Modul 12 Pengantar Ekonomi Paulus Rambe Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Dan Pengangguran
Modul 12 Pengantar Ekonomi Paulus Rambe Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Dan Pengangguran
Modul 12 Pengantar Ekonomi Paulus Rambe Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Dan Pengangguran
Pengantar
Ekonomi
PERTUMBUHAN EKONOMI,
INFLASI DAN
PENGANGGURAN
13
Teknik Teknik Industri 16004 Paulus M Rambe, SE.MM.
Abstract Kompetensi
Memberikan pengetahuan dasar Mahasiswa mampu mengenali dan
kepada mahasiswa tentang arti mendeskripsikan dasar-dasar teori
penting ilmu ekonomi dan ilmu makroekonomi untuk
mendiskusikan fenomena ekonomi
perananya dalam mengkaji
pada level agregat secara
masalah-masalah ekonomi. sederhana, membandingkan
bekerjanya mekanisme pasar,
kebijakan ekonomi dan kinerja
perekonomian
MODUL 12
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDPriil per kapita. Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah
negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi
selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah
negara.
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak.
Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan
kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh
kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun
menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya
manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas
Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan
pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar penentuan prioritas
pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu : (1) proses,
(2) output per kapita, dan (3) jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses,
bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat.
Dalam analisanya yang mendalam, Kuznet memisahkan enam karakteristik yang terjadi
dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara dan dari pendapatnya tersebut di
bawah ini terlihat bahwa salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yaitu perdagangan (ekspor).
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari
permasalahan kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana para pemilik modal
besar selalu mendapatkan kesempatan yang lebih luas dibandingkan dengan para
pengusaha kecil dan menengah yang serba kekurangan modal. Disamping itu, akses untuk
mendapatkan bantuan modal keperbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha
besar dibandingkan dengan pengusaha ekonomi lemah. Disamping itu pertumbuhan
ekonomi perdagangan internasional juga memberikan dampak yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketidakpastian perekonomian dan perdagangan dunia
yang semakin meningkat, semakin menyebabkan kemungkinan – kemungkinan
pertumbuhan ekonomi yang kurang membanggakan bagi bangsa Indonesia.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, secara umum:
1. Faktor produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan
penggunaan bahan baku industri dalam negeri sekaksimal mungkin.
2. Faktor investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan
berpihak pada pasar.
3. Faktor perdagangan Luar Negari dan Neraca Pembayaran, harus surplus sehingga
mampu meningkatkan cadangan devisa dan mestabilkan nilai rupiah.
4. Faktor kebijakan Moneter dan Inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan
tingkat suku bunga ini juga harus antisipasif dan dapat diterima pasar.
Setiap Negara akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal
untuk membawa bangsanya kepada kehidupan yang lebih baik. Setiap pemerintahan akan
mengukur keberhasilan perekonomian Negaranya dengan berbagai metode atau indicator
yang paling representative terhadap perubahan perekonominya. Hal ini tentunya untuk
mengetahui unjuk kerja elemen pemerintahan dan semua pihak yang berkepentingan.
Indicator pertama yang umum digunakan diberbagai Negara untuk menilai perkembangan
ekonomi adalah perubahan pendapatan nasional riil dalam jangka waktu panjang.
Pendapatan nasional riil menunjukkan output secara keseluruhan dari barang-barang jadi
dan jasa suatu Negara.
Negara dikatakan tumbuh ekonominya jika pendapatan nasional riil-nya naik dari periode
sebelumnya. Tingkat petumbuhan ekonomi dihitung dari pertambahan pendapatan nasional
riil yaitu Produk Nasional Bruto riil yang berlaku dari tahun ke tahun.
Contoh Aplikasi:
Jika pada tahun 2011 Produk Nasional Bruto riil bernilai 150 trilyun rupiah dan pada tahun
2012 menjadi 160 trilyun rupiah, berapa tingkat pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada
tahun 2012 ?
= 6,67 %
Indicator kedua yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan ekonomi adalah
pendapatan riil per kapita dalam jangka waktu panjang. Ekonomi suatu Negara dikatakan
tumbuh jika pendapatan masyarakat nya meningkat dari waktu kewaktu.
Contoh Aplikasi:
Tingkat pendapatan per kapita 2011 = Rp 150 trilyun/15 juta = Rp 10,00 juta
Tingkat pendapatan per kapita 2012 = Rp 160 trilyun/15,5 juta = Rp 10,323 juta
= 3,23 %
INFLASI
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-
rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan
uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara
untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator. CPI adalah data yang mengukur rata-rata perubahan harga yang dibayarkan oleh
konsumen (dalam rata-rata) untuk sekelompok barang dan jasa tertentu. CPI merupakan
indikator inflasi yang paling umum digunakan dan dianggap juga sebagai indikator
keefektifan kebijakan pemerintah. Naiknya CPI mengindikasikan naiknya tingkat inflasi yang
akan menyebabkan turunnya harga obligasi dan naiknya tingkat suku bunga. Sedangkan
Gross Domestic Product (GDP) Deflator adalah sebuah indikator yang juga mengukur
tingkat inflasi dari semua aktivitas ekonomi. GDP Deflator didapat dari selisih antara nilai
GDP nominal dengan GDP Real atau dengan Formula : GDP Deflator = GDP Nominal -
1. Inflasi ringan, Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka
10% setahun
4. Inflasi hiperinflasi, hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
Penyebab Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau
distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya
distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government)
seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi
mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat
naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri
tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi
itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada
semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi
tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
1. Kebijakan Moneter
a) Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah
uang yang beredar dapat dikurangi.
b) Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar
modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga
bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah
uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.
2. Kebijakan Fiskal
e) Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara
melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Senering ini pernah dilakukan
oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah
memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
f) Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
g) Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling
price.
PENGANGGURAN
Tiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi pengangguran.
Nanga (2005: 249) mendefinisikan pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang
yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak
sedang mencari pekerjaan. Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah
tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum
memperolehnya. Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan definisi
pengangguran yaitu:
Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakatakan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi.Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu
negara.
Untuk itu perlu diupayakan cara mengatasi pengangguran, antara lain sebagai berikut:
2. Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji, Upah/gaji tersebut
sebelum sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu.
Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara sehingga bila tidak
banyak orang yang bekerja maka pendapatan negara dari pemasukan pajak
penghasilan cenderung berkurang.
3. Beban Psikologis
kondisi Indonesia masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya. Tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan
kebijakan dapat ditempuh, untuk itu diperlukan kebijakan yaitu :
f) Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha
atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka
kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan
bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat
bersinergi dengan PT. PAL Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa
pelat baja.
h) Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu
seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri.Sebaiknya diupayakan
tenaga-tenaga terampil.Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah
Pusat dan Daerah.