Makalah Pernikahan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH PERNIKAHAN

Dibuat dalam rangka pemenuhan tugas agama islam sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi

Disusun Oleh:
Diza Salsabila Juliani
2017-110-48
KELAS:A

Disusun oleh:
DIZA SALSABILA JULIANI
KELAS:A
2017-110-48

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
2017
1. Pengertian pernikahan menurut pandangan islam:

Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan
resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang Perkawinan Nomor 1
Tahun 1974). Berdasarkan pasal 7 (1) UU Nomor 1 Tahun 1974, batasan umur untuk
dilakukannya perkawinan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) dan pihak
wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun (Undang-undang Republik Indonesia,
Nomor 1 Tentang Perkawinan, 1974)

◦ Pengertian Nikah Menurut Bahasa : Kata nikah berasal dari bahasa arab yang didalam
bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan Kawin / perkawinan, Nikah menurut
bahasa mempunyai arti mengumpulkan, menggabungkan, menjodohkan atau
bersenggama (wath’i).
◦ Pengertian Nikah Menurut Istilah : Nikah menurut istilah syariat Islam adalah akad yang
menghalalkan pergaulan antara laki – laki dan perempuan yang tidak ada hubungan
Mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.

Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama. Kemudian diciptakan-Nya Hawa


sebagai jodohnya dengan maksud agar Adam merasa tenteram hidupnya. Demikianlah yang
tersirat dalam Al Quran surah Al A’raf ayat 189. Jadi, menikah itu sudah disyariatkan sejak
jaman Nabi Adam.

2.Tujuan menikah:

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi


Jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang
perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang
ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang
telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
Sasaran utama dari disyari’atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji.Islam memandang perkawinan
dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi
dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
“Artinya : Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah,
maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena
shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
3.Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam,
Allah berfirman :“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami
istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah ?”. (An-Nahl : 72).

3.Hukum Nikah

Di dalam Fiqh para ulama menjelaskan bahwa menikah mempunyai hukum sesuai
dengan kondisi dan faktor pelakunya. Hukum tersebut adalah (As-Sayyid Sabiq,
1973:15):

1. Wajib
Bagi orang yang sudah mampu menikah, nafsunya telah mendesak dan takut terjerumus
dalam perzinaan, maka ia wajib menikah. Karena menjauhkan diri dari perbuatan haram
adalah wajib Artinya : “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.”
2 .Sunnah
Bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah, tetapi masih dapat menahan
dirinya dari perbuatan zina, maka sunnah baginya menikah. Nikah baginya lebih utama
daripada bertekun diri beribadah.
3. Haram
Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada istri serta
nafsunyapun tidak mendesak, maka ia haram menikah.
4. Makruh
Makruh menikah bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu memberi belanja
kepada istrinya. Walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak mempunyai
keinginan syahwat yang kuat
5. Mubah
Bagi orang yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mengharamkan untuk menikah, maka
nikah hukumnya mubah baginya.

4. Macam –macam nikah

1. Nikah sirri
Artinya adalah 'nikah sembunyi' versinya macam-macam, ada yang boleh ada yang
tidak. Jika yang dimaksud nikah sirri adalah nikah tanpa 'dirame-ramein', tapi syarat
rukunnya terpenuhi, maka nikahnya sah tapi kurang sunah walimah. Jika yang dimaksud
nikah sirri adalah nikah yang tidak tercatat tapi syarat rukunnya terpenuhi juga sah, hanya
rawan penyimpangan dan hilngnya hak.

2. Nikah mut'ah
ni pernikahan yang sudah disepakati batas waktunya, sehari, sepekan, sebulan, setahu, atau
bahkan sejam, mirip prostitusi. Ulama ahlussunnah wal jamaah sepakat mengharamkan nikah
spt ini. Memang dia pernah dibolehkan pada zaman Nabi saw, lalu mansukh, dihapus.

3. Nikah misyar
Pernikahan ini terpenuhi syarat rukunnya, tapi istri tidak menuntut haknya yang menjadi
kewajiban suami. Misalnya calon suami brsedia menikahinya dengan kesepakatan tidak
mmberi nafkah atau tidak menggaulinya lalu wanitanya setuju, itu misyar. Para ulama
umumnya melarang nikah misyar, karena menzalimi wanita tapi ada pula yang membolehkan
jika ada kasus-kasus yang sangat khusus.
4. Nikah dengan niat talaq
Pernikahannya seperti biasa tapi dalam hati seseorang ada rencana kalau sewaktu-waktu dia
akan talak istrinya, tapi tidak ada kesepakatan. Sebagian ulama menyatakan sah nikah seperti
ini, kalau syarat rukunnya terpenuhi sebagian lagi menyatakan tidak sah.

5. Nikah gantung
Cuma akad doang tapi belum hidup serumah, sekedar sah saja ini pernikahan yang sah. Di
negeri-negeri Arab banyak yang budayanya seperti ini, nikah akad saja beberapa bulan
kemudian atau bahkan setahun kemudian, baru hidup serumah. Nikah seperti ini kewajiban
nafkah sang istri masih ditanggung orang tuanya, suami belum diwajibkan. Kecuali jika
sudah digauli.

6. Nikah diwakilkan
Apakah walinya atau mempelainya jni juga boleh. Misalnya wali perempuan tak dapat hadir
lalu dia mewakilkan ke seseorang. Atau mempelai laki-lakinya tak dapat hadir lalu dia
wakilkan seseorang, maka penikahan seperti ini boleh. Karena nikah adalah akad yang boleh
diwakilkan. Rasulullah saw saat menikahi Ummu Habibah yang sedang hijrah di Habasyah,
pernikahannya diwakilkan oleh raja Najasyi.

7. Pernikahan antar kerabat

Pernikahan ini ada yang tidak sah ada yang sebaiknya dihindari walau sah dan ada yang
dianjurkan. Pernikahan kerabat yang tidak sah adalah pernikahan dengan mahram dan
saudara sesusuan; mis. Saudara kandung, sebapak, seibu, bibi, keponakan. Yang dianggap
sah tapi dianjurkan dihindari adalah menikah dengan kerabat yang bukan mahram, tapi terlalu
dekat kekerabatannya. Seperti menikah dengan sepupu, anak paman. Karena dikhawatirkan
jika pernikahannya berantakan akan menyebabkan rusaknya hubungan kekerabatan. Yang
dianjurkan adalah menikah dengan kerabat yang tak terlalu dekat karena menyambung
silaturrahim dengan kerabat jauh.

8. Pernikahan beda agama


Jika mempelai lakinya muslim, mempelai wanitanya yahudi atau kristen = Sah. Tapi sangat
rawan, sebaiknya cari muslimah. Kebolehan ini puna dengan catatan orang Yahudi atau
Kristennya dikenal wanita baik-baik, bukan pezina, misionaris, atau orang yang memerangi
kaum muslim. Tapi kalau wanita non majeslimnya bukan ahli kitab, bukan Yahudi atau
Kristen, maka mutlak pernikahannya tidak sah. Adapun muslimah menikah dengan laki-laki
kafir, baik ahli kitab atau bukan, mutlak pernikhannya tidak sah. 

Pernikahan yang tak sah juga pernikahan dengan wanita yang belum habis masa iddahnya.
Iddah wanita yang dicerai, jika masih haidh adalah hingga 3x haidh. Iddah wanita yang
dicerai jika sudah tidak haidh lagi adalah 3 bulan. Iddah wanita yang ditinggal mati adalah 4
bulan 10 hari. Iddah wanita hamil yang dicerai atau ditinggal mati adalah hingga
melahirkan. Yang meragukan adalah pernikahan dengan wanita yang status cerainya belum
jelas. Baik karena suami tidak jelas-jelas mentalaknya atau tidak ada keputusan pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai