6 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Limfatik Dan Imunitas Tubuh (Makalah)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK DAN


IMUNITAS TUBUH
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi

Dosen Pengampu:
DR. Dra. Tjiptorini, M.Kes
Disusun oleh Kelompok 2:
Bryan Novianjaya Putra (P21335120007)
Cindy Shafira Az Zahra (P21335120008)
Saida Fatimah Azzahra (P213351200035)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan judul “Anatomi dan Fisiologi Sistem Limfatik dan Imunitas Tubuh”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah

Anatomi Fisiologi semester dua program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan

Lingkungan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi Ibu DR.

Dra. Tjiptorini, M.Kes.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai

pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis

sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga

segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 2021

Penulis

Daftar Is

i
i

Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4
2.1 Definisi Anatomi dan Fungsi Sistem Limfatik..............................................................4
2.2 Nodus Limfe................................................................................................................6
2.3 Imunitas Aktif dan Pasif..............................................................................................8
2.4 Pertahanan Spesifik....................................................................................................9
2.5 Pertahanan Non-Spesifik..........................................................................................12
2.6 Sel yang Terlibat dalam Respon Imun.......................................................................16
2.7 Kelainan atau Gangguan Respon Imun.....................................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................20
3.2 Saran 21
Daftar Pustaka.................................................................................................................22

ii
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi

mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa berasal dari plasma

darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya.

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur

biologis lainnya yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada

organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali

dan membunuh patogen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah makalah ini

adalah:

1. Apa definisi anatomi dan fungsi sistem limfatik?

2. Apa yang dimaksud dengan nodus limfe?

3. Apa yang dimaksud dengan imunitas aktif dan pasif?

4. Apa yang dimaksud dengan pertahanan spesifik?

5. Apa yang dimaksud dengan pertahanan non-spesifik?

6. Apa saja sel-sel yang terlibat dalam respon imun?

7. Apa saja kelainan pada respon imun?


2

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi anatomi dan fungsi sistem limfatik.

2. Untuk mengetahui mengenai nodus limfe.

3. Untuk mengetahui mengenai imunitas aktif dan pasif.

4. Untuk mengetahui mengenai pertahanan spesifik.

5. Untuk mengetahui mengenai pertahanan non-spesifik.

6. Untuk mengetahui sel-sel apa saja yang terlibat dalam respon imun.

7. Untuk mengetahui kelainan pada respon imun.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat, yaitu:

1. Dapat mengetahui definisi anatomi dan fungsi sistem limfatik.

2. Dapat mengetahui mengenai nodus limfe.

3. Dapat mengetahui mengenai imunitas aktif dan pasif.

4. Dapat mengetahui mengenai pertahanan spesifik.

5. Dapat mengetahui mengenai pertahanan non-spesifik.

6. Dapat mengetahui sel-sel apa saja yang terlibat dalam respon imun.

7. Dapat mengetahui kelainan pada respon imun.


BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menjelaskan pembahasan berdasarkan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat di bab satu.

2.1 Definisi Anatomi dan Fungsi Sistem Limfatik

2.1.1 Definisi

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bagian-bagian dari makhluk

hidup. Kata “anatomi” terdiri dari kata “ana” yang berarti atas dan “tomien”yang

berarti memotong. Anatomi berarti memotong dan mengangkat ke atas tubuh

bagian makhluk hidup untuk mengetahui dan menyelidiki bagian yang ada di

dalamnya. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang nama bagian tubuh dan

susunan bagian tubuh itu dari bagian yang satu terhadap yang lain.

Sistem limfatik atau disebut juga sistem getah bening merupakan

pembuluh (saluran) yang mengalirkan cairan limfa atau getah bening. Sistem

limfatik memiliki dua pembuluh yang terhubung ke pembuluh vena, yaitu :

1. Duktus limfatikus dekster (pembuluh limpa kanan). Pembuluh ini

bermuara dan menyambung dengan pembuluh vena di bawah tulang selangka

kanan. Pembuluh ini mengalirkan limfa yang berasal dari kepala, leher, dada,

paru-paru, jantung, dan lengan kanan.

2. Duktus thoracicus (pembuluh limpa dada). Pembuluh ini bermuara dan

menyambung dengan pembuluh vena di bawah tulang selangka kiri.

Pembuluh ini mengalirkan limfa yang berasal dari bagian tubuh yang lain

(selain kepala, leher, dada, paru-paru, jantung, dan tangan).

3
4

2.1.2 Fungsi

Beberapa fungsi sistem limfatik bagi tubuh, antara lain:

1. Mengatur keseimbangan cairan tubuh

Salah satu fungsi sistem limfatik adalah membantu mengatur keseimbangan

cairan dalam tubuh. Sistem limfatik akan mengumpulkan cairan dari jaringan

tubuh, lalu mengembalikan kelebihan cairan dan protein ke dalam pembuluh

darah.Ada sekitar 90 persen cairan plasma yang mengalir ke jaringan tubuh,

kemudian 10 persen sisanya dikembalikan oleh sistem limfatik.Setiap harinya, ada

sekitar 2-3 liter cairan yang dikembalikan ke pembuluh darah. Cairan ini termasuk

protein yang ukurannya terlalu besar untuk dibawa pembuluh darah.Ketika fungsi

sistem limfatik ini tidak dapat berjalan dengan baik, maka dapat berakibat fatal.

Pasalnya, jaringan tubuh dapat membengkak, volume darah menurun, dan tekanan

darah dapat meningkat.

2. Menyerap sebagian sebagian lemak makanan dalam usus

Fungsi limfatik berikutnya adalah menyerap sebagian lemak makanan dan

protein dalam usus untuk dibawa kembali ke aliran darah.

3. Melindungi tubuh dari zat asing yang mengganggu kekebalan tubuh

Fungsi sistem limfatik yang paling utama adalah melindungi tubuh dari zat

asing yang dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh.Sistem limfatik

menghasilkan dan melepaskan limfosit, yakni sel darah putih khusus, untuk

menghancurkan zat asing, seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur, yang masuk

ke dalam tubuh.
5

2.2 Nodus Limfe

Nodus limfe adalah salah satu komponen sistem limfatik yang berbentuk

seperti kacang kecil dan tersebar secara luas di seluruh tubuh. Nodus limfa yang

satu dengan yang lain dihubungkan oleh struktur yang disebut pembuluh limfa.

Nodus limfa berukuran 1-2 cm, manusia biasanya memiliki 500-600 nodus limfa,

fungsi utama nodus limfa ialah untuk melawan infeksi.

2.2.1 Mekanisme

Sistem kerja pada nodus limfa berhubungan dengan sistem kerja

pembuluh limfa, pembuluh limfa lemak diasbsorpsi di usus halus dan diangkut ke

darah serta cairan pada jaringan yang berlebih akan dikembalikan ke sistem

peredaran darah pada manusia. Sistem Kerja nodus limfa dengan mencegah tubuh

terserang virus, bakteri dan jamur. Apabila nodus limfa yang ada dalam tubuh

dekat dengan sumber infeksi, maka akan menimbulkan rasa sakit dan radang. Hal

ini karena sel putih pada nodus limfa sedang menghancurkan bakteri agar tidak
6

berada dalam tubuh. Selain itu sel darah putih membantu dalam sistem pertahanan

tubuh.

2.2.2 Dinamika Aliran Limfe

Proses jalan limfe dimulai dari keluarnya cairan, yang disebut cairan

interstisiil yang mengandung zat-zat makanan didalamnya, keluar dari kapiler

darah. Setelah keluar dari kapiler darah, kemudian masuk ke dalam jaringan-

jaringan disekelilingnya. Kemudian cairan interstisiil ini akan memberikan zat-zat

makanan dari jaringan. Kemudian setelah itu cairan tersebut akan berkumpul di

lekak-lekak jaringan yang kecil sekali. Dari lekak-lekak tersebut limfe mengalir

melalui jalan-jalan limfe. Proses masuknya seperti pada susunan jalan darah,

pertama limfe itu masuk kedalam kapiler. Antara kapiler yang satu dengan yang

lain bertemu dan akhirnya menjadi besar, yaitu pembuluh limfe. Pada akhirnya

jalan-jalan limfe akhirnya menjadi dua buah, yaitu ductus thoracicus dan ductus

lymphaticus dexter. Ductus thoracicus ini dimulai dari sebuah perluasan yang

dinamakan systerna cycli.

Pada ductus thoracicus ini menerima limfe dari isi badan dari seluruh

pasangan belakang dari dinding dada, dinding perut, daerah bahu sebelah kiri,

leher sebelah kiri dan kepala sebelah kiri. Sedangkan untuk truncus lymphaticus

dexter, pangkalnya menereima limfe dari sebagian besar dinding dada sebelah

kanan, kepala sebelah kanan, leher sebelah kanan dan bahu sebelah kanan,

kelenjar limfe yang ada ditempat semuanya itu berkumpul di kelenjar limfe

sebelah kanan, yang terletak di dekat dada. Dari perkumpulan tersebut terdiri dari

3-4 pangkal, dan akhirnya menjadi satu yaitu ductus lymphaticus dexter.
7

Pembuluh limfe ini lebih kecil dan dindingnya lebih tipis dari pembuluh

darah. Sebelum limfe dialirkan kedalam darah limfe ini akan disaring di nodus-

nodus limfatikus. Karena limfe saat di lekak-lekak jaringan dapat terdapat kuman

penyakit dan benda-benda debu seperti zat arang, sebelum dialirkan ke dalam

pembuluh darah limfe-limfe tersebut disaring terlebih dahulu. Pembersihan

tersebut terjadi di nodus limfatikus atau di kelenjar-kelenjar limfe. Dan kuman-

kuman tersebut yang tertahan disana akan dimusnahkan oleh limfosit yang

terdapat di kelenjar-kelenjar limfe. Terkadang terdapat kuman yang lebih kuat, hal

demikina dapat terjadi, bila terdapat kuman-kuman nanah, dan akibatnya kelenjar

tersebut akan bernanah. Dan kelenjar-kelanjar limfe juga bisa berwarna hitam bila

terdapat seperti zat arang. Setelah masuk ke vasa darah, limfe tersebut pertama

akan dibawa ke ginjal, di ginjal tersebut zat-zat yang ada di dalam cairan tersebut

akan dikeluarakan. Di dalam pembuluh limfe juga terdapat klep-klep sehingga

cairan limfe tidak bisa kembali.

2.3 Imunitas Aktif dan Pasif

2.3.1 Imunitas Aktif

Imunitas aktif alami terjadi jika setelah seseorang terpapar penyakit,

sistem imunitas memproduksi antibodi dan limfosit khusus. Imunitas ini dapat

bersifat seumur hidup, seperti pada kasus cacar dan campak, atau sementara

seperti pada kasus gonore dan pneumonia. Berbeda dengan imunitas aktif alami.

imunitas aktif buatan timbul karena adanya rangsangan dari patogen

yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui vaksin yang kemudian mengaktifkan

sistem imun. Vaksin sendiri merupakan patogen yang sudah dilemahkan atau
8

toksin yang sudah diubah sebelumnya. Oleh karena itu, vaksin ini tidak

menimbulkan penyakit. Contohnya adalah vaksin TFT (tetanus formol toxoid)

untuk melawan tetanus.

2.3.2 Imunitas Pasif

Imunitas pasif alami terjadi melalui pemberian ASI kepada bayi dan

saat antibodi IgG (inunoglobulin G) milik ibu masuk ke plasenta. Antibodi IgG

tersebut dapat memberikan kekebalan sementara untuk beberapa minggu atau

beberapa bulan setelah kelahiran.

Imunitas pasif buatan adalah imunitas pasif yang terjadi melalui

injeksi antibodi dalam serum. Imunitas pasif dihasilkan oleh orang atau hewan

yang kebal karena pernah terpapar antigen tertentu. Contohhnya antara lain

antibodi dari kuda yang kebal terhadap gigitan ular dapat diinjeksikan kepada

manusia yang digigit ular sejenis.

2.4 Pertahanan Spesifik

2.4.1 Definisi

Pertahanan sistem imun spesifik yaitu sistem yang dapat mengenali

substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan

respon imun yang spesifik terhadap substansi tersebut. Sistem imun spesifik

disebut juga dengan sistem imun yang didapat (adaptive immunity)

2.4.2 Karakteristik

Karakteristik dari respon imun spesifik adalah baru terbentuk jika

terjadi infeksi dari patogen, sifat responnya spesifik untuk setiap infeksi (contoh;

infeksi polio akan menghasilkan respon imun spesifik terhadap virus polio saja,
9

tidak terhadap patogen lain), jangka waktu responnya juga lama bahkan ada yang

bertahan seumur hidup, terdapat mekanisme memori sehingga apabila terjadi

infeksi dari patogen yang sama respon imun yang dihasilkan lebih cepat. Sistem

imun ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel

progenitor limfoid.

2.4.3 Komponen Respon Imun

Komponen respon imun spesifik ada dua, yaitu respon seluler (terdiri

dari sel-sel limfosit T) dan respon humoral (limfosit B atau antibodi)

1. Respon Seluler

Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang

biak secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk

dijangkau oleh antibodi. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut

diperlukan respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel

T yang disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme

atau antigen bersangkutan melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas

II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk
10

memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang

dapat membantu makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub

populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga

berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan

melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan

mikroorganisme secara langsung, sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma

interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam sel lainnya.

2. Respon Humoral

Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu

populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah.

Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk

klon sel B memory. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk membentuk satu

jenis antibody spesifik terhadap antigen tertentu (Clonal slection). Antibodi ini

akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen – antibodi yang

dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut.

Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody diperlukan bantuan


11

limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui MHC

maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibody.

Selain oleh sel T- penolong, produksi antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-

supresor), sehingga produksi antibody seimbang dan sesuai dengan yang

dibutuhkan.

2.5 Pertahanan Non-Spesifik

2.5.1 Definisi

Imunitas non-spesifik berupa komponen normal tubuh yang merupakan

pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat

memberikan respon langsung. Selalu ditemukan pada individu sehat dan siap

mencegah bahan asing masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Disebut

non-spesifik karena tidak menunjukan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu

melindungi tubuh terhadap banyak pathogen. Sistem imun non-spesifik terdiri dari

pertahanan barier fisik, kimia, dan mekanik.

2.5.2 Barier Fisik

Dalam sisitem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia

saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap

infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh

tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan

selaput lendir saluran napas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan risiko

infeksi. Tekanan oksigen yang tinggi di paru bagian atas membantu hidup kuman

obligat aerob seperti tuberkulosis.

2.5.3 Barier Kimia


12

Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun

beberapa dapat memasuki tubuh dalam bentuk kelenjar sebaseus dan folikel

rambut. pH asam keringat dan sekresi sebaseus, brbagai asam lemak yang dilepas

kulit, mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane sel, sehingga dapat

mencegah infeksi yang terjadi melalui kulit.

1. lisozim (keringat, ludah, air mata, ASI) berfungsi untuk menghancurkan

dinding sel kuman gram positif

2. Laktoferin & asam neuraminik (ASI) berfungsi anti bakterial E coli,

staphylococcus.

3. HCl, enzim proteolitik, empedu berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri

4. Laktoferin & transferin (dari makrofag) berfungsi untuk ikat zat besi

5. Lisozim (dari makrofag) berfungsi untuk hancurkan kuman gram negative

2.5.4 Barier Mekanik

Pertahanan selanjutnya adalah barier mekanik, seperti kulit yang

menutupi permukaan tubuh. Kulit termasuk lapisan epidermis, stratum korneum,

keratinosit dan lapisan basal bersifat sebagai barier yang penting. Contoh lain dari

barier mekanik adalah saluran pencernaan, mukus membran saluran pernapasan,

dan area genital.

2.5.5 Fagositosis

Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh

sel-sel fagosit, dengan jalan mencerna mikroorganisme/partikel asing hingga

menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu

fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Fagosit mononuklear contohnya


13

adalah monosit (di darah) dan jika bermigrasi ke jaringan menjadi makrofag.

Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu netrofil, eusinofil,

basofil dan cell mast (di jaringan). Supaya proses ini bisa terjadi, suatu

mikroorgansime harus berjarak dekat dengan sel fagositnya.

Proses fagositosis adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan (recognition), yaitu proses dimana mikroorganisme/partikel

asing ‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit.

2. Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali,

maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut.

Bakteri/mikroorganisme mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti

kemokin yang dapat ‘memikat’ sel hidup seperti fagosit untuk

menghampirinya.

3. Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing,

partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit.

4. Penelanan (ingestion); ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor

di membran plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan
14

menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ‘hidup-

hidup’ ke dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke

sitoplasma di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom.

5. Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam

sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom.

Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan

peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim

tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan

partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari

partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleks yang

bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini

dikenal dengan MHC (major histocompatibility complex) untuk dikenali oleh

sistem imunitas spesifik.

6. Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan

dikeluarkan oleh sel fagosit

2.5.6 Zat Anti-Virus dan Bakteri Non-Spesifik

1. Anti-Virus

Antivirus merupakan salah satu penggolongan obat yang secara spesifik

digunakan untuk mengobati infeksi virus. antivirus tidak dapat membunuh virus

dan hanya menghambat virus untuk masuk ke dalam sel atau bereplikasi.

Sebagian besar obat antivirus ditujukan untuk mengobati HIV, virus herpes,

virus hepatitis B dan C, dan virus influenza A dan B. Saat ini peneliti sedang

mengembangkan antivirus untuk patogen lainnya.


15

2. Anti-Bakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan

mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikrob yang

merugikan.

a. Bakteriostatik adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas

menghambat pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi

bakteri), tetapi tidak mematikan.

b. Bakterisida adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas membunuh

bakteri. Namun ada beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik

pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi.

Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan akhir-akhir ini

adalah antibiotik.

2.6 Sel yang Terlibat dalam Respon Imun

Kita mengenal dua jenis sistem imun di dalam tubuh manusia, yaitu sistem

imun innate (primitif) yang bersifat tidak spesifik, dan sistem imun adaptif yang

bersifat lebih canggih, lebih spesifik terhadap benda asing yang masuk ke dalam
16

tubuh kita. Komponen yang berperan dalam sistem imun innate antara lain

makrofag, sel natural-killer, granulosit (basofil, eosinofil, neutrofil), sel mast,

komplemen. Komponen yang berperan dalam sistem imun adaptif antara lain sel

B, antibodi, sel T (CD4+ dan CD8+).

Saat tubuh manusia melawan patogen dari luar, kedua sistem imun ini bekerja

secara bersamaan, akan tetapi dengan kecepatan yang berbeda. Jika tubuh kita

terserang benda asing, sistem imun yang terlebih dahulu diaktifkan adalah sistem

imun innate, sedangkan sistem imun adaptif lebih banyak dipersiapkan untuk

menyerang patogen yang lebih spesifik. Sel-sel yang berperan dalam sistem imun

adaptif mempunyai kemampuan untuk mengingat (memory cell). Tubuh kita tidak

bisa menyimpan antibody spesifik yang terlalu lama. Memory cell ini berperan

untuk mengingat patogen yang pernah masuk ke dalam tubuh kita, dan

memberikan respon imun yang lebih cepat dibandingkan saat terpapar pertama

kali.

2.7 Kelainan atau Gangguan Respon Imun

2.7.1 HIV/AIDS

Kelainan fungsi imun yang terjadi karena sel yang bekerja dalam sistem

imun berkurang dalam jumlah maupun fungsinya.

2.7.2 Pneumocystis carinii (PCP)

Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO) paling

umum pada orang terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, lebih dari 85% orang

dengan HIV pada akhirnya akan mengembangkan penyakit PCP. PCP menjadi
17

salah satu pembunuh utama Odha. Walau PCP hampir selalu dapat dicegah dan

diobati, penyakit ini tetap menyebabkan kematian pada kurang lebih 10% kasus.

2.7.3 Atritis Rheumatoid

Gangguan inflamasi kronis yang memengaruhi banyak sendi, termasuk

di tangan dan kaki. Pada radang sendi, sistem kekebalan tubuh menyerang

jaringannya sendiri, termasuk sendi. Dalam kasus yang parah, penyakit ini

menyerang organ internal. Rheumatoid artritis mempengaruhi lapisan sendi,

menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan. Dalam jangka waktu yang lama,

peradangan yang terkait dengan rheumatoid artritis dapat menyebabkan erosi

tulang dan deformitas sendi.

2.7.4 Lupus

Penyakit radang yang disebabkan ketika sistem kekebalan tubuh

menyerang jaringannya sendiri. Lupus (SLE) dapat mempengaruhi sendi, kulit,

ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru. Gejala bervariasi, namun dapat

berupa kelelahan, nyeri sendi, ruam, dan demam. Gejala ini secara berkala dapat

memburuk (kambuh) lalu berkembang. Meskipun lupus belum ada obatnya,

penanganan berfokus pada peningkatan kualitas hidup dengan mengendalikan

gejala dan meminimalkan kekambuhan, dimulai dengan mengubah gaya hidup,

termasuk pola makan dan perlindungan terhadap matahari.

2.7.5 Multiple sclerosis (MS)

MS adalah gangguan progresif yang terkait dengan kerja sistem imun.

Sistem yang seharusnya bertugas menjaga tubuh, justru berbalik menyerang organ

yang penting untuk kehidupan sehari-hari. Gangguan sistem imun ini merusak
18

lapisan pelindung sistem saraf dan menyebabkan penurunan fungsi sel tersebut di

otak dan tulang punggung. Akibatnya, koordinasi antara otak dan bagian tubuh

lain terganggu.

2.7.6 Sindrom Guillain-Barre

Sindrom Guillain-Barre (GBS) merupakan penyakit langka di mana

sistem imun tubuh kita menyerang saraf. Penyebab dari penyakit ini belum

diketahui, namun kerap GBS didahului dengan penyakit pernapasan atau flu perut.

Rasa lumpuh dan kesemutan di kaki dan tangan (atau wajah pada beberapa orang)

biasanya jadi gejala pertama dari penyakit langka ini. Lalu sensasi ini dengan

cepat menyebar dan akhirnya membuat seluruh tubuhmu lumpuh. Jika gejalanya

terlalu parah, pasien harus segera dapat pertolongan medis dan dirawat di rumah

sakit.

2.7.7 Diabetes melitus tipe 1

Mungkin banyak yang mengira bahwa diabetes mellitus tipe 1 adalah

bukan penyakit autoimun. Nyatanya pada pengidap diabetes melitus tipe 1,

antibodi sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel yang

memproduksi insulin di pankreas. Pada usia dewasa muda, penderita diabetes tipe

1 ini memerlukan suntikan insulin untuk bertahan hidup.


BAB III PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap

pembahasan di atas.

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu;

Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2

ventrikel. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar

kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Ada 4 ruangan dalam jantung

diantaranya katup trikuspid, katup pulmonal, katup dikuspid, dan katup aorta.

Sistem pengaturan jantung terdiri dari serabut purkinje, nordus sinoartial,

nodus atrioventrikular, berkas A-V. frekuensi jantung dibagi menjadi tiga yaitu

frekuensi jantung normal, trakikardia, dan bradirkadia. Pengaturan frekuensi

jantung bisa melalui impuls eferen, impuls aferen dan pengaruh lain.

Hemodinamika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah dan daya

yang berperan di dalamnya. Komponen hemodinamika meliputi jantung, volume

dan pembuluh darah. Sedangkan tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan

oleh darah terhadap dinding pembuluh. Pengaturan tekanan darah dibagi menjadi

dua, yaitu pengaturan jangka pendek dan pengaturan jangka menengah-panjang.

Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer dalam satuan milimeter

air raksa (mmHg).

19
20

3.2 Saran

Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa saran, yaitu;

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan

dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki

makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan

nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang

pembahasan makalah diatas.


Daftar Pustaka

http://spiritia.or.id/

https://health.detik.com/

https://digilib.esaunggul.ac.id/

https://simdos.unud.ac.id/

http://repository.unand.ac.id/

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Imunoserologi_SC.pdf

http://eprints.undip.ac.id/50470/3/Citra_Hutami_Saraswati_22010112130183_Lap.KTI_
Bab2.pdf

https://sandurezu.wordpress.com/

https://www.nestlenutrition-institute.org/

https://www.dosenpendidikan.co.id/

https://fk.unair.ac.id/

21

Anda mungkin juga menyukai