NURATULFAJAR Tugas1PengembangaKreatifitas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nuratul Fajar

Npm : 18144500029
Kelas : A1-18
Makul : Pengembangan Kreatifitas

PEMBELAJARAN TARI KREATIF UNTUK MENINGKATKAN


KREATIVITAS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-G DAYA
ANANDA YOGYAKARTA
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya (UU. No. 20
Tahun 2003). Menurut Dewantara (1977:100). Perkembangan anak membutuhkan
keseimbangan antara emosi (perasaan) dengan pikiran (intellectual) yang dikemas
dalam model pengalaman kreatif. Begitu pula dengan pendidikan seni yang
merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Tujuan pendidikan seni
bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak
menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat
mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin.
Dengan demikian pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa
aktivitas fisik dan cita rasa keindahan yang tertuang dalam kegiatan berekspresi,
bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan
peran(seni rupa,musik, tari, dan teater). Fungsi dan tujuan pendidikan seni tari adalah
menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, dan beradab, serta mampu hidup rukun
dalam masyarakat majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif intelektual,
ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, ketrampilan, serta mampu
menerapkan teknologi dalam berkreasi dan dalam memamerkan dan mempergelarkan
karya seni.
Bagi lingkungan yayasan Daya Ananda Yayasan Cacat Ganda Sayap Ibu yang
memiliki SD, SMP bahkan SMA sendiri ini anak-anak diajarkan untuk mampu
berkomunikasi dan berintaraksi dengan teman, guru dan lingkungan tapi tidak untuk
berani berekspresi didepan khalayak ramai, didalam acara atau event tertentu. Setiap
detail gerak yang dilakukan oleh beberapa anak dengan tipe atau jenis kelainan yang
berbeda adalah hasil maksimal mereka dalam mengusahakan sebuah olah motorik
tubuh. Demi membangkitkan sensitivitas koordinasi gerak serta rasa percaya diri
anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Ganda (SLB-G) Daya Ananda
Yogyakarta maka diadakanlah sebuah implementasi model tari kreatif yang bertujuan
agar bagaimana mereka mampu kreatif, ekspresif dan aktif.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, yakni
dengan tujuan menjelaskan dan memberikan gambaran tentang kejadian yang ada di
lapangan. Penelitian kualitatif deskriptif menurut Nasution (2003: 24) merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengadakan deskripsi untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang situasi-situasi sosial.Menurut Nazir (2012:34) adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang
diselidiki.
metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Kreatif, yang mana pada pendekatan Kreatif ini instruktur atau guru
memberikan kebebasan kepada siswa untuk merealisasikan ruang kreatif anak dengan
cara memadukan imajinasi (gagasan atau ide anak) dengan koordinasi gerak siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada dasarnya tari anak tidak hanya sebatas memberikan kesenangan ataupun
hiburan disaat anak lelah belajar di kelas, tari anak disini juga mampu membentuk
karakter anak, membantu perkembangan kinerja otak, serta menstimulus kemampuan
motorik dan mengasah sikap afektif serta sosialisasi dalam berkoordinasi dengan
lingkungan. Tari kreatif mampu mengembangkan: aspek psikomotor (siswa bergerak
dalam upaya mengekspresikan imaji kreatifnya melalu tubuhnya), Aspek kognitif
(proses siswa berpikir dan mempertanggung jawabkan bentuk gerak) dan aspek
afektif (keberanian, inisiatif, kerjasama kelompok dan tanggungjawab). Gerak sebagai
media tari mengajarkan anak-anak untuk berimajinasi, berkreasi dan bereskpresi.
Tujuan dasar dengan direalisasikannya model pembelajaran ini adalah agar anak-
anak mampu mendeklasikan dirinya sebagai pribadi yang bebas, bebas dalam
pengertian mampu memilih, mampu menyerap, merespon, mengaktualisasikan serta
membentuk dunianya sendiri. Begitu pula dengan anak-anak berkebutuhan khusus
dengan latar belakang hambatan yang berbeda, dalam beberapa aspek ada kesamaan
sikap yang diperlihatkan antara anak-anak normal (usia dini) dengan anak-anak
berkebutuhan khusus ini, yang membedakan adalah kemampuannya dalam
mengaktualisasikan stimulus yang diberikan, aspek-aspek ini juga tidak lepas dari
panduan guru pendamping dengan kemampuan yang tepat.
Harapan yang ingin dicapai dari penerapan model pembelajaran tari kreatif
terhadap anakanak berkebutuhan khusus di SLB-G Daya Ananda ini bukan seberapa
mereka mampu menghafal gerak atau bukan sebagus apa mereka melakukan gerakan
tari namun seberapa mampu mereka mengkoordinasikan stimuli visual, audio dan
motorik tubuh dalam bentuk rangkaian gerak. Implementasi model pembelajaran tari
kreatif untuk mengetahui tingkat kreatifitas anak-anak berkebutuhan khusus atau
“Special Needs” disusun denga beberapa siklus sebagai panduan dalam menerapkan
model pembelajaran tari kreatif ini, siklus pertama adalah observasi awal, lalu siklus
kedua adalah observasi pelaksanaan dan siklus ketiga adalah observasi hasil.
1. Siklus I (Observasi Awal)
a) Survey
Pada tahap survey ini, peneliti menggali informasi melalui dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dikaji. Dokumen dikumpulkan
dari berbagai sumber, mulai dari buku, artikel, jurnal,skripsi, tesis serta beberapa
sumber lain terkait penelitian ini. Ada beberapa tulisan yang membahas mengenai
kontribusi pendidikan seni tari terhadap kreatifitas, efektivitas tubuh anak
berkebutuhan khusus dengan model pembelajaran seni tari. Pendekatan ke lingkungan
dan seluruh struktur serta aspek yang ada di Yayasan Sayap Ibu juga merupakan
bagian dari survey ini.
Pada Creative Metode guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memadukan kemampuan gerak siswa dengan gagasan atau ide-ide yang dimilikisiswa
untuk mengekpresikan geraknya, dan peran guru disini hanya sebagai mediator,
mengarahkan dan merangkai (Dewi, 2013:58). Penelitian ini memberikan kontribusi
atau sesuatu yang baru kepada guru tari di SLB-G Daya Ananda untuk menjadi Model
Pembelajaran baru yang efektif, lebih efisen dan pastinya membuat anak lebih kreatif.
b) Identifikasi
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului proses asesmen.
Identifikasi adalah kegiatan mengenal atau menandai sesuatu, yang dimaknai sebagai
proses penjaringan atau proses menemukan anak apakah mempunyai kelainan/
masalah, atau proses pendektesian dini terhadap anak berkebutuhan khusus.
Identifikasi didalam seni tari dapat dibagi menjadi 3 yakni Penyaringan (Screening
Identification) dan Pengelompokkan (Grouping Identification)dan Proses (Processing
Identification). Menurut Swassing (via Habibi, 2015:153), identifikasi mempunyai
dua konsep yaitu konsep penyaringan (screening) dan identifikasi aktual (actual
identifikcation). Di dalam konsep identifikasi seni tari, identifikasi merupakan
langkah awal dan sangat penting untuk menandai bagian dan aspek terpenting dari
kemampuan anak. Untuk melakukan kegiatan tari kreatif atau menggunakan Creative
Metods terhadap anak-anak berkebutuhan khusu di SLB-G Daya Ananda ini peneliti
harus melalu beberapa tahapan.
Tahapan pertama pada saat observasi berlangsung peneliti hanya sebatas menilai
dan hanya sebagai penonton. Melihat kegiatan anak dari pagi hingga pulang sekolah
pukul 11.00 WIB. Beberapa tarian yang dikuasai oleh anak-anak adalah tari tradisi
seperti tari betawi, tari zapin dan tari-tari bentuk lainnya yang mereka dapat dari
gurunya. Guru yang menggunakan metode imitasi pada anak berkebutuhan khusus
harus memiliki kesabaran yang luar biasa, dikarenakan anak-anak dengan intelegensi
rendah dan kurangnya tingkatan fokus anak terhadap materi membuat guru
kewalahan. Pada saat berlangsungnya kegiatan anak-anak bahagia menari dengan
berbagai ekspresi, namun ketika musik berhenti, mereka akan berlarian kemana-mana
tidak menetap ditempat awal mereka latihan.
Tahapan kedua setelah screening adalah mengelompokkan anak sesuai
kemampuan dan aspek-aspek tarian yang akan diterapkan. Pada penelitian ini
penerapan model kreatif digunakan pada semua anak, namun untuk penampilan akhir
atau harapan yang diinginkan adalah anak mampu bergerak sesuai imajinasinya. Ada
beberapa anak laki-laki yang yang mahir dalam bergerak, dan mampu mendapatkan
stimulus.

2. Siklus II (Observasi Pelaksanaan)


a) Eksplorasi Gerak
Eksplorasi gerak untuk anak berkebutuhan khusus maksudnya adalah bebaskan
anak untuk berkreasi dan bergerak. Jika dalam penciptaan tari pekerjaan biasanya
dimulai dengan improvisasi yang dilakukan untuk memperoleh gerakangerakan baru
yang segar dan spontan, maka pada penataan tari usaha dimulai dengan eksplorasi
atau penjelajahan gerak, yakni pencarian secara sadar kemungkinan-kemungkinan
gerka baru dengan pengembangan dan mengolah ketiga elemen dasar gerak; waktu,
ruang dan tenaga.
Keunggulan metode kreatif, bisa dilakukan terhadap hampir semua tingkat
perkembangan anak, lebih-lebih mereka yang telah menguasai gerak-gerak dasar
tarian, dapat melatih para anak untuk menjadi manusia yang kreatif, sumber
rangsangan yang mudah didapat, karena terdapat pada setiap lingkungan anak.
Kelemahan metode kreatif, agak sukar dilakukan oleh sembarang guru atau pelatih
tari yang dia sendiri kurang kreatif, guru atau pelatih tari perlu memberikan
bimbingan yang lebih hanya kepada para anak yang lemah daya kreatifnya.
Pada tahap awal setelah memberikan penjelasan mengenai tekhnis tarian, peneliti
langsung membantu mengarahkan guru bidang studi tari untuk menghidupkan musik
untuk merangsang anak bergerak (Auditory Stimuly)Tahap selanjutnya memberikan
kebebasan kepada anak untuk bergerak sesuai stimuli yang diberikan. Guru dan
pelatih tari hanya sebagai fasilitator yang membantu siswa merangkai gerak,
mengarahkan serta membabntu membuat pola lantai sederhana, selebihnya tari kreatif
ini total milik anak. Didalam proses setiap kali pertemuan tidak lebih dari dua kali
latihan, dan pola nya tdak ada yang sesuai atau sama dengan urutan semula. Tahap
terakhir adalah revisi dan memperbaiki bagaian-bagian kecil dari tari kreatif ini,
dengan memberikan sedikit sentuhan kostum dan make maka tari kreatif yang apik
dan membrikan kebahagian bagi anak siap untuk ditampilkan. Creative sama dengan
kebebasan, memberikan ruang kepada anak untuk bebas mengekspresikan dunianya.
Di dalam tari Kreatif tidak ada tekanan apalagi paksaan, selagi anak mampu
merespon dengan bergerak dengan bahagia disanalah letak keberhasilan dari
penerapan Pendekatan Tari Kreatif ini, walaupun hanya ujung jari bagi anak yang
mengalami Celebral Palsy saja yang bergerak hal tersebut sudah dinyatakan sebagai
keberhasilan dari Creative Metods.

3. Siklus III (Observasi Hasil)


Menurut Dewi (2013: 59-60) dari hasil proses pembelajaran tari dengan
pendekatan kreatif ini, guru harus berusaha sebagai berikut.
1) Memberikan waktu kepada siswa untuk bereksplorasi dan mengembangkan
pengertian antara kemampuan gerak pribadi siswa dengan pengalaman praktis di
dalam mengungkapkan ekspresi gerak.
2) Memotivasi memperoleh pengalaman yang menyenangkan dalam mengungkakan
pikiran (ide dan imajinasi) dan perasaan melalui gerak.
3) Mendorong munculnya ide siswa dengan memberikan stimulasi yang mengaitkan
tema atau topik pembelajaran tari dengan pengetahuan awal siswa.
4) Menumbuhkan keberanian siswa didalam mencoba kemampuannya didalam
menjelajahi ide-ide gerak dan mempergunakan penjelajahannya sebagai dasar
penyusunan rangkaian gerak menjadi tarian yang diciptakannya.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan teman untuk
saling memberikan dukungan dalam mencapai keberhasilan belajar
6) Menjadi motivator dan fasilitator bagi siswa.
Di SLB-G Daya Ananda ini anak dilatih tentu peka dan empati terhadap sesama,
tidak ada kata bully apalagi menghina, dengan berbagai rupa hambatan dan
kekurangan diantara mereka tidak membuat siswa dan siswi di SLB-G Daya Ananda
kehilangan rasa kasih sayang terhadap sesama.Pendidikan karakter di Sekolah ini
sangat teralisasikan dengan baik. Guru, kepala sekolah, seiswa bahkan karyawan
saling bersinergi memelihara keharmonisan dan kedamaian di SLB-G Daya Ananda
ini.

Anda mungkin juga menyukai