun,


seiring pertumbuhan kanker tersebut, beberapa gejala umumnya meliputi :
 Batuk yang memburuk dan tidak pernah sembuh
 Kesulitan bernafas, seperti kehabisan nafas atau sesak nafas
 Sakit di dada secara konstan
 Batuk darah
 Suara yang serak
 Sering terkena infeksi paru, seperti pneumonia
 Merasa letih setiap saat
 Kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas

Seringkali, gejala-gejala tersebut bukan dikarenakan kanker.


Masalah kesehatan lainnya pun dapat menunjukkan gejala-gejala tersebut.
Seseorang dengan gejala tersebut di atas sebaiknya segera menghubungi

7
dokter untuk di diagnosa dan memperoleh perawatan sesegera mungkin.
Tes skrining dapat membantu dokter untuk menemukan dan mengobati
kanker secara dini. Beberapa metode untuk mendeteksi kanker paru-paru
telah ditelaah sebagai metode tes deteksi yang tepat. Metode-metode yang
dikaji termasuk tes dahak (lendir dari paru-paru diambil saat batuk), X-ray
dada, atau CT can spiral (helical). Sama seperti keputusan medis pada
umumnya, keputusan untuk menjalani tes skrining adalah keputusan
pribadi. Anda akan lebih mudah untuk memutuskan setelah anda
mengetahui pro dan kontra dari skrining.

2.4 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan
oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala - gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur - struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar.
Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada
karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang
sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis.
Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus
yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada

8
karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali
bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala
dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran
neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan
menyebabkan nyeri akut. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker
paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar
limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat
berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih
awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di
bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel
imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan
sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ bagi
sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat
menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010).
Patway Ca Paru

9
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan
fotodada PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI
dilakukan untuk mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.
b. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah
hilus atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps
didaerah peripleura dan pembesaran mediastinum.
c. Pemeriksaan sitologi sputum
Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil
positif karena ia tergantung dari :
a) Letak tumor terhadap bronkus

10
b) Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar) Pemeriksaan
sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan pada cairan
pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, bilasan
dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan
diagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui
bronkoskopi, biopsy transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi
dantorakotomi.Hasil pemeriksaan dapat mengklasifikasikan
tipekanker.SCLC ditandai dengan gambaran yang khas dari sel kecil
mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarang
atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular. Pada SCC
ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang
berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa
fokus diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kanker
berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan
jaringan desmoplastik di sekitarnya.Sedangkan pada karsinoma sel
besar menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan tidak khas
selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular
dengan diferensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian sel
berbentuk kumparan di dalamnya.
e. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang
diagnosis yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-
spesific enolase) dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).
f. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke
tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer ( NSCLC
) ke tulang dilaporkan sebesar 15 %
2.6 Penatalaksanaan Farmakologi dan Nonfarmakologi
a. Penatalaksaan Farmakologi

11
 Operasi, Dokter mengangkat jaringan kanker melalui prosedur
operasi.
 Kemotrafi, menggunakan obat-obatan khusus untuk mengecilkan
atau membunuh kanker. Obat-obatan berupa pil yang dapat
diminum oleh penderita kanker.
 Terapi radiasi, menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh kanker.
 Terapi target, menggunakan obat untuk memblokir pertumbuhan
dan penyebaran sel kanker.
b. Non Farmakologi
 Berhenti merokok
 Mengelola nyeri
Perawatan nyeri lainnya dapat membantu:
 Tekhnik relaksasi
 Biofeedback
 Terapi fisik
 Kompres hangat dan atau dingin
 Olahraga atau pijat
 Mengatasi sesak napas
Ada beberapa metode untuk mengelola sesak napas:
 Tekhnik pernapasan
 Terapi oksigen
 Mengelola cairandisekitar paru-paru

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada bab ini penulis meriview hasil dan pembahasan dari laporan
Nopebrian Bazar Yulias di RSUP dr.M.Djamil Padang dan
selanjutnya akan diuraikan hasil dan pembahasan mengenai data
umum data khusus tentang asuhan keperawatan pada pasien Ca
Paru di ruang paru RSUP dr.M.Djamil Padang.

3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien dan Keluarga
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Alamat : Gusti Hamsyah
2. Diagnosa dan Informasi Medik Yang Penting
Tanggal Masuk : 22-01-2021
No. Medical Record : 979373
Ruang Rawat : Ruang Paru
Diagnosa Medik : Kangker Paru
Yang Merujuk : Rujukan RS Sudarso
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Tn.S masuk melalui IGD RSUP ayani melalui rujukan
ke RS Sudarso pada tanggan 22-01-2021, pada jam
23.13 wib. Dengan keluhan utama nyeri pada dada
meningkat sejak 8 hari yang lalu, sesak nafas sejak 7
hari lalu sebelum masuk RS.
b. Keluhan saat ini ( Waktu Pengkajian )
Saat dilakukan pengkajian pada hari kamis, tanggan 25-
01-2017 ditemukan keluhan pada pasien nyeri dada

13
sebelah kanan, nyeri terkadang menjalar sampai
keleher, serta belakangtelinga,nyeri dirasakan karena
aktifitas, nyeri dirasakan berdenyut dan tertusuk-tusuk,
skala nyeri 6, nyeri yang dirasakan hilang timbul, durasi
nyeri lama sekitar 1 jam, Suhu: 36˚C.
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien sebelumnya sudah pernah dirawat dirumah sakit
dengan penyakit yang sama dan pasien sebelumnya
juga memiliki kebiasaan merokok klien sudah merokok
sejak SMA. Konsumsi rokok tersebut pasien sehari
sekitar 2 bugkus. Klien baru berhenti merokok 8 bulan
terakhir.
d. Riwayat kesehapat pada keluarga
Pasien mengatakan saudaranya memiliki penyakit yang
sama seperti klien dan pasien tidak memiliki penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM dan TB.
4. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat : Makan sebanyak 3x sehari dengan nasi, lauk,
sayuran dengan porsi sedang.
Sakit : Pasien mendapatkan diet ML dari rumah sakit 3x
sehari, pasien menghabiskan 1 porsi makanannya.
b. Minum
Sehat : Minum air putih sebanyank 8 gelas sehari.
Sakit : Minum air putih sebanyak 8 gelas seharinya
c. Tidur
Sehat: Pasien tidur 7-8 jam perhari, kualitas tidur baik
Sakit : Pasien tidur 8-10 jam perhari. Pasien sering
terbangun dimalam hari.
d. Mandi
Sehat : Pasien mandi 2x sehari.
Sakit : Pasien mandi 1x sehari.

14
e. Eliminasi
Sehat : BAK 6-8x sehari dan BAB 1x sehari
Sakit : BAK 5-7X sehari BAB dalam sehari kadang
tidak ada.
f. Aktivitas Pasien
Sehat : Banyak melakukan pekerjaan saja
Sakit : Sakit pasien banyak tidur dan istirahat
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan Darah : 130/90 mmHg
b. Suhu : 36˚C
c. Nadi : 92 X / menit
d. Pernafasan : 20 X / menit
e. Rambut : Rambut pasien beruban dan bersih
f. Telinga : Tidak ada gangguan
g. Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik
(-)
h. Hidung : Hidung simetris, tampak bersih
i. Mulut : Mulut bersih, tidak ada gangguan
j. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar
getah bening
k. Thorak : I : Kesimetrisan kanan
lebihcenderung
dari kiri
l. Jantung : I : Ictus kordis tidak terlihat
m. Abdomen : I : Perut simetris
n. Kulit : Turgor kulit buruk
o. Ekstermitas : Atas : Tangan kanan dan kiri
mengalami oedema

3.2 Analisa Data


Nama Pasien : Tn. S
No.RM : 979373

15
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Agen Nyeri akut –
- Pasien mengatakan nyeri pencedera D.0077 (SDKI,
pada dada fisiologis Hal 172)
- Nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan berdenyut
- Skala nyeri 6
- nyeri terkadang menjalar
sampai keleher, serta
belakang telinga
- Pasien mengatakan sulit tidur
karena nyeri
DO:
- Pasien tanpak meringis
- Pasien memegang dada
sebelah kanan saat nyeri
- Tekanan Darah : 130/90
mmHg
- Nadi : 92x / menit
- Pernafasan : 20x / menit
2. DS: Hambatan Pola napas tidak
- Pasien mengatakan sesak upaya napas efektif – D.0005
napas (SDKI, Hal 26)
DO:
- Pasien tanpak sesak napas
- Tekanan Darah : 130/90
mmHg
- Nadi : 92x / menit
- Pernafasan : 20x / menit
3. DS: Merokok Bersihan Jalan
- Pasien mengatakan sesak aktif napas tidak
napas efektif – D.0149

16
DO: (SDKI, Hal 18)
- Perubahan pola napas
- Perubahan frekuensi napas
- Gelisah
4. DS: Nyeri Gangguan pola
- Pasien mengatakan sering tidur – D.0055
terbangun tengah malam (SDKI, Hal 126)
DO:
- Pasien Nampak tidak segar
- Kualitas tidur pasien kurang
baik
-
5. DS: Penumpukan Hipervolemia –
- pasien mengatakan cairan D.0022 (SDKI,
tangan kanan dan kiri Hal 620
bengkak
DO:
- tangan kanan dan kiri tampak
bengkak, di tekan kembali
lama

3.3 Diagnosa
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis ditandai dengan nyeri, tampak meringis, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat
(SDKI, Psikologis ; Nyeri dan Kenyamanan; Hal 172)
2. Pola napas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan
hambatan upaya napas ditandai dengan Dispnea, pola napas
abnormal (SDKI, Fisiologis; Respirasi; Hal 26)
3. Bersihan Jalan napas tidak efektif (D.0149) berhubungan
dengan merokok aktif ditandai dengan gelisah, dyspnea,

17
frekuensi pola napas berubah, pola napas berubah (SDKI,
Fisiologis; Respirasi; Hal 18)
4. Gangguan pola tidur ( D.0055) berhubungan dengan nyeri
ditandai dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh pol tidur
berubah, mengeluh sering terjaga (SDKI, Fisiologis;
Aktivitas/istirahat; Hal 126)
5. Hipervolemia (D.0022) berhubungan dengan penumpukan
cairan ditandai dengan edema pada ekstremitas (SDKI,
Fisiologis; Nutrisi dan Cairan; Hal 62)

3.4 Perencanaan Keperawtan


NAMA : Tn.S
NO.RM : 979373
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri
(D.0077) Setelah dilakukan 1. Indikasi lokasi, karakteristik,
berhubungan
perawtan selama 1x30 durasi, frekuensi, kualitas,
dengan agen
pencedera menit pasien nyeri akut intensitas nyeri
fisiologis ditandai dapat teratasi. 2. Identifikasi skala nyeri
dengan nyeri,
Kriteria Hasil : 3. Monitor efek samping
tampak meringis,
frekuensi nadi Tingkat Nyeri analgetik yang digunakan
meningkat, sulit 1. Kemampuan 4. Berikan teknik
tidur, tekanan
menuntaskan nonfarmakologi untuk
darah meningkat
(SDKI, Psikologis aktivitas (5) mengurangi rasa nyeri (mis.
; Nyeri dan 2. Keluahan nyeri (5) TENS, hypnosis, akupresur,
Kenyamanan; Hal 3. Gelisah (5) terapi music, biofeedback,
172)
4. Frekuensi nadi(5) terapi pijat, aroma terapi,
Kontrol Nyeri teknik imajinasi, ompres
1. Melaporkan nyeri hangat/dingin, terapi
terkontrol (5) bermain)
2. Kemampuan 5. Jelaskan periode, penyebab,

18
menggunakan teknik dan pemicu nyeri
non farmakologis (5) 6. Jelaskan strategi meredakan
3. Dukungan orang nyeri
terdekat (5) 7. Kolaborasi pemberian
4. Penggunaan analgetik
analgesic (4) Pemberian analgesic
1. Identifikasi riwayat alergi
obat
2. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesic (mis. Narkotika,
non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
3. Diskusikan jenis analgesic
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal
4. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
5. Kolaborasi pemberian obat
dosis dan jenis analgesik
2. Pola napas tidak Tujuan : Pemantauan respirasi
efektif (D.0005) Setelah dilakukan 1. Monitor frekuensi, irama,
berhubungan
perawtan selama 1x60 kedalaman dan upaya napas
dengan hambatan
upaya napas menit pasien dengan 2. Monitor pola napas
ditandai dengan pola napas tidak efektif 3. Monitor hasil x-ray toraks
Dispnea, pola
dapat adekuat. 4. Auskultasi bunyi napas
napas abnormal
(SDKI, Fisiologis; Kriteria Hasil : 5. Palpasi kesimetrisan
Respirasi; Hal 26) Pola Napas ekspansi paru
1. Dispnea (5) 6. Dokumentasi hasil
2. Penggunaan otot pemantauan
bantu napas (5) 7. Jelaskan tujuan dan prosedur
3. Frekuensi napas (5) pemantauan

19
4. Ekskursi dada (5)
3. Bersihan Jalan Tujuan : Manajemen pola napas
napas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas
(D.0149)
perawtan selama 1x60 (frekuensi, kedalaman, usaha
berhubungan
dengan merokok menit pasien bersihan napas)
aktif ditandai jalan napas tidak efektif 2. Monitor bunyi napas ( mis.
dengan gelisah,
dapat adekuat. Gurling, mengi sheezing,
dyspnea, frekuensi
pola napas Kriteria Hasil : ronkhi kering)
berubah, pola Bersihan Jalan Napas 3. Posisikan semifowler atau
napas berubah
1. Mengi (5) fowler
(SDKI, Fisiologis;
Respirasi; Hal 18) 2. Dispnea (5) 4. Berikan minum hangat
3. Batuk efektif (5) 5. Berikan oksigen
4. Wheezing (5) 6. Lakukan fisioterapi dada
7. Anjurkan asupan cairan 2000
Pertukaran Gas ml/hari
1. Bunyi napas 8. Kolaborasi pemberian
tambahan (5) bronkodilator, ekspektor,
2. Takikardi (5) mukolitik
3. Warna kulit (5)
4. Sianosis (5)
4. Gangguan pola Tujuan : Dukungan Tidur
tidur ( D.0055) Setelah dilakukan 1. Identifikasi factor penggangu
berhubungan
perawtan selama 1x24 tidur
dengan nyeri
ditandai dengan jam pasien gangguan 2. Identifikasi pola aktivitas
mengeluh sulit pola tidur dapat teratasi. dan tidur
tidur, mengeluh
Kriteria Hasil : 3. Modifikasi lungkungan (mis.
pol tidur berubah,
mengeluh sering Pola Tidur Pencahayaan, kebisingan,
terjaga (SDKI, 1. Keluhan Sulit tidur suhu, matras dan tempat
Fisiologis;
(1) tidur)
Aktivitas/istirahat;
Hal 126) 2. Keluhan sering 4. Lakukan prosedur untuk
terjaga (1) meningkatkan kenyamanan
3. Keluhan pola tidur (mis. Pijat, pengaturan

20
berubah (1) posisi, terapi akupresur)
Keluahan istirahat 5. Anjurkan menghindari
tidak cukup (1) makanan/minuman yang
menggangu waktu tidur
6. Anjurkan relaksasi otot
autogenic cara
nonfarmakologi lainnya
5. Hipervolemia Tujuan : Manajemen hipervolemia
(D.0022) Setelah dilakukan 1. Periksa tanda dan gejala
berhubungan
perawtan selama 1x30 hypervolemia ( mis.
dengan
penumpukan menit pasien nyeri akut Ortopnea, dyspnea, edema,
cairan ditandai dapat teratasi. JVP/CVP, meningkat reflex
dengan edema
Kriteria Hasil : hepatojugoralis positif, suara
pada ekstremitas
(SDKI, Fisiologis; Status Cairan napas tambahan)
Nutrisi dan Cairan; 1. Kekuatan nadi (5) 2. Identifikasi penyebab
Hal 62)
2. Turgor kulit 95) hypervolemia
3. Output urin (5) 3. Tinggikan kepala tempat
4. Edema (5) tidur 30-40’
4. Anjurkan cara membatasi
cairan
5. Kolaborasi pemberian
diuretik
Pemantauan cairan
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor berat badan
3. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
4. Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urin
5. Monitor waktu pengisisan
kapiler

21
6. Monitor kadar albumin dan
protein total

3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


NAMA ;Tn.S
NO.RM : 979373
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan (SOAP)
1. 25 Mei 2017 25 Mei 2017 25 Mei 2017
Nyeri akut (D.0077) 1. Indikasi lokasi, S:
berhubungan dengan
karakteristik, durasi, - pasien mengatakan nyeri
agen pencedera
fisiologis ditandai frekuensi, kualitas, P(pemicu): nyeri terasa
dengan nyeri, tampak intensitas nyeri saat
meringis, frekuensi
2. Identifikasi skala nyeri beraktifitas
nadi meningkat, sulit
tidur, tekanan darah 3. Berikan teknik -Q (kualitas nyeri): nyeri
meningkat (SDKI, nonfarmakologi untuk yang dirasakan
Psikologis ; Nyeri dan
mengurangi rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk
Kenyamanan; Hal
172) (TENS, hypnosis, dan berdenyut
akupresur, terapi pijat, -R (lokasi):nyeri pada
kompres hangat/dingin,) dada kanan
4. Jelaskan strategi -S (intensitas): skala
meredakan nyeri nyeri 6
5. Identifikasi riwayat -T (waktu):nyeri
alergi obat terasa hilang timbul dan
6. Identifikasi kesesuaian durasi nyeri lama sekitar
jenis analgesic 1 jam
(Narkotika, atau O:
NSAID) dengan tingkat - pasien tampak meringis
keparahan nyeri - pasien tampak
7. Jelaskan efek terapi dan memegang dada kanan

22
efek samping obat -TD:130/90 -
N: 92x/i
- pasien mendapat
obat anti nyeri
durogesic pact 50g,
mst 2x15g
A:
- masalah belum teratasi
P:
intervensi dilanjutkan
2. Pola napas tidak 1. Monitor frekuensi, S:
efektif (D.0005) irama,kedalaman dan - Pasien mengatakan
berhubungan dengan
upaya napas sesak napas
hambatan upaya napas
ditandai dengan 2. Monitor pola napas O:
Dispnea, pola napas 3. Auskultasi bunyi napas - Pasien tanpak sesak
abnormal (SDKI,
4. Palpasi kesimetrisan napas
Fisiologis; Respirasi;
Hal 26) ekspansi paru - Tekanan Darah : 130/90
5. Dokumentasi hasil mmHg
pemantauan - Nadi : 92x / menit
- Pernafasan : 20x / menit
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
3. Bersihan Jalan napas 1. Monitor pola napas S:
tidak efektif (D.0149) (frekuensi, kedalaman, - Pasien mengatakan
berhubungan dengan
usaha napas) sesak napas
merokok aktif
ditandai dengan 2. Monitor bunyi napas ( O:
gelisah, dyspnea, mis. Gurling, mengi - Perubahan pola napas
frekuensi pola napas
sheezing, ronkhi kering) - Perubahan frekuensi
berubah, pola napas
berubah (SDKI, 3. Posisikan semifowler napas
Fisiologis; Respirasi; atau fowler - Gelisah

23
Hal 18) 4. Berikan minum hangat A:
5. Lakukan fisioterapi - Masalah belum teratasi
dada P:
- Intervensi dilanjutkan
4. Gangguan pola tidur ( 1. Identifikasi factor S:
D.0055) berhubungan penggangu tidur - Pasien mengatakan
dengan nyeri ditandai
2. Modifikasi lungkungan sering terbangun tengah
dengan mengeluh
sulit tidur, mengeluh (mis. Pencahayaan, malam
pol tidur berubah, kebisingan, suhu, O:
mengeluh sering
matras dan tempat tidur) - Pasien Nampak tidak
terjaga (SDKI,
Fisiologis; 3. Lakukan prosedur untuk segar
Aktivitas/istirahat; meningkatkan - Kualitas tidur pasien
Hal 126)
kenyamanan (mis. Pijat, kurang baik
pengaturan posisi, terapi A:
akupresur) - Masalah belumteratasi
4. Anjurkan menghindari P:
makanan/minuman - Intervensi dilanjutkan
yang menggangu waktu
tidur
5. Hipervolemia S:
(D.0022) -pasien mengatakan tangan
berhubungan dengan
kanan dan kiri
penumpukan cairan
ditandai dengan bengkak
edema pada O:
ekstremitas (SDKI,
-tangan kanan dan kiri
Fisiologis; Nutrisi dan
Cairan; Hal 62) tampak bengkak
-di tekan kembali lama
A:
- masalah belum tertasi
P:
-intervensi dilanjutkan

24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari
luar paru (metastasis tumor paru) maupun yang berasal dari
paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh
kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas,
yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat
dikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (Purba,
2015).
Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan hasil dari
asuhan keperawatan pada Tn.S dengan Ca Paru yang
dirawat di ruang rawat inap paru RSUP dr.Djamal Padang.
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca
paru diruang rawat inap paru RSUP dr.Djamil Padang
2017.
2. Pada diagnose suhan keperawatan pada pasien Ca paru
Tn.S dapat 5 diagnosa yaitu :
1.) Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis ditandai dengan nyeri,
tampak meringis, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur, tekanan darah meningkat (SDKI,
Psikologis ; Nyeri dan Kenyamanan; Hal 172)
2.) Pola napas tidak efektif (D.0005) berhubungan
dengan hambatan upaya napas ditandai dengan
Dispnea, pola napas abnormal (SDKI,
Fisiologis; Respirasi; Hal 26)
3.) Bersihan Jalan napas tidak efektif (D.0149)
berhubungan dengan merokok aktif ditandai
dengan gelisah, dyspnea, frekuensi pola napas

25
berubah, pola napas berubah (SDKI, Fisiologis;
Respirasi; Hal 18)
4.) Gangguan pola tidur ( D.0055) berhubungan
dengan nyeri ditandai dengan mengeluh sulit
tidur, mengeluh pol tidur berubah, mengeluh
sering terjaga (SDKI, Fisiologis;
Aktivitas/istirahat; Hal 126)
5.) Hipervolemia (D.0022) berhubungan dengan
penumpukan cairan ditandai dengan edema pada
ekstremitas (SDKI, Fisiologis; Nutrisi dan
Cairan; Hal 62)

3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pada pasien (Ca


Paru) di ruang rawat inap Paru RSUP dr.Djamil Padang
tahun 2017 semua perencanaan dapat diterapkan pada
tinjauan kasus.
4. Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien (Ca
Paru) di ruang rawat inap Paru RSUP dr.Djamil Padang
tahun 2017 hampir semua dapat dilakukan.
5. Evaluasi pada pasien dengan asuhan keperawatan pada
pasien Karsinoma Paru (Ca Paru) di ruang rawat inap
Paru RSUP dr.Djamil Padang tahun 2017, belum ada
masalah keperawatan yang teratasi.

4.2 Saran
Setelah penulis membuat kesimpulan tentang
Asuhan Keperawatan pada Tn. S Paru ( Ca Paru ), maka
penulis menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran sebagai berikutnya:
1. Institusi Pendidikan

26
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan
dimasa yang akan datang, agar bisa memberikan asuhan
keperawatan yang profesional untuk klien, khususnya
asuhan keperawatan dengan (Ca Paru).
2. Institusi Rumah Sakit
Institusi Rumah Sakit harus menekankan perawat dan
petugas kesehatan lainnya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan demi membantu pengobatan klien
dan memberikan kepuasan klien dalam pelayanan di
Rumah Sakit, terutama di Ruang Rawat Inap Paru
Bukittinggi.
3. Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya sebaiknya dapat memberikan
pelayanan dan melakukan asuhan keperawatan yang
lebih baik lagi, terutama pada klien (Ca Paru). Kerja
sama yang baik hendaknya tetap dipertahankan dan
untuk mengatasi terjadinya komplikasi lanjut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Asptisunadi., Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi

Kepetawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta. Dewan Pemgurus

Pusat Persatuajn Perawat Nasional Indonesia

Asptisunadi., Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa

Kepetawatan Indonesia Cetakan III. Jakarta. Dewan Pemgurus

Pusat Persatuajn Perawat Nasional Indonesia

Asptisunadi., Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran

Kepetawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta. Dewan Pemgurus

Pusat Persatuajn Perawat Nasional Indonesia

Burke,M Karen, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta.

Robinson,M. Joan, dkk. 2014. Buku Ajar visual Nursing.Yogyakarta.

Saputri B et al. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Ca Paru Dengan

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Universitas Kusuma

Husada. Surakarta.

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brurner & Suddarath (8th ed.). Jakarta: EGC.

Yulias B N. 2017. Asuhan Keperawatan Nyeri Pada Pasien Kanker

Paru di RSIP dr.Djamil Padang. Poltekkes Kemenkes

Padang.

Wilkinson.M.J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan dan

Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa Keperawatan dan

Masalah Kolaboratif. Jakarta:EGC.

28
Zulkifli A. Kanker Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III

(6th ed). Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam,

2014.

29

Anda mungkin juga menyukai