Tugas Resume Materi Pih

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUM PIH

MATERI:HUKUM PIDANA

Nama : Irfan permana putra


Npm : 2021020085
Prody : hukum tata negara (HTNI)

Definisi Hukum Pidana


Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Undang-Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa yang melakukannya dan
memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam Undang-Undang Pidana.

Seperti perbuatan yang dilarang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-
Undang Korupsi, Undang-Undang HAM dan lain sebagainya. Hukum pidana adalah hukum
yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan memberikan hukuman bagi yang
melanggarnya. Perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana adalah:

•Pembunuhan
•Pencurian
•Penipuan
•Perampokan
•Penganiayaan
•Pemerkosaan
•Korupsi

Sementara Dr. Abdullah Mabruk an-Najar dalam diktat “Pengantar Ilmu Hukum”-nya
mengetengahkan defenisi Hukum Pidana sebagai “Kumpulan kaidah-kaidah Hukum yang
menentukan perbuatan-perbuatan pidana yang dilarang oleh Undang-Undang, hukuman-
hukuman bagi yang melakukannya, prosedur yang harus dilalui oleh terdakwa dan
pengadilannya, serta hukuman yang ditetapkan atas terdakwa.”

Pengertian Hukum Pidana Menurut Para Ahli


Menurut Prof. Moeljatno, S.H. Hukum Pidana merupakan sebuah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku didalam suatu negara, yang mengadakan aturan-aturan dan
dasar-dasar untuk:

1. Menentukan perbuatan mana yang tidak diperpolehkan untuk dilakukan dan yang
yang dilarang, dengan beserta ancaman atau sebuah sanksi yang berupa pidana
tertentu untuk siapa yang melanggar larangan itu.
2. Serta kapan dan dalam hal apa kepda mereka yang sudah melanggar larangan itu
dapat dikenakan atau dijatuhkan hukuman pidana dengan sebagaimana yang telah
diancamkan.
3. Dan menentukan cara bagaimana pengenaan sebuah pidana tersebut bisa dilaksanakan
jika ada orang yang disangka sudah melanggar larangan itu.

Menurut Sudarsono, Hukum Pidana merupakan hal yang mengatur tentang pelanggaran


serta kejahatan terhadap kepentingan umum dan perbuatan itu diancam dengan hukuman
pidana yang merupakan suatu penderitaan.

Dengan demikian hukuman pidana bukan merupakan suatu hal yang mengadakan norma
hukum sendiri, namun sudah terletak pda norma lain serta sanksi pidana. Diadakan untuk
menguatkan ditaatinya sebuah norma-norma lainya itu. Sebagai contoh norma agama dan
kesusilaan.

Sumber-Sumber Hukum Pidana


Sumber Hukum Pidana dapat dibedakan atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis sumber
hukum. Di Indonesia, kita tidak memiliki KUHP UU Nasional, sehingga mereka menerapkan
KUHP warisan kolonial Hindia Belanda. Sistematika rancangan KUHP, antara lain:

1. Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103).


2. Buku II Tentang Kejahatan (Artikel 104-488).
3. Buku III Tentang Pelanggaran (Artikel 489-569).

Dan juga ada beberapa hukum yang mengkriminalkan khusus diciptakan setelah
kemerdekaan, antara lain:

1. UU No. 8 Drt 1955 Pada Imigrasi pelanggaran Pidana.


2. UU No. 9, 1967 On Drugs.
3. UU No. 16 Tahun 2003 tentang Anti-Terorisme. dll

Ketentuan-ketentuan dalam KUHP, selain terkandung dalam Kode Pidana dan khusus
Hukum, juga ditemukan dalam berbagai undang-undang, seperti UU tersebut. Nomor 5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Hukum Agraria Nomor 9 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan
sebagainya.

Prinsip Hukum Pidana

1. Asas legalitas, tidak ada tindakan dapat dipenjara kecuali oleh otoritas aturan pidana
dalam perundang-undangan yang ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 Ayat
(1) KUHP). [Rujukan?] Jika, setelah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam
hukum hukum, maka yang digunakan adalah aturan sanksi ringan untuk terdakwa
(Pasal 1 Ayat (2) KUHP)
2. Prinsip ada Kejahatan Tanpa Kesalahan, Untuk menghukum mereka yang telah
melakukan kejahatan, harus dicari di mana ada unsur kesalahan dalam dirinya.
3. Prinsip teritorial, yang berarti bahwa ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku
untuk semua kriminal dan terjadi di daerah wilayah Republik Indonesia, termasuk
kapal-kapal berbendera Indonesia, pesawat terbang Indonesia, dan kedutaan Indonesia
dan konsul di luar negeri (Pasal 2 KUHP)
4. Prinsip kewarganegaraan aktif, yang berarti bahwa ketentuan hukum pidana Indonesia
berlaku untuk semua warga negara yang melakukan tindak pidana dimanapun berada
(Pasal 5 KUHP).
5. Prinsip kebangsaan pasif, yang berarti bahwa ketentuan hukum pidana Indonesia
berlaku untuk semua tindak pidana yang merugikan kepentingan negara (pasal 4
KUHP).

Macam-macam Pembagian Delik


Dikenal dalam pelanggaran hukum pidana dikenal macam-macam delik ke dalam:

1. Kejahatan tersebut dilakukan dengan sengaja, misalnya, sengaja merampas nyawa


orang lain (Pasal 338 KUHP) dan pelanggaran yang disebabkan secara tidak sengaja,
misalnya, karena kesalahannya telah menyebabkan kematian orang lain dalam lalu
lintas di jalan. (Pasal 359 KUHP).
2. Menjalankan hal-hal yang dilarang oleh Undang-Undang, misalnya, pencurian atau
penipuan (Pasal 362 dan378 KUHP) dan tidak melakukan hal-hal yang harus
dilakukan sesuai dengan Undang-Undang, misalnya, tidak melaporkan rencana untuk
merancang plot.
3. Kejahatan (KUHP Buku II), adalah tindakan tercela, terlepas dari ada atau tidak
adanya larangan dalam UU. Karena ia juga disebut sebagai pengadilan.
4. Pelanggaran (Buku III KUHP), suatu tindakan yang dianggap salah satu justru karena
adanya larangan dalam UU. Karena ia juga disebut pelanggaran UU.

Macam-Macam Pidana
Mengenai hukuman apa yang dapat dikenakan pada seseorang yang telah bersalah
melanggar ketentuan hukum hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHP didefinisikan berbagai
hukuman yang mungkin dijatuhkan, sebagai berikut:

Hukuman pidana pokok

 Hukuman mati
Hukuman mati, ada negara-negara yang telah menghapuskan bentuk hukuman, seperti
Belanda, tetapi di Indonesia sendiri hukuman mati kadang-kadang masih dikenakan pada
beberapa hukuman walaupun ada banyak pro dan kontra dari hukuman ini.

 Penjara
Penjara itu sendiri dibagi menjadi hukuman penjara seumur hidup dan penjara sementara.
Sementara hukuman penjara minimal satu tahun dan maksimal 20 tahun. Tahanan harus
tinggal di penjara selama hukumannya dan untuk melakukan pekerjaan yang ada di dalam
atau di luar penjara dan narapidana memiliki hak Vistol.

 Kurungan
Ini bukan hukuman kondisi dan dikenakan hukuman penjara berat untuk kejahatan ringan
atau pelanggaran. Biasanya mengutuk dapat memilih antara penjara atau denda. Perbedaan di
penjara dengan hukuman penjara penjara terpidana tidak bisa ditahan di luar daerah tempat
tinggal jika dia tidak ingin hukuman penjara saat ini dapat dipenjara di mana saja, kerja paksa
yang dikenakan pada penjara menghukum berat pekerjaan menjadi dilakukan oleh kurungan
terpidana dan kurungan terpidana memiliki hak Vistol (hak untuk meningkatkan banyak)
sementara di hukuman penjara tidak terjadi.

 Denda
Dalam hal ini, terdakwa dapat memilih antara penjara denda. Hukuman maksimum adalah 6
bulan penjara pengganti.

 Hukuman tutupan
Hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alasan politik terhadap mereka yang telah melakukan
kejahatan yang diancam hukuman penjara oleh KUHP.

Tujuan Hukum Pidana


Secara konkrit tujuan hukum pidana itu ada dua, ialah :

 Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak
baik.
 Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik menjadi
baik dan dapat diterima kembali

dalam kehidupan lingkunganya tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna
pencegahan terhadap gejala-gejala sosial yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang
sudah terlanjur tidak berbuat baik. Jadi Hukum Pidana, ialah ketentuan-ketentuan yang
mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan
umum.

Tetapi kalau di dalam kehidupan ini masih ada manusia yang melakukan perbuatan tidak baik
yang kadang-kadang merusak lingkungan hidup manusia lain, sebenarnya sebagai akibat dari
moralitas individu itu. Dan untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu perbuatan yang
tidak baik itu(sebagai pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana), maka dipelajari
oleh “kriminologi”.
Klasifikasi Hukum Pidana
Secara substansial atau Ius Poenalle ini merupakan hukum pidana dalam arti obyektif
yaitu “sejumlah peraturan yang mengandung larangan-larangan atau keharusan-keharusan
dimana terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman”. Hukum Pidana terbagi menjadi
dua cabang utama, yaitu:

Hukum Materil ialah cabang Hukum Pidana yang menentukan perbuatan-perbuatan kriminal
yang dilarang oleh Undang-Undang, dan hukuman-hukuman yang ditetapkan bagi yang
melakukannya. Cabang yang merupakan bagian dari Hukum Publik ini mepunyai keterkaitan
dengan cabang Ilmu Hukum Pidana lainnya, seperti Hukum Acara Pidana, Ilmu Kriminologi
dan lain sebagainya.

Hukum Formil (Hukum Acara Pidana) Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum
acara. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara agar hukum
(materil) itu terwujud atau dapat diterapkan/dilaksanakan kepada subyek yang memenuhi
perbuatannya. Tanpa hukum acara maka tidak ada manfaat hukum materiil. Untuk
menegakkan ketentuan hukum pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum perdata
maka ada hukum acara perdata. Hukum acara ini harus dikuasai para praktisi hukum, polisi,
jaksa, pengacara, hakim.

Ruang Lingkup Hukum Pidana


Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup yaitu apa yang disebut dengan peristiwa
pidana atau delik ataupun tindak pidana. Menurut Simons peristiwa pidana ialah perbuatan
salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan seseorang yang mampu
bertanggung jawab. Jadi unsur-unsur peristiwa pidana, yaitu:
Sikap tindak atau perikelakuan manusia Melanggar hukum, kecuali bila ada dasar
pembenaran; Didasarkan pada kesalahan, kecuali bila ada dasar penghapusan kesalahan.
Sikap tindak yang dapat dihukum/dikenai sanksi adalah

1. Perilaku manusia ; Bila seekor singa membunuh seorang anak maka singa tidak dapat
dihukum
2. Terjadi dalam suatu keadaan, dimana sikap tindak tersebut melanggar hukum,
misalnya anak yang bermain bola menyebabkan pecahnya kaca rumah orang.
3. Pelaku harus mengetahui atau sepantasnya mengetahui tindakan tersebut merupakan
pelanggaran hukum; Dengan pecahnya kaca jendela rumah orang tersebut tentu
diketahui oleh yang melakukannya bahwa akan menimbulkan kerugian orang lain.

Sistem Hukuman
Sistem hukuman yang dicantumkan dalam pasal 10 tentang pidana pokok dan
tambahan, menyatakan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku
tindak pidana terdiri dari :

a.Hukuman Pokok (hoofd straffen )


1.Hukuman mati
2.Hukuman penjara
3.Hukuman kurungan
4.Hukuman denda

b.Hukuman Tambahan (Bijkomende staffen)


1. Pencabutan beberapa hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim.

Anda mungkin juga menyukai