Laporan Diskusi Kelompok 8
Laporan Diskusi Kelompok 8
Laporan Diskusi Kelompok 8
DOSEN PENGAMPU:
Drs. Zelhendri Zen, M.Pd.
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 8
a. Aliran Nativisme
IstilahNativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Tokoh utama aliran
ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1869), seorang filosofis Jerman. Airan ini
identik dengan pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata
hitam. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di
tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir. Pembawaan yang
telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Contohnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik,
walaupun orang tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya mau
belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan tetap
berbakat menjadi pemusik.
b. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh
seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau (1712-1778). Naturalisme berpendapat
bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak
satupun dengan pembawaan buruk. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu
J.J. Rousseau sebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang
dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu
sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak
hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya,
manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.
c. Aliran Empirisme
Tokoh utama aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah
the school of british empirism (aliran empirisme inggris). Doktrin aliran
empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin
yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Dalam hal ini para
penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam
keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa.
d. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, Aliran ini
mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu adalah
tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor
lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi.
Menurut William Stern(1871-1939), seorang anak di lahirkan di dunia sudah
disertai pembawaan baik maupun buruk.
7. Apriliani (20002002)
BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN
1. Pemikiran klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi
eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang
diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang
berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya
adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan
dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut
ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan
kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak
baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi
rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa
malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang
anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa
pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
8. Nurhaliza (20002013)
Pemikiran klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
1. Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi
eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang
diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang
berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya
adalah John Locke.
2. Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan
dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut
ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan
kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
3. Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak
baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi
rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa
malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
4. Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang
anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa
pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
A. Aliran Empirisme
Tokoh utama aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah
the school of british empirism (aliran empirisme inggris). Doktrin aliran
empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin
yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Dalam hal ini para
penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam
keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa.
2. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, Aliran ini
mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu adalah
tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor
lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi.
Menurut William Stern(1871-1939), seorang anak di lahirkan di dunia sudah
disertai pembawaan baik maupun buruk.
Pertanyaan
1. Maria Theodora nim 20003022
Didalam makalah kelompok penyaji terdapat sekolah kerja, jelaskan apa saja yang
menjadi dasar-dasar sekolah kerja?
Jawaban
➢ Gustia sepriani putri 20003015
Dasar-dasar sekolah kerja yaitu:
a. dalam sekolah kerja, anak aktif berbuat, mengamati sendiri, mencari jalansendiri,
memikirkan dan memecahkan sendiri setiap persoalan yang dihadapi.
b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajarn ialah anak, bukan guru, metode ataupun
bahan pelajaran
c. sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri dan
bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang baik pelajaran disusun dalam
suatu keseluruhan totalitas yang berpusat padamasalah kehidupan. Masalah-masalah
kehidupan ini haruslah erat hubungannyadengan minat dan perhatian anak
e. sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan sikap yang bersifat hafalan atauhasil
peniruan, melainkan pengetahuan fungsional yang dapat dipergunakan untuk
berprakarsa, emncipta dan berbuat.
f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan
ataumenceritakan kepada anak melainkan anak sendiri yang harus menjalani proses
berpikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
g. sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang di dalamnya anak-anak
mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan
moral, sosial dan kecerdasan.
Model pembelajaran sekolah kerja tampak sangat ideal jika diterapkan di era 80-an atau
90-an. Namun, bukan berarti model tersebut tidak dapat diterapkan di era globalisasi
ini. Peranan sekolah kerja sangat mendorong berkembangnya sekolah kejuruan, seperti
yang telah banyak terdapat di Indonesia. Namun, di era global sekarang ini tidak cukup
jika seseorang masuk dalam sekolah kejuruan kemudian memilih salah satu jurusan
misalnya jurusan pembukuan atau yang sekarang terkenal dengan nama Akuntansi yang
dapat digolongkan dalam sekolah – sekolah perdagangan. Jika menggunakan model
dasar sekolah kerja yang masih klasik (tradisional), maka dalam implementasinya pasti
mereka akan membentuk satu sitem dimana terdapat kelompok yang berdagang untuk
menimbulkan transaksi keuangan, misalnya dalam suatu daerah memiliki sumber daya
alam berupa beras, sehingga mereka melakukan jual beli beras lalu bagian Akuntansi
akan menghandel masalah keuangannya. Mulai dari perencanaan keuangan, transaksi,
sampai dengan perhitungan laba penjualan.
Di awal pertemuan atau di awal proses pembelajaran (di kelas satu semester
pertama/ganjil) perlu disampaikan dasar – dasar akuntansi secara keseluruhan.
Kemudian diberi pengantar dan buku pegangan untuk setiap simulasi yang akan
dilakukan. Dan dalam pelaksanaannya tetap harus dibimbing oleh satu atau dua orang
pembimbing (dapat disesuaikan). Simulasi ini akan lebih efisien lagi jika didukung
dengan pembimbing yang didatangkan langsung dari dunia usaha dan dunia industri
(DU/DI) yang disesuaikan dengan bentuk simulasi yang akan dilakukan. Sehingga
kendala – kendala yang dihadapi dapat langsung terjawab.
Saya nadilla putri efendi izin menambah jawaban tas pertanyaan maria
PENGEMBANGAN MODEL SEKOLAH KERJA DENGAN KONSEP SIMULASI
Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan
sekelilingnya (state of affairs) (seaparamita.blogspot.com). Dengan tidak lari begitu jauh
dari model sekolah kerja, maksud saya konsep simulasi di sini hanyalah sekedar
pengembangan dari model tersebut. Sehingga perlu kita ketahui terlebih dahulu
tentang apa itu model sekolah kerja?
Tokoh yang sering dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G.Kerschensteiner
(1854-1932) dengan Arbeitschule-nya (sekolah kerja) di jerman. Perlu dikemukakan
bahwa sekolah kerja itu bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi
kepentingan individu tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain,
sekolah berkewjiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni (Tirtarahardja dan La
Sulo, 6: 204-205):
1) Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
2) Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.
3) Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan
kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu
mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.
6. Sekolah kerja menganggap bahwa pendidikan fikir tidak ada gunanya. Tetapi anak harus
dididik berfikir dengan mengalami seniri proses berfikir secara kanak-kanak.
7. Pendidikan akhlak merupakan suatu segi penting dalam pendidikan sosial. Maka sekolah
kerja harus merupakan suatu masyarakat, tempat mendapatkan latihan dan pengalaman
yang amat penting artinya untuk pendidikan sosial, watak dan kecerdasan.
8. Sekolah kerja mendidik anak melalui berbagai ketrampilan agar suka bekerja produktif
sesuai dengan bakatnya.
Dari dasar-dasar diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya sekolah kerja yang
merupakan perwujudan dari progresivisme pendidikan mempunyai keterikatan yang kuat
dengan masyarakat dan upaya mengembangkannya melalui generasi mudanya. Karena
bagaimanapun masyarakat tidak mampu mengadakan kegiatan pendidikan tanpa adanya
sebuah intisari dengan tujuan tertentu begitu juga lembaga sekolah harus menjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat karena hal ini merupakan aturan yang benar untuk
bekerja dengan baik.
Keterangan-keterangan diatas merupakan gambaran tentang sekolah kerja. Sekolah kerja
menurut John Dewey umumnya disebut pengajaran proyek atau metode soal maupun
masalah. John Dewey yang menanamkan benih-benihnya tetapi yang menumbuhkan dasar
itu menjadi suatu sistem pengajaran proyek atau metode (problem) itu ialah W.H. Kilpatrick.
➢ Afrinayanti 20003002
d. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga
peranan pendidikan keluarga menjadi sangat besar dan penting.
3) Sosiolosis
Para orang tua di Negara berkembang kerap kurang menyadari pentingnya pendidikan
sekolah bagi anak-anaknya. Karena itu, anak-anak mereka sering kurang mendapatkan
pendidikan sekolah, putus sekolah, atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian,
pendidikan seumur hidup bagi orang tua akan merupakan pemecahan atas masalah tersbut.
➢ PUTRI YANI (20075158)
Dasar-dasar sekolah kerja diantaranya:
1. Dalam sekolah kerja anak harus aktif berbuat. Mengamati sendiri, mencari jalan
pemecahan sendiri dalam kesukaran, memikirkan, dan memecahkan sendiri yang dihadapi
dan berinisiatif.
2. Pangkal dan tujuan usaha pendidikan dan pengajaran harus terletak pada anak itu sendiri,
tidak pada metode, bahan pengajaran atau guru.
3. Sekolah kerja mendidik murid agar menjadi suatu kepribadian yang berani berdiri sendiri,
bertanggung jawab untuk menjadi anggota yang baik dari suatu masyarakat. Inilah segi
sosialnya.
6. Sekolah kerja menganggap bahwa pendidikan fikir tidak ada gunanya. Tetapi anak harus
dididik berfikir dengan mengalami seniri proses berfikir secara kanak-kanak.
7. Pendidikan akhlak merupakan suatu segi penting dalam pendidikan sosial. Maka sekolah
kerja harus merupakan suatu masyarakat, tempat mendapatkan latihan dan pengalaman
yang amat penting artinya untuk pendidikan sosial, watak dan kecerdasan.
8. Sekolah kerja mendidik anak melalui berbagai ketrampilan agar suka bekerja produktif
sesuai dengan bakatnya.
Dari dasar-dasar diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya sekolah kerja yang
merupakan perwujudan dari progresivisme pendidikan mempunyai keterikatan yang kuat
dengan masyarakat dan upaya mengembangkannya melalui generasi mudanya. Karena
bagaimanapun masyarakat tidak mampu mengadakan kegiatan pendidikan tanpa adanya
sebuah intisari dengan tujuan tertentu begitu juga lembaga sekolah harus menjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat karena hal ini merupakan aturan yang benar untuk
bekerja dengan baik.
Pendidikan menurut Dewey ialah memberikan kesempatan untuk hidup. Hidup ini
menyesuaikan diri dengan menyesuaikan diri dengan masyarakat, kesempatan diberikan
dengan jalan berbuat secara individual maupun rombongan untuk mendapatkan
pengalaman sebagai suatu modal berharga dalam berfikir kritis serta produktif dengan
berbuat susila. Dan sekolah yang dikehendaki oleh John Dewey adalah sekolah kerja dimana
masyarakat harus menyediakan segala sesuatu yan dibutuhkan oleh warganya unutk
pendidikan agar tidak tergantung kepada dogma, melainkan pada cara berfikir bebas,
berdisiplin, obyektif, kreatif dan dinamis.
Disamping itu betapa pentingnya arti bekerja menurut Dewey, karena bekerja memberikan
pengalaman dan pengalaman menuntunberfikir seseorang sehingga orang tersebut dapat
bertindak benar dan bijaksana, pengalaman juga mempengaruhi budi pekerti seseorang,
pengalaman itu sendiri terbagi menjadi pengalaman positif dan negatif.
Kedua aspek inilah yang telah mendasari konsep sekolah kerja menurut john dewey yang
pada dasarnya sekolah kerja menurutnya berdasarkan atas dua segi yaitu segi psikologis dan
segi sosiologis
Pertanyaan
2. DEWI NIM: (20003107)
Apakah ada kekurangan dan kelemahan dalam pemikiran baru tentang pendidikan
saat ini, apabila ada tolong Kelompok penyaji menjelaskan kekurangan dan
kelebihan dari pemikiran baru tentang pendidikan tersebut beserta dengan
contohnya masing-masing..!
Jawaban
➢ koni rafiqoh (20003021)
berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari pemikiran baru tentang
pendidikan
1. boarding school
1) kelebihan
a. mampu menumbuhkan sifat-sifat positif bagi siswa seperti disiplin dan
mandiri. Sekolah di Boarding School semua kegiatan telah diatur dari bangun
tidur hingga tidur kembali.
b. pendidikan agama yang terjamin (bagi sekolah berasrama islam seperti yang
pernah saya rasakan). Kegiatan yang diatur di sekolah tidak hanya urusan
akademik saja. Kegiatan non akademik seperti ekstrakurikuler juga diatur,
begitupula kegiatan keagamaan terutama solat lima waktu.
c. menghilangkan kekhawatiran orang tua terhadap pergaulan anaknya. Selama
berada di asrama, siswa akan selalu diawasi setiap saat. Akan selalu ada guru
yang melihat tingkah laku siswanya.
2) kekurangan
a. kelemahan dan resiko sekolah di Boarding School adalah adanya rasa
homesick yang begitu berat bagi sebagian siswa dan siswi. Tak jarang ada siswa
yang pindah dan keluar dari sekolah Boarding School karena tidak mampu
menahan rasa homesick ini.
b. kurangnya kedekatan orang tua dengan siswa. Dibanding dengan orang tua
yang menyanding anaknya dirumah tentunya kedekatan emosional mereka akan
jauh berbeda, kontrol orang tua juga akan semakin kurang serta perhatian orang
tua yang sebetulnya diharapkan oleh anak akan seddikit berkurang.
c. biaya sekolah yang tinggi dibading dengan sekolah umum lainnya. Siswa kan
terbiasa dengan pola makan dan hidup yang sederhana, resiko kehilangan
barang juga kerap terjadi di asrama, serta banyaknya peraaturan yang mengikat
yang kadang membuat anak menjadi stress dan frustasi.
2. pendidikan inklusi
1) kelebihan
Munculnya sekolah inklusi karena memiliki beberapa kelebihan dan
keistimewaan antara lain : keberadaan anak cacat diakui sejajar dengan anak
normal, lingkungan mengajarkan kebersamaan dan menghilangkan diskriminasi.
Ini tentunya memberi kesan pada orang tua dan masyarakat bahwa anak cacat
pun mampu seperti anak pada umumnya, anak yang berkelainan akan belajar
meerima dirinya sebagaimana adanya dan juga tidak menjadi asing lagi di
lingkungannya.
2) kekurangan
Kelemahan dari pendidikan inklusif sebagai berikut: jumlah ABK di Indonesia
masih sedikit yang terdaftar di sekolah. Menurut data UNESCO tahun 2009,
ranking Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak
berkebutuhan khusus atau ABK terus mengalami kemerosotan.
3. sekolah alam
1) kelebihan
Dengan alam sebagai sarana dan media belajar, sekolah alam menawarkan
metode belajar yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Alhasil, anak
akan mendapatkan pemahaman langsung dari eksperimen-eksperimen mereka.
2) kekurangan
Layaknya dua sisi koin, jika ada kelebihan, maka akan ada kekurangan. Sekolah
alam pun demikian.
Selain itu, beberapa sekolah alam di Indonesia membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Bahkan, biaya tersebut bisa mencapai dua kali lipat dari biaya sekolah
reguler.
Kekurangan dan kelebihan dari pemikiran baru tentang pendidikan, yakni tentang
Pengajaran Proyek
Pertanyaan
3. Nadila putri efendi 20003025
Bagaimana cara menerapkan aliran² pendidikan tersebut di dunia pendidikan
indonesia??
Jawab
➢ koni rafiqoh 20003021
Menurut saya aliran tentang pendidikan sudah diterapkan di indonesia, baik itu secara
keseluruhan maupun hanya sebaian kecil.
1. Aliran naturalisme memandang bahwa manusia diciptakan agar dapat belajar dan
berfikir untuk kembali kepada penciptaNya, dalam hal ini implikasi di dunia nyata
bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi kepada prinsip keTuhanan.
Implikasi di bidang pendidikan terhadap aliran naturalisme memandang bahwa
sekolah merupakan hal utama yang akan mengembankan proses belajar tiap peserta
didik untuk dapat menemukan dan mengembangkan kepribadiannya dengan
memperhatikan kerakteristik dan perkembangan alam yang ada. Kelebihan utama
aliran ini indi adalah penghargaannya yang tinggi terhadap alam , termasuk anak
yang lahir secara alamiah akan cenderug baik. Paham ini bisa melahirkan manusia-
manusia yang demokratis, sebab segala sesuatu dikembalikan pribadi masing-
masing.
2. Aliran Nativisme benar-benar menggali bakat dan minat serta potensi yang ada pada
setiap individu tanpa melihat dari faktor apapun, termasuk pendidikan serta
lingkungan sekitar. Potensi ini dapat dilihat pada diri individu saat tahap tumbuh dan
berkembangnya sedang berlangsung. Apabila semasa ia kecil belum muncul atau
terlihat, maka dapat dipastikan potensi ini akan muncul saat ia menginjak remaja
atau saat ia menginjak menjadi manusia dewasa. Aliran Nativisme berasal dari faktor
genetik, faktor kemampuan anak, faktor pertumbuhan anak. Serta tujuannya ialah
untuk memunculkan bakat, mewujudkan diri yang berkompetensi, mendorong
dalam menentukan pilihan, mendorong untuk mengembangkan potensi.
Contoh yang dapat kita lihat secara jelas (eksplisit) yaitu pernah diberlakukannya sekolah
RSBI oleh beberapa sekolah kota di Indonesia. Dan beberapa ketentuan lain seperti
persyaratan PPDB yang mengharuskan seorang calon peserta didik memiliki IQ standar
minimal, pernah memperoleh juara/prestasi dikelas, maupun adanya peraturan standar
rata-rata nilai minimal yang dimiliki peserta didik dari hasil belajar di jenjang sekolah
sebelumnya. Dari dua fenomena tersebut yang menjadi kunci utamanya adalah faktor
kecerdasan (IQ).
Dan hal lainnya, yang dapat kita rasakan akan implementasi teori nativisme di sekolah yaitu
adanya tes penjurusan pada jenjang sekolah menengah atas yang mana terdiri atas jurusan
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, bahasa, dan agama. Banyak sekolah yang
menerapkan hal tersebut dengan dilihat dari hasil tes/seleksi kemampuan peserta didik
yang memilik potensi dominan atau kecenderungan dari salah satu jurusan tersebut.
d) Pendekatan “Search for Meaning” dengan aplikasi “Logotherapy” dari Viktor Franki yang
mengungkapkan pentingnya semangat (human spirit) sebagai tantangan masalah
2 Aliran Naturalisme
Dalam aliran naturalisme memiliki tiga prisip tentang proses pembelajaran
diantaranya:
a) Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri.
b) Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
c) Program pendidikan disekolah disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak
didik.
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran naturalisme dibidang
pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan
alam.
3 Aliran Nativisme
Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca
indra lain dari pada itu hanyalah ide. Semua yang harus dilakukan manusia harus
bisa diangkat , menjadi sebuah peraturan umum. Contoh: orang sebaiknya
jangan mencuri sebabapabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum maka
apabila semua orang mencuri masyarakat tidak akan jalan. Yang bisa
diharapakan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan
pengharapan harapan manusia.
4 Aliran Konvergensi
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
Tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat
itu. Sebagai contoh: hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-
kata. Berdasarkan aliran aliran tersebut ada dua faktor yang mempegaruhi tinggi
rendahnya mutu hasil perkembangan siswa yaitu:
a. Fakor internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri
b. Faktor eksternal
Yaitu hal-hal yang ada diluar diri siswa meliputi lingkungan dan pengalaman
berinteraksi siswa dengan lingkungannya
Pertanyaan
4. Rizka purnama syahri 20003032
Jawaban
➢ Indrika Fepiana 20003018
Menurut saya kurang efektif. Karena Inklusi yang sudah “terlanjur” menerima tidak langsung
dengan mudahnya menangani anak-anak yang sekolah dengan kebutuhan khusus itu.
Dan kekurangannya yaitu Kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kelas yang heterogen
dengan karakteristik ABK dan regular. Guru belum siap untuk menangani anak-anak
dikelasnya dengan karakteristik yang berbeda. Akhirnya, guru-guru yang berhadapan
langsung dengan ABK di kelas mengeluh dan sulit untuk mengajar satu metode yang sama
dan dengan perlakuakuan yang sama sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai seperti
yang diharapkan. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan sebagai upaya menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dalam
pendidikan inklusi.
➢ Geni maha putri nim 20002046
Sebagaimana yang kita tau bahwa sejatinya Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan
dengan tujuan.
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak termasuk anak
berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.
Pertanyaan
5. Aisyah Tri Yansyah nim 20003044
Jelaskan perbedaan dan persamaan aliran nativisme dan naturalisme, dan apakah
ada keterkaitan antara dua aliran tersebut?
Jawaban
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa
jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila
mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan
pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan dan juga milieu
(lingkungan). Namun demikian, ada dua pandangan besar mengenai hal ini. Pertama
disampaikan oleh Rousseau yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia baik, namun
jika ada yang jahat, itu karena terpengaruh oleh lingkungannya. Kedua, disampaikan oleh
Mensius yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu jahat. Ia menjadi manusia
yang baik karena bergaul dengan lingkungannya
Aliran ini mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk
mengembangkan pembawaan, kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan-
kecenderungannya. Tetapi seperti telah diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang
menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini ternyata tidak terbukti, sebaliknya
pendidikan makin lama makin diperlukan.
Dalam ilmu pendidikan pandangan seperti ini di sebut pesimistis pedagogis.Pendidikan yang
tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme lingkungan lingkungan sekitar tidak
mempengaruhi perkembangan anak, penganut aliran ini menyatakan bahwa kalau anak
mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak
mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik.
Pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat di ubah dari luar, jadi menurut pemaparan di
atas telah jelas bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah
perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali.Karena menurut
mereka baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan sejak lahir, dan peran
pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat saja. Misalnya: seorang pemuda
sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati
bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada
musik dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik.
2. Aliran Naturalisme ,Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di
pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan
nativisme naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan
mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk.
Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan oleh pendidkan
yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka akan
baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. Seperti
dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak
adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di
tangan manusia”