Laporan Praktikum 1 Kimia Organik - Shalomyta Monangin - 092 - Kelompok 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“Identifikasi gugus senyawa organik”

KELOMPOK 1

Oleh :
Nama : Shalomyta M. Monangin
NIM : 20101105092
Dosen Pengampu : Elly Juliana Suoth S.Si, M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
A. Tujuan
1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik
2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organic

B. Dasar Teori
Analisis kualitatif dari senyawa organik yaitu identifikasi gugus fungsionalnya.
Senyawa organik yang diketahui gugus fungsionalnya dapat diketahui pula golongannya
karena setiap golongan senyawa organik mempunyai sifat tertentu bergantung pada gugus
fungsi yang dimilikinya. Senyawa organik yang memiliki gugus fungsi yang sama secara
umum memiliki sifat yang sama. Gugus fungsi merupakan letak kereaktifan kimia dalam
molekul yang timbul dari ikatan phi atau dari perbedaan keelektronegatifan antara atom yang
berikatan, jadi ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga merupakan gugus fungsi. Analisis
kualitatif ini menggunakan pereaksi kimia yang dapat bereaksi secara selektif dengan gugus
fungsional senyawa organik. Hasil reaksinya diharapkan menghasilkan perubahan yang dapat
dengan mudah diamati seperti terbentuknya endapan, perubahan warna, dihasilkannya gas dan
lain sebagainya (Matsjeh, 1986).
Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok
senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukkan gejala reaksi yang sama. Kesamaan
tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan senyawa (Fessenden, 1986).
Contoh gugus fungsi sebagai berikut:
No. Struktur gugus Nama IUPAC / Trivial Nama gugus
1. -OH Alkanol / Alkohol Hidroksil
2. -O- Alkoksi alkane Eter
3. -COH Alkanal / Aldehid Aldehid
4. -COR Alkanon / Keton Karbonil
5. -COOH Asam alkanoat / Karboksil
Karboksilat
6. -COOR Alkil alkanoat Ester
7. -NH2 Amina Amin

Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami reaksi kimia yang sama.
Contohnya beberapa senyawa yang mengandung gugus hidroksil (-OH) dinamakan golongan
senyawa alkohol dan senyawa tersebut mengalami reaksi yang sama. Gugus alkil dinyatakan
dengan R yang hanya mengandung karbon sp3 dan alkohol dapat dinyatakan sebagai ROH.
Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi,
reaksi oksidasi dan esterifikasi. Alkohol yang memiliki rantai hidrokarbon yang semakin
panjang maka kelarutan alkohol tersebut semakin rendah. Gugus hidroksil yang banyak dapat
memperbesar kelarutan suatu senyawa dalam air (Fessenden, 1986). Banyak senyawa organik
mempunyai gugus fungsi lebih dari satu, khususnya senyawa organik seperti alkaloid,
terpenoid dan flavonoid. Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan karakteristik kepada
senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan
dengan jarak yang berjauhan, maka senyawa itu akan mempunyai sifat-sifat atau karakteristik
dari masing-masing gugus fungsi, namun apabila letak kedua gugus fungsi tersebut berdekatan
maka gugus fungsi itu akan saling berinteraksi sehingga akan memberikan sifat-sifat khusus
pada senyawa yang bersangkutan yaitu akan memiliki sifat hasil gabungan dari kedua gugus
yang diikatnya (Matsjeh, 1986).

C. Metode Penelitian
Prinsip kerja percobaan ini adalah melakukan analisa kualitatif untuk mengidentifikasi
senyawa atau zat organik yang belum diketahui yaitu dengan mengidentifikasi zat tersebut
dengan melihat dan menentukan sifat fisik, tes kualitatif unsur dan identifikasi gugus
fungsional. Senyawa organik yang telah diketahui gugus fungsionalnya kemudian
dikelompokkan berdasarkan gugus fungsinya yang menjadi gambaran dari sifat fisik dan sifat
kimia senyawa organik tersebut.

D. Alat dan Bahan


Alat
-Erlenmeyer 100 mL
- gelas ukur 10 mL
- tabung reaksi
- pemanas listrik
- pipet tetes
- beaker glass 150 mL
Bahan
Larutan 5% Br2 dalam n-oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air, toluena, eanol aseton,
heksena, siklo heksena, benzaldehida, fenol, metanol, 1-propanol, 2-butanol, butiraldehida,
asetofenon, klorobenzena, asetil klorida, benzilklorida, t-butilbromida, larutan 1% Br2, larutan
FeCl3 5%, larutan KMnO4 2%, larutan 15% NaI dalam aseton, 2% AgNO3 dalam etanol 95%,
larutan asam kromat, 2,4-dinitrofenilhidrasin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat, larutan 5%
AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer, fehling A, fehling B.

E. Prosedur Kerja
1. Uji kimia ketidakjenuhan
Reagen: 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air.
a. Reaksi dengan brom
Dimasukkan 4 tetes heksana atau sampel lainnya yang disediakan ke dalam tabung reaksi
bersih dan kering serta ditambahkan 2 mL n-oktanol. Dikocok campuran perlahan-lahan
dan ditambahkan tetes demi tetes larutan brom sampai terjadi perubahan.
b. Oksidasi dengan KMnO4
Reagen: larutan 2% KMnO4
Dilarutkan 4 tetes heksana atau sampel lainnya yang disediakan,misalnya toluena, aseton,
etanol, benzaldehida ke dalam sesedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung reaksi
kering dan bersih. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan
hitam dan dicatat jumlah tetesnya.

2. Uji adanya halogen


a. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Dimasukkan 3 tetes klorobenzena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-butil
klorida, kloroform, benzilklorida, t-butil bromida dalam tabung kering dan bersih dan
ditambahakan 2 mL reagen AgNO3. Didiamkan beberapa menit, bila tidak terjadi endapan
dimasukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-60°C). Dicatat waktu yang diperlukan
untuk terjadinya endapan untuk setiap sampel.

b. Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton kering


Ditambahkan 3 tetes klorobenzena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya n-butil
klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida ke dalam 2 mL reagen
NaI di dalam tabung reaksi kering dan bersih, dikocok campuran dalam tabung reaksi dan
dibiarkan sekitar 3 menit. Dimasukkan tabung reaksi dalam penangas air pada suhu 50°C
bila tidak terjadi perubahan dan dicatat waktu yang diperlukan untuk terbentuknya endapan.
3. Uji adanya OH alkohol
a. Dimasukkan 4 tetes sampel yang disediakan, yaitu metanol, etanol, 2-butanol, metil
klorida, 1 tetes aseton, dan 1 tetes larutan asam kromat ke dalam tabung reaksi yang
bersih dan kering. Dikocok campuran dan diamati perubahan yang terjadi. Tes positif
jika terjadi perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau terbentuk endapan.
4. Uji Aldehida dan Keton
a. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin
Dimasukkan 2 tetes sampel (aseton, benzaldehida, butiraldehida, asetofenon, atau yang
lain), 2 mL etanol 95 %, dan 1 mL larutan fenilhidrazin ke dalam tabung reaksi. Dikocok
kuat-kuat. Dipanaskan campuran dengan pembakar spiritus, bila tidak terbentuk endapan.
Tes positif jika terbentuk endapan kunig-merah, catatlah perubahan warna terhadap sampel
aldehida dan keton.
b. Tes Fehling
Reagen: Fehling A dan Fehling B
Dimasukkan 1 mL sample (aseton, benzaldehida, butiraldehida, asetofenon, atau yang lain),
1 mL reagen Fehling A dan 1 mL reagen Fehling B ke dalam tabung reaksi. Dipanaskan
tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit, diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.
c. Tes Tollen
Reagen: larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10 kali
ammonia pekat).
Dimasukkan 1 mL sampel, misalnya aseton, bensaldehida, butiraldehida, asetofenon, atau
yang lain, 1 mL larutan 5% AgNO3 dan 1 mL larutan 5% NaOH dan 5 tetes ammonia ke
dalam tabung reaksi bersih. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih
selama sekitar 5 menit, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida
dan keton.
5. Uji Fenol
Dimasukkan 2 tetes sampel, misalnya 2-butanol, fenol, 1-propanol, 1 ml etanol 95 %, dan
1 tetes larutan FeCl3 5 % ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering . Kemudian
dikocok kuat-kuat, diamati dan dicatat terjadinya perubahan berwarna yang terjadi pada
setiap sampel. Perubahan warna dari orange ke kehijauan akan pudar terhadap perubahan
waktu.
Waktu yang diperlukan untuk percobaan
 Uji kimia ketidakjenuhan : 20 menit
 Uji adanya halogen : 25 menit
 Uji adanya alkohol : 20 menit
 Uji adanya aldehida dan keton : 35 menit
 Uji fenol : 20 menit

F. Data Percobaan
1. Uji kimia ketidakjenuhan
A. Reaksi dengan Brom
No Sampel Sebelum Pengamatan Sesudah Pengamatan Jumlah Tetesan
1. Toluena Tidak Berwarna Orange (2 fasa) 5
2. Aseton Tidak Berwarna Kuning 5
3. Etanol Tidak Berwarna Kuning 5
4. Benzalhelida Tidak Berwarna Orange (2 fasa) 5

Gambar 1. Etanol, aseton, toluena, benzaldehida.


B. Oksidasi dengan KMnO4
No. Sampel Sebelum Sesudah Pengamatan Jumlah Tetesan
Pengamatan
1. Toluena Tidak Berwarna Ungu 4
2. Aseton Tidak Berwarna Ungu 4
3. Etanol Tidak Berwarna Ungu 4
4. Benzaldehida Tidak Berwarna Endapan coklat kehitaman 4
Gambar 2. Toluena, aseton, etanol, benzaldehida.

2. Uji adanya halogen


A. Reagen AgNO3
No. Sampel Sebelum Pengamatan Sesudah pengamatan Waktu
1. CHCl3 Tidak Berwarna Berwarna keruh 2 menit
kehitaman, ↓ hitam
2. klorobenzana Tidak berwarna Sedikit keruh 5 menit
kehitaman, ada ↓

Gambar 3. Klorobenzana, CHCl3.


B. Reagen NaI
No. Sampel Sebelum Pengamatan Sesudah Pengamatan
1. CHCl3 Tidak berwarna Tidak berwarna, ↓ gel
2. Klorobenzana Tidak berwarna Tidak berwarna

Gambar 4. Klorobenzana, CHCl3.

3. Uji Adanya Alkohol


A. Reaksi dengan asam kromat( CrO3)
No. Sampel Sebelum Pengamatan Sesudah Pengamatan
1. Metanol Tidak berwarna Hijau kehitaman
2. Etanol Tidak berwarna Hijau lumut + ↓
3. 2-Butanol Tidak berwarna Kuning kecoklatan + ↓
4. Aseton Tidak berwarna Coklat + ↓
Gambar 5. Aseton, 2-butanol, etanol, methanol

4. Uji Aldehida dan Keton


A. Reaksi dengan 2,4-dinitofenilhidrazin
No. Sampel Sebelum Pengamatan Sesudah Pengamatan
1. Aseton Tidak berwarna Kuning
2. Benzaldehida Tidak berwarna Kuning

Gambar 6. Aseton, benzaldehida

B.Tes fehling
No. Sampel Sebelum pengamatan Sesudah pengamatan
1. Aseton 2 fasa biru tua 1 fasa biru tua
2. Benzaldehida 2 fasa biru muda keruh 3 fasa biru tua, biru muda
dan tidak berwarna
Gambar 7. benzaldehida, Aseton

C. Tes Tollens
No. Sampel Sebelum pengamatan Sesudah pengamatan
1. Benzaldehida Tidak berwarna 3 fasa
2. Asetofenon Krem bening 3 fasa= gel (keruh), cairan
(keruh), endapan (coklat)
3. Aseton Tidak berwarna 3 fasa
Gambar 8. benzaldehida, asetofenon, aseton.
5. Uji Fenol
No. Sampel Sebelum pengamatan Sesudah pengamatan
1. 2-butanol Tidak berwarna Kuning
2. 1-propanol Tidak berwarna Kuning
3. Fenol Tidak berwarna kuning

Gambar 9. 2-butanol, 1-propanol, fenol


G. Hasil
1. Uji Kimia ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan Brom
Sampel + brom
(+/-)
Aseton -
Etanol -
Benzaldehida -
Toluena -

b. Oksidasi dengan KMnO4


Sampel + brom
(+/-)
Aseton -
Etanol -
Benzaldehida -
Toluene -

2. Uji adanya halogen


Sampel + AgNO3 + NaI (+/-)
(+/-)
Klorobenzena + -
Kloroform + +

3. Uji adanya alkohol


Sampel + Aseton, Asam Kromat
pekat
(+/-)
Metanol +
Etanol +
2-butanol +
Aseton -

4. Uji aldehida dan keton


Sampel + etanol, fenilhidrazin Tes Fehling Tes Tollens
(+/-) (+/-) (+/-)
Aseton + - -
Benzaldehida + - +
Asetofenon -
5. Uji fenol
Sampel + Etanol, FeCl3
(+/-)
2-butanol -
Fenol +
1-propanol -

H. Pembahasan Hasil
Senyawa organik adalah senyawa yang banyak mengandung unsur karbon dan unsur
karbon dan senyawa yang banyak mengandung unsur karbon dan unsur lainnya seperti
hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, dan fosfor dalam jumlah sedikit. Contoh senyawa
organik adalah senyawa hidrokarbon yang dapat dikelompokkan menjadi hidrokarbon jenuh
dan hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon jenuh adalah hidrokarbon yang memiliki ikatan C
yang mengikat H dan C dengan rantai tunggal. Hidrokarbon tidak jenuh adalah hidrokarbon
yang memiliki ikatan C yang mengikat H dan C dengan ikatan rangkap baik rangkap 2 maupun
rangkap 3.
1. Uji kimia ketidakjenuhan
Percobaan pertama yang dilakukan yaitu uji kimia ketidakjenuhan. Sampel yang
digunakan adalah aseton, toluena, etanol, benzaldehida, sedangkan reagennya menggunakan
brom dalam n-oktanol dan KMnO4. Perlakuan pertama yaitu semua sampel di tambahkan
dengan reagen brom dalam n-oktanol. Brom yang direaksikan dengan hidrokarbon tak jenuh
akan menghsilkan reaksi adisi yaitu pemutusan ikatan rangkap 2 (=C=C=) atau rangkap 3 (-
C=C-) antar atom C menjadi ikatan tunggal antar atom C (-C-C-) atau senyawa hidrokarbon
jenuh. Brom yang direaksikan dengan hidrokarbon jenuh atau karbon-karbon dengan ikatan
tunggal tidak akan terjadi reaksi karena sifat alkana yang kurang reaktif terhadap sebagian
besar pereaksi. Brom yang direaksikan dengan senyawa tak jenuh akan menyebabkan warna
berubah yang semula berwarna coklat menjadi memudar, hal ini dikarenakan konsentrasi BR 2
yang berkurang karena digunakan untuk mengadisi senyawa karbon tak jenuh tersebut.
Aseton dan etanol tidak bereaksi dengan brom yang ditandai dengan warna larutan yang
tidak berubah yang semula berwarna kuning. Aseton memiliki ikatan rangkap antara C dan O
sedangkan ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh brom adalah ikatan rangkap antara C dan C.
Etanol dengan gugus fungsi –OH tidak memiliki ikatan rangkap 2 sehingga tidak dapat bereaksi
dengan brom. Toluena dan benzaldehida memiliki ikatan rangkap 2 dalam cincinnya akan
tetapi brom tidak dapat mengadisi ikatan rangkap tersebut karena brom tidak pada keadaan
asam. Toluena dan benzaldehida dapat diadisi oleh brom dalam keadaan asam misalnya dalam
bentuk FeBr3. Toluena dan benzaldehida yang ditambahkan brom terbentuk 2 fasa yaitu
berwarna orange dan tidak berwarna. Toluena dan Benzaldehida termasuk ke dalam aromatik
yang memiliki kestabilan lebih tinggi daripada alkena, dimana pada aromatik memiliki ikatan
pi yang terkonjugasi sempurna serta sulit untuk membentuk muatan (+) dan (-) dan
menyebabkan tidak dapat diadisi.
Reagen kedua yang digunakan adalah KMnO4. Larutan KMnO4 berwarna ungu.
KMnO4 digunakan sebagai larutan penguji karena merupakan agen pengoksidasi yang mampu
mengoksidasi ikatan rangkap karbon–karbon yang terindikasi dengan adanya perubahan warna
larutan. Aseton, etanol dan toluena yang ditambahkan dengan KMnO4, warna larutan menjadi
ungu. Hal ini sesuai dengan teori, dimana keton sangat sulit untuk dioksidasi dibandingkan
dengan aldehida sehingga untuk terjadi reaksi oksidasi antara aseton dan KMnO4 sebagai
oksidator dibutuhkan waktu yang cukup lama dan katalis untuk mempercepat reaksinya.
Toluena termasuk ke dalam senyawa aromatik. Senyawa aromatik terutama benzena sangat
sulit untuk dioksidasi sehingga toluena ketika ditambahkan dengan oksidator KMnO4 tidak
terjadi reaksi. Sedangkan pada benzaldehida reaksi yang dihasilkan adalah reaksi positif sebab
warna ungu dari KMnO4 berubah menjadi coklat dan terdapat endapan coklat kehitaman yang
muncul akibat terbentuknya MnO2. Benzaldehida terdapat gugus benzena dan aldehid dimana
gugus aldehid ini sangat mudah untuk dioksidasi walaupun dengan oksidator lemah seperti
KMnO4. Sehingga pada benzaldehida hanya gugus aldehidnya saja yang mengalami oksidasi.
Reaksinya sebagai berikut :

2. Uji adanya Halogen


Percobaan ini menggunakan sampel yaitu klorobenzena dan klorofom, sedangkan reagen
yang digunakan yaitu AgNO3 dan NaI. Klorobenzena yang ditambahkan dengan AgNO3
menghasilkan endapan setelah dipanaskan selama 5 menit dan larutan menjadi sedikit keruh.
Kloroform yang ditambahkan AgNO3 juga akan menghasilkan endapan setelah dipanaskan
dengan waktu 2 menit dan larutan menjadi keruh. AgNO3 adalah senyawa ionik.. Ion nitrat
(NO3) yang terbentuk akan mensubtitusi atom halogen dan menghasilkan endapan AgCl
karena Cl- yang merupakan gugus pergi yang baik akan mudah tersubtitusi dengan NO3- dan
akan menghasilkan endapan AgCl.
 Klorobenzena

Pereaksi yang kedua adalah NaI. Kloroform yang ditambahkan NaI setelah dipanaskan selama
4 menit, campurannya tidak berwarna dan terdapat endapan berbentuk gel, sedangkan pada
klorobenzena dengan perlakuan yang sama tidak terjadi perubahan yaitu warna larutan tetap
tidak berwarna dan tidak menghasilkan endapan. Seharusnya pada klorobenzena juga
menghasilkan endapan, hal ini dikarenakan waktu pemanasan yang kurang lama sehingga
endapan tidak terbentuk. Endapan yang terbentuk mengindikasikan adanya halogen yaitu Cl.
Cl
CHCl3 + NaI Cl + Na Cl
l
3. Uji adanya alkohol
Bahan yang digunakan adalah metanol, etanol, aseton dan 2-butanol dan reagennya
adalah asam kromat. Reaksi positif terjadi jika terbentuknya endapan berwarna hijau. Asam
kromat dapat menyebabkan alkohol primer teroksidasi menjadi asam karboksilat. Bilangan
oksidasi Cr+6 (berwarna merah kecoklatan) akan tereduksi menjadi Cr+3 (berwarna hijau).
Adapun alkohol sekunder akan teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat dan alkohol tersier
tidak dapat teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat.
Methanol dan etanol yang direaksikan dengan kromat menghasilkan endapan berwarna
hijau kehitaman, hal ini sesuai dengan teori yang ada yaitu bahwa methanol dan etanol
mengandung gugus hidroksil. Sedangkan 2-butanol yang direaksikan dengan kromat
menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan dan terdapat endapan kehijauan. Dan pada
aseton terbentuk larutan berwarna coklat disertai endapan. aseton tidak memilki gugus
hidroksil tapi memiliki gugus karbonil, tetapi disini terjadi reaksi antara aseton dan kromat.
Jadi yang merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil adalah methanol, etanol dan
2-butanol. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
4. Uji aldehida dan keton
a. Reagen : 2,4-dinitrofenilhidrazin
Uji aldehid dan keton yang pertama menggunakan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin dan
sampel aseton dan benzaldehida. Menurut Fessenden (1986) semua senyawa aldehid dan keton
akan menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum
digunakan untuk mengetahui adanya gugus aldehid dan keton. Reaksi positif ditamdai dengan
larutan yang berwarna kuning , merah atau jingga. Benzaldehida dan aseton yang ditambahkan
reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin akan menghasilkan larutan berwarna kuning, hal ini
menunjukkan terjadinya reaksi positif pada kedua sampel yang sesuai dengan teori bahwa
benzaldehida dan aseton termasuk aldehid dan keton. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
b. Tes fehling
Uji kedua menggunakan fehling yang mengidentifikasi adanya gugus keton dan gugus
aldehida berdasarkan tingkat oksidasinya. Aseton yang ditambahkan dengan reagen fehling
tidak mengalami perubahan warna yaitu berwarna biru tua atau pekat. Hasil ini menunjukkan
uji negatif. Hal ini sesuai dengan teori karena aseton yang merupakan keton yang memiliki
karbon karbonil yang sangat terlindungi dan pada gugus karbonil tidak mengikat atom H untuk
dioksidasi sehingga tidak dapat bereaksi dengan fehling. Sedangkan benzaldehida yang
ditambahkan fehling tidak dapat bereaksi. Larutan yang mengandung gugus aldehid akan
menghasilkan endapan merah karena aldehid mampu mereduksi ion tembaga(II) menjadi
tembaga(I) oksida. Bensaldehida seharusnya dapat bereaksi karena merupakan golongan dari
gugus aldehid namun karena adanya kesalahan praktikan seperti kurang telitinya dalam
praktikum, benzaldehid tidak dapat bereaksi. Reaksi yang seharusnya terjadi adalah:

c. Uji tollens
Aldehid dan keton keduanya mempunyai gugus fungsi yang sama yakni karbonil
(C=O). Oleh karena itu, keduanya menjalani reaksi-reaksi yang sama. Biasanya aldehid
bereaksi lebih cepat dari keton terhadap suatu pereaksi yang sama. Hal ini disebabkan adanya
karbon karbonil dari aldehid yang lebih kurang terlindungi dibandingkan dengan
karbonkarbonil pada keton. Begitu pula aldehid lebih mudah mengalami oksidasi daripada
keton.
Uji tollens juga mengidentifikasi aldehid dan keton berdasarkan tingkat oksidasinya.
Reaksi positif teridentifikasi jika dihasilkan adanya cermin perak. Gugus aktif pada pereaksi
tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak
akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Benzaldehida
ditambahkan 1 mL AgNO3, 1 mL NaOH dan 5 tetes NH3, reaksi ini menunjukkan hasil positif
karena terbentuknya endapan cermin perak. Reaksi tersebut menunjukkan larutan ion perak
nitrat beramoniak direduksi oleh aldehida menjadi perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi
asamnya dimana perak tersebut mengendap berupa padatan hitam. Reaksinya sebagai berikut :
Ketiga sampel pada reaksi menghasilkan endapan dan terbentuknya campuran dengan
3 fasa. Pada asetofenon lapisan atas berbentuk gel, lapisan tengah cairan agak keruh dan yang
paling bawah adalah endapan. Reagen tollens yang ditambahkan dengan aseton menghasilkan
endapan putih keabu-abuan setelah dipanaskan. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa aseton yang merupakan golongan keton tidak dapat bereaksi dengan reagen tollens.
Senyawa keton (aseton dan asetofenon) yang direaksikan seharusnya tidak terjadi perubahan
pada larutan karena keton tidak dapat dioksidasi oleh reagen ini.
5. Uji fenol
Uji fenol ini menggunakan 3 sampel yaitu 2-butanol, 1 propanol dan fenol. 1 mL etanol
ditambahkan ke 3 sampel tidak mengalami reaksi dan dapat dilihat dari tidak adanya perubahan
warna larutan. Hal ini dikarenakan antara sampel dan reagen sama-sama memiliki gugus fungsi
yang sama yaitu OH. FeCl3 kemudian ditambahkan ke masing-masing tabung reaksi sebanyak
1 tetes. FeCl3 sebagai larutan penguji bertujuan untuk menguji keberadaan gugus hidroksil
yang terikat pada suatu karbon tak jenuh. Indikasi reaksi positif pada percobaan ini adalah
terbentuknya larutan berwarna hijau, orange kemerahan, biru atau ungu. 1-propanol dan 2-
butanol yang ditambahkan FeCl3 menjadi berwarna kuning bening yang menunjukkan reaksi
negatif. Hal ini terjadi karena rantai alkil pada 1-propanol dan 2-butanolsangat sederhana
sehingga penampakannya sangat kecil, selain itu 1-propanol merupakan alcohol primer yang
kurang reaktif terhadap FeCl3. Ion Fe3+ yang terdapat pada FeCl3 tidak mampu mensubstitusi
gugus –OH yang ada pada rantai 1-propanol yang terikat dengan atom C.
Pada sampel fenol larutan berwarna kuning tua hampir mendekati orange dan lebih
kuning dari 1-propanol dan 2-butanol, menunjukkan bahwa reaksi positif. Reaksi tersebut
menunjukkan bahwa fenol mengandung gugus –OH yang terikat pada suatu karbon tak jenuh
yang dapat bereaksi dengan FeCl3 membentuk senyawa kompleks. Reaksi antara fenol dan
FeCl3 sebagai berikut:
I. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa percobaan adalah
1. Identifikasi suatu senyawa organik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi
khusus yang dapat dengan mudah mengidentifikasi suatu senyawa yang ditandai dengan
perubahan warna, terbentuknya endapan dan lain-lain.
2. Penentuan gugus fungsional
a. Aseton dan etanol tidak dapat bereaksi dengan Br 2 dan termasuk hidrokarbon jenuh,
begitu juga dengan toluena dan benzaldehida, namun pada keadaan asam dapat bereaksi
dengan Br2. Benzaldehida juga dapat bereaksi dengan KMnO4 dengan membentuk
endapan hitam.
b. CHCl3 dan klorobenzena dapat diidentifikasi mengandung halogen Cl dengan reagen
AgNO3 tetapi dengan reagen NaI hanya kloroform yang dapat diidentifikasi.
c. Etanol, metanol, dan 2-butanol merupakan senyawa turunan alkohol yaitu mengandung
gugus OH diidentifikasi saat bereaksi dengan asam kromat akan menimbulkan warna
hijau. Aseton dapat diidentifikasi dengan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin. Benzaldehida
dapat diidentifikasi dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin dan uji tollens.
d. 2-butanol dan 1-propanol tidak terjadi perubahan ketika bereaksi dengan FeCl3 karena
tidak mengandung gugus fenol. Fenol dapat bereaksi dengan FeCl dan diidentifikasi
mengandung gugus fenol.
e. 2-butanol dan 1-propanol tidak terjadi perubahan ketika bereaksi dengan FeCl3 karena
tidak mengandung gugus fenol. Fenol dapat bereaksi dengan FeCl dan diidentifikasi
mengandung gugus fenol.

J. Saran
Untuk praktikum selanjutnya agar alat dan bahan diperlengkap sehingga praktikum dapat
berjalan lebih cepat dan lancar serta data yang didapat lebih banyak dan dengan pembanding
yang lebih banyak juga. sehingga praktikan akan lebih mengerti lagi. Untuk air kran hendaknya
mengalir dengan lancar dan tidak mati karena digunakan untuk membilas alat yang akan
digunakan lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden Ralph, J., dan Joan, S. Fesenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta
: Erlangga.
Matsjeh, Sabirin. 1986. Kimia Organik II. Jakarta: Gramedia.
Purba, Michael. 2004. Kimia. Jakarta: Erlangga.
Tim Penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai