Tugas Metodologi Manajemen Proyek Dan Penjelasannya
Tugas Metodologi Manajemen Proyek Dan Penjelasannya
Tugas Metodologi Manajemen Proyek Dan Penjelasannya
NPM : 1201181034
Mata Kuliah : Manajemen Proyek Sistem Informasi
a. Pengertian
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan Tradisional
(traditional approach) atau Pendekatan Konvensional (conventional approach). Metodologi
b.
Pendekatan Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life
Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila mengikuti tahapan
pada System Life Cycle. Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik
adalah sebagai berikut :
Didalam metodologi tradisional manajemen proyek terdiri dari beberapa fase yaitu
inisialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan fase akhir. Pada bagian ini akan
dibahas mengenai hal tersebut secara rinci.
Fase Inisialisasi
Pada fase ini merupakan fase dalam hal studi kelayakan. Dimana dalam
studi kelayakan terdapat beberapa langkah yang harus dilaksanakan. Salah satunya adalah
analisis kebutuhan (requirements analysis), karena kelayakan dari proyek sistem informasi
didasarkan atas hasil dari requirements analysis ini. Hasil studi kelayakan kemudian disusun
dalam bentuk proposal proyek untuk kemudian diajukan ke stakeholder.
Fase Perencanaan
Pelaksanaan fase ini lebih melibatkan tim pelaksana proyek, meskipun pihak lain,
seperti steering comittee tetap melaksanakan fungsi pengendalian dari luar. Meskipun dari
fase sebelumnya telah ada requirements analysis, tetapi untuk menghasilkan rencana dan
desain pengembangan sistem informasi maka diperlukan analisis yang lebih detail.
Dalam fase ini sering terjadi revisi terhadap hasil analisis. Hal ini umum terjadi
karena mungkin saja informasi yang didapatkan dari satu departemen dengan departemen yang
lain saling bertentangan atau bahkan tidak saling berhubungan akibat dari buruknya arus
kerja atau work flow dan standard operating procedure (SOP) organisasi atau perusahaan
tersebut.
Fase Akhir
Dalam fase ini proyek telah memasuki tahap akhir di mana produk software
telah diinstalasikan, dioperasikan, dan dimanfaatkan oleh klien. Ada dua aktivitas yang dilakukan
dalam fase ini yaitu :
a. Penutupan proyek.
b. Memasuki masa maintenance yang dapat dilanjutkan dengan kontrak baru.
Maintenance penting mengingat produk software tidak bisa 100% bebas dari kemungkinan
error atau bugs.
RUP, singkatan dari Rational Unified Process, adalah suatu kerangka kerja proses
pengembangan perangkat lunak iteratif yang dibuat oleh Rational Software, suatu divisi dari IBM
sejak 2003. RUP bukanlah suatu proses tunggal dengan aturan yang konkrit, melainkan suatu
kerangka proses yang dapat diadaptasi dan dimaksudkan untuk disesuaikan oleh organisasi
pengembang dan tim proyek perangkat lunak yang akan memilih elemen proses sesuai dengan
kebutuhan mereka.
RUP menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada
pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Language(UML). Melalui gambar
dibawah dapat dilihat bahwa RUP memiliki, yaitu:
Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek statis
dari proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan ke dalam beberapa disiplin.
Proses pengembangan perangkat lunak yang dijelaskan kedalam beberapa disiplin terdiri dari
empat elemen penting, yakni who is doing, what, howdan when.
Fase RUP
1. Inception/insepsi
a. Menentukan Ruang lingkup proyek
b. Membuat 'Business Case'
c. Menjawab pertanyaan 'apakah yang dikerjakan dapat menciptakan 'good business sense' sehingga
proyek dapat dilanjutkan
2. Elaboration/elaborasi
a. Menganalisa berbagai persyaratan dan resiko
b. Menetapkan 'Base line'
c. Merencanakan fase berikutnya yaitu construction
3. Construction/kontruksi
a. Melakukan sederetan iterasi
b. Pada setiap iterasi akan melibatkan prose berikut : analisa desain, implementasi dan testing
4. Transition/Transisi
a. Membuat apa yang sudah dimodelkan menjadi suatu produk jadi
b. Dalam fase ini dilakukan:
Beta dan performance testing
Membuat dokumentasi tambahan seperti: training, user guide dan sales kit
Membuat rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna
Critical Chain Project Management (CCPM) adalah suatu metode penjadwalan baru yang
dapat menjadi suatu alternatif baru sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Sebenarnya CCPM
tidak semata-mata melakukan penjadwalan proyek seperti yang dilakukan oleh CPM / PERT
tetapi juga melakukan pendekatan manajemen. Semua ini bisa ditempuh dengan cara
menghilangkan multitasking, student syndrome, parkinsons law serta memberi buffer di waktu
akhir proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode CCPM tersebut.
Contoh penerapan metodelogi ini bisa dilihat pada proyek The Grove Apartement, Retail
and Mediawalk Jakarta yang tengah berjalan. Penjadwalan awal proyek menggunakan metode
penjadwalan tradisional berupa gantt chart yang kemudian dibreakdown lebih detai ldan lengkap
dengan hubungan antar aktivitasnya ke dalam bentuk CPM (Critical Path Method), dan
kemudian akan dibandingkan dengan hasil dari penjadwalan CCPM yang telah menghilangkan
multitasking, menghilangkan safety time pada tiap aktivitas dan memberi buffer dalam
pengerjaannya. Selanjutnya perhitungan dengan metode penjadwalan CPM (Critical Path
Method) dan CCPM (Critical Chain Project Management) akan dibandingkan menurut segi
waktu dan segi biayanya. Dari hasil penelitian ini didapatkan durasi waktu dengan menggunakan
metode penjadwalan CCPM adalah 304 hari. Sedangkan pada CPM didapatkan durasi 389 hari.
Dari segi biaya, CCPM mampu menghemat biaya sedikitnya 2,1 milyar rupiah. Ini berarti
metode penjadwalan CCPM lebih menguntungkan untuk diterapkan di proyek ini dari pada
penjadwalan CPM.