Askep IGD BPH
Askep IGD BPH
Askep IGD BPH
PENDAHULUAN
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genital pria yang terletak di bawah kandung
kencing dan mengelilingi uretra(saluran kencing). Normal bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat pada orang dewasa sekitar 20 gram. Kelenjar prostat juga memproduksi cairan
prostat yang juga merupakan salah satu unsure pembentuk semen pada waktu ejakulasi
(Saraswati,2006).
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada
populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah
urologi. Hiperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas
usia 50 tahun dan berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa sepertiga dari pria berusia antara 50 dan 79 tahun mengalami
hyperplasia prostat. Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran
kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari
tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang
paling berat yaitu operasi (Smeltezr, 2000). Dengan teknologi dan kemajuan ilmu yang
semakin canggih dalam kehidupan ini banyak membawa dampak negatif pada kehidupan
masyarakat terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur dan harapan hidup.
Dengan kondisi tersebut merubah kondisi status penyakit infeksi yang dulu menjadi
urutan pertama kini bergeser pada penyakit degeneratif yang menjadi urutan pertama. Di
Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70 tahun
mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami gejala-
gejala BPH. Hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki di daerah pedesaan sangat rendah
terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal ini terkait
dengan gaya hidup seseorang.Laki-laki yang bergaya hidup modern kebih besar terkena BPH
dibanding dengan laki-laki pedesaan (Madjid dan Suharyanto, 2009).
Di Indonesia pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna.
Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang
berusia 80 tahun (Nursalam dan Fransisca,2006). Menurut pengamatan peneliti selama
praktek 1 bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo pada tanggal 12 november 2010, di
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit Benigna Prostat Hiperplasia dan
konsep asuhan keperawatannya
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui Definisi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.2 Mengetahui Klasifikasi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.3 Mengetahui Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.4 Mengetahui Manifestasi Klinik Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.5 Mengetahui Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.6 Mengetahui Pathway Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.8 Mengetahui Penatalaksanaan Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.9 Mengetahui Therapy Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.10 Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Benigna Prostat
Hiperplasia
Seiring berjalan mewujudkan visi misi kabupaten musi banyuasin tersebut pemerintah
republik indonesia mengeluarka peraturan pemerintahan republik indonesia nomor 23 tahun
2005 tanggal 15 juni 2005 tentang pengolahan keuangan badan layanan umum (BLU), rumah
sakit umum daerah sekayu mengalami perubahan institusi dari unit pelaksana teknis daerah
(UPTD) kabupaten musi banyuasin yang menerapkan pola pengolaan keuangan badan
layanan umum daerah (PKK BLUD) secara penuh.
Tujuan pemerintah daerah kabupaten musi banyuasin ni adalah mengubah status
kelembagaan rumah sakit umum daerah sekayu menjadi badan layanan umum daerah
(BLUD) adalah memberi kewenangan dalam pengelolahan keuangan dan rumah sakit daerah
sekayu dalam upaya menjadikan pelayanan RSUD sekayu sebagai rumah sakit daerah yang
berstandar internasional, merupakan rumah sakit rujukan dari dua buah rumah sakit
( RSUDbayung lencirdan RSUDsungai Lilin) 25 unit puskesmas keliling serta sebagai lahan
praktek bagi akademi keperawatan pemerintah kabupaten musi banyuasin dan institusi
pendidikan kesehatan lainya yg berada di provinsi sumatera selatan.
Selain melayani masyarakat kabupaten musi banyuasin dengan jamkesmas muba
semesta bagi penduduk muba, juga melayani masyarakat luar kabupaten baik dengan
jamsoskes sumsel semesta, maupun jamkesmas nasional, sehingga RSUD sekayu mempunyai
peranan yg sangat besar dalam menunjang pelayanan unggulan di bidang penyakit dalam
khusunya diabetes dan klinik-klinik rawat jalan.
1. Visi
R : RAMAH
Semua petugas RS dalam memberikan pelayanan kepada seluruh
masyarakat harus bersikap ramah tamah dengan menunjukan wajah yang
jernih dan antusias .
I : IKHLAS
Dalam melaksanakan tugasnya seluruh petugas rumah sakit harus
dilandasi dengan rasa keikhlasan, sehingga akan terpancarkan antusiasme
dalam bekerja dan menyadari bahwa bekerja adalah salah satu ibadah.
M : MEMUASKAN
Semua yang diberikan kepada pasien atau pelanggan (eksternal
maupun internal ) rumah sakit diberikan seoptimal dan semaksimal mungkin
dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan atau masyarakat.
A: ANDALAN
Upaya meningkatakan mutu pelayanan pada rsud sekayu dilaksanakan
secara berkesinambungan sehingga pelayanan yag diberikan dapat diandalkan
dan dipercaya oleh seluruh penduduk musi banyuasin.
6 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
2.1.4 MOTTO
2. Gedung B
Ruang perawatan rawat inap
Kelas III noninfeksi (sungkai)
Kelas III infeksi (medang)
Kelas II ( meranti)
Kelas I (tembesu
VIP (petanang)
3. Gedung C
Ruang gizi
Laundry
Musholah
Bermain anak
Ruang makan karyawan
Sekertariat rumah sakit syang ibu dan bayi.
Ruang tim pengendali suransi dan klaim (TPA)
Hemodialisa
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi fasilitas dan sarana
penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan kapasitas 165
tempat tidurdengan perincian sebagai berikut :
No. URAIAN JUMLAH
1 Kelas utama VIP (Tembesu) 10 Tempat
2 Kelas I (Petanang) 20 Tempat
3 Kelas II (meranti) 20 Tempat
4 Kelas II (Bangsal Kebidanan ) 22 Tempat
5 Kelas III noninfeksi (sungkai) 40 Tempat
6 Kelas III infeksi (medang) 40 Tempat
7 ICU 4 Tempat
8 NICU 4 Tempat
9 Neonatus 5 Tempat
TOTAL 165 Tempat
Struktur organisasi dan tata kerja RSUD sekayu mengacu padadaerah pengaturan
kabupaten musi banyuasin dimana ada 1 kepala bagian dan 3 kepala bidang yang membantu
direktur dalam menyelenggarakan operasional RSUD sekayu ini. Selain itu dibantu oleh 2
orang pejabat struktural.
Adapun struktur organisasi RSUD sekayu pada tahun 2014. Sebagai berikut :
1. Direktur RSUD sekayu : Dr.H.Azmidariusmansyah,MAR
2. Kepala Bagian Tata Usaha : Hapzih,SST,SKM,MM
- Kasubag Administrasi Umum : Hj. Solehatun Robiah,SKM
- Kasubag Diklat dan Litbang : Fazilah,SKM
- Kasubbag Sarana dan Rekam Medis : Yulrizal,SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabianti,SH,M.Kes
- Kepala seksi Adm Keperawatan : H. Asmapit,S,Kep,SKM,M.Kes
- Kepala seksi layanan rawat : Nursida,Am.Kep
BAB IV
KONSEP TEORI
4.1.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen.
Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa
factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan
epitel.
12 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit (Roger Kirby,
1994 : 38 ).
Pada laki-laki, traktus urinari tidak terpisah dari traktus genitalis. Uretra
meninggalkan kandung kemih dan melalui kelenjar prostat yang bagian itu dikenal
sebagai uretra pars prostatika, berjalan ke uretra membranosa, kemudian menjadi uretra
penis, membelok dengan sudut 900 dan melalui perineum ke penis.
Struktur dari sistem reproduksi pria :
2. Vesika seminalis
Adalah kelenjar yang panjangnya 5-10 cm berupa kantong huruf S berbelok-
belok, sekretnya yang alkalis bersama dengan cairan prostat merupakan bagian
terbesar, segmen yang mengandung fruktosa sebagai sumber energi spermatozoa.
3. Vas Deferens
Terletak dibawah vesika urinaria, melekat di dinding bawah vesika urinaria
disekitar uretra bagian atas.
Fungsi : Menambah cairan alkalis pada caiiran seminalis yang berguna
melindungi protozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra, dan vagina.
4. Penis
Terletak di depan scrotum, bagian yang glans penis, bagian tengah korpus
penis dan pangkalnya serabut radix penis.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke VU,
panjang ± 25-30 cm dan panampang ± 0,5 cm.
3. Vesica urinaria
4. Uretra
Saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan urine keluar.
4.1.5 Patofisiologi
4.1.6 Pathways
Pada grade 4
1. Kandung kemih penuh.
2. Penderita merasa kesakitan.
3. Air kemih menetes secara periodik yang disebut over flow incontinensia.
4. Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba ada
tumor, karena bendungan yang hebat.
5. Dengan adanya infeksi penderita bisa menggigil dan panas tinggi sekitar 40-
410 C.
6. Selanjutnya penderita bisa koma.
2) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini
adalah untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli-
buli dan volume residu urine, dan mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun tidak dengan BPH. Dari foto polos dapat dilihat adanya
batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dari pielografi
intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
hidroureter.
Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa
ginjal, mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli.
4.1.9 Penatalaksanaan
2) Terapi Medikamentosa
1) Penghambat adrenegik
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi :
A. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan
diagnosa medis.
1. Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan.
Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan.
Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang
sakitnya.
2. Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.
3. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu,
menetes - netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih,
kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk
mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi,
apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam
rectum.
5. Pola aktifitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang,
kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama
sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan,
dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri.
2. Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi,
bagaimana keadaan rambut dan kuku klien ,
3. Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau
trauma pada kepala.
4. Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya,
begitu pula bagaimana otot mukanya.
5. Mata
6. Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana
bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.
7. Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau
polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
13. Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
14. Thoraks
Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.
15. Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan
bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi ,
wheezing atau egofoni.
16. Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau
getarannya.
17. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya
ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan,
24 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia
turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid.
Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat.
2. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.
3. Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak.
Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada
wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan
4. Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu
tubuh, monitor jantung ( EKG ).
5. Sistem gastrointestinal
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi /
obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah
ada mual dan muntah.
6. Sistem neurology
Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
7. Sistem muskuloskleletal
Bagaimana aktifitas klien sehari – hari setelah operasi. Bagaimana
memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana
dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan
ekstrimitas.
8. Sistem eliminasi
Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh .
Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda – tanda
perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih.
Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan
sekitar daerah pemasangan kateter.
3.3 INTERVENSI
3.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah realisasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien,
baik sebelum operasi dan sesudah operasi. Beberapa petunjuk pada implementasi adalah
sebagai berikut :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah divalidasi;
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat;
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi;
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien.
3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan . Semua tahap proses
keperawatan ( diagnosis, tujuan, intervensi ) harus dievaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.
Ada tiga alternatif yang dapat dipakai perawat dalam memutuskan, sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian dan
tujuan tidak tercapai. Untuk dapat menilai maka dilihat dari perilaku klien sebagai berikut :
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH BPH PADA TN. “A” DI IGD RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn “A”
Umur : 69 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status : Kawin
Alamat : Serasan Jaya
Ket : = Klien
= Perempuan
= Laki - laki
= Tinggal Serumah
C. PEMERIKSAAN FISIK
3) Kepala
Struktur : Simetris
Rambut : Hitam
Lain – lain : tidak ada masalah
Orientasi
Waktu : Baik, klien mengetahui hari dan kapan ia dibawa ke rumah
sakit
Tempat : baik, klien mengetahui ia tinggal dimana dan berada di mana
sekarang
Kelumpuhan :Tidak Ada
Kejang : Tidak Ada
4) Pendengaran / Telinga
Struktur : Simetris
Fungsi Pendengaran : Mampu mendengar dengan jelas
Alat Bantu Dengar : Tidak Ada
Serumen : Ada
Lain – lain : tidak ada masalah
5) Penglihatan
Schlera : Putih Jernih
Konjungtiva : Merah Muda
Visus : 6/6
Alat Bantu yang dipakai : Tidak ada
6) Penciuman / Hidung
Stuktur : Simetris
Fungsi Penciuman : Mampu membedakan bau-bauan
Secret hidung : Tidak Ada
8) Tenggorokan/leher
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Radang Tenggorokan : Tidak Ada
Keadaan Jakun : Menonjol
Kesulitan Menelan : Tidak Ada
9) Dada
Struktur Dada : Simetris
Irama Pernapasan : Reguler
Bunyi nafas : Vesikuler (Tidak ada bunyi tambahan dan secret
tidak
ada)
Nyeri dada (Chest Pain) : Tidak Ada
Bunyi Jantung : BJ 1 & 2 (BJ 1 = Lup (saat kontraksi) BJ 2= Dup
(saat relaksasi))
Palpitasi : Tidak Ada
Edema : Ada
10) Abdomen
Inspeksi
Asites : Tidak Ada
Palpasi
Nyeri Tekan : Ada, di supra pubik
Pembesaran hati : Tidak Ada
Kandung kemih : Penuh
36 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Distensi kandung kemih : (+)
Masalah : Nyeri di daerah supra pubik
11) Kulit
Inspeksi
Warna : Pucat
Kondisi Kulit :-
Nyeri : Tidak ada
Palpasi
Suhu : Normal
Turgor : Elastis
Kelembaban : Lembab
13) Ekstremitas
Ukuran : Atas : Simetris
Bawah: Simetris
Fraktur : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Hematoma : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak Ada
Anastesi/kebas: Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
37 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Prostesi/alat bantu : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Persendian :
ROM : Atas : Aktif
Bawah : Aktif
Kekakuan : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Postur : tidak ada masalah
Lordosis (-)
Kyphosis ( - )
Scoliosis ( - )
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pada saat klien dirawat di ruang IGD, klien d ambil sample darah untuk
pemeriksaan lebih lanjut dan hasilnya belum bisa diketahui.
2. Rontgen
Dari hasil pemeriksaan rontgen yang telah dilakukan tampak pembesaran kelenjar
prostat pada tn.”A
D. PROGRAM PENGOBATAN
E. DATA PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan takut tidak bisa BAK lagi karena klien merasakan sangat
sakit saat ingin BAK. Klien selalu bertanya-tanya kepada perawat mengenai
penyakitnya ini, apakah bisa kembali membaik seperti dulu lagi, sampai kapan BAK
38 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
klien tidak sakit lagi, pengobatan apa yang harus klien pilih untuk bisa sembuh total,
dan juga BAK klien bisa menjadi lancar kembali. Dengan tingkat kecemasan klien saat
ini adalah sedang.
F. DATA SOSIAL
Selama klien di rumah sakit dapat berinteraksi dengan orang lain jika
dimintai pertanyaan.
Prioritas Masalah :
Nyeri
Ansietas
Diagnosa Keperawatan :
Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung kemih dan infeksi urinaria
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembesaran prostat
2 Ansietas berhubungan dengan Tupan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui perkembangan
kurang pengetahuan tentang Klien tidak lagi mengalami secara fisiologis peran tubuh
pembesaran prostat kecemasan terhadap respon kenormalan dan
yang di tandai dengan : abnormalan akibat penyakit klien
DS : Tupen : 2. Untuk mengetahui dan
Klien mengatakan ia takut Dalam waktu 1 x 24 jam klien 2. Kaji tingkat pengetahuan klien mempermudah penjelasan kepada
tidak bisa BAK, mengetahui tentang prosedur tentang penyakitnya klien tentang penyakitnya agar
DO : penatalaksanaan penyakitnya mudah di pahami klien
Klien tampak cemas dan dengan kriteria : 3. Untuk mengetahui perkembangan
takut , dan klien selalu - Raut muka klien secara fisiologis peran tubuh
bertanya-tanya mengenai menjadi cerah 3. Kaji tanda verbal dan non terhadap respon kecemasan secara
penyakitnya - Klien terlihat tenang verbal kecemasan klien psikologis
TD : 140/80 mmHg tentang penyakitnya 4. Untuk menguatkan dan
N : 88 x/m memotivasi diri klien
RR : 20x/m 4. Dukung secara spiritual dan 5. Klien akan merasa ada perhatian
CATATAN PERKEMBANGAN
6.1 Kesimpulan
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar
prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran
keluar urine sehingga menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius.
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor
lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan .
Asuhan keperawatan pada kasus benigna prostat hiperplasia meliputi pengkajian ,
diagnosa keperawatan , intervensi , implementasi dan evaluasi keperawatan seperti yang
telah dijelaskan pada Asuhan Keperawatan pada Tn “A”.
6.2 Saran