Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat dilakukan sejak anak berusia dini, dimulai pada anak 0-6

tahun. Usia ini bisa dikatakan usia emas (Golden Age) yang harus mendapatkan

perhatian maksimal dan pendidikan. Untuk itu alangkah baiknya pendidikan dimulai

sejak usia dini. Pada fase ini anak usia dini mengalami fase dimana ia akan

memberikan reaksi dari setiap aksi atau informasi yang tertuju kepadanya, reaksi

tersebut seperti mencerna, memperhatikan, meniru apa yang dilihat dan di

rasakannya. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang sering menjadi perhatian

guru berkisar pada aspek kemampuan dasar yang terdiri dari aspek kognitif, bahasa,

motorik, dan seni. Mereka pun memiliki karakteristik tertentu yang khas dan unik,

selalu aktif, dinamis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, selalu bereksplorasi dan

belajar.

Pendidikan anak usia dini meliputi suatu proses pendidikan berencana yang di

terapkan sebelum tahap pendidikan dasar dengan melakukan pembinaan yang

ditujukan kepada anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

menumbuhkembangkan jasmani dan rohani anak usia dini agar memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang di selenggarakan pada jalur formal,

nonformal, dan informal.


Kehadiran seni dalam dunia pendidikan mengisyaratkan bahwa seni mempunyai

peran atau fungsi yang penting dalam pendidikan. Pendidikan seni sangat penting

bagi anak, terutama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan diri anak-anak.

Dalam hal demikian, disatu sisi pendidikan seni berfokus pada fakta dan pengetahuan

teoritis, namun disisi lain anak juga dapat memperoleh pemahaman estetis melalui

eksplorasi dan pengalaman praktis dalam melakukan kegiatan seni.

Ada empat bidang dalam area utama pembelajaran seni, yaitu seni rupa, seni

musik, seni tari dan seni drama (Soetedja, 2007:417). Pada setiap bidang tersebut,

hasil pembelajaran yang diharapkan diorganisir untuk memperoleh pemahaman

pengetahuan, keterampilan, teknik, teknologi, dan proses secara spesifik.

Menurut Abdurachman (1983:39), ada pebedaan yang prinsipil antara

pendidikan seni rupa dan pendidikan seni tari. Dalam pendidikan seni rupa, anak-

anak menghadapi seni pengungkapan saja, sedangkan pada seni tari demikian juga

seni musik dan drama, disamping pengungkapan, anak-anak juga menghadapi

peragaan, dalam arti memeragakan suatu karya yang sudah diterima.

Dengan demikian, lanjut Abdurachman (1983:40), pada seni tari, begitu juga

seni musik dan drama, anak-anak tidak dapat lepas dari peniruan-peniruan gerak yang

sudah disepakati bersama dalam sebuah tradisi turun-temurun. Adapun istilah inovasi

atau kreasi baru bagi seni tari, musik, dan drama, adalah penyajian kembali dari

bentuk lama dengan kreativitas “baru”, atau dalam bahasa lain, memberikan

insterprestasi baru kepada bentuk-bentuk lama.


Dalam pendidikan seni tari di PAUD, jenis tari kreasi baru ini lah yang sangat

memungkinkan dikembangkan, sehingga akan muncul tarian kreasi baru hasil ciptaan

anak-anak dengan bimbingan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Alexy dalam

Hafianti (2001), bahwa sumber kreativitas tari (kreasi baru) adalah dari, oleh, dan

untuk anak, adapun guru berperan dalam membangkitkan motivasi anak secara

individu, karena setiap anak mempunyai tingkat kreativitas yang berbeda.

Gerak adalah bagian dari keberadaan alamiah anak usia dini. Anak-anak suka

berlari, meloncat-loncat, menghempas tubuhnya ke dalam kelas sambil berguling-

guling dan lainnya. Dalam hal demikian, anak-anak membutuhkan ruang sebagai

tempat untuk bergerak dan kebebasan untuk melakukan itu.

Akan tetapi, yang harus diperhatikan adalah bukan berarti anak dengan bebas

semaunya sendiri melakukan gerakan-gerakan yang mungkin membahayakan dirinya

sendiri dan mengganggu temannya yang lain, namun juga harus ada kontrol dari

pendidik. Dalam hal ini, untuk mengontrol gerakan anak tersebut, menurut Strickland

(2008:11), adalah dengan menghubungkannya kepada musik dan menggunakan gerak

untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan gagasan mereka.

Masa anak usia dini merupakan masa ketika anak memiliki berbagai khasan

dalam bertingkah laku. Setiap anak usia dini dalam rentang usia berapa pun memiliki

kepribadian yang unik yang mana dapat menarik perhatian dari orang dewasa lainnya.

Aktif, energik, eksploratif, unik, menjadi bagian dari karakteristik anak usia dini.

Selain itu, anak-anak pada kategori usia dini memiliki karakter tersendiri yang

berbeda dari anak pada usia lainnya. Karakter mereka pun merupakan sifat bawaan
yang biasanya diturunkan dari kedua orang tuanya. Karakter ini terkadang bisa

membuat orang-orang disekitarnya senang, namun beberapa juga membuat para

orang tua merasa kesulitan untuk mengatasinya. Sayangnya banyak pula orang tua

yang belum paham menangani perilaku anak-anak pada usia dini. Sehingga

dibutuhkan pengertian serta wawasan yang luas bagi orang tua dalam memahami

karakteristik anak. Sehingga nantinya tidak akan memberikan pengaruh buruk pada

perkembangan anak.

Pengaruh buruk dalam perkembang karakter anak sangat banyak dijumpai.

Pada zaman teknologi ini, anak usia dini difasilitasi dengan kecanggihan teknologi.

Tak banyak anak yang di beri gadget oleh orang tuanya sebagai teman bermain

bahkan sebagai alat didik modern. Padahal hal ini bisa saja berefek negative pada

tumbuh kembangnya karakter anak. Sejauh ini dalam pengamatan saya, anak yang

sudah terbiasa difasilitasi gadget memiliki emosional yang kurang stabil. Anak

menjadi lebih gampang marah dan tantum disaat orang tua tidak memenuhi

keinginannya. Bahkan anak tak segan meraung-raung agar keinginannya dituruti oleh

orang tua. Ini menjadi contoh pola asuh yang kurang tepat dalam menangani anak

usia dini.

Dampak buruk lainnya juga bisa dilihat dengan kreativitas anak yang menurun

dari pada anak pada zaman sebelum adanya gadget. Anak akan selalu terpaku dengan

kecanggihan teknologi dari pada mengamati lingkungan sekitar. Jadi, karakter anak

yang haus akan informasi menjadi berkurang dari sebelumnya. Maka dari itu, dalam

penelitian ini anak akan menjadi objek utama dalam transmisi karakter guna untuk
pengembalian karakter anak yang seharusnya dimilikinya. Serta upaya agar anak

lebih mengenal lagu anak-anak. Dengan musik, rangsangan motorik anak akan sedikit

demi sedikit terpancing untuk anak berkreativitas.

Ada beberapa teori pakar tentang nilai musik dan anak usia dini serta

menghubungkan keterlibatan keduanya untuk menghasilkan sebuah karya seni tari,

sebagai berikut :

a. Musik adalah kegiatan sosial. Mendengarkan musik dan menyanyi atau menari

bersama dapat menyatukan anak-anak. Setiap anak merasa sebagai bagian dari

komunitas pada saat nyanyi bersama. (Merlina,2006:79).

b. Musik memberi anak-anak kesempatan langka untuk menciptakan dan fasih dalam

cara berfikir mereka. Mereka bisa merespon dengan cara unik saat mendengar atau

bergerak mengikuti musik dan menciptakan lagu dan syair baru. (Wiyani,2012 :

76-78).

c. Musik itu bersifat fisik. Anak-anak bergoyang, bertepuk tangan, menari atau

menghentakkan kaki mengikuti musik, yang melatih mereka mengontrol tubuhnya.

Bahkan menyanyi itu merupakan kegiatan fisik yang menuntut kemampuan

mengontrol otot, pita suara, dan pernafasan. (Wiyani,2012 : 76-78).

Seni tari menjadi media yang efektif untuk menampung dan mengontrol

gerakan-gerakan anak. Anak diberi kebebasan dan keleluasaan dalam

mengekspresikan gerak menurut ide mereka, akan tetapi dengan cara yang aman dan

positif. Selain itu, anak juga belajar berimajinasi dan berfantasi tentang sesuatu, yang

kemudian dijadikan sebagai sebuah gerakan tari.


AT. Mahmud salah satu pencipta lagu anak-anak Indonesia. Karyanya dikenal

luas oleh masyarakat Indonesia. Ia mengarang lagu-lagunya bermula dari dipindah

tugaskannya ia ke SGTK atau Sekolah Guru Taman Kanak-kanak yang membuatnya

seolah menemukan lahan subur untuk mengembangkan bakat musiknya, khususnya

menciptakan lagu anak-anak. “Anak Gembala” adalah salah satu judul lagu hasil

karyanya. Lagu ini cukup populer dikalangan anak-anak usia dini juga bagus untuk

diangkat menjadi sebuah tari kreasi karena mengandung unsur semangat dan

memotivasi anak-anak. Sedikitnya ada sekitar 500 lagu anak-anak karyanya yang

pernah popular dimasa lalu dan tetap dikenal masyarakat hingga saat ini seperti

Ambilkan Bulan Bu, Libur Telah Tiba, Paman Datang, Distasiun, Kereta Apiku,

Sukacita, Pelangi, Hujan Rintik-Rintik, Cicak di Dinding, Bintang Kejora, dan masih

banyak lagi.

Maka dari itu, lagu-lagu karya A.T Mahmud ini bisa menjadi stimulus yang

bagus untuk pembelajaran tari kreatif. Dengan tataan bahasa yang sederhana, dan

juga irama yang menarik dapat menjadi acuan yang baik dalam memotivasi anak usia

dini dalam transmisi karakter untuk menjadi kepribadian yang lebih tekun dan

bersemangat. Pembelajaran ini bisa menjadi inovasi yang bagus untuk tumbuh

kembangnya anak usia dini yang lebih kreatif. Pembelajaran tari untuk anak usia dini

yang pada umumnya hanya mengandalkan lagu-lagu daerah dan gerakan sederhana,

bisa dikembangkan menjadi tari kreatif dengan unsur gerakan yang lebih bermakna.

Begitu pun dengan pembelajaran tari kreatif yang sudah berjalan sekarang ini, inovasi
ini dapat mengubah yang dulunya “hanya sekedar gerak” menjadi tarian dengan gerak

serta lagu yang bermakna dan memotivasi peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Agar operasional, maka penelitian ini dirumuskan ke dalam beberapa

pertanyaan penelitian yaitu :

1. Bagaimana proses transmisi karakter dalam pembelajaran tari kreatif bersumber

dari lagu karya AT. Mahmud terhadap anak usia dini?

2. Bagaimana hasil pembelajaran tari kreatif bersumber dari lagu karya AT.

Mahmud terhadap anak usia dini?

3. Bagaimana karakter anak usia dini setelah pembelajaran tari kreatif bersumber

dari lagu A.T Mahmud?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses transmisi karakter dalam

pembelajaran tari kreatif bersumber dari lagu karya A.T Mahmud terhadap anak

usia dini

2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran tari kreatif bersumber dari lagu karya A.T

Mahmud terhadap anak usia dini

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan karakter yang dihasilkan setelah

pembelajaran tari kreatif bersumber dari lagu A.T Mahmud


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Dapat menyalurkan dan membagi ilmu khususnya seni tari kreatif pada anak

maupun pada tenaga pengajar TK

b. Mengasah keterampilan dan cara penyampaian pemahaman kepada anak usia

dini

c. Mendapat wawasan tentang perkembangan motorik kasar anak usia dini melalui

seni tari kreatif

2. Bagi Taman Kanak-Kanak

a. Meningkatkan kualitas pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK).

b. Memberi sumbangan ilmu positif kepada Taman Kanak-kanak (TK) dan

sebagai perbaikan pembelajaran.

3. Bagi Lembaga (Program Studi Sendratasik)

a. Sebagai inovasi baru dalam pembelajaran seni tari pada anak usia dini.

b. Meningkatkan perkembangan seni tari kreatif dalam ranah Pendidikan Anak

Usia Dini.

Anda mungkin juga menyukai