Kel. 9 Bab 11 - Makalah Landasan Pendidikan
Kel. 9 Bab 11 - Makalah Landasan Pendidikan
Kel. 9 Bab 11 - Makalah Landasan Pendidikan
Disusun Oleh :
Sulhu Sila Adilsyah 1105620003
A’izzatul ‘Aisyiyah 1105620033
Maria Madelina Mikel 1105620036
Dhaifina Mazaya Salsabila 1105620047
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tecurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya serta umatnya. Semoga
kami mampu meneladani beliau sebagai manusia yang berguna.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Landasan Pendidikan dengan judul “Sejarah Pendidikan”. Makalah ini tentu tidak akan berhasil
tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terima kasih kami ucapkan kepada ibu
Dr. Hj. Neti Karnati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Landasan Pendidikan dan
semua pihak yang telah membantu memberikan saran serta masukan untuk menyempurnakan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan agar makalah kami menjadi
lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dikatakan bahwa inti dari suatu peradaban sesungguhnya adalah pendidikan, di mana
upaya-upaya untuk mengalihkan kebudayaan kepada generasi berikutnya, dan bagaimana
pikiran-pikiran, nilai-nilai, kepercayaan serta keyakinan telah diajarkan dari generasi ke
generasi. Oleh karenanya, sejarah pendidikan sesungguhnya tidak saja perlu bagi orang-
orang pendidikan, pakar-pakar pendidikan, maupun para sejarawan pendidikan,
tetapi penting diketahui oleh semua orang, dan tentunya juga bagi para pengambil keputusan.
Karena masa depan bangsa ikut ditentukan oleh kebijakan- kebijakan pendidikan di masa
kini. Dan untuk memajukan pendidikan suatu bangsa, maka kita perlu mempelajari
sejarah pendidikan itu sendiri, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
3
4
B. Zaman Rasionalisme
Aliran Rasionalisme lahir di Perancis dan Descartes (1596-1650). Aliran ini
memberi kekuasaan pada manusia untuk berpikir dan bertindak sendiri untuk dirinya.
Aliran ini mulai muncul di saat masyarakat mampu menumbangkan kekuasaan absolut
Raja Perancis dengan menggunakan kekuatan akal pikirnya. Aliran Rasionalisme
merupakan kelanjutan dari perlawanan terhadap ajaran-ajaran yang bersifat dogmatis
dan tradisi yang mulai tampak pada abad ke-15 dan ke-16.
Menurut aliran ini, pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pengamatan alat dria
(induksi) masih diragukan kebenarannya, yang jelas pada kenyataannya bahwa manusia
itu berpikir. Ia berpikir dengan akalnya, maka akal budinya itulah yang berkuasa dalam
hidupnya. Tokoh pendidikan pada masa ini adalah John Locke yang terkenal dengan
teori Leon Tabularasa atau A Blank Sheet of Paper, yakni mendidik seperti menulis di
atas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimiliknya manusia
digunakan untuk membentuk penetahuannya sendiri.
Proses belajar menurut John Locke yaitu:
a. Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia.
b. Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan.
c. Berpikir, yaitu mengolah bahan-bahan yang telah diperoleh.
C. Zaman Naturalisme
Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya,
dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri. Aliran ini muncul pada
abad ke-18 dan merupakan reaksi atas aliran rasionalisme dan menentang kehidupan
yang tidak wajar akibat dari rasionalisme seperti korupsi, gaya hidup yang dibuat-buat
dan sebagainya.
Aliran Naturalisme berpendapat bahwa pada haikatnya semua anak (manusia)
sejak dilahirkan adalah baik. Perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh
pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh/pendidikan
itu baik, akan menjadi baik, tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya.
4
5
Tokoh aliran Naturalisme adalah J.J Rousseau yang menyatakan ada tiga asas
mengajar, yaitu :
a. Asas pertumbuhan, bahwa pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak-anak
bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai kebutuhan-
kebutuhannya.
b. Asas aktivitas, bahwa dengan bekerja anak-anak menjadi aktif yang akan memberikan
pengalaman yang kemudian akan menjadi pengetahuan mereka
c. Asas individualitas, maksudnya dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan
individualitas masing-masing anak, sehingga mereka berkembang menurut alamnya
sendiri.
D. Zaman Developmentalisme
Developmentalisme mulai berkembang pada abad ke 19. Aliran ini merupakan
perkembangan lebih lanjut Naturalisme Romantik dari Rosseau, yang menganjurkan
pendidikan alam dalam arti :
a. Pendidikan sesuai dengan alam, yaitu pendidikan yang mengembangkan pembawaan
atau bakat anak yang pada dasarnya adalah baik.
b. Pendidikan negative, yaitu pendidikan yang tidak ditunjukan untuk mempersiapkan
hidup dalam masyarakat yang ada.
c. Pendidikan yang berlangsung dalam alam, yaitu pendidikan yang dilaksanakandi dalam
kehidupan fisik dan social yang wajar, tidak dibuat-buat.
d. Developmentalisme adalah paham yang mencoba menerapkan prinsip-prinsip
naturalism Romantik Rousseau atau pendidikan alam di sekolah.
a. Mengaktualisasikan semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan
kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia.
5
6
6
7
Paul Nartrop, George Kerchensteiner, dan John Dewey. Aliran ini berpendapat
bahwa masyarakat memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Ibarat atom,
individu tidak ada artinya bila terwujud benda. Oleh karena itu, pendidikan harus
diabdikan untuk tujuan-tujuan tertentu.
7
8
seperti menjadi teladan bagi manusia dan diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban
manusia itu sendiri dimasa kini dan dimasa yang akan datang.
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
pertama kali tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan
mencari rempah-rempah. Untuk menghindari persaingan diantara mereka,
Pemerintah Belanda mendirikan suatu kongsi dagang yang disebut VOC
(Vreenigds Oost Indichie Compagnie) atau pesekutuan perdagangan Hindia
Belanda tahun 1620 (Mudyahardjo, 2008:245).
Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membubarkan terselenggaranya
pendidikan tradisional di Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-
sekolah yang bertujuan menyebarkan agama Kristen. Kegiatan pendidikan VOC
terutama dipusatkan dibagian Timur Indonesia yang mana Katholik telah berakar
dan di Batavia (Jakarta) pusat administasi kolonial. Tujuannya untuk melenyapkan
agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme
(Nasution, 2008:4-5).
13
14
a. Dualisme dalam pendidikan dengan adanya sekolah anak Belanda dan untuk
anak Pribumi, untuk anak yang berada dan anak yang tidak berada.
b. Gradualisme yang ekstrim yang mengusahakan pendidikan rendah yang
sederhana mungkin bagi anak Indonesia.
c. Prinsip konkordasi yang memaksa semua sekolah berorientasi barat
mengikuti model sekolah di Netheland dan menghalangi penyesuaian dengan
keadilan di Indonesia.
d. Kontrol sentral yang ketat.
e. Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis.
f. Pendidikan pegawai sebagai tujuan utama sekolah ( Nasution, 1993).
Setelah VOC gulung tikar pada tahun 1799, Indonesia menjadi daerah jajahan
Belanda dengan nema Hindia-Belanda. Pada saat itu, Gubernur Daendels
memperhatikan nasib bangsa Indonesia. Ia menyatakan bahwa perlu
diselenggarakannya pengajaran bagi anak-anak. Daendels juga ingin
memperkenalkan kepada anak-anak di Jawa tentang kesusilaan, adat istiadat, dan
pengertian agama-agama. Akan tetapi, cita-cita Daendles tidak dapat direalisasi
karena tidak adanya anggaran untuk pengajaran bagi bangsa Indonesia dan juga saat
itu penjajahan Belanda sempat berhenti karena dikalahkan oleh Inggris. Setelah
Belanda berhasil merebut Indonesia kembali, keluarlah surat keputusan (Koniklijk
Belsuit 1848) yang isinya tentang penetapan anggaran belanja pengajaran bagi orang-
orang Indonesia.
14
15
Pada abad ke-18, pendidikan dan pengajaran diberikan secara perseorangan. Pada
akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 sistem ini dirubah menjadi system klasikal
yang mana pengajaran diberikan kepada sekelompok anak-anak pada waktu yang
sama dengan bahan pelajaran yang sama. Pada permulaan 1850, didirikan sekolah
Kelas I yang lamanya lima tahun. Sekolah ini disediakan pada anak-anak dari
lingkungan pegawai Pamong Praja yang ditempatkan di kota-kota keresidenan. Mata
pelajaran yang diberikan antara lain membaca, menulis, berhitung, menggambar,
menyanyi, ilmu bumi, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, ilmu alam, dan bahasa
Indonesia.
Akhir abad ke-19 didirikan sekolah kelas II yang lamanya minimal empat tahun,
ditempatkan di kota-kota kabupaten. Pengajaran ini lebih sederhana daripada sekolah
kelas I, yaitu membaca, menulis, berhitung, dan bahasa daerah atau bahasa Indonesia.
Sekolah ini untuk umum dan tidak dibatasi.
Sejak dijalankannya politik etis ini tampak kemajuan lebih pesat dalam bidang
pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi barat ini meskipun
masih sangat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak Indonesia
yang orang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan elite
intelektual baru (Rohmawati, 2008).
Pada tahun 1867, dalam pemerintahan Hindia Belanda dibentuk suatu departemen
tersendiri yang mengurusi masalah pendidikan, agama, dan kerajinan yang disebut
Department Van Onderwijs En Eeredienst (Departemen Pengajaran dan Kepentingan
Kehormatan). Tujuannya adalah agar penduduk bumiputera, cina, dan golongan
lainnya berkesempatan memperoleh pendidikan Barat sebagai dasar pendidikan
sampai pendidikan tinggi. Pemerintah Belanda mendasarkan kebijakannya pada
pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
15
16
Perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin
meningkat dengan lahirnya sumpah pemuda pada tahun 1928 (Rohmawati,2008)
setelah itu munculah tokoh-tokoh yang berjuang dibidang pendidikan, antara lain :
16
17
budaya, Bahasa, adat istiadat, moral, baca tulis, menghitung, dan lain sebagainya.
Bentuk kebijakan politik pendidikan pemerintah Kolonial yang terjadi sekitar tahun
1930-an, sebagai berikut :
a. Seluruh sekolah swasta yang tidak dibiayai oleh pemerintah Belanda harus
meminta izin.
b. Guru-guru yang mengajar di sekolah swasta juga harus mendapatkan izin
dari pemerintah terlebih dahulu.
c. Materi pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa sekolah swasta
tidak boleh melanggar peraturan negeri dan harus sesuai dengan sekolah
pemerintah.
17
18
18
19
Lepas dari tujuan semula, Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin
ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya
setelah tercapainya kemerdekaan. Jepang memberikan toleransi yang banyak terhadap
pendidikan Islam di Indonesia, kesetaraan pendidikan penduduk pribumi sama
dengan penduduk atau anak-anak penguasa.
19
20
Pada zaman kemerdekaan kondisi social politik sangatlah tidak stabil, maka dari
itu hal demikian sangat berpengaruh mengenai pola dan dinamika pendidikan
nasional saat itu, yaitu terjadi beberapa kali perubahan arah dan orientasi pendidikan
nasional, misalnya pada masa permulaan kemerdekaan. Melalui SK Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan No. 104/Bhg.0, Tanggal 1 Maret 1946,
tujuan pendidikan berorientasi pada usaha menanamkan jiwa patriotism dan lebih
jauh dimaksudkan untuk menghasilkan patriot-patriot bangsa yang rela berkorban
untuk bangsa dan negaranya. UU No. 4 Tahun1950 Pasal 3, tujuan pendidikan
nasional berubah, yaitu dengan adanya perumusan tujuan pendidikan dan pengajaran
(lihat lampiran). Pada tanggal 25 November 1945, berdiri Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) yang mempunyai asas-asas perjuangan sebagai berikut :
a. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;
b. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar
kerakyatan; dan
c. Membela hak dan nasib buruh pada umumnya dan guru pada khususnya.
Adapun susunan persekolahan dan kurikulum yang berlaku sejak tahun 1945-
1950 adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan Rendah
Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan yang
disebut dengan Sekolah Rakyat (SR). Maksud pendirian SR adalah selain
meningkatkan taraf pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan juga dapat
menampung Hasrat yang besar dari mereka yang hendak bersekolah.
1. Pendidikan Guru
20
21
Dalam periode antara tahun 1945-1950 dikenal tiga jenis pendidikan guru,
yaitu :
a) Sekolah guru B (4 tahun)
b) Sekolah guru C (2 tahun)
c) Sekolah guru A (4 tahun)
2. Pendidikan Umum
Ada dua jenis pendidikan umum, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Tinggi (SMT).
3. Pendidikan Kejuruan
Yang dimaksud dengan pendidikan kejuruan adalah pendidikan ekonomi
dan pendidikan kewanitaan.
4. Pendidikan Teknik
Seperti sekolah lain, keadaan sekolah Teknik tidaklah teratur karena
disamping pelajarannya sering terlibat dalam pertahanan negara, sekolah
tersebut kadang-kadang juga dipakai sebagai pabrik senjata.
5. Pendidikan Tinggi
Dalam periode 1945-1950 kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan
tinggi semakin terbuka lebar bagi warga negara tanpa syarat. Lembaga
pendidikan ini berkembang pesat tetapi karena pelaksanaannya di lakukan
pada saat terjadi perjuangan fisik maka perkuliahan kerap kali di sela
dengan perjuangan garis depan.
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
Orde Baru identik dengan ideologi atau slogan pembangunan. Begitu pula ara dan
kebijakan pendidikan disesuaikan dengan Gerakan pembangunan. Begitu pula arah
dan kebijakan pendidikan disesuaikan dengan Gerakan Pembangunan. Didalam
mengatualisasi pembangunannya, Orde Baru setiap lima tahun memiliki program
pembangunan, yang dikenal dengan istilah Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
26
27
Orde Baru menerapkan kebijakan pendidikan nasionalnya pada Pelita II. Mulai
Pelita II pemeratan pendidikan dijadikan kebijakan pokok. Pada akhir Pelita II,
lahirlah Instruksi Presiden untuk pembangunan sarana Sekolah Dasar. Sejak saat itu,
ribuan sekolah beserta fasilitas lainnya disediakan untuk memberikan kesempatan
yang luas bagi anak yang berumur 7-12 tahun untuk memperoleh pendidikan Sekolah
Dasar. Kurikulum pada masa Orde Baru meliputi :
1. Kurikulum 1968
27
28
28
29
29
30
9. Zaman Reformasi
Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan
hal-hal yang mereka inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan
perlawanan, rezim ini juga memiliki motor politik yang sangat kuat, yaitu partai
Golkar yang merupakan partai terbesar saat itu. Hamper tidak ada kebebasan bagi
masyarakat pada saat itu untuk melakukan sesuatu, termasuk kebebasan berbicara dan
menyampaikan pendapatnya (Ibid:143). Begitu Orde Baru jatuh pada tahun 1998
masyarakat merasa bebas. Reformasi ini pada awalnya lebih banyak bersifat mengejar
kebebasan tanpa program yang jelas.
Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijkan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusional. Bentuk
kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula bentuk pelaksanaan pendidikan
berubah dan sentralistik (orde lama) menjadi desentralistik. Pada masa ini
pemerintah menjalankan amanat UUD 1945 dengan memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja negara.
Dengan didasarkan oleh UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang
diperkuat dengan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah, maka pendidikan digiring pada pengembangan lokalitas yang mana
keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan satuan pendidikan.
Pendidikan di Era Reformasi 1999 mengubah wajah system pendidikan Indonesia
melalui UU No. 22 Tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi sektor pembangunan
yang didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalakn model “Manajemen Berbasis
Sekolah”. Sementara untuk mengimbangi kebutuhan akan sumber daya manusia yang
berkualitas, maka dibuat system “Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU No. 20 Tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional menggantikan UU No. 2 Tahun 1989 dan sejak saat itu
pendidikan dipahami sebagai : “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
30
31
31
32
32
33
Jadi, pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk
Menyusun dan mebuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa
dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas
pendidikan, karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga
diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara terbuka
berdasarkan system ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh masing-masing
sekolah.
Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan kepada tempat
semula, yaitu unsur teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum ini unsur
praksis lebih ditekankan dari pada unsur teoritis.
3. Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan dengan cara mengubah
kurikulum Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Atas, serta Sekolah Menengah Kejuruan dengan menekankan aspek kognitif,
afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling
melengkapi. Basis perubahan kurikulum 2013 terdiri dari dua komponen
besar, yakni pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut harus
menjadi landasan agar generasi muda dapat menjadi bangsa yang cerdas tetapi
berpengetahuan dan berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun
berkompetisi.
Kurikulum 2013 Edisi Revisi
Kurikulum 2013 Revisi menuntut guru mengubah kebiasaan mengajar.
Guru harus berperan sebagai fasilitator siswa dalam setiap pembelajaran.
Mendorong agar siswa berpikir kritis menggunakan berbagai strategi seperti
diskusi, konsultasi, siswa saling mengajar ‘peer teaching’, dan peragaan.
Kemudian pemodelan langsung, latihan terbimbing dan bebas.
33
34
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan pada BAB II, maka dapat kita
simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu upaya yang bertujuan untuk mengajarkan,
membimbing dan membina potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
34
35
dirinya dan masyarakat dengan struktur, arahan, sarana dan prasarana yang telah terencana
sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan kecakapan sosial.
Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama berlangsung mulai dari Zaman Realisme,
Zaman Rasionalisme, Zaman Naturalisme, Zaman Developmentalisme, Zaman Nasionalisme,
Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, Zaman Sosialisme yang menjadikan
perkembangan pendidikan di dunia sampai saat ini.
Setiap bidang yang ingin dicapai manusia untuk maju pada umumnya dikaitkan dengan
bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau (Pidarta, 2007:110). Demikian juga
halnya dengan pendidikan, sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan
pendidikan. Sejarah telah memberi penerangan, seperti menjadi teladan bagi manusia dan
diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri dimasa kini dan dimasa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Serevina, Vina dan Sri Martini Meilanie. 2019. Buku Ajar Landasan Pendidikan. Jakarta.
Universitas Negeri Jakarta.
Poedjiadi, Anna dan Suwarma. 2008. Filsafat Ilmu. Jakarta. Universitas Terbuka.
35
36
Syaharuddin dan Susanto Heri. 2019. Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra Kolonialisme
sampai Reformasi). Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu. Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam “Menelusuri jejak Sejarah Pendidikan Era Rasullullah
sampai Indonesia”. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup). Hlm. 314
Tim Kursus Kader Katolik. Sedjarah Geredja Katolik di Indonesia. (Jakarta : Sekretariat
Nasional K.M/C.L.C, 1971) hal : 139-140
36