Tugas Prilaku Daktail Struktur Beton - Nasrun Sibela - D012212009

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ARTIKEL

MATA KULIAH: PRILAKU DAKTAIL STRUKTUR BETON

TENTANG DESAIN GEDUNG MENGGUNAKAN ANALISIS NONLINIER STATIC POSHOVER OLEH

GALIH PRAMUDHITA DAN HARYO KOCO BUWONO

Dibuat Oleh:
Nama: Nasrun Sibela
NIM: D012212009

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN


PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
TAHUN 2022
KOMENTAR

Artikel riset ilmial dengan judul “Analisis Nonlinier Static Pushover Struktur Gedung Bertingkat Soft Story dengan
Menggunakan Material Beton Bertulang dan Beton Prategang pada Balok Bentang Panjang” yang disusun oleh Galih
Pramudhita dan Haryo Koco Buwono jika kita kaji dengan seksama maka artikel ini dapat memberikan informasi yang
cukup komprehensif mengenai bagaimana proses desain struktur gedung tahan gempa dengan pedekatan perencanaan
berbasis kinerja atau performance based design, pada artikel ilmiah ini menyoroti perencanaan gedung dengan dua type
material yang digunakan pada desain yaitu beton bertulang dan beton prategang pada struktur balok bentang panjang.
Dalam perencanaan ini, kinerja struktur bangunan terhadap gempa dan pola keruntuhannya dapat dinyatakan secara jelas
dalam bentuk kurva capacity menggunakan Nonlinear Static Pushover Analysis, dimana metode pengaplikasian pushover
analysis paling efektif atau diasumsikan paling mendekati kondisi pembebanan gempa aktual yang terjadi.

Dalam deasin sebuah struktur gedung tentu diharapkan saat gempa terjadi gedung akan berprilaku plastis dalam
menerima gaya lateral akibat gempa oleh karena itu struktur harus dirangcang dengan konsep daktalitas yang tinggi. Saat
gempa berskala besar terjadi bagian tertentu yang dianggap sebagai penempang kritis dari struktur bangunan harus
menjadi sendi plastis sehingga dapat mereduksi energi kinetik akibat gempa. Kemampuan gedung dalam mendisipasi
gaya lateral yang cukup besar adalah sangat ditentukan oleh konsep daktail struktur tersebut. Nonlinear Static Pushover
Analysis merupakan prosedur analisis untuk mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal
pula sebagai analisis beban dorong statik. Pada analisis desain ini memerlukan komputer program untuk dapat
merealisasikannya pada bangunan nyata.

Tujuan Nonlinear Static Pushover Analysis adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi
serta untuk memperoleh informasi bagian mana saja penampang yang kritis. Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-
bagian mana saja yang memerlukan perhatian khusus untuk pendetailan atau stabilitasnya. Analisis dilakukan dengan
memberikan suatu pola beban lateral statik pada struktur, yang kemudian secara bertahap ditingkatkan dengan faktor
pengali sampai satu target perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik tersebut adalah titik pada
atap, atau lebih tepat lagi adalah pusat massa atap. Nonlinear Static Pushover Analysis menghasilkan Kurva Pushover
atau kurva kapasitas, kurva yang menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (V) terhadap perpindahan titik acuan
pada lantai atap (D), Kurva kapasitas akan memperlihatkan suatu kondisi linier sebelum mencapai kondisi leleh dan
selanjutnya berperilaku non-linier.

Bagian yang tidak kala pentingnya dalam artikel ilmiah ialah kita dapat menyimpulkan untuk desain gedung dengan
material beton bertulang dan beton prategag terjadi perbedaan yang sangat signifikan bahwa Struktur bangunan yang
menggunakan material beton bertulang pada balok bentang panjang menerima gaya geser yang besar akibat gempa
rencana sehingga terjadi simpangan yang besar juga pada lantai atap dan untuk balok beton prategang dapat
meminimalisir gaya geser yang diterima struktur sehingga simpangan pada lantai atap lebih kecil. Lalu simpulkan lah
balok beton bertulang memerlukan dimensi penampang yang lebih besar agar dapat menerima gaya geser akibat beban
gempa rencana sedangkan pada balok beton prategang dimensi penampangnya dapat direduksi karena beton prategang
dapat menyerap gaya gempa lebih baik dari pada beton bertulang.
ANALISIS NONLINIER STATIC PUSHOVER STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT SOFT STORY (Galih – Haryo)

ANALISIS NONLINIER STATIC PUSHOVER STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT


SOFT STORY DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL BETON BERTULANG DAN
BETON PRATEGANG PADA BALOK BENTANG PANJANG

oleh :
Galih Pramudhita
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : [email protected]

Haryo Koco Buwono


Teknik Sipil Universitas Muhammaddiyah Jakarta
Email : [email protected]

Abstrak : Indonesia merupakan negara yang berada di jalur gempa pasifik (Circum Pacific Earthquake
Belt) dan jalur gempa Asia (Trans Asiatic Earthquake Belt) sehingga tingkat risiko terjadinya gempa bumi
sangatlah tinggi. Dengan risiko terjadinya gempa yang sangat tinggi ini, maka sangat tinggi pula risiko
kerusakan bangunan yang akan terjadi. Dalam konteksnya terhadap ruang lingkup kerja teknik sipil,
kondisi tersebut berpengaruh besar dalam perencanaan desain struktur bangunan. Struktur gedung
dalam suatu perencanaan struktur dibagi menjadi dua yaitu struktur gedung beraturan dan struktur
gedung tak beraturan. Pada standar perencanaan struktur gedung tahan gempa Indonesia, salah satu
definisi struktur gedung tak beraturan adalah terdapat sistem struktur tingkatan lunak (soft story) dalam
arah vertikal. Dalam perencanaan ini, kinerja bangunan terhadap gempa dan pola keruntuhannya dapat
dinyatakan secara jelas dalam bentuk kurva menggunakan Nonlinear Static Pushover Analysis. Nonlinear
Static Pushover Analysis menghasilkan kurva kapasitas yang menggambarkan hubungan antara gaya
geser dasar terhadap perpindahan titik acuan pada atap. Hasil analisis menunjukkan struktur beton
bertulang akan terjadi gaya geser yang lebih besar pada balok bentang panjang sedangkan beton
prategang akan lebih kecil karena beton prategang dapat meminimalisir gaya geser.

Kata kunci : Nonlinear Static Pushover Analysis, soft story, beton prategang, beton bertulang, gaya geser
dasar, simpangan, kinerja struktur.

Abstract : Indonesia is a country that is on the Pacific Earthquake Belt and the Trans Asiatic Earthquake
Belt so that the risk of earthquakes is very high. With the high risk of earthquake, the risk of building damage
is very high too. In the context of the scope of civil engineering work, these conditions have a major effect on
the design of building structure. The building structure in a structural plan consists of two types, namely the
structure of regular buildings and irregular building structures. In the standard planning for earthquake
resistant buildings in Indonesia, one of the definitions of irregular building structures there is a soft story
system in the vertical direction. In this plan, the performance of the building against the earthquake and its
collapse pattern can be clearly stated in the form of a curve using Nonlinear Static Pushover Analysis. The
Nonlinear Static Pushover Analysis produces a capacity curve that describes the relationship between the
base shear force to the displacement of the reference point on the roof. The results of the analysis show that
reinforced concrete structures will have a greater shear force in long span beams while prestressed concrete
will be smaller because prestressed concrete can minimize shear forces.

Keywords : Nonlinear Static Pushover Analysis, soft story, prestressed concrete, reinforced concrete, base
shear, displacement, structural performance.

95 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

Pendahuluan yang dapat ditahan oleh balok beton


bertulang dan beton prategang yang akan
Indonesia merupakan negara yang berada di
digunakan untuk membandingkan kinerja
jalur gempa pasifik (Circum Pacific
tiap material dalam menahan gaya dalam
Earthquake Belt) dan jalur gempa Asia
yang bekerja akibat gempa rencana.
(Trans Asiatic Earthquake Belt) sehingga
tingkat risiko terjadinya gempa bumi
Kelebihan dan Kekurangan Beton
sangatlah tinggi. Dengan risiko terjadinya
Bertulang dengan Beton Prategang
gempa yang sangat tinggi ini, maka sangat
tinggi pula risiko kerusakan bangunan yang Kelebihan beton bertulang adalah sebagai
akan terjadi. Dalam konteksnya terhadap berikut:
ruang lingkup kerja teknik sipil, kondisi 1. Beton bertulang mempunyai ketahanan
tersebut berpengaruh besar dalam yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
perencanaan desain struktur bangunan. merupakan bahan struktur yang terbaik
Pada saat ini metode perencanaan bangunan untuk bangunan yang banyak
tahan gempa yang sering digunakan adalah bersentuhan dengan air.
perencanaan berbasis kinerja atau 2. Beton mempunyai kuat tekan yang relatif
performance based design. Dalam lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
perencanaan ini, kinerja bangunan terhadap lain.
gempa dan pola keruntuhannya dapat 3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
dinyatakan secara jelas dalam bentuk kurva 4. Beton bertulang tidak memerlukan biaya
menggunakan Nonlinear Static Pushover pemeliharaan yang tinggi
Analysis atau Analisis Beban Dorong Statik. 5. Usia layan beton bertulang lebih panjang
Struktur gedung dalam suatu perencanaan dibandingkan dengan bahan lain.
struktur dibagi menjadi dua yaitu struktur 6. Beton bertulang mudah dicetak menjadi
gedung beraturan dan struktur gedung tak bentuk yang sangat beragam, mulai dari
beraturan. Pada standar perencanaan pelat, balok, dan kolom yang sederhana
struktur gedung tahan gempa Indonesia, sampai atap kubah dan cangkang besar.
salah satu definisi struktur gedung tak 7. Harga yang lebih ekonomis dibandingkan
beraturan adalah terdapat sistem struktur dengan bahan lain.
tingkatan lunak (soft story) dalam arah Kekurangan beton bertulang adalah sebagai
vertikal. Soft story didefinisikan sebagai berikut:
suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya 1. Beton memiliki kuat tarik yang sangat
kurang dari 70 persen kekakuan lateral rendah, sehingga beton membutuhkan
tingkat di atasnya atau kurang dari 80 penggunaan tulangan tarik .
persen kekakuan rata-rata tiga tingkat di 2. Dalam pengerjaannya memerlukan
atasnya. bekisting untuk menahan beton tetap di
Pada studi ini akan membahas dan tempatnya sampai beton tersebut
membandingkan perilaku struktur gedung mengeras.
bertingkat soft story akibat beban gempa 3. Rendahnya kekuatan persatuan berat
pada balok bentang panjang menggunakan dari beton mengakibatkan beton
material beton bertulang dan beton bertulang menjadi berat. Hal ini sangat
prategang. berpengaruh pada struktur-struktur
Dari hasil analisis akan diperoleh gaya geser bentang panjang dimana berat beban
dasar maksimum dan simpangan maksimum

96 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS NONLINIER STATIC PUSHOVER STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT SOFT STORY (Galih – Haryo)

mati beton yang besar akan sangat


mempengaruhi momen lentur.
4. Rendahnya kekuatan persatuan volume
juga mengakibatkan beton berukuran
relatif lebih besar.
5. Sifat beton sangat bervariasi karena
bervariasinya proporsi campuran dan
pengadukannya.

Gambar 1. Skema penyebaran


Kelebihan beton prategang adalah sebagai
berikut: gelombang energi gempa
1. Dapat memikul beban lentur yang lebih
Respon Struktur Terhadap Gempa
besar dari beton bertulang.
2. Dapat dipakai pada bentang yang Struktur gedung saat menerima beban
panjang. gempa akan memikul gaya geser dasar (base
3. Ketahanan geser dan puntirnya lebih shear). Base shear tiap lantai merupakan
besar dari beton bertulang. fungsi dari massa (m) dan kekakuan (k) dari
Kekurangan beton prategang adalah sebagai tiap lantai tersebut. Base shear
berikut: mengakibatkan lantai bergeser
1. Beton prategang memerlukan peralatan (displacement) dari kedudukan semula.
khusus seperti tendon, angkur, mesin Saat gaya gempa bekerja, maka gedung akan
penarik kabel, dan lain-lain. merespon beban gempa tersebut dengan
2. Memerlukan keahlian khusus baik dalam memberikan gaya-gaya dalam. Apabila gaya-
perencanaan maupun pelaksanaannya. gaya dalam tersebut melebihi
kemampuan/kapasitas gedung, maka
Konsep Dasar Mekanisme Gempa gedung akan berperilaku inelastik apabila
Gempa bumi adalah bergetarnya permukaan sifat struktur cukup daktail tetapi akan
tanah karena pelepasan energi secara tiba- langsung hancur apabila kurang daktail.
tiba akibat dari pecah/slipnya massa batuan Agar struktur bangunan mempunyai
kemampuan yang cukup dan tidak terjadi
di lapisan kerak bumi. Hal ini disebabkan
keruntuhan pada saat terjadi Gempa Kuat,
karena gerakan pelat-pelat tektonik
maka dapat dilakukan dua cara sebagai
(lempeng bumi) atau lapis kerak bumi yang
berikut :
saling bertumbukan, bergeser atau saling
a) Membuat struktur bangunan sedemikian
menyusup satu dengan yang lain (subduksi).
kuat, sehingga struktur bangunan tetap
Dari pusat gempa, gelombang energi akan
merambat ke segala arah yang salah satu berperilaku elastis pada saat terjadi
arahnya adalah melewati permukaan tanah. Gempa Kuat. Struktur bangunan yang
Sebelum mencapai alat pencatat, gelombang didesain tetap berperilaku elastis pada
saat terjadi Gempa Kuat, disebut Struktur
gempa akan melewati bermacam-macam
Tidak Daktail. Penggunaan sistem
kondisi lapisan tanah, sebagian gelombang
akan dipantulkan, dibiaskan, dan ada pula struktur portal tidak daktail masih
dianggap ekonomis untuk bangunan
yang bergerak sepanjang permukaan tanah
gedung bertingkat menengah dengan
sebagaimana yang tampak pada gambar
ketinggian tingkat antara 4 s/d 7 lantai,
berikut.

97 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

dan terletak pada wilayah dengan SD1 = parameter respons spektral


pengaruh kegempaan ringan sampai percepatan desain pada perioda
sedang. 1 detik.
b) Membuat struktur bangunan sedemikian T = perioda getar fundamental struktur
rupa sehingga mempunyai batas
kekuatan elastis yang hanya mampu
menahan Gempa Sedang saja. Jadi
struktur ini masih bersifat elastis pada
saat terjadi Gempa Ringan atau Gempa
Sedang. Pada saat terjadi Gempa Kuat,
struktur bangunan harus dirancang agar
mampu untuk berdeformasi secara
plastis. Jika struktur mempunyai
kemampuan untuk dapat berdeformasi
plastis cukup besar, maka hal ini dapat
mengurangi sebagian dari energi gempa
yang masuk ke dalam struktur. Gambar 2. Spektrum Respon Desain

Spektrum Respon Desain Simpangan Antar Lantai

Pada SNI 03-1726-2012, grafik respon Pada proses perencanaan struktur,


spektrum harus dirancang menggunakan simpangan lateral antar tingkat (story drift)
parameter percepatan-percepatan yang harus selalu diperiksa umtuk menjamin
berbeda-beda untuk setiap wilayah gempa stabilitas struktur dan mencegah kerusakan
dan klasifikasi situs tanah dimana bangunan elemen-elemen struktur.
berdiri. Kurva spektrum respon desain Penentuan simpangan antar lantai tingkat
dibentuk setelah mendapat nilai SDS dan SD1, desain (Δ) harus dihitung sebagai perbedaan
dengan mengacu pada ketentuan berikut: defleksi pada pusat massa di tingkat teratas
Untuk perioda yang kecil dari T0, spektrum dan terbawah yang ditinjau.
respons percepatan disain, Sa, harus diambil Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) harus
dari persamaan: ditentukan sesuai dengan persyaratan dari
SNI 1726-2012 sebagai berikut :
𝑆𝑎 =𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6𝑇/𝑇0) (1)
Cd Δxi / Ie < Δa.................................(5)
Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum Dengan :
respons percepatan disain, Sa diambil Δa = 0.02 hi
menurut persamaan: Cd = faktor pembesaran defleksi
𝑇0 = 0,2 𝑆𝐷1/𝑆𝐷𝑆 (2) Ie = faktor keutamaan gempa
𝑇𝑠 = 𝑆𝐷1/𝑆𝐷𝑆 (3) Δxi = simpangan antar tingkat
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷1/𝑇 (4)
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 simpangan
Keterangan:
antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh
SDS = parameter respons spektral
melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin
percepatan desain pada perioda
(Δa) seperti didapatkan dari Tabel 1 untuk
pendek.
semua tingkat.

98 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS NONLINIER STATIC PUSHOVER STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT SOFT STORY (Galih – Haryo)

Tabel 1. Simpangan Izin antar lantai, Δa sebagai beban dorong. Kurva Pushover akan
memperlihatkan suatu kondisi linier
sebelum mencapai kondisi leleh dan
selanjutnya berperilaku non-linier.

Level Kinerja

Sasaran kinerja terdiri dari kejadian gempa


rencana yang ditentukan (earthquake
Nonlinear Static Pushover Analysis hazard) dan level kinerja (performance level)
dari bangunan terhadap kejadian gempa
Nonlinear Static Pushover Analysis
tersebut. Performance level disini adalah
merupakan prosedur analisis untuk
tingkat atau derajat kerusakan yang
mengetahui perilaku keruntuhan suatu
ditentukan oleh kerusakan fisik struktur dan
bangunan terhadap gempa, dikenal pula
elemen struktur sehingga tidak
sebagai analisis beban dorong statik.
membahayakan keselamatan pengguna
Analisis ini memerlukan komputer program
struktur bangunan.
untuk dapat merealisasikannya pada
Berdasarkan ATC-40 Performance level
bangunan nyata. Beberapa program
struktur bangunan dibagi menjadi beberapa
komputer komersil yang tersedia adalah
tingkat kerusakan utama dapat dilihat pada
SAP2000, ETABS, GTStrudl, Adina, dan
tabel 2 dan gambar 3.
Tekla.
Tujuan Nonlinear Static Pushover Analysis
Tabel 2. Tingkat kerusakan struktur
adalah untuk memperkirakan gaya
berdasarkan ATC-40.
maksimum dan deformasi yang terjadi serta
untuk memperoleh informasi bagian mana
saja yang kritis. Selanjutnya dapat
diidentifikasi bagian-bagian mana saja yang
memerlukan perhatian khusus untuk
pendetailan atau stabilitasnya.
Analisis dilakukan dengan memberikan
suatu pola beban lateral statik pada struktur,
yang kemudian secara bertahap
ditingkatkan dengan faktor pengali sampai
satu target perpindahan lateral dari suatu
titik acuan tercapai. Biasanya titik tersebut
adalah titik pada atap, atau lebih tepat lagi
adalah pusat massa atap.
Nonlinear Static Pushover Analysis
menghasilkan Kurva Pushover, kurva yang
menggambarkan hubungan antara gaya
geser dasar (V) terhadap perpindahan titik
acuan pada atap (D).
Kurva Pushover dipengaruhi oleh pola
distribusi gaya lateral yang digunakan

99 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

Gambar 3. Kurva Level Kinerja

ATC-40 memberikan batasan rasio drift atap


untuk berbagai macam kategori tingkat
kinerja struktur pada Tabel 2.

Tabel 3. Tingkat Kinerja Bangunan


Gedung Berdasarkan Batas Deformasi
(ATC-40).

Penentuan tingkat kinerja tersebut


sebelumnya harus menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Maksimal Drift / Simpangan
Dt
= (6)
H Gambar 4. Bagan pola pikir
Maksimal Inelastik Drift / Simpangan
D − D1 Data Struktur
= t (7)
H
Bangunan direncanakan dengan 2 tipe
Dimana :
model yaitu Struktur A dan Struktur B.
Dt = Simpangan pada lantai atap (m)
Struktur A adalah struktur gedung dengan
D1 = Simpangan pertama (m)
material Beton Bertulang. Struktur B adalah
H = Tinggi total bangunan (m)
struktur gedung dengan material Beton
Prategang pada balok bentang panjang.
Metodologi Penelitian
Bangunan diasumsikan berada di kota
Langkah–langkah analisis yang akan Jakarta dengan klasifikasi situs tanah SD
dilakukan dapat dijelaskan secara singkat (tanah sedang). Struktur gedung terdiri dari
melalui bagan pola pikir dibawah ini : 5 lantai dengan fungsi bangunan sebagai
perkantoran. Sistem Struktur Penahan

100 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS NONLINIER STATIC PUSHOVER STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT SOFT STORY (Galih – Haryo)

Gempa yang digunakan yaitu Sistem Rangka


Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Data-data yang terdapat pada gedung ini
adalah sebagai berikut :
1. Konfigurasi Gedung

Tabel 4. Konfigurasi Gedung


No Lantai
Tinggi Bangunan Gambar 6. Tampak Struktur B arah x
(m)
dan arah y
1 Base 0
2 Lantai 1 3,5
3 Lantai 2 7
4 Lantai 3 10,5
5 Lantai 4 14
6 Lantai Atap 17,5

2. Mutu Bahan
Mutu beton, fc’ = 30 & 35 MPa
Mutu baja tulangan, fy = 400 Mpa
3. Data Elemen Struktur
a. Pelat Lantai t = 120 mm
b. Balok, tipe balok yang digunakan
adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Tipe Balok


Gambar 7. Tampak 3D Struktur A & B
No Tipe Dimensi (mm)
1 Balok Induk 1 300 x 600
2 Balok Induk 2 400 x 600 Analisis Kinerja Batas Ultimit Struktur
3 Balok Induk 3 500 x 1000
4 Balok Anak 200 x 500 Kinerja batas ultimit struktur gedung
5 Balok Prategang 400 x 800 ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar tingkat maksimum akibat pengaruh
c. Kolom yang digunakan mempunyai gempa rencana dalam kondisi struktur
dimensi = 800 x 800 mm gedung diambang keruntuhan. Hal ini
bertujuan untuk membatasi kemungkinan
terjadinya keruntuhan struktur gedung yang
dapat menimbulkan korban jiwa manusia.
Dari hasil analisis pada program SAP2000
diperoleh data simpangan struktur sebagai
berikut :
Gambar 5. Tampak Struktur A arah x dan
arah y

101 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

Tabel 6. Tabel Simpangan Bangunan


arah X (Struktur A)

Gambar 8. Grafik Simpangan Maksimum


Tabel 7. Tabel Simpangan Bangunan arah X
arah Y (Struktur A)

Gambar 9. Grafik Simpangan Maksimum


Tabel 8. Tabel Simpangan Bangunan arah Y
arah X (Struktur B)
Pengecekan simpangan izin antar lantai
akibat beban gempa arah X dan Y adalah
sebagai berikut :

Tabel 10. Pengecekan simpangan izin


akibat beban gempa arah X (Struktur A)

Tabel 9. Tabel Simpangan Bangunan


arah Y (Struktur B)

Tabel 11. Pengecekan simpangan izin


akibat beban gempa arah Y (Struktur A)

Dari Tabel 6 – Tabel 9 diperoleh data berupa


grafik sebagai berikut :

102 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS NONLINIER STATIC PUSHOVER STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT SOFT STORY (Galih – Haryo)

Tabel 12. Pengecekan simpangan izin Dt 0.019


= = = 0,00108
akibat beban gempa arah X (Struktur B) H 17,5
Maksimal Inelastik Drift / Simpangan
Dt − D1 0,019 − 0,002
= = = 0,000097
H 17,5
4. Struktur B (Arah Y)
Maksimal Drift / Simpangan
Dt 0.014
= = = 0,00080
Tabel 13. Pengecekan simpangan izin H 17,5
akibat beban gempa arah Y (Struktur B) Maksimal Inelastik Drift / Simpangan
Dt − D1 0,014 − 0,002
= = = 0,000068
H 17,5
Hasil analisis evaluasi kinerja struktur
sesuai dengan Code ATC-40 menyatakan
bahwa Struktur A dan Struktur B pada arah
X dan Y, untuk nilai maksimum simpangan
dan maksimum inelastik simpangan pada
Analisis Level Kinerja Struktur
semua struktur termasuk ke dalam kategori
Berdasarkan Code ATC-40
level Immediete Occupancy (IO) yaitu
Batasan rasio drift atap yang dievaluasi struktur bangunan aman, resiko korban jiwa
dengan analisis ragam respons spektrum dari kegagalan struktur tidak berarti, dan
gedung, dengan parameter maksimum total gedung tidak mengalami kerusakan berarti
drift dan maksimum inelastik drift adalah akibat gempa rencana.
sebagai berikut :
1. Struktur A (Arah X) Hasil Nonlinear Static Pushover Analysis
Maksimal Drift / Simpangan
Nonlinear Static Pushover Analysis
Dt 0.02
= = = 0,00114 menghasilkan Kurva Pushover yaitu kurva
H 17,5
yang menggambarkan hubungan antara
Maksimal Inelastik Drift / Simpangan gaya geser dasar (V) terhadap perpindahan
Dt − D1 0,02 − 0,002 titik acuan pada atap (D).
= = = 0,000113
H 17,5
2. Struktur A (Arah Y)
Maksimal Drift / Simpangan
Dt 0.015
= = = 0,00086
H 17,5
Maksimal Inelastik Drift / Simpangan
Dt − D1 0,015 − 0,002
= = = 0,000074
H 17,5
3. Struktur B (Arah X)
Maksimal Drift / Simpangan

Gambar 10. Kurva Pushover Struktur A

103 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

Dari Tabel 14 dan Tabel 15 diperoleh hasil


sebagai berikut :

Tabel 16. Simpangan dan Gaya Geser


Maksimum Bangunan
Gaya Geser
Simpangan
Model Dasar
Maksimum
Bangunan Maksimum
(m)
(kgf)
Struktur A 0,56709 666.335,87
Gambar 11. Kurva Pushover Struktur B
Struktur B 0,63768 734.591,07
Kurva Pushover dipengaruhi oleh pola
distribusi gaya lateral yang digunakan Kesimpulan
sebagai beban dorong. Kurva kapasitas akan
Berdasarkan penelitian yang telah
memperlihatkan suatu kondisi linier
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
sebelum mencapai kondisi leleh dan
berikut :
selanjutnya berperilaku non-linier.
1. Sistem struktur dengan soft story
Dari grafik pada Gambar 10 dan Gambar 11
mempengaruhi bangunan bila terjadi
diperoleh hasil sebagai berikut :
gempa karena mengurangi kekakuan
struktur, sehingga membutuhkan
tingkat kekakuan struktur yang besar
untuk dapat memikul gaya aksial dan
menyerap energi gempa.
2. Struktur bangunan yang menggunakan
material beton bertulang pada balok
bentang panjang menerima gaya geser
yang besar akibat gempa rencana
sehingga terjadi simpangan yang besar
juga pada lantai atap.
Tabel 14. Hasil Nonlinear Static Pushover 3. Balok beton prategang dapat
Analysis (Struktur A) meminimalisir gaya geser yang diterima
struktur sehingga simpangan pada
lantai atap lebih kecil dari pada struktur
yang menggunakan material beton
bertulang.
4. Balok beton bertulang memerlukan
dimensi penampang yang lebih besar
agar dapat menerima gaya geser akibat
beban gempa rencana sedangkan pada
balok beton prategang dimensi
penampangnya dapat direduksi karena
Tabel 15. Hasil Nonlinear Static Pushover beton prategang dapat menyerap gaya
Analysis (Struktur B)

104 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS NONLINIER STATIC PUSHOVER STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT SOFT STORY (Galih – Haryo)

gempa lebih baik dari pada beton Gedung. Jakarta : Badan Standarisasi
bertulang. Nasional.
5. Nonlinear Static Pushover Analysis dapat SNI 1726:2012. Tata Cara Perencanaan
memperkirakan gaya geser maksimum Ketahanan Gempa Untuk Struktur
dan deformasi yang terjadi pada Bangunan Gedung Dan Non Gedung.
struktur bangunan akibat gempa Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
rencana melalui suatu kurva yang ATC-40:1996. Seismic Evaluation And
dinamakan Kurva Pushover . Retrofit of Concrete Buildings. California
6. Kurva Pushover dapat menggambarkan : California Seismic Safety Commission.
hubungan antara gaya geser dasar
dengan simpangan maksimal pada atap.
Kurva Pushover memperlihatkan suatu
kondisi elemen struktur bangunan dari
tahap elastik menuju kondisi leleh dan
selanjutnya berperilaku non-linier
hingga runtuh.

Daftar Pustaka

McCormac, Jack C. 2000. Desain Beton


Bertulang Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Nawy, Edward G. 2001. Beton Prategang-
Suatu Pendekatan Mendasar Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Pawirodikromo, Widodo. 2012. Seimologi
Teknik & Rekayasa Kegempaan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Antonius & Aref Whidianto. “Efek Soft Story
Pada Respon Dinamik Gedung Beton
Bertulang Tingkat Tinggi”. Jurnal Teknik
Sipil Universitas Islam Sultan Agung Vol.
1, No. 1 (2013).
Poluraju, P. “Pushover Analysis Of Reinforced
Concrete Frame Structure Using
SAP2000”. International Journal Of
Earth Sciences and Engineering Vol.4,
No.6 (2011)
Dewobroto, W. “Evaluasi Kinerja Bangunan
Baja Tahan Gempa dengan Analisis
Pushover Menggunakan SAP2000”.
Jurnal Teknik Sipil Universitas Pelita
Harapan Vol. 1, No.1 (2013).
SNI 2847:2013. Peraturan Persyaratan
Beton Struktural Untuk Bangunan

105 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

106 | K o n s t r u k s i a

Anda mungkin juga menyukai