Osce 7.5 Lengkap
Osce 7.5 Lengkap
Osce 7.5 Lengkap
1
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
2
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
3
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
d. Tata Laksana
1. Farmakologi
➔ Sulfas ferrosus 3 x 1 tab
➔ Pirantel Pamoat Dosis 20 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama dua
hari berturut-turut atau 10 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama 3
hari berturut-turut.
2. Non farmakologi
- Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat: mual, muntah, heartburn,
konstipasi, diare, BAB kehitaman
- Anggota keluarga lain yang tinggal serumah disarankan juga minum obat
Pirantel Pamoat
- Dalam bekerja, disarankan selalu menggunakan alas kaki
- Pasien disarankan untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi
3. KIE
Prinsip konseling pada anemia adalah memberikan pengertian kepada pasien dan
keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Kriteria rujukan
a. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb < 6 mg%).
4
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
b. Untuk anemia karena penyebab yang tidak termasuk kompetensi dokter layanan primer,
dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
B. Anemia Gravis → Anemia Berat dg Hb <8 gr/dl
ANAMNESIS
-Lemah, letih, lesu
- berdebar-debar, keluar darah saat BAB
- mata berkunang-kunang, nyeri kepala
- daging dari anusnya terutama saat konsistensi BAB keras, namun dapat masuk kembali
setelah BAB. Daging yang muncul dari anus tersebut mulai muncul ketika kehamilan
pertama10 tahun yang lalu dan memberat sejak hamil anak kedia 2 tahun yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
KU : tampak sakit ringan serta pucat
TTV : tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 36,7oC, frekuensi napas 24x/menit, denyut nadi
100x/menit
- konjunctiva pucat
- pemeriksaan anus terlihat adanya kelainan. Pada pemeriksaan colok dubur ampula
tidak kolaps, tidak didapatkan benjolan/nyeri tekan, permukaan mukosa halus, dan
sarung tangan darah (+).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin : turun
Hematokrit : turun
Leukosit :N
Hitung trombosit :N
Laju endap darah (LED) : turun
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Kerja: Anemia gravis et causa hemoroid interna grade II
Diagnosis Banding: Anemia defisiensi besi
PENATALAKSANAAN
• Asam tranexamat tablet 3 x 500 mg per oral
• Edukasi penyakit, komplikasi
• Rujuk ke sp.pd
C. Anemia Aplastik
➔ Anemia aplastik adalah kegagalan sumsum tulang baik secara fisiologis maupun anatomis.
Penyakit ini ditandai oleh penurunan atau tidak ada faktor pembentuk sel darah dalam sumsum
tulang, pansitopenia darah perifer, tanpa disertai hepatosplenomegali atau limfadenopati.
➔ Keluhan: pucat, perdarahan dan demam yang disebabkan oleh infeksi.
➔ PF : tidak ditemukan hepatosplenomegali atau limfadenopati. Di samping keadaan pansitopenia,
pada hitung jenis juga menunjukan gambaran limfositosis relatif. Diagnosis pasti anemia aplastik
ditentukan berdasarkan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang yang menunjukkan gambaran sel
yang sangat kurang, terdapat banyak jaringan ikat dan jaringan lemak, dengan aplasi sistem
eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik
o Mata: Perdarahan
o Gastrointestinal : ulkus oral→ imunodefisiensi
5
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
➔ PP :
• Pem. Lab Darah : keadaan pansitopenia → anemia, leukopenia dan trombositopenia pada
darah tepi
• hitung jenis : limfositosis relative
• biopsy
• aspirasi sumsum tulang (gambaran sel yang sangat kurang, terdapat banyak jaringan ikat dan
jaringan lemak, dengan aplasi sistem eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik)
• bila pasien demam : pemeriksaan kultur darah, sputum, urin, feses, dan kalau perlu cairan
serebrospinalis.
➔ 1. Suportif
- Pertahankan trombosit 20.000 u/l : transfusi
- Sepsis : antibiotic spectrum luas→ gol. Penicillin (1 gr/ kgBB) & gentamicin (3-
5 mg/kgBB)
2. Transplantasi sumsum tulang (rujuk)
3. Penekana proses imunologis : immunosupresan (rujuk)
6
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
7
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
3. Herpes Zooster
a. Keluhan : Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan dapat disertai dengan
gejala prodromal sistemik berupa demam, pusing, dan malaise. Setelah itu timbul gejala
kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar
eritem dan edema.
b. Pemeriksaan Fisik : Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral
sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral jarang ditemui, namun
seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.
c. Pemeriksaan penunjang umumnya tidak dibutuhkan
d. Diagnosis banding : herpes simpleks, dermatitis venenata
e. Tatalaksana :
- Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang mengakibatkan
pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan
orang lain.
- Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh karena dapat
menyebabkan Reye’s syndrome.
- Pengobatan topikal:
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak pecah.
Apabila erosif, diberikan kompres terbuka. Apabila terjadi ulserasi, dapat
dipertimbangkan pemberian salep antibiotik.
- Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan :
Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-
anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal
800 mg), selama 7 hari, atau
Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
f. Edukasi : Edukasi tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster.
Edukasi bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada individu imunokompeten.
Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik
8
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
pinggiran sekitarnya kemerahan. Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak disertai
dengan rasa nyeri.
Bintil kemudian pecah dan menjadi keropeng/koreng yang mengering, keras dan sangat
lengket.
b. Pemeriksaan Fisik :
- Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema
perifolikuler dan rasa gatal atau perih.
- Furunkel adalah peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berupa papul,
vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan disertai rasa nyeri.
- Karbunkel adalah kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa
furunkel yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa
puncak.
- Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) adalah peradangan yang memberikan
gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi pustul dan pecah sehingga
menjadi krusta kering kekuningan seperti madu. Predileksi spesifik lesi
terdapat di sekitar lubang hidung, mulut, telinga atau anus.
- Impetigo bulosa adalah peradangan yang memberikan gambaran vesikobulosa
dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).
- Ektima adalah peradangan yang menimbulkan kehilangan jaringan dermis bagian
atas (ulkus dangkal).
c. Pemeriksaan Penunjang : Pewarnaan gram dari sekret, pemeriksaan darah biasanya
leukositosis.
d. Tatalaksana
a. Topikal:
Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka dengan permanganas kalikus
(PK) 1/5.000 atau yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali.
Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau krim asam fusidat 2% atau
mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.
b. Antibiotik oral dapat diberikan dari salah satu golongan di bawah ini:
Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti:
kloksasilin. Dosis dewasa: 3 x 250500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-7 hari. Dosis
anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari.
Amoksisilin dengan asam klavulanat. Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg Dosis anak: 25
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari
5. DERMATOFITOSIS
Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat
mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum
pada epidermis, rambut, dan kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen
penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik),
binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).
Klasifikasi :
a. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
b. Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
c. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan.
9
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
10
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
a. Keluhan : Keluhan di kulit dapat beragam, tergantung pada sifat iritan. Iritan kuat
memberikan gejala akut, sedangkan iritan lemah memberikan gejala kronis. Gejala yang
umum dikeluhkan adalah perasaan gatal dan timbulnya bercak kemerahan pada daerah
yang terkena kontak bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh rasa pedih, panas, dan
terbakar.
b. Tatalaksana : Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Kortikosteroid: Desonid krim 0,05%
8. Dermatitis Atopik
a. Keluhan : Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi
umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk. Pasien
biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau
merasa tertekan.
b. Pemeriksaan Fisik : Kering pada perabaan, Pucat/redup, Jari tangan teraba dingin dan
Terdapat papul, likenifikasi, eritema,erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta
pada lokasi predileksi
c. Pemeriksaan penunjang : tes kulit alergi, igE
d. Tatalaksana : Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid
topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim
0,1% atau mometason furoat krim 0,1%.
9. Urtikaria
a. Keluhan : Pasien datang dengan keluhan biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
Gatal sedang-berat di kulit yang disertai bentol-bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau
hampir di seluruh tubuh. Keluhan dapat juga disertai rasa panas seperti terbakar atau
tertusuk. Kadang-kadang terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah- muntah,
nyeri kepala, dan berdebardebar (gejala angioedema).
b. Pemeriksaan Fisik : Lesi kulit yang didapatkan:
Ruam atau patch eritema.
Berbatas tegas.
Bagian tengah tampak pucat.
Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular hingga plakat.
Kadang-kadang disertai demografisme, berupa edema linier di kulit yang terkena
goresan benda tumpul, timbul dalam waktu lebih kurang 30 menit.
Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan
adanya fokus infeksi tersembunyi).
Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme.
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai
untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
Tes fisik: tes dengan es (ice cube test), tes dengan air
hangat
11
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
d. Tatalaksana
Antihistamin oral nonsedatif, misalnya loratadin 1 x 10 mg per hari selama 1 minggu.
Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksisin 3 x 25 mg atau Difenhidramin 4 x 25-
50 mg per hari selama 1 minggu.
Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin 3 x 4 mg per hari lebih efektif
selama 1 minggu terus menerus.
Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau 2% selama
1 minggu terus menerus.
10. Skabies
a. Keluhan
Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada malam hari atau saat penderita
berkeringat. Lesi timbul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari, pergelangan
tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan di bawah payudara (pada wanita)
serta genital eksterna (pria).
Faktor Risiko:
Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal di asrama atau
pesantren.
Higiene yang buruk.
Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan sebagainya.
Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.
b. Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu- abu dengan panjang
rata-rata 1 cm. Ujung terowongan terdapat papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi
sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi, dan sebagainya.Pada anak-anak, lesi
lebih sering berupa vesikel disertai infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi
bernanah.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.
d. Tatalaksana
Krim permetrin 5% di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim permetrin dibersihkan dengan
sabun. Diulang 7 hari kemudian.
11. Fluor Albus
- Kandidiasis vaginitis, disebabkan oleh Candida albicans, duh tubuh tidak berbau,
pH <4,5 , terdapat eritema vagina dan eritema satelit di luar vagina
- Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob, biasanya Gardnerella vaginalis),
memperlihatkan adanya duh putih atau abu-abu yang melekat di sepanjang dinding
vagina dan vulva, berbau amis dengan pH >4,5.
- Servisitis yang disebabkan oleh chlamydia, dengan gejala inflamasi serviks
yang mudah berdarah dan disertai duh mukopurulen
- Trichomoniasis, seringkali asimtomatik, kalau bergejala, tampak duh kuning
kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH >4,5.
TATALAKSANA
a. Kandidiasis :
R/ Flukonazol 150mg tab No. I
12
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
S 1dd tab 1 ℘
R/ Nystatin 100.000 IU vaginal supp No.VII
S 1dd supp 1--->selama 7 hari
R/ klotrimazol 500mg vaginal supp No. I
S 1dd supp 1 ---> dosis tunggal
b. Vaginosis dan Trikomoniasis
R/ Metronidazole 500mg tab No. IV single dose
S 1dd tab IV
c. Gonorhea
R/ Sefiksim 200mg caps No. II
S 1dd tab 2
R/ Azitromisin
S 1dd tab 2
13
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
3. NYERI SENDI
1. Osteoarthritis
Anam : Nyeri sendi, bertambah dengan gerakan dan berkurang dngan istirahat.
- Hambatan gerak sendi
- kaku pagi hari,
- krepitasi, deformitas,
- pembengkakan sendi
- yang asimetris, tanda radang,
- perubahan pola jalan
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
- Hambatan gerak
- Krepitasi
- Pembengkakan sendi asimetris
- Tanda radang sendi
- Deformitas sendi yang permanen
- Perubahan pola jalan
PP :-
Dx : Kriteria diagnosis dari OA lutut berdasarkan American College of Rheumatology
yaitu adanya nyeri pada lutut dan pada foto rontgen ditemukan adanya
gambaran osteofit serta sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun, kaku
sendi pada pagi hari < 30 menit dan adanya krepitasi
Gambaran radiologis sendi yang mendukung diagnosis OA :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Klasifikasi radiografi osteoarthritis menurut kriteria Kellgren-Lawrence
Derajat 1 : Normal → tidak ada gambaran radiografis yang abnormal
Derajat 2: Meragukan → Tampak osteofit kecil
Derajat 3: Tampak osteofit, celah sendi normal
Derajat 4: Sedang → osteofit jelas, penyempitan celah sendi
Derajat 5: Berat → Penyempitan celah sendi berat dan adanua sklerosis
DD : GOUT Arthtritis, Rheumatoid Arthtritis
Talak : Ibuprofen 400 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1 prn atau As. Mefenamat 500 mg Tab
No. IX, S 3 dd Tab 1 prn
Edu : FR : usia > 60 tahun, wanita > 50 tahun/ menopause, obesitas, pekerja berat
2. Rheumatoid arthritis
Anam : Nyeri sendi, bersifat hilang timbul, penyakit ini aktif saat jaringan tubuh meradang,
Gejala sistemik (mudah capek, lemah, lesu, takikardi, BB turun, anemia.
- Nyeri dan kaku sendi pagi hari
- Mulai pada persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif
kesendi besar
- Pesendian dapat terana hangat, bengkak, kaku pada pagi hari > 30 menit
- Nyeri, pembengkakan, teraba hangat/panas, eritema dan gangguan fungsi
14
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
15
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
3. Gout arthritis
Anam : bentuk arthtritis inflamatorik yang terjadi ditandai dengan kadar asam urat darah
yang tinggi
- Bengkak sendi
- Nyeri sendi
- Rasa panas dan kemerahan
- Demam, menggigil, nyeri badan
Terdapat 3 stadium:
- Stadium akut : radang sendi timbul sangat cepat dlm waktu singkat, bersifat
monoartikuler dgn keluhan nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, mengigil, dan merasa lelah. Dpt pada sendi pergelangan
tangan,/kaki, lutut, dan siku
- Stadium interkritikal : terjadi periode interkritik asimptomatik. Pada aspirasi
sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan
masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan
- Stadium menahun : Self medication. Disertai tofi yang banyak dan poliartikuler
. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat , tidak menimbulkan nyeri
tapi mudah terjadi infeksi sekunder. Dan dapat menyebabkan destruksi progresif
pada sendi hingga timbul deformitas
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
- Arthtritis monoartikuler, kemerahan dan bengkak
PP : Hiperurisemia
Dx : Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat
MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus.
Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR
(American College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
3. Arthritis monoartikuler
4. Kemerahan pada sendi
5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. Kecurigaan terhadap adanya tofus
9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
10.Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
11.Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
DD : Sepsis Arthtritis, Rheumatoid Arthtritis, arthtritis lainnya
Talak : Natrium diklofenak 25 mg Tab No. X, S 2 dd Tab 1 prn, Alopurinol 100 mg Tab
No. X, S 1 dd Tab 1 pc
Edu : FR: usia dan jenis kelamin, obesitas, penyakit metabolic, alcohol, hipertensi,
gangguan fungsi ginjal, pola diet, obat
16
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
4. Trauma sendi
Anam : - Keluhan nyeri biasanya terjadi setelah terjadi trauma.
- Terdapat riwayat trauma, gali mekanisme trauma.
- tidak dapat melanjutkan aktivitas karena nyeri ataupun karena ketidakstabilan
sendi.
- Nyeri diikuti proses peradangan seperti bengkak, teraba panas, kemerahan dan
deformitas ataupun penurunan fungsi.
- kemungkinan terdapat gangguan saraf akibat cedera seperti ada tidaknya keluhan
kesemutan, kelemahan otot ataupun mati rasa
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
(didapatkan tanda tanda peradangan)
- Instabilitas sendi (ditunjukkan dengan pemeriksaan khusus )
PP : X-Ray untuk melihat apakah ada fraktur disekitar sendi. MRI untuk membantu
melihat cedera pada ligamen
Dx : Jenis Trauma:
1. Strain
cedera yang terjadi pada otot dan tendon. Biasanya disebabkan oleh adanya
regangan yang berlebihan. Gejala: Nyeri yang terlokalisasi, kekakuan, bengkak,
hematom di sekitar daerah yang cedera
2. Sprain
cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan sehingga terjadi
cedera pada ligamen. Gejala: nyeri, bengkak, hematoma, tidak dapat
menggerakkan sendi, kesulitan untuk menggunakan extremitas yang cedera.
Sprain dapat dibagi menjadi 3 derajat :
Derajat I → terjadi over-streched ligamen, cedera secara mikroskopik,tapi tidak
terjadi suatu robekan.
Derajat II → terjadi robekan parsial dari ligament.
Derajat III → terjadi robekan total dari ligamen. Ini merupakan derajat terparah
dari suatu sprain.
Talak : PRICE dan NSAID. PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation) Pada
rupture total → Pembedahan. NSAID (Ibuprofen 400 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1
prn)
5. Lesi meniscus
Anam : - Nyeri pada lutut diikuti dengan proses peradangan seperti bengkak, teraba panas,
kemerahan dan ketidakstabilan sendi lutut
- Perlu digali ada tidaknya riwayat trauma dan bagaimana mekanisme trauma.
PF : periksa look – feel - move (inspeksi, palpasi, rom) bandingkan kanan dan kiri
hasil yang positif saat dilakukan pemeriksaan khusus :
1) tes McMurray,
2) tes kompresi apley dan
3) tes distraksi apley.
- Instabilitas sendi lutut
PP : X-ray untuk melihat apakah ada fraktur di sekitar sendi lutut. MRI dapat membantu
melihat cedera bantalan sendi (meniskus)
Dx : anam pf pp
17
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Talak : PRICE dan NSAID. PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation) Pada
rupture total → Pembedahan. NSAID (Ibuprofen 400 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1
prn)
Pemeriksaan Penunjung
18
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
1. Pem. Lab
- LED
- Enzim otot → creatine kinase dan serum glutamine
- Enzim penanda aktivitas tulang → alkali fosfatase
- Rheumatoid Factor (FR)
- Antibody Anti Nuclear (ANA)
- Analisa Cairan Sinovial
- Mineral darah → kalsium dan fosfor
- Asam urat darah
2. X-Ray (rontgen musculoskeletal) → melihat densitas dan posisi tulang
3. CT (Computed Tomography) → mengidentifikasi kelainan jaringan tulang dan jaringan
lunak. Kelebihan: gambar yang direkonstruksi dapat dapat dimanipulasi dengan komputer
sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) → menghasilkan perbedaan gambar yang sangat jelas
dan lebih sensitif untuk menilai bentuk anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak,
sumsum tulang belakang, serta susunan saraf. Juga jaringan lunak dalam sistem organ tulang
dan otot seperti otot, ligamen, tendon, tulang rawan, ruang sendi.
5. Arthrografi → dgn bahan radiopaque atau udara dalam sendi untuk melihat struktur jaringan
lunak dan kontur sendi, diambil gambar sinar-X serial pada rentang gerak sendi. Dapat
melihat kebocoran kontras sebagai tanda robekan sendi akut atau kronik pada kapsul sendi
atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan.
6. BMD (Bone Mineral Density) → )menggunakan Dual Energy X-ray Absorptiometry
(DEXA) untuk menilai kepadatan tulang.
7. USG (Ultrasonografi) → menggunakan gelombang ultrasound untuk menilai kepadatan,
elastisitas & kekuatan musculoskeletal. Dapat digunakan untuk diagnosis dan evaluasi
terapi pada kasus robekan tendon, tendinitis, robekan otot, sprain ligament, peradangan atau
cairan (efusi) dalam bursae dan sendi serta proses rheumatoid arthritis.
8. Arthroscopy → dgn cara memasukan arthroscope ke dalam sendi (biasanya lutut). Untuk
melihat struktur dan isi sendi; operasi eksplorasi (pengangkatan jaringan lunak & biopsi);
mengetahui kelainan meniskus, tulang rawan artikular, ligamen, atau kapsul sendi.
19
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
20
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Pylori contohnya
ondancentron
Antagonis dopamine
contoh : domperidone
dan metoclopramide
GERD • gejala refluks yang nyeri tekan Endoskopi: untuk PPI: omeprazole 20
terjadi sesaat epigastrium mengetahui mg, pantoprazole 40
setelah makan, apakah gastritis mg, lansoprazole 30
ditandai rasa asam atau terdapat mg, esomeprazole 40
dan pahit di lidah. infeksi mg, dan rabeprazole 20
• rasa panas di ulu Helicobacter mg. PPI dosis tunggal
hati yang terasa pylori atau erosi umumnya diberikan
hingga ke daerah mukosa lambung pada pagi hari sebelum
dada. makan pagi. Sedangkan
• Kedua gejala ini Foto polos dosis ganda diberikan
umumnya abdomen pagi hari sebelum
dirasakan saat Barium meal/MD makan pagi dan malam
setelah makan atau USG hari sebelum makan
saat berbaring. Darah rutin malam
Feses rutin
21
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
KERACUNAN MAKANAN
Botulisme
Gejala akut dapat muncul 2 jam - 8 hari setelah menelan makanan yang terkontaminasi. Semakin pendek
waktu antara menelan makanan yang terkontaminasi dengan timbulnya gejala makin berat derajat
keracunannya. Gejala awal dapat berupa suara parau, mulut kering dan tidak enak pada epigastrium. Dapat
pula timbul muntah, diplopia, ptosis, disartria, kelumpuhan otot skeletal dan yang paling berbahaya adalah
kelumpuhan otot pernapasan. Kesadaran tidak terganggu, fungsi sensorik dalam batas normal. Pupil dapat
lebar, tidak reaktif atau dapat juga normal. Gejala pada bayi meliputi hipotoni, konstipasi, sukar minum
atau makan, kepala sukar ditegakkan dan refleks muntah hilang.
Talak: dekontaminasi dengan memuntahkan isi lambung jika korban masih sadar, dapat juga dilakukan
bilas lambung. Arang aktif dapat diberikan (jika tersedia). Jika tersedia dapat diberikan antitoksin
botulinum pada keracunan simtomatik (perlu dilakukan uji alergi sebelumnya)
Bongkrek
Gejala keracunan bervariasi mulai dari yang sangat ringan hanya: pusing, mual dan nyeri perut sampai berat
berupa: gagal sirkulasi dan respirasi, kejang dan kematian
Talak: Antidotum spesifik keracunan bongkrek belum ada. Terapi nonspesifik ditujukan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah absorbsi racun lebih lanjut dan mempercepat ekskresi. Atasi gangguan
sirkulasi dan respirasi, beri arang aktif
22
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Jengkol
Gejala dapat timbul 5-12 jam setelah makan jengkol. Gejala keracunan: kolik, oliguria atau anuria,
hematuria, gagal ginjal akut. Gejala tersebut timbul sebagai akibat sumbatan saluran kemih oleh kristal
asam jengkol.
Talak: natrium bikarbonat 0.5– 2 gram 4 kali perhari secara oral. Bila terjadi gagal ginjal akut maka
penatalaksanaan sesuai dengan gagal ginjal akut.
Sianida
Gejala dapat berupa nyeri kepala, mual, muntah, sianosis, dispnea, delirium dan bingung. Dapat juga segera
diikuti pingsan, kejang, koma dan kolaps kardiovaskular yang berkembang sangat cepat.
Talak: Penatalaksanaan keadaan gawat darurat lakukan pembebasan jalan napas, berikan oksigen 100%.
Berikan natrium-tiosulfat 25% IV dengan kecepatan 2.5-5 ml/menit sampai klinis membaik. Tiosulfat
relatif aman dan dapat diberikan meskipun diagnosisnya masih meragukan
EDUKASI
Pasien dan atau keluarga perlu diberikan edukasi mengenai:
1. Penyakit yang dideritanya
2. Penyebab atau pencetusnya
3. Apabila pernah mengalami hal serupa sebelumnya: perubahan penyakit (apakah membaik atau
memburuk)
4. Jenis dan mekanisme kerja obat yang diberikan
5. Kapan harus dirujuk, jika pasien mengalami gejala dan tanda bahaya (alarming features) seperti
berikut:
a. Perdarahan saluran cerna, sulit menelan, nyeri saat menelan, anemia yang tidak bisa dijelaskan
sebabnya, perubahan nafsu makan, dan penurunan berat badan, atau ada indikasi endoskopi. Segera rujuk
pasien ke spesialis gastroenterologi atau rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.
b. Bila gejala dan tanda lebih mengarah pada kelainan jantung, segera rujuk ke spesialis jantung.
6. Kapan harus datang lagi untuk kontrol:
• Setelah obat habis, untuk mengevaluasi respon atas terapi
7. Kapan harus segera meminta pertolongan dokter meskipun belum waktunya kontrol
• Apabila keluhan tidak berkurang atau justru bertambah berat
8. Prognosis
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : Bonam
• Ad sanationam : Bonam
9. Bagaimana mencegah untuk terjadi lagi:
• Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
• Melakukan pengobatan yang adekuat.
• Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
• Mencuci tangan secara teratur.
DIARE
➢ Anamnesis : telusuri perjalanan penyakit!!
23
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
➢ Pem fisik head to toe biasa: focus cari tanda dehidrasi & komplikasi
➢ Lab darah & feses : kemungkinan kausa
➢ Radiologi : kemungkinan komplikasi
Diagnosis
24
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Dewasa:
R/ Metronidazol
tab 500 mg No.
XXI
S 3 dd tab 1 pc
25
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
PP:
- Feses rutin
- Kultur feses
- Imunoserologi (ELISA, PCR)
- Lab sekresi pancreas: CCK sekretin-sekterin kolesistokinin, Fecal elastase-1, C-Breath test
- Malabsorbsi lemak: Sudan III, steatokrit, fecal elastase-1, lemak kumpulan tinja 72 jam
- Elektrolit
- Analisis gas darah
26
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
2. Hepatitis B
Anam :
1. Umumnya tidak menimbulkan gejala terutama pada anak anak
2. Gejala timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu, diantanya:
a. Gangguan GI: malaise, anoreksia, mual, muntah
b. Gangguan flu: batuk, fotofobia, sakit kepala, mialgia
3. Gejala prodromal akan menghilang saat timbul kuning, namun anoreksia malaise
dan kelemahan daoat menetap
4. Icterus di dahului dengan urin berwarna gelap. Pruritus (ringan dan sementara)
dapat timbul ketika icterus meningkat. Pada saat badan kuning, biasanya diikuti
hepatomegaly yang diikuti oleh rasa sakit bila ditekan dibagian perut kanan atas
PF : konjungtiva ikterik, pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hepar, splenomegaly
dan limfadenopati pada 15-20% pasien
PP : Lab urin (bilirubin dlm urin), Pem. Darah (peningkatan kadar bilirubin dlm darah,
SGOT dan SGPT >2x nilai normal tertinggi, HBsAg
DD : perlemakan hati, penyakit hati oleh karena obat atau toksin, hepatitis autoimun,
hepatitis alkoholik, obtruksi akut traktus biliaris
Talak : Demam → Ibuprofen 400 mg Tab No. VI, S 2 dd Tab 1 prn.
Mual → Metoklopramid 10 mg Tab No. IX, S 3 dd Tab 1 prn
Perut perih dan kembung → Ranitidin 150 mg Tab No. VI, S 2 dd Tab 1
Edu : FR : memiliki hub kelamin yg tidak aman dengan penderita hepatitis B, memakai
jarum suntik secara bergantian, menggynakan alat yg bisa melukai Bersama sama
dengan penderita hepatitis B, bekerja di tempat yg terpapar darah penderita hepatitis
B, pernah mendapatkan tranfusi dari penderita hepatitis B, penderita gagal ginjal
yang menjalani hemodialysis, anak yg dilahirkan dari ibu penderita hepatitis B
3. Ascites
Anam : Perlu ditanyakan faktor risiko penyakit hati. Riwayat alkoholisme, transfusi, tato,
HIV, dan faktor risiko lain untuk mengidap hepatitis menular merupakan evaluasi
27
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
yang relevan untuk dicari. Riwayat medis terdahulu lainnya dapat berupa kanker
(leukemia, limfoma), gagal jantung, penyakit ginjal, dan tuberkulosis.
Pada pasien yang tidak jelasnya etiologi sirosisnya, pasien ini harus dievaluasi berat
badan seumur hidup, diabetes, dan hiperlipidemia, yang berguna untuk memasukan
steatohepatitis non-alkohol (Penyakit perlemakan hati non-alkoholik) dalam
diagnosis banding. Memastikan tidak adanya kelainan organ-organ utama sebagai
penyebab.
PF : Pem. Khusus adanya ascites:
1. Puddle sign
2. Test untuk “Shifting dullnes”
3. Tes untuk adanya gelombang cairan
PP :
1. tes fungsi ginjal
2. tes fungsi hati untuk mendeteksi penyakit hati
3. pengukuran kadar albumin untuk menilai status gizi.
4. EKG dan rontgen dada mungkin berguna untuk memeriksa kemungkinan gagal
jantung.
5. Foto thorax dan foto polos abdomen (BOF)
Elevasi diaphragma, pada 80% pasien dengan asites, tepi lateral hepar terdorong
ke sisi medial dinding abdomen (Hellmer sign). Terdapat akumulasi cairan dalam
rongga rectovesical dan menyebar pada fossa paravesikal, menghasilkan densitas
yang sama pada kedua sisi kandung kemih. Gambaran ini disebut ”dog’s
ear” atau “Mickey Mouse” appearance. Caecum dan colon ascenden tampak
terletak lebih ke medial dan properitoneal fat line terdorong lebih ke lateral
merupakan gambaran yang tampak pada lebih dari 90% pasien dengan asites.
6. USG Abdomen
Volume cairan asites kurang dari 5-10 mL dapat terdeteksi. Dapat membedakan
penyebab asites oleh karena infeksi, inflamasi atau keganasan.
7. CT Scan
Asites minimal dapat diketahui dengan jelas pada pemeriksaan CT scan. Cairan
asites dalam jumlah sedikit akan terkumpul di ruang perihepatik sebelah kanan.
Ruang subhepatic bagian posterior (kantung Morison), dan kantung Douglas
8. Parasentesis abdomen
Analisis cairan asites dilakukan pada onset awal asites, tindakan tersebut
memerlukan rawat inap untuk observasi.
Analisis cairan asites :
a. Perbedaan kadar albumin serum-asites (SAAG)
b. Kadar amilase, meningkat pada asites gangguan pankreas.
c. Kadar trigliserida meningkat pada chylous asites.
d. Lekosit lebih dari 350/mikroliter merupakan tanda infeksi. Dominasi
polimorfonuklear, kemungkinan infeksi bakteri. Dominasi mononuklear,
kemungkinan infeksi tuberkulosis atau jamur.
e. Eritrosit lebih dari 50.000/mikroliter menimbulkan dugaan malignancy,
tuberkulosis atau trauma.
28
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Penyebab Keterangan
Sirosis Etiologi dari 80% kasus asites
Hepatitis Alkoholik
Karsinomatosis 2/3 dari total kasus asites pada keganasan
Metastasis 1/3 dari total kasus asites pada keganasan
Gagal jantung kongestif riwayat gagal jantung atau penyakit paru yang parah
Tuberkulosis Etiologi dari 1% kasus asites
Hepatitis B dan C Mengarah ke sirosis
Penyakit pankreas Amilase pada cairan asites 5x lebih besar dibanding
nilai pada serum
Penyakit Wilson kelainan uji fungsi hati sampai gagal hati
Hemokromatosis Endapan zat besi menyebabkan sirosis
Perikarditis konstriktif Menghasilkan kongesti hati
Asites campuran Etiologi dari 5% kasus asites (sirosis + etiologi lain)
Talak : spironolakton 25 mg Tab No. XXVIII, S 1 dd Tab 4 pc jika tidak respon maka
furosemide 40 mg Tab No. VII, S 1 dd Tab 1 pc. Jika tetap tidak berespon maka
dapat dilakukan perasintesis, Peritoneovenous shunt LeVeen atau Denver, atau
Ultrafiltrasi ekstrakorporal dari cairan asites dengan reinfus
Edu : Asites adalah peningkatan jumlah cairan intraperitoneal. Penyebab asites
terbanyak adalah gangguan hati kronis tetapi dapat pula disebabkan penyakit lain.
4. Peritonitis
Anam :
1. Nyeri hebat pada abdomen secara terus menerus selama beberapa jam di 1 tempat
atau tersebar di seluruh abdomen. Semakin nyeri saat bergerak (jalan, bernafas,
batuk, berjalan)
2. Pada peritonitis baketrial maka terjadi demam, takikardi, hipotensi dan penderita
tampak letargik dan syok
3. Mual dan muntah karena kelainan patologis organ visera/iritasi peritoneum
29
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
5. Apendisitis akut
Anam :
1. Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian menjalar ke
Mc Burney. Pada inflmasi >6 jam, penderita dapat menunjukkan letak nyeri
karena bersifat somatic.
2. Muntah (rangsangan visceral) akibat aktivasi nervus vagus
3. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam sesudahnya,
merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul saat permulaan
4. Dysuria timbul apabila peradangan apendiks dekat dengan vesika urinaria
5. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare,
timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rectum
6. Gejala lain: demam yg tidak terlalu tinggi (37,5-38,5), suhu lebih tinggi diduga
sudah terjadi perforasi
7. Nyeri dibagian kuadran kiri bawah (apendiks yang Panjang dengan ujung
inflamasi), nyeri flank atau punggung (apendiks rekrosekal), nyeri pada supra
8. Variasi anatomi apendiks menyebabkan kelihan nyeri somatic yang beragam.
Apendiks yg Panjang dengan ujung yg mengalami inflamasi di kuadran kiri
bawah akan menyebabkan nyeri didaerah tersebut. Apendiks retrosekal akan
menyebabkan nyeri flank atau punggung, apendiks pelvikal akan menyebabkan
nyeri pada supra pubik dan apendiks retroileal bisa menyebabkan nyeri testikuler,
mungkin karena iritasi pada arteri spermatika dan ureter.
PF : inspeksi → penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yg sakit,
kembung bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada
appendikuler abses
Palpasi → terdapat nyeri tekan McBurney: adanya rebound renderness (nyeri lepas
tekan, adanya defans muscular, revsing sing positif, psoas sign positif, obturator sign
positif
Perkusi → nyeri ketok (+)
Auskultasi → peristaltic normal, peristaltic tidak ada pada ileus paralitik karena
peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata. Colok dubur: nyeri tekan pada
jam 9-12.
30
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Tanda peritonitis umum (perforasi): nyeri seluruh abdomen, pekak hati hilang,
bising usus hilang.
Gejala apendiks yang mengalami gangren/perforasi: gejala progresif dengan
durasi lebih dari 36 jam, demam tinggi lebih dari 38,5, leukositosis >14.000,
dehidrasi dan asidosis, distensi, menghilangnya bising usus, nyeri tekan kuadran
kanan bawah, rebound tenderness sign, rovsign positif, nyeri tekan seluruh lapang
abdominal
PP : Lab darah perifer lengkap → pada apendisitis akut, leukosit dan neutrophil
meningkat; pada anak, leukositosis 11.000-14.000 dgn hitung jenis menunjukan
pergeserah kekiri hamper 75%; pada jumlah leukosit >18.000 maka sudah terjadi
perforasi dan peritonitis; pem. Urin untuk konfirmasi dan menyingkirkan kelainan
urologi yg sebabkan nyeri abdomen; pengukuran HCG bila dicurigai kehamilan
etopik pada wanita usia subur
Foto polos abdomen → tidak banyak membantu pd apendisitis akut; pada
peradangan lebih luas dan membentuk infiltrate maka usus pada bagian bawah akan
kolaps; dinding usus edemaosa, keadaan seperti ini akan tampak pada daerah kanan
bawah abdomen kosong dari udara; gambaran udara sekan akan terdorong ke pihak
lain; proses peradangan pada fossa iliaka kanan akan menyebabkan kontrakti otot
sehingga timbul skiliosis ke kanan; bila terjadi perforasi maka pada foto abdomen
tegak akan tampak udara bebas di bawah diafragma; foto polos supine pada abses
apendik kadang kadang memberi pola bercak udara dan air fluid level pada posisi
berdiri/LLD (decubitus), kalsifikasi bercak rim-like (melingkar) sekitar perifer
mukokel yg asalnya dari apendik
DD : kolesistatis akut, divertikel Meckelli, enteritis regional, pankreatitis, batu ureter,
cystitis, kehamilan ektopik terganggu (KET), salpingitis akut
Talak : bed rest total, tidak diberi apapun melalui mulut, perlu cairan IV untuk koreksi
dehidrasi, pemasangan pipa nasogastric untuk mengosongkan lambung agar
mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah. Setelah di dx maka langsung
rujuk untuk operasi cito.
Edu: radang yang timbul secara mendadak pada apendik, penyebabnya dpt berupa obstruksi
lumen atau erosi mukosa usus karena parasite entamoeba hystolitica dan benda asing lainnya
31
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
32
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
33
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
34
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
PP
• Bila media refrakta jernih
→ funduskopi
• bila media refrakta keruh
→ ultrasound
• pemeriksaan
mikrobiologi cairan
vitreous 70% → bakteri
Glaukoma akut sudut • kornea keruh ABC → RUJUK
tertutup primer • pupil mid dilatasi (4mm) R/ Asetazolamid HCl 250 mg
• visus menurun, tab No.V
mual,muntah, cekot-cekot, S.4.d.d.tab.I
COA dangkal, edem
kornea, nyeri pada mata R/ Timolol 0,5% eyedrop fls
No.I
S.2.d.d.gtt.1.ODS
R/ Fluorometholon 0,1%
eyedrop fls No.I
S.4.d.d.gtt.1.ODS
• Alat
o Penlight
o Lup
o Lidi kapas 2
o Snellen chart
o Jarum suntuk 23G
o Tetes mata tetrakain HCl 0,5%
o Povidone iodin
o Lampu
o Handscoon
• Anamnesis
o rasa ganjal, nyeri, mata merah, mata berair, fotofobia
o ada penglihatan kabur/tidak
o Rsosek: pekerjaan? Kacamata pelindung? Helm?
o Ada penurunan penglihatan/tidak
• PF
o Pemeriksaan visus dasar → dari mata sehat
35
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
o Inspeksi mata
▪ Reflex pupil
▪ Injeksi konjungtiva
▪ Ditemukan benda asing pada konjungtiva tarsal
• Terapi
o Gunakan / berikan tetes mata tetrakain HCl 2% 1-2 tetes pada mata yang terkena
benda asing
o Gunakan kaca pembesar (lup)
o Angkat benda asing dengan kapas lidi/jarum suntik ukuran 23
o Arah pengambilan benda asing dari tengah ke tepi
o Oleskan kapas lidi yang dibubuhi povidone iodine pada tempat bekas benda
asing
R/ Chloramphenicol 1% eye drop fls No. I
S. Oh. 2h.gtt.I (2 hari)
• Edukasi
o Jangan menggosok mata
o Gunakal alat/kacamata pelindung pada saat bekerja atau berkendara
o Kontrol kembali bila keluhan bertambah berat setelah dilakukan Tindakan
seperti mata bertambahn merah, bengkak, penurunan visus.
36
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Keluhan miopi dan hipermetropi: Pandangan mata burem, bisa ada pusing, cepat lelah, sakit
kepala.
Keluhan astigmatisme: Pandangan double
Pemeriksaan Visus koreksi
Tujuan : mengetahui status koreksi visus pasien
Syarat : a. pasien kooperatif
b. visus > 1/60
Huruf pada kartu Snellen terlihat lebih kabur, berarti kelainan refraksi berupa myopia. Kemudian
dilakukan koerksi dengan metode trial and error dengan mecobakan lensa sferis mulai dari -
0,25 D atau -0,50 D dinaikan bertahap hingga hingga mencapai koreksi terbaik yaitu 6/6.
Pada pasien myopia koreksi diberikan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam
penglihatan terbaik (6/6).
Contoh:
6/24 🡪 S -0.50 🡪 6/18
S -1,00 🡪 6/9
S -1,50 🡪 6/6 (koreksi yang diberikan)
S- 1,75 🡪 6/6
37
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Huruf pada kartu Snellen terlihat lebih jelas, berarti kelainan refraksi berupa
hypermetropia/hyperopia. Kemudian dilakukan koerksi dengan metode trial and error
dengan mecobakan lensa sferis mulai dari +0,25 D atau +0,50 D dan dinaikan bertahap
hingga mencapai koreksi terbaik yaitu 6/6. Pada pasien hypermetropia/hyperopia koreksi
diberikan lensa sferis positif terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik (6/6).
6/24 🡪 S +0.50 🡪 6/18
S +1,00 🡪 6/9
S +1,50 🡪 6/6
S +1,75🡪 6/6 (koreksi yang diberikan)
5. Pemeriksaan duke elder dengan cara menambahkan lensa S +0.25 jika pandangan kabur
maka fokus sudah tepat jatuh di fovea. Tetapi jika pasien melihat huruf Snellen menjadi
lebih jelas atau sama, berarti mengalami overkoreksi myopia atau underkoreksi
hypermetropia.
Jika sudah tepat di fovea maka hasil koreksi terbaik didapatkan 6/6 E (emetrop).
Catatan: Kata dr. Prima kasus osce kita pasti 1 kasus yang simple, ngga mungkin pasien dengan
miopi + astigmatisme. Jadi kalau kasusnya miopi/ hipermetropia udah sampai didapatkan
koreksi terbaik.
Apabila koreksi maksimal masih belum mencapai baris 6/6, dilakukan pemeriksaan pin hole (ke-
2). Apabila visus tetap sama / no better correction (NBC) maka ada kelainan lain selain
kelainan refraksi. Jika visus maju dengan pemeriksaan pinhole ada kemungkinan terdapat
astigmatisme. Gejala astigmatisme dapat berupa penglihatan yang membayang atau double
(diplopia monokuler).
Koreksi astigmatisme:
Langkah-langkah koreksi astigmat menggunakan teknik astigmat dial (AAO, 2018):
1. Berikan fogging lens berupa lensa sferis + sebesar 1/3-1/2 dari power lensa sferis.
Contoh: S-1,50 🡪 6/12 fogging lens S +0.50 atau S + 0.75.
2. Koreksi aksis dengan cara melihat kipas astigmat, garis yang terlihat paling tajam atau
paling tebal merupakan garis meridian astigmatisme, kemudian pasang lensa astigmat
terkecil apabila menggunakan lensa C+ maka dipasang sejajar dengan meridian,
apabila menggunakan lensa C- maka dipasang tegak lurus dengan garis meridian.
Contoh : pada kipas astigmat garis yang paling jelas/tebal terlihat pada meridian 180 0,
jika menggunakan lensa C-0.25 maka lensa tersebut dipasang tegak lurus sehingga
didapatkan aksis lensa 900 (C-0,25 aksis 900). Jika menggunakan lensa C+ 0.25 maka
lensa dipasang sejajar dengan meridian yaitu 1800, sehingga aksis lensa C+ yaitu 1800
(C+0,25 aksis 1800).
Setelah didapatkan aksis lensa silindris, dilanjutkan dengan koreksi power dengan
tetap melihat kipas astigmat. Power ditambah perlahan hingga garis pada kipas
astigmat terlihat sama jelas dan sama tebal.
Koreksi astigmat sebaiknya menggunakan C- terlebih dahulu karena jika menggunakan C+
maka harus dilakukan transposisi terlebih dahulu, yaitu mengubah C+ menjadi C-.
Catatan: kata dr. Prima udah pake C- aja buat standar dr umum. Jadi langsung tegak lurus sama
meridiannya.
3. Setelah didapatkan aksis dan power lensa silinder, kembali ke kartu Snellen dengan
menambahkan lensa fogging, jika belum mencapai 6/6 maka dilakukan penambahan lensa
sferis hingga mencapai koreksi terbaik 6/6.
4. Pastikan kembali apakah fokus jatuh di fovea dengan melakukan pemeriksaan duke elder
atau duo chrome test, sehingga visus koreksi menjadi 6/6 E.
38
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
BALANCE TEST
Pasien menggunakan lensa hasil visus koreksi jauh yang terbaik di kedua mata,
kemudian diminta berjalan, ditanyakan apakah lantai tampak rata atau tidak
Intinya bedain diagnosisnya dari pemeriksaan pinhole (buat astigmatisme/ ngga) sama leading
awal
39
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
8. DEMAM
Perbedaan Tifoid DHF
Anamnesis • Demam naik turun utama sore- • Demam tinggi mendadak 2-7 hari
malam (intermiten dan kontinu) (!!)
• Diberi obat penurun panas hanya
hingga minggu kedua
turun sebentar kemudian naik lagi
• Sakit kepala utamanya di area • Keluhan lain : anorexia, mual,
frontal muntah, nyeri punggung, nyeri
sendi, nyeri kepala, nyeri
• Gang GI: konstipasi-diare, mual
retroorbital
muntah nyeri abdomen hingga bab • Terdapat perdarahan, cth : ptekie,
berdarah purpura, ekimosis, epistaksis, gusi
berdarah, hematemesis, melema
• Gejala lain: nyeri otot,
• Rpsosek : terdapat kasus DBD di
pegal”,insomnia, anoreksia hingga lingkungan kerja / tempat tinggal,
penurunan kesadaran bahkan sekitar rumah banyak genangan air
kejang
PF • Demam >37,5. Bradikardi, dapat • TTV : HR, RR naik, Suhu : >37.5
disertai penurunan kesadaran • Ptekie, ekimosis, purpura
• Perdarahan mukosa
• Icterus, tyopid tongue, tremor
• Hepatomegaly, splenomegaly
lidah, halitosis • Uji tourniquet (+)
• Nyeri abdomen utama epigastri, • Rumple Leed (+)
hepatosplenomegaly
40
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
41
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
42
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
43
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
44
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
KRONIK
1. Verapamil (pilihan
pertama) 120-160
mg t.i.d-q.i.d.
selain itu bisa juga
dengan Nimodipin
240 mg/hr atau
Nifedipin40-120
mg/hr.
2. Steroid (80-90%
efektif untuk
prevensi
serangan), tidak
boleh diberikan
dalam waktu lama.
50-75 mg setiap
pagi dikurangi
10% pada hari
ketiga.
45
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
3. Lithium 300-1500
mg/hr (rata-rata
600-900 mg).
4. Divalproat
Sodium.
5. Neuroleptik
(Chlorpromazine).
6. Clonidin
transdermal atau
oral.
7. Ergotamin tartrat
2mg 2-3 kali
perhari, 2mg oral
atau 1mg rektal 2
jam sebelum
serangan terutama
malam hari.,
dihydroergotamin,
sumatriptan atau
triptan lainnya.
8. Opioid.
Arteritis Nyeri kepala baru yg Cortison dosis awal - dimonitor gejala nyeri
temporalis menetap sesuai kriteria: 100-300 mg/hari atau kepala dan laju endap
• Nyeri kepala prednisone 20-50 darah
bersamaan dengan mg/hari - Untuk mencegah
tanda tanda giant cell terjadinya osteoporosis
arteritis akibat pemakaian
- arteri scalp bengkak prednisone jangka lama,
+ nyeri tekan + beri senyawa kalsium
peningkatan LED dan fosfat, atau etidronat
dan/atau CRP
- biopsy arteri
temporal menunjukkan
giant cell arteritis
• Menyembuh/membaik
dalam 3 hari
pengobatan steroid
dosis tinggi
Neuralgia Serangan nyeri A. Carbamazepin Informasi pasien dan
Trigeminus paroxysmal beberapa (Tegretol®) 100 – 600 keluarga tentang
Idiopatik (Tic detik sampai dua menit mg/hari penyakit
Douloureux) melibatkan 1 atau lebih B. Baclofen Hindari pemicu/faktor
cabang N.trigeminus (Lioresal®) 60 – 80 pencetus
sesuai kriteria: mg/hari Istirahat
• Min. 1
46
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
PUSING
1. BPPV
a. Anam
• Pusing mendadak pada perubahan posisi (berbaring, bangkit dari tidur,
membungkuk, menegakkan badan, menunduk, menengadah)
• Serangan berlangsung singkat >10-30 detik
• Keluhan lain: rasa berputar, mual, muntah, melayang, diequilibrium
• RPD: bisa kambuh
b. PF
• TD baring, duduk berdiri beda >30 mmHg
• PF keseimbangan
o Tes Romberg (mata terbuka -, mata tertutup+)
o Tes tandem walking (deviasi)
o Finger to nose test
• Manuver
o Manuver dix halpike
o Manuver sidelying
o Tes kalori→ nystagmus timbul lambat, 40 detik
c. Talak
• Non farmako: manuver epley, manuver liberatory(semont), Latihan brand daroff
• Farmako:
R/ dimenhydrinate 50 mg tab No. XII
S.4.d.d.tab 1.p.c
47
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
2. Meniere Disease
a. Anam
• trias Meniere: vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran
• gejala berulang dengan periode remisi Panjang
• ½ x dalam seminggu, min. 1x/bulan
b. PF
PF head to toe, focus ke telinga
Telinga luar dan tengah normal → telinga dalam gangguan tp tidak bisa periksa di PF
c. PP
• Pemeriksaan audiometri
• Elektronistagmografi (ENG)
• Elektrokokleografi (ECOG)
• Brain evoked response audiometry (BERA)
• Magnetic resonance imaging (MRI)
d. Talak
R/ betahistin 8 mg tab No.X
S.3.d.d.tab 1.p.c
R/ Probantine 15 mg tab No. X
S.3.d.d.tab 1.p.c
R/ dimenhydrinate 50 mg tab No. XII
S.4.d.d.tab 1.p.c
Pembedahan → labirinektomi
Edukasi:
- Diet rendah garam
- Asupan tinggi vitamin
-
48
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
49
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
4. Tatalaksana
50
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Primary survey telah Anda lakukan/dapat dilewati, dan sekarang tiba saatnya Anda
melakukan secondary survey.
Kejang
• Sejak kapan? 2 hari yang lalu
• Apakah pernah mengalami kejang sebelumnya? tidak
• Apakah kejang di bagian tubuh tertentu atau seluruhnya? seluruhnya
• Dalam satu hari terjadi berapa kali kejang? 3 kali
• Tiap kali kejang berapa lama? 1-2 menit, sebentar
• Apakah saat kejang pasien sadar? iya
• Apakah kejang muncul saat pasien beraktivitas atau beristirahat? istirahat
• Apakah kejang muncul saat pasien dalam keadaan demam? iya
Demam tinggi
• Sejak kapan? Demam sudah 1 minggu lebih, naik turun,memberat 4 hari yll.
• Apakah suhu mendadak tinggi atau naik perlahan? Mendadak tinggi
• Adakah keluhan penyerta seperti : menggigil? berkeringat, dll? Tidak ada
• Apakah belum lama ini pergi ke daerah endemis malaria? Tidak
Nyeri Kepala : (pastikan istilah “pusing” yang dimaksud adalah nyeri kepala atau rasa berputar)
• Sejak kapan? 4 hari yll./bersama demam
• Sebelah mana? Sepertinya seluruh kepala, tapi terutama yang kanan
• Bagaimana sifat nyeri? (seperti ditekan, seperti diikat, berdenyut/seperti dipukul-pukul) berat
• Frekuensinya? (dalam 1 hari muncul berapa kali atau memberat berapa kali? Sepanjang hari,
terutama saat bangun tidur pagi
• Timbul mendadak atau bertahap? Sepertinya bertahap/memberat
Muntah
• kapan? 3 hari yang lalu
• Dalam satu hari berapa kali muntah? 3 kali
51
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Keluhan penyerta
• Adakah gejala penyerta: fotofobia, kaku kuduk, mual, muntah, mengantuk, atau bingung?
Mengantuk dan bingung. Lain-lain tidak tahu
Otore
• Sejak kapan? Sejak 1 minggu lebih
• Apakah hilang timbul ataukah terus menerus? Terus menerus
• Ada batuk atau tanda-tanda ISPA lainnya (bersin-bersin, keluar ingus, tenggorokan nyeri)?
Sebelumnya iya
• Adakah bagian tubuh yang tiba-tiba melemah? Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
• Reassessment tanda vital:
▪ Tensi = 110/80 mmHg
▪ Nadi = 92 kali/menit
▪ Laju pernafasan = 24 x/menit
▪ Temperatur = 39,5˚C
52
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
✓ Diberi pertanyaan, jawaban kacau (rangkaian kalimat bisa dipahami tapi disorientasi)
INTERPRETASI: GCS = E3M5V4 = 12
Tanda SKG SKG-modifikasi untuk anak nil
ai
Buka Spontan Spontan 4
mata
Terhadap perintah Terhadap suara 3
Terhadap rangsang Terhadap rangsang nyeri 2
nyeri
Tidak ada Tidak ada 1
Respon Terorientasi Sesuai usia, terorientasi, ikuti objek, 5
verbal senyum sosial
Bingung/Disorientasi Menangis, tetapi dapat dibujuk/ Rewel, 4
tidak kooperatif, tanggap lingkungan
Kata-kata tidak tepat Rewel, tangis persisten, dapat dibujuk 3
tetapi tidak konsisten
Suara tidak Tangis tak terbujuk, tak tanggap 2
dimengerti lingkungan, gelisah, agitasi
Tidak ada Tidak ada 1
Respon Mengikuti perintah Mengikuti perintah, gerakan spontan 6
motorik
Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri 5
Menghindari nyeri Menghindari nyeri 4
Fleksi abnormal Fleksi abnormal terhadap nyeri 3
terhadap nyeri
Ekstensi abnormal Ekstensi abnormal terhadap nyeri 2
terhadap nyeri
Tidak ada Tidak ada 1
Nilai total terbaik 15
53
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
• Pasien berada dalam kondisi yang gawat darurat. Gawat karena mengancam nyawa,
kesadaran bisa semakin menurun karena penyebab utamanya belum teratasi. Darurat karena
harus segera ditangani, baik ditegakkan diagnosis pastinya serta ditatalaksana secara tepat,
sesuai diagnosis pasti dan oleh tim dokter spesialis.
• Dengan demikian, pihak puskesmas akan memberikan terapi simptomatis untuk menjaga
kestabilan kondisi pasien sambil mempersiapkan proses rujukan.
1) Evaluasi ABC, evaluasi tanda vital
• Pertahankan airway = posisi tidur tanpa bantal, penyangga pada tengkuk
• Pertahankan breathing = oksigen dengan kanul nasal 2L/menit, evaluasi laju pernafasan
• Pertahankan circulation = pasang infus, evaluasi tensi, nadi
2) Pengobatan simptomatis
▪ Menurunkan suhu
o Parasetamol atau salisilat = 10 mg/kg/dosis
54
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
▪ Apabila kejang
o diazepam 0,2-0,5 mg/kgBB iv (kecepatan 5 mg/menit), atau dapat diberikan
diazepam rektal 0,5 mg/kgBB (untuk berat badan <10 kg diberikan 5 mg, bila berat
badan >10 kg diberikan 10 mg, dosis maksimal 10 mg/kali).
o Atau dapat diberikan lorazepam 0,05- 0,1 mg/kgBB intravena (maksimum 4 mg).
o Alternatif lain adalah midazolam 0,05–0,1 mg/kgBB intravena.
o Pemberian diazepam intravena atau rektal dapat diulang 1-2 kali setelah 5-10 menit,
o lorazepam 0,1mg/kgBB dapat diulang sekali setelah 10 menit .
o Jika didapatkan hipoglikemia, berikan cairan dekstrosa 25% 2 ml/kgBB.
▪ Mencegah status konvulsivus:
o Fenitoin 15-20 mg/kgBB intravena diencerkan dengan NaCl 0,9% diberikan dengan
kecepatan 25-50 mg/ menit.
o Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5-10 mg/kgBB, sampai maksimum dosis 30
mg/kgBB.
▪ Menurunkan TIK
o manitol 20% intravena per drip dengan dosis 0,5-1,0 gram/ kgBB selama 30 menit
setiap 6–8 jam.
▪ Antibiotika untuk usia 7-50 tahun: pilihan:
o Cefotaxime/ ceftriaxone + Ampicilin
o Chloramfenicol + Trimethoprim/ sulfamethoxazole.
o Cefotaxim/ ceftriaxone + Vancomycin
o Chloramfenicol/ Clindamycin/ meropenem
3) Rujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas pemeriksaan penunjang* dan ICU untuk dirawat
bersama Spesialis: Saraf/Bedah Saraf/THT/Rehabilitasi Medik/Penyakit dalam
* Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan:
▪ elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
▪ glukosa
▪ fungsi hati
▪ faktor koagulasi
▪ Pemeriksaan foto toraks PA
▪ CT scan kepala
▪ elektroensefalografi (EEG).
▪ Pungsi lumbal
▪ kultur otorhea
55
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
56
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
▪ Tonus otot (pada UMN: tonus meningkat, pada LMN: tonus menurun)
▪ Trofi (eks batas: 10 cm dari olecranon, eks bawah: 10 cm dari patella)
▪ Reflex fisiologis (glabella, biseps, triseps, ulnaris, brachioradialis, patella, &
achilles) interpretasi 0 – 4
▪ Reflex patolofis (menunjukkan ada UMN): hoffman tromner, Oppenheim,
Gordon, schaeffer, Babinski, chaddock, rosolimo, mendel backtrerew, gonad,
bing
▪ Klonus: kaki, patella, tangan (+ jika >2 gerakan ritmis)
▪ N. kranialis
• N. VII (angkat alis, mimic muka) alis & dahi berkerut → + perifer
• N. XII (melet, artikulasi) fasikulasi, tremor, atrofi → + sentral
▪ Sensibilitas (dermatome)
• Protopatik (nyeri, suhu, raba kasar)
• Propio septik (raba halus, getar, diskriminasi sua titik, posisi)
o Stroke: pada sisi kontralateral
o HNP: pada bagian atas & bawah
• PP
o Lab darah lengkap (Hb, Ht, leukosit, trombosit)
o Lab kimia darah (GDS, profil lipid, fungsi liver, fungsi rena)
o EKG
o Rontgen
o CT scan
o MRI
o EEG
o LCS
Anam PF PP Talak
KELUMPUHAN
Stroke Deficit Tanda lesi UMN CT Scan → 1. operatif
hemoragik neurologis (hiperrefleks, reflex hiperdens di 2. obat anti hipertensi
akut, patologis +), cerebrum (maks. 25% MAP)
penurunan hipertensi 3. neuroprotector
kesadaran, 4. diuretic osmotic →
nyeri kepala, mannitol
mual,
muntah, saat
aktivitas
(peningkata
n TIK
menonjol)
Stroke non Deficit Tanda lesi UMN, CT Scan → 1. trombositik IV
hemoragik neurologis kekuatan motoric hipodens di (untuk pasien yg
akut menurun cerebrum datang 3 jam setelah
(biasanya onset dan tidak ada KJ:
hemiparesis) GDS, TD)
, > 72 jam, Alteplase 0,6
kesadaran mg/kgBB (< 6 jam
tidak setelah onset)
2. aspirin
57
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
58
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
59
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
12. KEJANG
Penyakit:
1. Epilepsi
2. Kejang Demam
3. Meningitis
4. Ensefalitis
5. Tetanus
6. Rabies (kemungkinan keluarnya kecil kalau kata tutorku)
1. Epilepsi
Anamnesis:
A. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan reflex dengan
jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam (misalnya
pernah kejang juga 1 bulan yang lalu).
B. Tentukan jenis kejangnya kayak gimana dengan melihat klasifikasi kejang
60
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Partial:
61
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Generalized
62
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan fisik pada saat fase iktal meliputi :
• Status mental menentukan respon terhadap perintah, orientasi, fungsi bahasa
serta memberikan sebuah kalimat untuk nanti diingat kemudian untuk
menentukan adanya amnesia.
• Motorik menentukan lokasi awal dan gejala motorik, klonik dan atau postural,
serta menilai defisit motorik fokal atau lateralisasi saat rekanan spontan dan
memprovokasi motorik untuk mengkonfirmasi adanya defisit.
• Sensorik pada kondisi khusus untuk menunjukkan adanya anestesi umum
terhadap pin prick, atau adanya deficit sensorik khusus seperti adanya ictal
blindnes
b. Pemeriksaan fisik pada fase post iktal meliputi
• Mengobservasi adanya tingkah laku abnormal spontan seperti automatisme,
tidak berespon, dan menentukan waktu resolusinya.
• Memeriksa defisit neurologis fokal atau lateralisasi meliputi gangguan
kognitif
• Memeriksa adanya amnesia dengan meminta menyebutkan kembali yang
disebutkan pada fase iktal
• Mendesripsikan aura, bangktan tingkah laku, dan gejala post iktal
Pada pemeriksaan neurologis beberapa menit setelah bangkitan akaan tampak
tanda pasca bangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi
petinjuk lokalisasi: Seperti paresis todd, gangguan kesadaran pascaiktal, afasia
pascaiktal
PP:
a) Pemeriksaan laboratorium, untuk mencari penyebab yang mendasari
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu darah lengkap meliputi
hitung jenis dan trombosit, kimia darah meliputi elektrolit, kalsium, fungsi hati
dan ginjal dan urinalisis rutin. Peningkatan kadar prolaktin serum yang diambil
dalam 20 menit setelah episode iktal dibandingkan dengan waktu yang sama
esok harinya bisa digunakan untuk membedakan antara kejadian epileptik
dengan non epileptic karena meningkat setelah diskognitif fokal dan bangkitan
tonik klonik.
b) Lumbal pungsi, bukan pemeriksaan rutin kecuali pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik menandakan adanya kejadian yang bisa ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebospinal. Lumbal pungsi yang dilakukan setelah
bangkitan umum tonik klonik bisa menunjukkan pleiositosis ringan karena
bangkitan bukan karena adanya inflamasi di intrakranial. Peningkatan kadar
glutamine ada cairan serebospinal dengan kadar ammonia serum normal bisa
menunjukan adanya valproate related hyperammonemic encephalopathy
c) Pemeriksaan genetik, terutama pada ensepalopati epileptik dimana terdapat
mutasi gen SCN1A pada sindrom dravet, mutasi gen PCDH19 pada epilepsi
limieted to female with mental retardation, mutasi ARX pada spasme infantile,
mutasi SLC2A1 pada absans dini
d) Elektroencepalografi (EEG), pemeriksaan yang paling informatif pada
diagnosis epilepsi namun seringkali salah dalam penggunannya. Prosedur
EEG harus dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang spesifik mengenai
nilai terapi dan prognosis karena pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan
63
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
non invasif dan tidak mahal maka pada semua pasien epilepsi atau dicurigai
epilepsi harus dilakukan minimal 1x pemeriksaan EEG untuk menilai jika
nanti ada perubahan dalam klinis pasien. Diagnosis epilepsi ditegakkan secara
klinis, maka pemeriksaan EEG berulang hanya dilakukan jika hasilnya
kemungkinan akan merubah tatalaksana pasien atau untuk mencari informasi
prognosa yang baru. Tidak ada batasan mengenai pengulangan EEG rutin
dalam interval tertentu.
Talak:
64
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
2. Kejang Demam
Anamnesis: Biasanya anak usia 0-6 thn. Ada riwayat demam 38 atau lebih.
Pemeriksaan fisik:
Batas suhu yang bisa mencetuskan kejang demam 38c atau lebih, tetapi suhu sebenarnya
pada waktu kejang sering tidak diketahui. Pemeriksaan fisik lainnya bertujuan untuk
mencari sumber infeksi dan kemungkinan adanya infeksi intracranial meningitis atau
encephalitis (Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, brudzinski I dan II, Kernig sign,
lasegue sign).
Pemeriksaan Penunjang:
a) Pemeriksaan laboratorium, tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan misalnya
pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula darah
b) Pungsi lumbal, dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Hal ini dikarenakan pada bayi seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasinya tidak jelas. Berdasarkan usia
pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin
d. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal
c) Elektroensefalografi (EEG), tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal
d) Pencitraan, seperti MRI, CT-Scan X ray kepala bukan pemeriksaan rutin dan hanya
diindikasi bilamana kelainan neurologis fokal menetap (hemiparese) dan parese nervus VI,
dan papiledema
Tatalaksana
Antipiretik: Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan tiap 4-6 jam
Antikonvulsan intermitten diberikan hanya saat denan: Diazepam oral 0,3 kgbb/kali/ peroral. Atau
rektal 0,5 mg/ kg/ kali
3. Meningitis
65
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
• Penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
• Rangsang meningeal positif, seperti kaku kuduk, tanda kerning, dan tanda
brudzinski
• Perubahan tingkat kesadaran
• Kejang, peningkatan tekanan intracranial, dan disfungsi saraf cranial
• Kadang disertai hemiparese, dementia, dan paralisis
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan LCS (pemeriksaan baku)
b) Pada meningitis bakteria : tekanan saat opening lebih dari 100-200 mg, leukosit kurang
dari 5 atau lebih dari 100 mm, predominan netrofil, pengecatan gram dari CCS posisit pada
60-90% pasien, protein CCS lebih dari 50mg/dl, glukosa CCS kurang dari 40 mg/dl, kultur
positif pada 65-90% pasien, dan antigen bakteri CCS sensitive 50-100%
c) Pada meningitis tuberculosis : jumlah leukosit 100-500/mikrolit, biasanya predominan
limfosit, protein 100-500 mg/dl, glukosa kurang dari 45 mg/dl, warna jernih atau
xantocrom, terdapat peningkatan tekanan pada LP
d) Pemeriksaan radiologis
i. Dilakukan pemeriksaan CT-Scan atau MRI kepala jika terdapat tanda
peningkatan tekanan intrakranial, koma, dan defisit neurologis
ii. Pemeriksaan foto rontgen thorax, ditemukan tuberkulosis aktif pda paru
dan dapat sembuh sampai 50% pada pasien dewasa dan 90% pada anak
e) Laboratorium rutin, tidak khas, dapat ditemukan leukosit yang meningkat, normal atau
menurun
f) Mikrobiologis, ditemukan M tuberculosis pada meningitis tuberkulosa yang merupakan
gold standar pada kultur CSS
Tatalaksana
Saat kejang, tatalaksana kejang.
Stabilisasi A,B,C
Rujuk Sp. S
4. Ensefalitis
Trias ensefalitis: Demam, kejang, penurunan kesadaran
Anamnesis
Gejala klinis pada encephalitis antara lain :
66
Sarah A - Uc i-Sa rah P -Yasm in -Zahr a-D ea
Pemeriksaan Fisik
• Demam tinggi
• Penurunan kesadaran
• Kejang
• Pemeriksaan kulit ditemukan ruam purpurik dan exanthema,
• Pada pasien HIV, dapat ditemukan leukoplakia, Kaposi sarcoma.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)
Catatan: Pada kasus dengan tanda-tanda meningitis tapi ada penurunan kesadaran itu
mengarah ke meningoensefalitis.
67