Jominy Dan Metalografi
Jominy Dan Metalografi
Jominy Dan Metalografi
com/)
Metallography Material
Nopember 14, 2007 · & Komentar
1.2 Mounting
1.3 Grinding
DASAR TEORI
1. Preparasi Sampel
Pemilihan sampel yang tepat dari suatu benda uji studi mikroskopik
merupakan hal yang sangat penting. Pemilihan sampel tersebut didasarkan
pada tujuan pengamatan yang hendak dilakukan. Pada umumnya bahan
komersil tidak homogen, sehingga satu sampel yang diambil dari suatu
volume besar tidak dapat dianggap representatif. Pengambilan sampel harus
direncanakan sedemikian sehingga menghasilkan sampel yang sesuai dengan
kondisi rata-rata bahan atau kondisi di tempat-tempat tertentu (kritis), dengan
memperhatikan kemudahan pemotongan pula. Secara garis besar,
pengambilan sampel dilakukan pada daerah yang akan diamati mikrostruktur
maupun makrostrukturnya. Sebagai contoh, untuk pengamatan mikrostruktur
material yang mengalami kegagalan, maka sampel diambil sedekat mungkin
pada daerah kegagalan (pada daerah kritis dengan kondisi terparah), untuk
kemudian dibandingkan dengan sampel yang diambil dari daerah yang jauh
dari daerah gagal. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam proses memotong,
harus dicegah kemungkinan deformasi dan panas yang berlebihan. Oleh
karena itu, setiap proses pemotongan harus diberi pendinginan yang memadai.
1.2 Mounting
Spesimen yang berukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak beraturan
akan sulit untuk ditangani khususnya ketika dilakukan pengamplasan dan
pemolesan akhir. Sebagai contoh adalah spesimen yang berupa kawat,
spesimen lembaran metal tipis, potongan yang tipis, dll. Untuk memudahkan
penanganannya, maka spesimen-spesimen tersebut harus ditempatkan pada
suatu media (media mounting). Secara umum syarat-syarat yang harus dimiliki
bahan mounting adalah :
Viskositas rendah
Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis
reagen etsa yang akan digunakan. Pada umumnya mounting menggunakan
material plastik sintetik. Materialnya dapat berupa resin (castable resin) yang
dicampur dengan hardener, atau bakelit. Penggunaan castable resin lebih
mudah dan alat yang digunakan lebih sederhana dibandingkan bakelit, karena
tidak diperlukan aplikasi panas dan tekanan. Namun bahan castable resin ini
tidak memiliki sifat mekanis yang baik (lunak) sehingga kurang cocok untuk
material-material yang keras. Teknik mounting yang paling baik adalah
menggunakan thermosetting resin dengan menggunakan material bakelit.
Material ini berupa bubuk yang tersedia dengan warna yang beragam.
Thermosetting mounting membutuhkan alat khusus, karena dibutuhkan
aplikasi tekanan (4200 lb/in2) dan panas (1490C) pada mold saat mounting.
Sampel yang baru saja dipotong, atau sampel yang telah terkorosi
memiliki permukaan yang kasar. Permukaan yang kasar ini harus diratakan
agar pengamatan struktur mudah untuk dilakukan. Pengamplasan dilakukan
dengan menggunakan kertas amplas yang ukuran butir abrasifnya dinyatakan
dengan mesh. Urutan pengamplasan harus dilakukan dari nomor mesh yang
rendah (hingga 150 mesh) ke nomor mesh yang tinggi (180 hingga 600 mesh).
Ukuran grit pertama yang dipakai tergantung pada kekasaran permukaan dan
kedalaman kerusakan yang ditimbulkan oleh pemotongan. Lihat tabel berikut
Hal yang harus diperhatikan pada saat pengamplasan adalah pemberian air.
Air berfungsi sebagai pemidah geram, memperkecil kerusakan akibat panas
yang timbul yang dapat merubah struktur mikro sampel dan memperpanjang
masa pemakaian kertas amplas. Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketika
melakukan perubahan arah pengamplasan, maka arah yang baru adalah 450
atau 900 terhadap arah sebelumnya.
Hubungan rapat arus & tegangan bervariasi untuk larutan elektrolit dan
material yang berbeda dimana untuk tegangan, terbentuk lapisan tipis pada
permukaan, dan hampir tidak ada arus yang lewat, maka terjadi proses
etsa. Sedangkan pada tegangan tinggi terjadi proses pemolesan.
Mode perpatahan material secara umum dapat dibagi dua, yaitu perpatahan
ulet yang berkarakter berserabut (fibrous) dan gelap (dull), dan perpatahan getas
dimana permukaan patahan berbutir (granular) dan terang. Selanjutnya
pengamatan dapat dilakukan dengan stereoscope macroscope dan SEM.
Sedangkan untuk daerah hasil lasan, secara metalografi dapat ditunjukkan adanya
empat bagian, yaitu : composite zone, unmixed zone, partially melted zone, dan
true heat affected zone.
Mikrostruktur
Baja karbon, merupakan material ferrous dengan < 2.14% C. Terbagi atas 2
jenis, yaitu baja hypoeutectoid (< 0.8%C) dan hypereutectoid (> 0.8%C). Pada
kadar 0.8%C terbentuk fasa perlit (cementit 6.67%C + ferit 0.02%C)
Besi tuang, yaitu material ferrous dengan kadar karbon 2.14% - 6.67% .
Besi tuang komersial 2.5 – 4%C, karena kadar C yang terlalu tinggi membuat
besi tuang rapuh. Secara metalografi besi tuang dibagi menjadi 4 tipe
berdasarkan kadar karbon, impurities, paduan, serta proses perlakuan panas,
yaitu : besi tuang putih, besi tuang malleable, besi tuang kelabu, dan besi
tuang nodular.
Baja karbon pada heat & surface treatment, dimana dasarnya adalah
transformasi fasa dan dekomposisi austenite. Proses perlakuan panas antara
lain annealing, spheroidisasi, normalisasi, tempering & quenching. Dasarnya
adalah diagram TTT dan CCT, dimana perlakuan panas ini akan menyebabkan
pembentukan fasa martensit dan bainite.
Baja perkakas, adalah baja dengan kualitas tinggi yang digunakan sebagai
perkakas.Tingginya kualitas baja perkakas diperoleh melalui penambahan
paduan Cr, W, dan Mo, dan perlakuan khusus. Umumnya mikrostrukturnya
berupa matriks martensite dengan partikel karbida, grafit dan presipitat.
Metode Perbandingan
Dimana N adalah jumlah butir per inch2 dengan perbesaran 100x. Metode ini
cocok untuk sampel dengan butir beraturan.
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Preparasi Sampel
1.2 Mounting
1.4Polishing (Pemolesan)
Bahan : sampel pengujian, kain poles, alumina
Alat : blower
3. Percobaan Jominy
Batang baja sebagai benda uji (d = 2.5 cm, L = 10 cm)
Amplas