KELOMPOK 7 IRITASI AKUT DERMAL Fix
KELOMPOK 7 IRITASI AKUT DERMAL Fix
KELOMPOK 7 IRITASI AKUT DERMAL Fix
DI SUSUN OLEH :
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
i
BAB I
PENDAHULUAN
Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat
yang berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu
organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di
reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila
menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme
biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari
suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan
mekanisme biologi pada suatu organisme.
Uji iritasi akut dermal adalah suatu uji pada hewan (kelinci albino) untuk
mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemaparan sediaan uji pada dermal selama
3 menit sampai 4 jam. Hasil uji dievaluasi berdasarkan kriteria bahaya dari Globally
1
[2].
Harmonised System (GHS) for The Classification of Chemical (2009) Kriteria tersebut
digunakan terutama untuk mengkategorikan sediaan uji yang berbahaya/ toksik. Bila
sediaan uji sudah diketahui mempunyai pH ekstrim (pH ≤ 2 atau ≥ 11,5), maka sediaan
tersebut tidak boleh diuji pada hewan uji.
Kriteria penggolongan sediaan uji yang bersifat korosif/iritan pada kulit GHS, 2009
Katagori Kriteria
Kategori 1 1A Respon korosif terjadi pada pemaparan selama ≤ 3 menit,
Korosif pengamatan selama ≤ 1 jam pada ≥ 1 dari 3 ekor hewan uji
1B Respon korosif terjadi pada pemaparan selama >3 menit sampai ≤
1 jam, pengamatan selama ≤ 14 hari pada ≥ 1 dari 3 ekor hewan
Uji
1C Respon korosif terjadi pada pemaparan selama >1 jam sampai ≤ 4
jam, pengamatan selama ≤ 14 hari pada ≥ 1 dari 3 ekor hewan uji
Kategori 2, i. Skor rata-rata untuk eritema/udema ≥ 2,3 sampai ≤ 4,0
Iritan setelah pemaparan selama 4 jam, pengamatan selama 3 hari,
pada minimal 2 dari 3 ekor hewan uji atau
ii. Inflamasi tidak sembuh sampai hari ke 14 minimal pada 2 ekor
hewan uji, terjadi alopecia pada daerah tertentu, hyperplasia,
scaling atau
iii. Terdapat efek eritema/udema yang jelas pada 1 ekor hewan uji
walau tidak memenuhi kreteria diatas
Kategori 3, Skor rata-rata untuk eritema/udema ≥ 1,5 sampai ≤ 2,3 setelah
Iritan ringan pemaparan selama 4 jam, pengamatan selama 3 hari setelah
terjadinya reaksi kulit tetapi tidak termasuk kategori seperti
diatas, pada minimal 2 dari 3 ekor hewan uji
Juga dapat dilakukan penilaian terhadap sediaan uji yang mengakibatkan terjadinya
[3],
reaksi kulit (ISO 10993-10) terutama untuk sediaan uji yang berupa obat-obatan atau
kosmetik.Nilai rata-rata dari kategori respon biasanya disebut sebagai Indeks Iritasi
Primer.
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Uji ini digunakan untuk menentukan adanya efek iritasi pada kulit serta untuk
menilai dan mengevaluasi karakteristik suatu zat apabila terpapar pada kulit.
B. PRINSIP PRAKTIKUM
Prinsip uji iritasi akut dermal adalah pemaparan sediaan uji dalam dosis
tunggal kepada kulit hewan uji dengan area kulit yang tidak diberi perlakuan berfungsi
sebagai kontrol. Derajat iritasi dinilai pada interval waktu tertentu yaitu pada jam ke
1, 24, 48 dan 72 setelah pemaparan sediaan uji. Untuk melihat reversibilitas,
pengamatan dilanjutkan sampai 14 hari. Hewan yang menunjukkan tanda-tanda
kesakitan atau penderitaan yang parah harus dikorbankan sesuai dengan prosedur
pemusnahan hewan. Selain pengamatan terhadap iritasi, semua pengaruh zat toksik
terhadap kulit, seperti defatting of skin (OECD TG 404-2002) [4] dan pengaruh toksisitas
lainnya serta berat badan harus dijelaskan dan dicatat. Pemeriksaan histopatologi perlu
dipertimbangkan untuk menjelaskan respon yang meragukan.
F. PROSEDUR KERJA
Penyiapan hewan uji
1. Siapkan kelinci albino jantan atau betina yang sehat dan dewasa, berat sekitar 2
kg.
2. Sebelum pengujian dimulai, hewan uji diaklimatisasi di ruang percobaan
kurang lebih selama 5 hari dan hewan ditempatkan pada kandang individual
(1 kandang untuk 1 ekor).
3. Sekurang- kurangnya 24 jam sebelum pengujian, bulu hewan harus dicukur pada
daerah punggung seluas lebih kurang 10 x 15 cm atau tidak kurang 10% dari
permukaan tubuh untuk tempat pemaparan sediaan uji
4. Pencukuran dimulai dari area tulang belikat (bahu) sampai tulang pangkal paha
(tulang pinggang) dan setengah kebawah badan pada tiap sisi.
5. Hewan yang digunakan untuk percobaan adalah hewan yang mempunyai kulit
yang sehat[5].
6
Iritasi
K Nor KN KP F1 F2 F3
Menit ke Eritema 0 1 1 1 1 1
3 Udema 0 0 0 0 0 0
Jam ke 1 Eritema 0 0 1 1 1 1
Udema 0 0 0 0 0 0
Jam ke 4 Eritema 0 0 0 0 0 0
Udema 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi 0 0 0
Keterangan
DAFTAR PUSTAKA
7
2. United Nations Economic Commission for Europe, 2009. Globally Harmonized
5. BPOM Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
(2014), Nomor 7 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo.