Laprak - THV - Amphibi - Elva Chika Delia Felati

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

MATA KULIAH: PRATIKUM TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA


AMPHIBI

OLEH:

NAMA : ELVA CHIKA DELIA FELATI


NIM : 4193341040
JURUSAN : BIOLOGI
PROGRAM : PENDIDIKAN BIOLOGI (S1)
TGL.PELAKSANAAN : 1 Mei 2021

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
I. JUDUL PERCOBAAN : DESKRIPSI DAN MORFOMETRI AMFIBI

II. TINJAUAN TEORITIS :


Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi
oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa
Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi
diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000
spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi
tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari
untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan
melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru
dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
Amfibi (Ordo Anura) adalah bagian dari komponen ekosistem yang memiliki
peranan sangat penting bagi stabilitas lingkungan (Yani, 2015). Persepsi negatif
masyarakat bahwa katak beracun atau menjijikan (Kusrini, 2003) menyebabkan Anura
banyak dijauhi. Dalam rantai makanan katak dan kodok berperan sebagai pemangsa
konsumen primer (Iskandar,1998) serta dapat digunakan sebagai bioindikator kondisi
lingkungan (Stebbins dan Cohen, 1997). Kondisi lingkungan seperti suhu dan
kelembapan secara langsung dapat mempengaruhi kepadatan amfibi pada suatu wilayah.
Ordo Anura yang dalam beberapa spesiesnya dapat menjadi bioindikator lingkungan,
seperti Huia masonii yang biasa ditemui pada perairan jernih, berarus deras dan berbatu
besar (Iskandar, 1998). Pada musim penghujan terjadi kenaikan debit air yang cukup
tinggi dan bersifat fluktuatif.
Pengukuran morfometrik organisme herpetologi diperlukan untuk penggambaran
spesies, filogenetik analisis, dan bahkan pemahaman kita tentang perubahan evolusioner
dalam karakteristik fisik suatu organisme, namun masih ada sedikit konsistensi
pengukuran dan deskripsi fisik di seluruh, atau bahkan di dalam, taksa (Dubois 2010;
Wiens 2001). Terminologi yang digunakan oleh banyak peneliti mungkin tampak jelas
atau cukup jelas, namun ada banyak contoh ketika karakteristik sangat bervariasi dalam
literatur dan membutuhkan penjelasan (Harvey dkk. 2000). Meskipun pentingnya
penerapan yang tepat dari istilah dan definisi khusus dalam studi morfologi amfibi dan
spesies reptil, hanya sedikit publikasi yang membahas masalah ini.
Sampai saat ini, masalah dua kali lipat ada ditidak adanya konsensus atau standar
isasi dalam pengukuran dan deskripsi karakter morfologi antar katak. Pertama, tidak ada
teks otoritatif yang merekomendasikan atau membakukan karakter untuk digunakan
dalam deskripsi spesies publikasi. Kedua, dan yang lebih penting, publikasi yang
menggambarkan keragaman baru atau merevisi taksonomi sangat tinggivariabel dalam
sejumlah aspek kritis: (1) jumlah informasi yang diberikan tentang morfologi
Pengukuran, (2) pemilihan pengukuran morfologi dimasukkan ke dalam studi deskriptif,
dan (3) the metode yang digunakan untuk mengukur karakter morfologi. Kurangnya
konsistensi di atas dapat menyebabkan over- atau spesies baru yang kurang terwakili,
terutama jika pengukuran yang dilakukan bersifat diagnostik.

III. ALAT DAN BAHAN :


a. Alat
 Penggaris/meteran
 Alat tulis
b. Bahan
 Katak

IV. CARA KERJA :


a. Menyediakan bahan berupa katak yang akan diamati
b. Menyediakan alat bantu pengamatan seperti penggaris, dan alat tulis
c. Diamati ciri-ciri morfologinya.
d. Setelah selesai mengamati morfologi dari katak tersebut, kemudian lanjutkan dengan
mengukur katak sesuai karakter morfometriknya, seperti berikut ini :
A. Lebar kepala (Hw)
B. Panjang moncong-lubang angin
C. Panjang Tibia
D. Jarak interorbital
E. Panjang kepala (Hl)
F. Diameter mata (ED)
G. Internarial jarak (Svl)
H. Jarak mata-lubang hidung (Dl)
I. Panjang kaki
J. Diameter timpanum (TD)
K. Panjang paha
L. Panjang moncong
M. Panjang tangan
N. Panjang lengan bawah (LAL)
O. Lebar kelopak mata atas
P. Lebar cakram jari IV.
Q. Panjang lengan atas (UAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


 Ciri Morfologi Katak
 Tidak memiliki ekor
 Memiliki kaki belakang panjang dan kaki depan pendek
 Memiliki mulut yang lebar.
 Katak memiliki kepala yang lebar dan datar.
 Kulit katak licin, dan lembab.
 Katak memiliki kulit berwarma hijau kecokelatan dengan corak putih dan totol-
totol hitam di punggung.
 Habitat utama katak adalah hutan primer, hutan rawa, sungai besar, sungai
sedang, anak sungai, kolam dan danau.

Ukuran
Keterangan Karakter
Morfometrik
A Lebar kepala (Hw) 2,8 cm
B Panjang moncong-lubang angin 8,2 cm
C Panjang Tibia 2,7 cm
D Jarak interorbital 1 cm
E Panjang kepala (Hl) 1,7 cm
F Diameter mata (ED) 0,4 cm
G Internarial jarak (Svl) 1,3 cm
H Jarak mata-lubang hidung (Dl) 0,4 cm
I Panjang kaki 2 cm
J Panjang paha 2,7 cm
K Panjang moncong 0,7 cm
L Panjang tangan 3,3 cm
M Panjang lengan bawah (LAL) 1,6 cm
N Lebar kelopak mata atas 0,3 cm
O Lebar cakram jari IV. 0,3 cm
P Panjang lengan atas (UAL) 1,8 cm

Pembahasan :

 Klasifikasi katak yang diamati :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana Sp.

 Morfologi Katak
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapatkan
- Katak yang diamati Tidak memiliki ekor
- Memiliki tubuh pendek dan gempal
- Memiliki kaki belakang panjang dan kaki depan pendek,
- Memiliki mulut yang lebar
- Katak memiliki kepala yang lebar
- Kulit katak licin dan lembab
- Katak memiliki kulit berwarma hijau kecokelatan dengan corak putih dan
totol-totol hitam di punggung.

 Habitat
Hewan katak ini dapat di jumpai pada rawa-rawa, sungai
besar, kolan dan danau. Hal ini berguna untuk menjaga kulit katak
agar tetap lembab dan hal ini juga yang menyebabkan hewan katak
banyak dijumpai pada hutan tropis. Katak juga membutuhkan air
untuk meletakkan telur demi kelangsungan kegiatan reproduksi.

VI. KESIMPULAN

a. Morfologi dari spesies yang termasuk ke dalam ordo Anura mempunyai ciri
kulit yang licin dan lembab. Anura mudah dikenali karena memiliki
karakteristik seperti tubuh yang kecil dan kedua kakinya yang jongkok
sebagai penumpu, tidak memiliki ekor serta bdan yang kokoh.

b. Anura terdiri atas katak dan kodok yang memiliki ±4.800 jenis, lebih dari
500 jenis di antaranya terdapat di indonesia.

c. Stelah dilakukan pengukuran morfometrik didapatkan ukuran yang sesuai


dengan karakter anura yang di teliti seperti yang sudah terlampir pada
laporan.
VII. DOKUMENTASI

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Devi Sandra Ravika, Septiadi Luhut, dkk. (2019). Struktur Komunitas Ordo Anura di
Lokasi Wisata Bedengan Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Jurnal
Riset Biologi dan Aplikasinya. Volume 1, Nomer 2.
Brotowijoyo, djarubito. 2000. Zoologi dasar. jakarta: Erlangga Solang, Margaretha.
2011. Bahan Ajar Zoologi Veterbrata. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo Team
teaching, 2013. Penuntun Praktikum Zoologi Veterbrata. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo

https://www.slideshare.net/chellyceelhembyhouet/laporan-praktikum-3-amphi

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-amfibi/

Anda mungkin juga menyukai