LP Afeksia
LP Afeksia
LP Afeksia
ASFIKSIA
A. Pengertian
Asfiksia Adalah suatu keadaan berupa kekurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar
karbon dioksida (C02) secara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara
oksigen ( Udara ) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler ke paru-paru.
Kekurangan Oksigen disebut hipoksia dan kelenihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.
Asfiksia Neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai
danmelanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan inibiasanya disertai dengan
keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia dapat terjadi karena kurangnya kemampuan
organ pernapasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru (Sudarti dan
fauzizah, 2013)
Adapun Klarifikasi Akfeksia :
1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)
Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis, keadaan pada
bayi dengan asfiksia berat memerlukan resusitasi segera secara tepat dan pemberian oksigen secara
terkendali, apabila bayi dengan asfiksia berat maka berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg berat
badan karena pada bayi asfiksia berat dapat disertai asidosis.
2. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)
Pada bayi dengan asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
kembali bernafas normal.
3. Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7–9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda :
1) Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak teratur
2) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3) Apnea
4) Sianosis
B. Etiologi
Asfiksia terjadi karena beberapa faktor :
1. Faktor ibu
Terdapat gangguan pada aliran darah uterus sehingga menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering dijumpai pada gangguan kontraksi uterus misalnya
preeklamsia dan eklamsi, perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta), partus lama
atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan
postmatur (setelah usia kehamilan 42 minggu), penyakit ibu.
2. Faktor Plasenta
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke bayi sehingga dapat
menyebabkanasfiksia pada bayi baru lahir antara lain lilitan talipusat, tali pusat pendek, simpul tali
pusat, prolapsus tali pusat.
3. Faktor Fetus
Gangguan ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang, tali pusat melilit leher,
meconium kental, prematuritas, persalinan ganda.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi dikarenakan oleh pemakaian
obat seperti anestesi atau analgetika yang berebihan pada ibu yang secara langsung dapat
menimbulkan depresi pada pusat pernapasan janin. Asfiksia yang dapat terjadi tanpa didahului
dengantanda gejala gawat janin antara lain bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan),
persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distoria bahu), kelainan kongenital, air ketuban
bercampur mekonium.
C. Tanda Gejala
Tanda gejala Asfiksia adalah :
a. Pernafasan megap-megap
b. Pernafasan tidak teratur
c. Tangisan lambat atau merintih
d. Warna kulit pucat atau biru
e. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
f. Nadi cepat
g. Denyut jantung lambat ( Bradikardi Kurang menit )
h. Menurunnya O2
i. Meningkatnya co2
j. Penurunan PH
Pada umumnya, asfiksia neonatorum dengan masalah kekurangan O2menunjukkan
pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernapasan
berhenti dan denyut jantung menurun. Sedangkantonus neuromuskular berkurang secara berangsur–
angsur dan memasuki periode apnue primer. Adapun gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang
khas antara lain pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak terlihat
lemas, menurunnyatekanan O2anaerob (PaO2), meningginya tekanan CO2darah (PaO2),
menurunnya Ph (akibat asidosis respiratorik dan metabolik), yang digunakan sebagai sumber
glikogen bagi tubuh anak dan metabolisme anaerob, serta terjadinya perubahan sistem
kardiovaskuler.
D. Patofisiologi
Pada proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara, proses ini perlu
untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan primary gaspingyang kemudian berlanjut pernafasan
teratur. Sifat asfiksia ini tidak berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Kegagalan pernafasan mengakibatkan berkurangnya oksigen dan meningkatkan karbondioksida diikuti oleh
asidosis respiratorik apabila proses ini berlanjut maka metablisme sel akan berlangsung yang berupa
glikolisis glikogen sehingga sumber utama glikogen pada jantung dan hati akan berkurang dan akan
menyebabkan asidosis metabolic. Sehubungan dengan proses tersebut maka fase awal asfiksia ditandai
dengan pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit (periode hiperapnue) diikuti dengan apnea primer
kira-kira satu menit dimana denyut jantung dan tekanandarah menurun. Kemudian bayi akan memulai
bernafas 10x/menit selama beberapa menit, gasping ini semakin melemah sehingga akan timbul apneu
sekunder. Pada keadaan ini tidak terlihat jelas setelah dilakukannya pembersihan jalan nafas maka bayi akan
bernafasdan menangis kuat.
Pemakaian sumber glikogen untuk energi dalam waktu singkat dapat menyebabkan hipoglikemi
pada bayi, pada asfiksia berat dapat menyebabkan kerusakan membran sel terutama susunan sel saraf pusat
sehingga mengakibatan gangguan elektrolit, hiperkalemi dan pembengkakan sel. Kerusakan pada sel otak
berlangsung setelah asfiksia terjadi 8-10 menit. Manifestasi kerusakan sel otak setelah terjadi pada 24 jam
pertama didapatkan gejala seperti kejang subtel, fokal klonik manifestasi ini dapat munculsampai hari ke
tujuh maka perlu dilakukannya pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi kepala dan rekaman
elektroensefaografi.
E. Pathway
Terlampir
F. Pemeriksaan penunjang
merupakan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit, mendukung atau menyingkirkan
diagnosis yang lainnya (Nurmalasari, 2018). Menurut Nursalam (2018), pemeriksaan penunjang pada pasien
asfiksia yaitu pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah yang berguna untuk mengetahui kadar Hb,
leukosit dan trombosit).
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
1. Membersihkan jala nafas dengan menghisap lendir dengan menggunakan kasa steril.
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
3. Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan tartil dengan cara menepuk nepuk kaki,
mengelus-elus dada, perut atau punggung. Jika bayi masih belum menangis setelah dilakukan rangsangan
tartil maka lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan positif.
Langkah – langkah ventilasi :
a. Pasangan sungkup, perhatikan lekatan.
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.
c. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30
detik.
d. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontar teratur atau tidak.
4. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksia dengan cara:
a. Membungkus bayi dengan kain hangat.
b. Badan bayi harus dalam keadaan kering.
c. Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuh
d. Kepala bayi di tutup dengan kain
5. Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan perawatan selanjutnya, yaitu
dengan cara :
a. Membersihkan badan bayi.
b. Perawatan tali pusat.
c. Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
d. Memasang pakaian bayi.
e. Memasang penenang (tanda pengenal) bayi
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
a) Nama Bayi : Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
b) Tanggal Lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
c) Jenis Kelamin : Untuk mengetahui Jenis kelamin Bayi.
d) Nama orang tua : Untuk mengetahui nama orang tua bayi
e) Umur
f) Pendidikan
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat pemeriksaan (romauli,
2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi jantung <100 kali/menit atau >100
kali/menit, tonus otot kurang baik, sianosis/pucat (Ridha, 2014).
3. Antenatal Care ANC
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa minggu,
tempat ANC dan riwayat kehamilannya (Wiknjosastro, 2009).
4. Menurut Muslihatun, (2009) Kebiasaan ibu sewaktu hamil
a) Pola Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami gangguan nutrisi atau tidak,
pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makanan
pantangan.
b) Pola Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB, berkaitan dengan
obesitas atau tidak.
c) Pola Istirahat
Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin muncul jika didapat data yang
senjang tentang pemenuhan istirahat.
d) Personal Hygine
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat penting agar tidak terkena
infeksi.
e) Perokok dan pemakaian obat-obatan dan alcohol yang mengaibatkan abortus dan
kerusakan.
5. Data Objektif
a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama ke 5 dan 10.
b) Pemeriksaan umum
Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan, ekstremitas, tonus otot, tingkat
aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
Pemeriksaan tanda-tanda :
1. Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas.
2. Laju jantung 120-160 kali per menit.
3. Suhu normal 36,5 C.
c) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau cairan dalam
ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka), molase, periksa
hubungan dalam letak dengan mata dan kepala. Ukur lingkar kepala dimulai
dari lingkar skdipito sampai frontal.
b. Mata
Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau pus. Bersihkan
kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf mata kepala.
c. Telinga
Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
d. Hidung dan mulut
Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap, dinilai saat bayi
menyusui.
e. Leher
Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.
f. Dada
Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan dinding dada dan
lihat puting susu (simetris atau tidak).
g. Abdomen
Palpasi perut apakah ada kelainan
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien asfiksia neonatorum :
1.Asfiksia berhubungan dengan ketidakefektifan bersih jalan napas.
7. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan suatu susunan rencana tindakan keperawatan
yang disusun oleh perawat dengan tujuan untuk memudahkan perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan guna untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Intervensi
keperawatan dengan masalah ketidakefektifan bersih jalan napas menurut Nurarif &
kusuma, 2015 dalam buku Nursing Intervetion Classification (NIC) adalah adalah
sebagai berikut :
8. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dan suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan
(wijaya & Putri, 2017).
LAPORAN PENDAHULUAN ASFEKSIA
DI RUANG PERINATOLOGI
Disusun Oleh :