Katekese Berbasis Seni Dengan Tema Bencana Alam

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MODEL KATEKESE BERBASIS SENI

Katekese Musikal

BENCANA ALAM, TEGURAN ALLAH ATAS UMAT-NYA

IDENTIFIKASI

Tujuan : Peserta menyadari bencana alam sebagai bentuk penghakiman Allah untuk
panggilan pertobatan.

Indikator :

1. Peserta mampu mengkorelasikan pesan yang disampaikan pencipta lagu


dengan berbagai fenomena alam yang terjadi dalam realita kehidupan.
2. Peserta mampu menemukan contoh-contoh fenomena alam dalam hidup
sehari-hari sebagai refleksi teguran Allah.
3. Peserta mampu menjelaskan realita fenomena alam yang terjadi sebagai
teguran Allah.
4. Peserta mampu menjelaskan sikap dan ajaran Kristiani supaya dapat hidup
sesuai Kehendak Allah.

Metode : Tanyajawab, uraian, diskusi bersama.

Peserta : 17-23 orang, Peserta sedapat mungkin duduk melingkar.

Media : LCD, Sound musik.

Waktu : 120 menit.

Sumber : Kej 6:5-8; 7:1-16; Yun 1:1-2; 3:1-10; Luk 13:4-5; Rom 2:4-11
GAGASAN POKOK

Fenomena alam yang terjadi di bumi ini banyak sekali jenisnya, mulai dari banjir
bandang, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, hujan yang tak kunjung berhenti, angin
puting beliung, tanah longsor, dan seterusnya. Pengertian fenomena itu sendiri adalah
peristiwa yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan dapat diterangkan serta dinilai
secara ilmiah (KBBI). Fenomena alam dapat terjadi secara alamiah ataupun terjadi akibat dari
ulah manusia. Misalnya saja tanah longsor terjadi akibat banyaknya orang yang tidak
bertanggung jawab melakukan penebangan hutan secara liar yang menyebabkan tidak ada
penahan atau penyerap untuk air hujan. Namun adapula fenomena alam yang memang terjadi
secara alami tanpa disebabkan ulah manusia seperti angin puting beliung, gunung meletus,
tsunami, gempa bumi, dan seterusnya. Namun orang beriman Kristiani memandang
fenomena alam yang terjadi tidak selalu dikarenakan faktor alamiah ataupun ulah manusia
saja, melainkan ada intervensi Allah dengan maksud atau tujuan tertentu bagi umat-Nya.
Allah memakai alam untuk menegur ataupun untuk menghukum umat-Nya dikarenakan
manusia hidup bergelimang dosa dan kesalahan dan tidak kunjung segera bertobat.
Kebebalan hati manusia akan dosa dan kesalahan itulah yang menyebabkan murka Allah atas
umat-Nya. Oleh karena itulah Tuhan memakai fenomena alam untuk memberikan teguran
ataupun hukuman pada manusia. Jika kita melihat kisah Nuh dapat kita ketahui bagaimana
karena kejahatan manusia besar di bumi dan segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan maka Allah menurunkan air bah dan hanya menyelamatkan orang
yang benar, yakni Nuh dan keluarganya serta beberapa pasang binatang (Kej. 6:5-8; 7:1-16).
Dari kisah Nuh ini dapat kita ketahui bahwa Allah mendatangkan bencana alam bagi orang
yang tidak hidup menurut ketetapan-Nya dan menyelamatkan orang yang hidup benar. Selain
itu jika kita baca kisah Yunus kita akan semakin mengerti bahwa Allah akan menarik
malapetaka yang direncanakan-Nya atas umat Niniwe jika umat-Nya berhenti dari kebebalan
hatinya untuk berdosa dan menjalani laku tobat (Yunus 1:1-2; 3:1-10).

Ternyata dalam Perjanjian Baru pun Yesus mengatakan hal yang sama tentang
fenomena alam yang menimpa umat-Nya jikalau umat-Nya berkeras hati untuk tidak
bertobat. Yesus mengatakan bahwa jika umat Allah pada waktu itu tidak bertobat maka
kebinasaan dengan cara seperti delapan belas orang yang tertimpa menara dekat Siloam juga
berlaku atas mereka (Luk 13:4-5). Sebagaimana Yesus, Rasul Paulus juga mengatakan hal
yang sama bahwa pertobatan akan segala dosa dan kesalahan adalah sangat penting guna
menyurutkan murka Allah atas umat-Nya (Roma 2:5). Lebih jauh lagi Paulus Sang Rasul
memberikan kepada kita petunjuk ilahi bahwa jika seseorang ingin mencapai kehidupan
kekal maka perlu bagi dirinya untuk melakukan kehendak Allah seperti: tekun berbuat baik,
mencari kemuliaan, kehormatan, dan ketidak binasaan (Roma 2:6-7). Tentu jika seseorang
ingin mendapatkan perkenanan hati Allah maka perlu bagi dirinya untuk melakukan
kehendak Allah, berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan, dan ketidakbinasaan. Berbuat
baik adalah penting karena melaluinya iman itu akan sungguh menjadi iman yang hidup yang
berkanan bagi Allah. Iman yang hidup itu akan semakin sempurna jika seseorang mencari
kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus Sang
Juruselamat. Tentu hal itu perlu kita realisasikan dengan cara mengamalkan nilai-nilai
Kristiani yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus kepada kita. Dengan demikian kita akan
menjadi pribadi yang hidup seturut kehendak Allah dan perkenanan hati-Nya dan alam pun
akan bersahabat dengan kita.

Oleh sebab itu perlu bagi setiap orang beriman Kristiani berefleksi bahwa fenomena
alam tidak sebatas fenomena yang terjadi secara alami ataupun karena ulah manusia saja
tetapi juga intervensi Allah dikarenakan dosa dan kesalahan yang diperbuat oleh manusia
yang tidak pernah mau bertobat. Pertobatan dan melaksanakan kehendak Allah adalah jalan
bagi setiap orang beriman untuk mendapatkan perkenanan hati Allah dan persahabatan
dengan alam.

LANGKAH-LANGKAH

Pengantar (5 menit)

Pemandu dapat memulai katekese ini, dengan menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan hal-hal umum yang berkaitan dengan katekese ini, misalnya:

 Menjelaskan tema: pentingnya tema ini diangkat dalam kaitan dengan hidup
sehari-hari; atau tujuan yang hendak dicapai dalam pendalaman iman ini.
 Menjelaskan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam pertemuan, dan
bagaimana peserta dapat berpartisipasi dalam setiap langkah, atau setiap
bagian.
 Berkaitan dengan lagu, perlu dijelaskan bahwa pemilihan musik tidak
didasarkan atas jenis music, tetapi berdasarkan latar belakang tema. Orang
dimotivasi untuk bersikap terbuka terhadap jenis, model, gaya atau aliran.
Titik tolak pemilihan music di dasarkan pada pesan lagu, bukan jenis musik.
Penjelasan ini perlu, sebab tidak semua orang menyukai jenis music tertentu
atau penyanyi tertentu.
 Mempersiapkan peserta untuk menikmati, sambil mencermati setiap bagian
dalam lagu yang akan segera dihadirkan supaya setiap peserta dapat
membagikan apresiasi music yang akan didengar.

1. Menghadirkan Karya Seni: Lagu (15 menit)


Pemandu memastikan bahwa music dengan segala peralatan yang akan digunakan
benar-benar telah siap saji, seperti: CD, Flashdisk, laptop, kabel-kabel, sound yang
akan digunakan, dlsb. Semua telah dalam keadaan “On”, siap click, dan tidak aka
nada masalah teknis yang mengganggu sekecil apapun.
Dalam bagian ini juga dibagikan teks lirik lagu untuk menolong peserta memberikan
apresiasi terhadap isi musik. Pastikan bahwa Pemandu telah menggandakan teks lirik
lagu sejumlah peserta yang hadir dalam pertemuan. Teknik pembagian teks lagu
mengikuti langkah-langkah dalam bagian ini.
Lagu yang akan digunakan dalam katekese ini dapat diterangkan sebagai berikut:
- Judul : Berita Kepada Kawan
- Jenis : Pop
- Penyanyi : Ebiet G. Ade
- Pencipta : Ebiet G. Ade
- Durasi : 5:48
- Sumber : Courtesy of Youtube, https://youtube.com/watch?v=KAaFPPTSvhY

Dianjurkan Musik di hadirkan dengan cara sebagai berikut:

 Pemutaran (1) : Setelah peserta siap mendengar/menyaksikan lagu/video, lagu


Berita Kepada Kawan diputar. Diputar tanpa bantuan teks lirik di tangan
peserta. Hanya mengandalkan telinga. Maksudnya agar peserta dapat
menikmati musik lagunya.
 Membagikan teks lirik lagu. Teks lirik lagu sebagai berikut:
BERITA KEPADA KAWAN

Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
Kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih…

Refrens 1:
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit

Refrens 2:
Barangkali di sana
Ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
Dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Setelah semua peserta menerima teks lirik, peserta diberi kesempatan membaca teks.
Bisa dibaca sendiri-sendiri, bisa salah satu peserta membaca, atau Pemandu membacakannya.
Sebaliknya Pemandu juga ikut membaca.

 Pemutaran (2) : Dengan teks lirik beserta video klip tentang bencana alam
yang terjadi di berbagai tempat (tsunami, badai tornado, angin puting beliung,
dll).
 Pemutaran (3) : Jika dirasa peserta sangat antusias dan haru dalam menyanyi
serta melihat video klip, maka lagu bisa diputar ulang agar peserta semakin
dibawa kepada penghayatan akan fenomena yang terjadi dlam hidup ini.

2. Apresiasi terhadap Karya Seni


a. Pemandu menjelaskan atau mendialogkan, misalnya: tentang pengarang lagu
Berita Kepada Kawan: Siapa Dia, Latarbelakang Hidupnya, Perjuangan hidupnya.
Isi Apresiasi:
Pengarang
Abid Ghoffar bin Aboe Dja‟far atau Ebiet G. Ade lahir di Wanadadi,
Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April 1954; umur 64 tahun adalah penyanyi dan
penulis lagu berkewarnegaraan Indonesia. Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya
yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya
bergenre balada, pada awal kariernya, ia memotret suasana kehidupan Indonesia
pada akhir tahun 1970-an hingga samapi saat ini

Musik Pop
Lagu-lagu Ebiet G. Ade beraliran pop yang bergenre balada (narasi). Sentuhan
musiknya sempat mendorong pembaharuan pada dunia musik Pop Indonesia.
Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang cinta tapi juga ada bertemakan alam,
sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Semua lagu ditulisnya sendiri, ia
tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Surat dari
Desa yang ditulis oleh Oding Arnaldi dan Mengarungi Keberkahan Tuhan yang
ditulis bersama Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Lagu Berita Kepada Kawan
Lagu „Berita Kepada Kawan‟ dirilis tahun 1979 dalam album „Camelia II‟. Lagu
ini ditulis oleh Ebiet G. Ade sebagai tanda empatinya terhadap meletusnya kawah
beracun Sinila di Dieng, Jawa Tengah pada tahun 1979. Tepatnya pada 20
Februari 1979, Kawah Sinila meletus menjelang subuh, disebabkan karena adanya
gempa. Letusan itu mengeluarkan gas beracun yang mencemari udara sekitar
pedesaan. Setidaknya ada 149 korban jiwa karena peristiwa tersebut. Tak hanya
manusia, hewan ternak pun turut menjadi korban dari bencana alam tersebut.
b. Mendialogkan atau menemukan pesan musikal dari lagu Berita Kepada Kawan.
Misalnya, dengan beberapa bantuan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
 Pesan apa saja yang akan disampaikan composer kepada para pendengar?
 Dari berbagai pesan, manakah yang menjadi pesan yang paling pokok?

Penjelasan atau dialog tentang Lagu Berita Kepada Kawan diarahkan kepada
kesimpulan, misalnya:

Bait pertama : Pengarang menempatkan dirinya dalam cerita sebagai seorang


yang sedang melakukan perjalanan menuju kampung halaman dan merasa sedih
ketika melihat kampung halaman yang mengalami bencana. Hati penyanyi serasa
menjerit sedih ingin membagikan apa yang dilihatnya kepada kawannya, yakni
kita semua yang mendengar lagunya.

Bait kedua : Ketika pengarang melihat kampung halaman yang sekarang


dia merasa sedih, terkejut, dan kecewa, terlebih ketia ia bertemu dengan seorang
gembala kecil yang tengah dirundung duka karena kedua orang tuanya telah tiada
karena bencana.

Refrens 1 : Pengarang ingin sekali menceritakan kondisi kampung


halaman kepada sahabatnya, yang tidak lain adalah kita semua, namun sayang
sahabatnya tidak berada di sisi, sehingga dengan segala rasa yang berkecamuk
dalam jiwa, ia memutuskan untuk pergi ke laut, di laut ia meluapkan segala rasa
yang berkecamuk dalam jiwa.

Refrens 2 : Pengarang mengajak kita semua untuk kembali berefleksi


apakah bencana ini terjadi karena murka Tuhan kepada manusia karena sikap
manusia yang selalu berbuat hal-hal yang salah dan rasa bangga akan segala dosa
yang telah diperbuat.

Pesan yang dipandang paling penting oleh pengarang sebagaimana terlihat dalam
refrens 2 bahwa dampak dari sikap manusia yang selalu salah dan bangga akan
dosa-dosanya yang tidak kunjung betobat akan mendatangkan teguran Tuhan
melalui fenomena alam.

Pemandu mengarahkan peserta pada topik-“Perbuatan manusia yang berlawanan


dengan kehendak Allah akan mendatangkan teguran daripada-Nya melalui berbagai
peristiwa” untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam katekese ini.

c. Jika diperlukan agar peserta semakin dibawa kepada penghayatan topik “Lagu
Berita Kepada Kawan” dapat diputar kembali.
Jika perlu, boleh juga partitur diberikan (lihat lampiran), hanya jika perlu.

3. Mengaplikasikan dengan pengalaman hidup (25 menit).


Berdasar hasil apresiasi dari Lagu Berita Kepada Kawan, terutama pesan bahwa
bencana alam yang terjadi diakibatkan karena sikap manusia yang selalu salah dan
bangga akan dosa-dosanya dan tidak kunjung bertobat mendatangkan murka Allah
atas umat-Nya. Pemandu mengajak peserta untuk menemukan contoh-contoh
pengalaman konkrit yang berkaitan dengan pengalaman tersebut dan mendorong
supaya mensharingkan pengalaman itu kepada peserta lain:
Contoh sharing pengalaman bencana sebagai teguran Tuhan:
Saya Yehuda. Saya akan membagikan pengalaman tante saya yang baru tiba
dari Pekan Baru – Riau yang beberapa hari lalu ke kota ini, untuk meninjau
anaknya yang sekolah di sini. Cerita itu terlalu mengguncangkan sampai saya
merinding mendengarnya dan memutuskan untuk mensharingkannya. Beliau
bercerita tentang sebuah peristiwa yang luput dari pers, yang menjadi awal
dari bencana besar Tsunami Aceh 2004 lalu”
Tanggal 24 Desember 2004, sebuah jemaat Gereja berjumlah kira-kira 400
jiwa di Meulaboh, Aceh Darussalam, sedang kumpul-kumpul di gedung gereja
untuk persiapan Natal, tiba-tiba mereka didatangi segerombol besar massa
berwajah beringas. Mereka adalah warga kota, tetua-tetua kota, aparatur
pemerintah serta polisi syariat. Massa ini dengan marah mengultimatum
orang-orang Kristen itu untuk tidak merayakan Natal. Tetapi pendeta dan
jemaat gereja itu mencoba membela diri, kurang lebih berkata:
“Mengapa Pak? Kami kan hanya merayakan hari besar agama kami. Kami
tidak berbuat rusuh atau kejahatan kok. Acara besok untuk memuji dan
menyembah Tuhan kok, Pak. Yakinlah, kami tidak akan mengganggu
siapapun.”
Tetapi massa itu tidak menggubris dan kurang lebih berkata:
“Sekali tidak boleh, ya tidak boleh! Ini negeri Islam! Kalian orang-orang kafir
tidak boleh mengotori kota kami ini! Dengar, kalau kami membunuh kalian,
tidak satupun yang akan membela kalian, kalian tahu itu!?”
Tetapi orang-orang Kristen itu tetap berusaha membujuk-bujuk massa itu.
Lalu massa yang ganas itu memutuskan begini: “Kalian tidak boleh
merayakan Natal di dalam kota. Kalau kalian merayakannya di sini, kalian
akan tahu sendiri akibatnya! Tapi kalau kalian tetap mau merayakan Natal,
kalian kami ijinkan merayakannya di hutan di gunung sana!!”
Setelah mengultimatum demikian, massa itupun pergi. Lalu pendeta dan
jemaat gereja itu berunding, menimbang-nimbang apakah sebaiknya
membatalkan Natal saja, ataukah pergi ke hutan dan bernatalan di sana.
Akhirnya mereka memilih pilihan kedua. Lalu berangkatlah mereka ke hutan,
di daerah pegunungan. Di suatu tempat, mereka mulia membersihkan rumput
dan belukar, mengikatkan terpal-terpal plastik ke pohon-pohon sebagai atap
peneduh, lalu mulai menggelar tikar. Besoknya, 25 Desember 2004, jemaat
gereja itu berbondong-bondong ke hutan untuk merayakan Natal.
Perayaan Natal yang sungguh memilukan sekali. Mereka menangis meraung-
raung kepada Tuhan, meminta pembelaanNya. Sebagian besar mereka
memutuskan menginap di hutan malam itu.
Lalu pagi-pagi buta sekali, ketika hari masih gelap, istri si pendeta terbangun
dari tidur. Ia bermimpi aneh, membangunkan suaminya dan yang lain. Dalam
mimpinya itu Tuhan Yesus datang kepadanya, menghiburnya dengan berkata:
“Kuatkanlah hatimu, hai anakKu. Jangan engkau menangis lagi. Bukan kalian
yang diusir bangsa itu, tetapi Aku! Setiap bangsa yang mengusir Aku dan
namaKu dari negeri mereka, tidak akan luput dari murkaKu yang menyala-
nyala. Bangunlah dan pergilah ke kota, bawa semua saudaramu yang
tertinggal di sana ke tempat ini sekarang juga, karena Aku akan memukul
negeri ini dengan tanganKu!”
Lalu mereka membahas sejenak mimpi itu. Sebagian orang menganggap itu
mimpi biasa, menenangkan si ibu pendeta dengan berkata kira-kira begini:
“Sudahlah Ibu, jangan bersedih lagi. Tentulah mimpi itu muncul karena ibu
terlalu sedih”. Tetapi sebagian lagi percaya atau agak percaya bahwa mimpi
itu memang betul-betul pesan Tuhan. Akhirnya mereka memutuskan
mengerjakan pesan seperti dalam mimpi itu. Beberapa orang ditugaskan ke
kota pagi buta itu juga untuk memanggil keluarga-keluarga jemaat yang tak
ikut bernatalan ke hutan.
Ketika pagi hari, sekitar pukul 7 s/d 8 pagi mereka semua telah berada kembali
di pegunungan, mereka dikejutkan goncangan gempa yang dasyat sekali. Tak
lama kemudian, peristiwa Tsunami Besar itupun terjadi.
Sekarang, pendeta gereja yang selamat itu telah pergi ke mana-mana,
mempersaksikan kisah luar biasa itu ke gereja-gereja di seluruh Indonesia,
termasuk ke gereja dimana tante saya beribadah, di Pekan Baru.

Mendialogkan pengalaman yang disharingkan.


Contoh: Contoh sharing yang disajikan dalam katekese ini, tidak perlu di gunakan,
jika diantara peserta ada yang memiliki pengalaman yang bisa disharingkan.
Pemandu mendialogkan dengan pertanyaan informative terkait sharing pengalaman.
Peserta juga dimungkinkan untuk mengajukan pertanyaan informatif untuk
mendalami pengalaman sehingga bencana alam terjadi salah satunya diakibatkan
karena sikap manusia yang bangga akan dosa-dosanya dan tidak kunjung bertobat
menjadi lebih jelas.

4. Menerangi dengan sabda Allah dan ajaran Gereja (30 menit)


Pemandu bertitik tolak dari hasil apresiasi lagu Berita Kepada Kawan dan sharing
pengalaman tentang bencana alam terjadi akibat sikap manusia yang bangga akan
dosa-dosanya dan tidak kunjung bertobat mendatangkan teguran Allah melalui
teguran dengan fenomena alam sebagaimana tertulis dalam Alkitab:
a. Akibat dosa dan kejahatan Allah menegur atau menghukum umat-Nya dengan
fenomena alam. Namun Allah menghentikan malapetakan yang direncanakan-Nya
ketika umat-Nya bertobat.
Air bah di zaman Nuh.
Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka
menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu
memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia
yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal,
bahwa Aku telah menjadikan mereka." Tetapi Nu mendapat kasih karunia di mata
TUHAN. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: "Masuklah ke dalam bahtera
itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-
Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram haruslah
kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu
pasang, jantan dan betinanya; juga dari burung-burung di udara tujuh pasang,
jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya di seluruh bumi. Sebab
tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat
puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang
ada, yang Kujadikan itu." Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan
TUHAN kepadanya. Nuh berumur enam ratus tahun, ketika air bah datang
meliputi bumi. Masuklah Nuh ke dalam bahtera itu bersama-sama dengan anak-
anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya karena air bah itu. Dari binatang
yang tidak haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang
merayap di muka bumi, datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera
itu, jantan dan betina, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh. Setelah tujuh
hari datanglah air bah meliputi bumi. Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun,
pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah
terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-
tingkap di langit. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat
puluh malam lamanya. Pada hari itu juga masuklah Nuh serta Sem, Ham dan
Yafet, anak-anak Nuh, dan isteri Nuh, dan ketiga isteri anak-anaknya bersama-
sama dengan dia, ke dalam bahtera itu, mereka itu dan segala jenis binatang liar
dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata yang merayap di bumi
dan segala jenis burung, yakni segala yang berbulu bersayap; dari segala yang
hidup dan bernyawa datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu.
Dan yang masuk itu adalah jantan dan betina dari segala yang hidup, seperti yang
diperintahkan Allah kepada Nuh; lalu TUHAN menutup pintu bahtera itu di
belakang Nuh.

Murka Tuhan surut karena pertobatan umat Niniwe.

Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: "Bangunlah,


pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena
kejahatannya telah sampai kepada-Ku." Datanglah firman TUHAN kepada Yunus
untuk kedua kalinya, demikian: "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar
itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe
adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.
Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru:
"Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." Orang Niniwe
percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang
dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Setelah sampai kabar itu
kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya
jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. Lalu atas
perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di
Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak
boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru
dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah
lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin
Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-
nyala itu, sehingga kita tidak binasa." Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu,
yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka
menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap
mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

Yesus memberi peringatan kepada mereka yang tidak kunjung bertobat.


Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam,
lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di
Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu
semua akan binasa atas cara demikian."
Nasihat Kitab Suci berkaitan melakukan kehendak Allah. Rasul Paulus menasihati
supaya umat Tuhan senantiasa melakukan laku tobat dan melakukan kehendak-
Nya sehingga Dia berkenan kepada mereka dan murka Allah tidak menimpa atas
mereka.
Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau
kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat,
engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan
hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang
menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun
berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan, dan ketidakbinasaan, tetapi murka
dan geram y kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat
kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan
akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat (Rom 2:4b-9b).

b. Ajaran Gereja tentang dosa mendatangkan murka Allah.

-Murka Allah berarti kemarahan dan teguran Allah. Murka adalah sikap permanen
Allah yang suci dan benar bila bersinggungan dengan dosa dan kejahatan umat
manusia. Namun tidak cukup memandang istilah itu sekedar 'penggambaran
tentang proses sebab akibat yang tak terelakkan dalam alam moral' atau sebagai
cara lain untuk berbicara tentang akibat-akibat dosa. Murka lebih merupakan
kualitas pribadi, yang tanpanya Allah tidak lagi sepenuhnya adil dan kasih-Nya
merosot menjadi melulu perasaan lembut. Kendatipun murka-Nya sama seperti
kasih-Nya harus digambarkan dengan bahasa manusia, murka-Nya tidak
sewenang-wenang, tidak tiba-tiba atau sembarang waktu, seperti biasanya murka
manusia. Murka Allah adalah permanen dan merupakan suatu unsur dalam
hakikat-Nya juga dalam kasih-Nya. Hal itu ditunjukkan dengan baik dalam De ira
Dei, karya Lactantius.

-Bagi orang-orang berdosa 'memanfaatkan' belas kasihan itu berarti menimbun


'murka atas dirinya sendiri pada hari dimana murka Allah yg adil akan dinyatakan'
(Roma 2:5). Paulus yakin bahwa salah satu penyebab utama mengapa Israel gagal
menahan proses kemerosotan moral terletak dalam tanggapan mereka yg salah
terhadap kesabaran Allah, yang begitu sering menahan dini tidak menghukum
mereka sejauh mereka layak menerimanya. Mereka memandang rendah 'kekayaan
kemurahan-Nya dan kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya', dan mereka gagal
melihat bahwa itu dimaksudkan untuk membawa mereka kepada pertobatan
(Roma 2:4).

5. Menemukan Kehendak Allah (25 menit)


Pemandu mendialogkan bersama peserta untuk menemukan kehendak Allah.
Tanya jawab diarahkan kepada arahan untuk menjalani laku tobat dalam hidup sehari-
hari, baik dalam bertutur kata, bersikap maupun bertidak agar menjadi berkat bagi
hidup orang beriman. Contoh poin-poin untuk menemukan kehendak Allah, misalnya.
 Walaupun setiap bencana alam tidak selalu mengandung makna murka Allah
namun setiap orang beriman perlu dalam hidupnya sehari-hari untuk
merenungkan segala hal yang terjadi padanya jangan-jangan Allah sedang
mengingatkan kita melalui orang, kejadian-kejadian ataupun mimpi supaya
kita kembali kepada jalan-Nya. Seorang beriman hendaknya peka dengan hal-
hal ini supaya jangan sampai terjadi pada akhirnya Allah bosan melihat
tingkah kita yang sudah diberi peringatan tetapi tidak juga bertobat sehingga
murka dan malapetaka-Nya menimpa atas kita.

 Perlu sebagai umat beriman Kristiani untuk senantiasa berusaha melakukan


perintah yang Yesus ajarkan, misalnya seperti kasih kepada sesama, bersikap
sabar, rendah hati, mau berkorban/memberi diri bagi orang lain, dan selalu
ingat kepada Tuhan. Sebab dengan demikian seseorang menghidupi nilai-nilai
Kristiani dan membawa perkenanan hati Allah.

 Laku pertobatan harus ditanamkan dalam hidup setiap kita agar dengan jalan
demikian kita akan selalu terpanggil untuk melakukan kehendak Allah dan
sebagaimana yang Rasul Paulus katakan bahwa dengan pertobatan dan berbuat
baik serta mencari kemuliaan, kehormatan, dan ketidakbinasaan, maka
seseorang akan sampai kepada hidup yang kekal.
6. Mengikuti Kehendak Allah
Pemandu membantu peserta untuk dapat mengambil keputusan tantangan mengikuti
kehendak Allah, sekurang-kurangnya pada akhir katekese, peserta sebagian besar
memiliki niat untuk mengubah sikap hidupnya dari sikap yang tidak mempedulikan
dosa atau kesalahan kepada laku pertobatan yang nantinya akan direalisasikan dalam
hidup sehari-hari. Ada beberapa kemungkinan bisa dilakukan untuk mendorong
peserta mengikuti kehendak Allah, misalnya:
 Membagikan sepotong kertas kepada setiap peserta agar menuliskan niat-niat
dan doanya dalam menanggapi panggilan Allah untuk hidup dalam kehendak-
Nya dan melakukan laku pertobatan kemudian meminta peserta memasukkan
kertas niat kepada tempat yang telah disediakan. Sembari peserta menulis niat-
niat dan doanya, Pemandu memutarkan melodi atau instrument lagu Berita
Kepada Kawan.
 Meminta satu, dua atau tiga peserta untuk mensharingkan apa yang akan
dilakukan sebagai bentuk tanggapan atas pendalaman iman.
Penutup (5 menit)
Pemandu dapat mengakhiri pertemuan dengan beberapa cara, salah satunya, misalnya:
a. Pemandu memberikan rangkuman seluruh isi katekese
b. Doa penutup
c. Memutar kembali lagu Berita Kepada Kawan
Lampiran bahan Katekese Musikal:

Anda mungkin juga menyukai