Intensitas Pencahayaan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pengguna Komputer Di Balai Gakkum LHK Wilayah Sumatera Tahun 2018

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 88

INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN

KELELAHAN MATA PENGGUNA KOMPUTER


DI BALAI GAKKUM LHK WILAYAH
SUMATERA TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

MAYOPPI SANDRO PARLINDUNGAN PAKPAHAN


NIM : 141000607

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN
KELELAHAN MATA PENGGUNA KOMPUTER
DI BALAI GAKKUM LHK WILAYAH
SUMATERA TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

MAYOPPI SANDRO PARLINDUNGAN PAKPAHAN


NIM : 141000607

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi yang berjudul “INTENSITAS

PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA

PENGGUNA KOMPUTER DI BALAI GAKKUM LHK WILAYAH

SUMATERA TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya

sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Agustus 2018

Mayoppi Sandro P. Pakpahan

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan
Mata Pengguna Komputer di Balai GAKKUM
LHK Wilayah Sumatera Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Mayoppi Sandro Parlindungan Pakpahan
Nomor Induk Mahasiswa : 141000607
Departemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

Ketua

Dra. Lina Tarigan, Apt. M. S.


NIP. 195908061988112001

Dekan,

Tanggal Lulus : 30 Agustus 2018

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 30 Agustus 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dra. Lina Tarigan, Apt., M.S

Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

2. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Cahaya merupakan energi yang mudah dikenali mata. Intensitas cahaya tidak
terlepas dari pengguna komputer yang dapat menyebabkan kelelahan mata.
Tujuan penelitian adalah mengukur intensitas pencahayaan dengan keluhan
kelelahan mata pada pengguna komputer di Balai Pengamanan dan Penegakan
Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera Tahun 2018. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional survey. Populasi dalam penelitian
ini seluruh pengguna komputer sebanyak 22 orang. Sampel diambil dengan
purposive sampling yaitu pengguna komputer tanpa kacamata sebanyak 17 orang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Lux Meter dan kuesioner.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ruang kepegawaian memiliki 4 titik
pencahayaan buruk dengan 1 dari 4 orang mengalami kelelahan mata. Ruang
program memiliki 3 titik pencahayaan buruk dengan 2 dari 3 orang mengalami
kelelahan mata. Ruang BMN dan EVLAP memiliki 4 titik pencahayaan buruk dan
1 titik pencahayaan baik dengan 3 dari 5 orang mengalami kelelahan mata. Ruang
koordinator teknis memiliki 1 titik pencahayaan buruk dan 1 titik pencahayaan
baik dengan 1 dari 2 orang mengalami kelelahan mata. Ruang keuangan memiliki
1 titik pencahayaan buruk dan 1 titik pencahayaan baik dengan 2 orang
mengalami kelelahan mata. Ruang kepala sub bagian tata usaha memiliki 1 titik
pencahayaan buruk dengan 1 orang tidak mengalami kelelahan mata. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah terdapat 14 titik pencahayaan buruk dengan 9 orang
mengalami kelelahan mata. Disarankan kepada pengguna komputer sebaiknya
mengistirahatkan mata selama 5 menit setiap setengah jam menggunakan
komputer.

Kata Kunci : Pengguna Komputer, Kelelahan Mata, Pencahayaan

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Light is an energy that is easily recognized by the eye. Light intensity can not be
separated from computer users that can cause eye fatigue. The aim of the
research is to measure the intensity of light with complaints of eye fatigue in
computer users at Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Wilayah Sumatera in 2018. The research used descriptive cross-
sectional survey. The population was 22 computer users. Sample was choosen
with purposive sampling and got 17 non-glasses computer users. Data collection
used Lux Meter and questionnair. The result of this research showed that the
employees room has 4 bad lighting points with 1 out 4 people experienced eye
fatigue. The program room has 3 bad lighting points with 2 out 3 people
experienced eye fatigue. BMN and EVLAP rooms have 4 bad lighting points and 1
good lighting point with 3 out 5 people experienced eye fatigue. Technical
coordinator room has 1 bad lighting point and 1 good lighting point with 1 out 2
people experienced eye fatigue. The financial room has 1 bad lighting point and 1
good lighting point with 2 people experienced eye fatigue. The head of
administration sub division room has 1 bad lighting point with 1 people did not
experience eye fatigue. This research conclude that there are 14 bad lighting
points with 9 people experienced eye fatigue. It is recomended that computer
users should rest their eyes for 5 minutes every half hour using a computer.

Keywords : Computer Users, Eye Fatigue, Lighting

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan kesehatan dan kesabaran serta semangat hidup untuk dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Intensitas

Pencahayaan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Karyawan Pengguna

Komputer di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera Tahun 2018”.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan

hambatan, namun berkat doa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dra. Lina Tarigan, Apt. M.S., selaku Dosen Pembimbing atas segala saran,

masukan, dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

5. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Umi Salmah, S.K.M., M.Kes., selaku

Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II atas segala saran dan masukan yang

diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Seluruh dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan kerja serta seluruh

civitas akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara atas segala wawasan dan pembelajaran yang telah diberikan.

7. Kepala Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera beserta jajarannya yang telah banyak

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua Orang Tua saya, Ayahanda Jekson Pakpahan dan

Ibunda Sulastri yang telah membesarkan dengan penuh cinta, mendukung,

mendidik, membimbing, mendoakan memberikan dukungan moril maupun

materil dan memberikan kasih sayang yang tidak terhingga sehingga penulis

skripsi ini bisa selesai dengan baik, serta kepada Adik kandung saya Betrice

Mega Maria Pakpahan dan Gratia Adisty Pakpahan yang telah memberikan

dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

9. Terkhusus kepada Neni Kristiani Sianipar yang telah memberikan dukungan

dan doa mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

10. Kepada sahabat dan seluruh keluarga besar peminatan K3 FKM USU 2014

atas segala semangat dan dukungan dan bantuan yang diberikan dalam

mengerjakan skripsi ini.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga

dengan kerendahan hati penulis menerima kritikan dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2018

Mayoppi Sandro P. Pakpahan

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... xiv

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 5
Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
Tujuan Umum ................................................................................. 5
Tujuan Khusus ................................................................................ 5
Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7


Pencahayaan ........................................................................................ 7
Pengertian Pencahayaan ................................................................. 7
Sumber Pencahayaan...................................................................... 7
Tipe Pencahayaan........................................................................... 9
Sistem Pencahayaan Tempat Kerja................................................ 11
Standar Pencahayaan Tempat Kerja............................................... 15
Pengukuran Intensitas Pencahayaan .............................................. 17
Kelelahan Mata ................................................................................... 18
Anatomi Mata ............................................................................... 18
Pengertian Kelelahan Mata............................................................ 21
Gejala Keluhan Kelelahan Mata .................................................... 22
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan
Kelelahan Mata Pengguna Komputer ............................................ 23
Kerangka Konsep................................................................................ 29

METODE PENELITIAN............................................................................ 30
Jenis Penelitian ................................................................................... 30
Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 30
Populasi dan Sampel ........................................................................... 30

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Variabel dan Definisi Operasional....................................................... 31
Metode Pengumpulan Data ................................................................. 31
Metode Pengukuran ............................................................................ 31
Metode Analisis Data.......................................................................... 35

HASIL PENELITIAN ................................................................................ 37


Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 37
Gambaran Umum dan Lokasi Balai Pengamanan
dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Wilayah Sumatera ................................................. 37
Visi dan Misi Balai Pengamanan dan Penegakan
Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Wilayah Sumatera ......................................................................... 37
Struktur Organisai Balai Pengamanan dan Penegakan
Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Wilayah Sumatera ......................................................................... 38
Karakteristik Karyawan Pengguna Komputer ...................................... 41
Jenis Kelamin................................................................................. 41
Umur.............................................................................................. 41
Masa Kerja..................................................................................... 42
Lama Kerja .................................................................................... 42
Jumlah Karyawan Pada Ruang Kerja................................................... 43
Istirahat Mata ...................................................................................... 44
Intensitas Pencahayaan Lokal Ruang Kerja ......................................... 44
Keluhan Kelelahan Mata ..................................................................... 45

PEMBAHASAN......................................................................................... 46
Karakteristik Responden ..................................................................... 46
Intensitas Pencahayaan Lokal dan Keluhan Kelelahan Mata................ 46

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 51


Kesimpulan ......................................................................................... 51
Saran................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 52


DAFTAR LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes
No. 1405 Tahun 2002 .............................................................. 15

2 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ..................................... 35

3 Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan


Jenis Kelamin Tahun 2018........................................................ 41

4 Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan


Umur Tahun 2018 .................................................................... 41

5 Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan


Masa Kerja Tahun 2018............................................................ 42

6 Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan


Lama Kerja Tahun 2018 ........................................................... 42

7 Distribusi Jumlah Karyawan Pada Ruang Kerja


Tahun 2018 .............................................................................. 43

8 Distribusi Karyawan Pengguna Komputer dalam


Melakukan Istirahat Mata Tahun 2018...................................... 44

9 Distribusi Intensitas Pencahayaan Lokal Ruang Kerja


Tahun 2018 .............................................................................. 44

10 Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan


Keluhan Kelelahan Mata Tahun 2018 ....................................... 45

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1 Tipe Pencahayaan ................................................................. 11

2 Pencahayaan Tidak Langsung .............................................. 12

3 Pencahayaan Semi Tidak Langsung ..................................... 13

4 Pencahayaan Difus............................................................... 13

5 Pencahayaan Semi Langsung ............................................... 14

6 Pencahayaan Langsung........................................................ 14

7 Anatomi Mata...................................................................... 19

8 Kerangka Konsep Penelitian ................................................ 29

9 Lux Meter HAGNER EC1 SN 54557 (UJI 5) ........................ 32

10 Struktur Organisasi Balai Pengamanan dan Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan .......................... 39

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman


1 Kuesioner Penelitian 55

2 Surat Izin Penelitian 58

3 Surat Peminjaman Alat 59

4 Denah Ruang Kerja dan Pengukuran

Intensitas Pencahayaan Lokal............................................ 60

5 Hasil Analisis Laboratorium ............................................. 61

6 Surat Selesai Melakukan Penelitian................................... 63

7 Master Data ...................................................................... 64

8 Output Hasil Uji Univariat ................................................ 67

9 Dokumentasi..................................................................... 69

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Mayoppi Sandro Parlindungan Pakpahan berumur 22

tahun, dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Mei 1996. Penulis beragama Kristen

Protestan, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jekson

Pakpahan dan Ibu Sulastri Gurning. Alamat penulis di Air Molek Kecamatan

Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu Riau.

Pendidikan formal penulis, dimulai di TK Swasta Santa Theresia tahun

2001. Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Santa Theresia Air Molek tahun

2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP SwastanSanta Theresia Air Molek

tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMA Swasta Methodist 2 Medan

tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi

S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara (2014-2018).

Medan, Agustus 2018

Mayoppi Sandro P. Pakpahan

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan

Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan merupakan salah satu

unsur yang harus dipenuhi sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur

dan merata baik secara materiil maupun spritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 dimana tenaga kerja mempunyai

peran dan kedudukan sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang “Kesehatan” Pasal 164 sampai

166 menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi

pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh

buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja meliputi pekerja

disektor formal dan informal. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala

bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan

pemulihan bagi tenaga kerja.

Era perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut

manusia untuk berhubungan dengan komputer. Umumnya 80% pekerjaan kantor

diselesaikan dengan memanfaatkan komputer. Peran komputer yang sangat luas

dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer mengakibatkan

para pekerja menghabiskan waktunya didepan komputer setidaknya 3 jam sehari

(Kartika, 2016). Dari hasil riset yang dilakukan National Institute Of

Occupational Safety and Health (NIOSH) bahwa penggunaan komputer terlalu

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

lama dapat menimbulkan tingkatan stress yang lebih tinggi dari pekerja lain.

NIOSH juga menunjukkan hampir 88% dari seluruh pengguna komputer

mengalami kondisi kelelahan yang disebut Computer Vision Syndrome (CVS)

karena terlalu lama memfokuskan mata ke layar komputer lebih dari 4 jam sehari

(Permana dkk, 2015).

Kejadian CVS juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sekitar 88%-90%

pengguna komputer mengalami CVS (Kurmasela dkk, 2013). Survei Eye-Q TM

American Optometric Association 2007 penduduk Amerika sering mengeluhkan

Computer Vision Syndrome (CVS) sebanyak 41% diantaranya mengalami

kelelahan mata dan 45% lainnya nyeri leher dan punggung setelah menggunakan

komputer. Penelitian lain yang dilakukan pada pegawai bank di Italia melaporkan

sebanyak 68,5% pekerja mengalami keluhan Computer Vision Syndrome (CVS)

diantaranya kelelahan mata (Ulpah dkk, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Zurich Service Coorporation (2010) 22,6% dari

klaim asuransi pekerja diakibatkan oleh kondisi pencahayaan yang buruk.

Penelitian yang dilakukan National Eye Institute pada tahun 2004 di Amerika

Serikat terdapat 37.000 kasus trauma mata yang didalamnya termasuk kelelahan

mata yang memicu terjadinya kecelakaan ditempat kerja.

Penelitian yang dilakukan Maryamah (2011) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di bagian

outbond call gedung Graha Telkom Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang

menunjukkan nilai p sebesar 0,003 (p<0,05), ini berarti ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata. Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

lain yang dilakukan oleh Permana (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada pekerja rental komputer

di wilayah UNNES diketahui bahwa 29 responden yang intensitas penerangannya

dibawah 300 lux terdapat 28 responden (96,6%) mengalami keluhan CVS dan

satu responden tidak mengalami keluhan, sedangkan 7 responden yang intensitas

penerangannya 300-400 lux terdapat 5 responden (71,4%) tidak mengalami CVS

dan 2 responden (28,6%) mengalami keluhan CVS.

Penelitian ini sejalan dengan standar tingkat pencahayaan menurut Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 yaitu 300 lux. Hasil penelitian

Ananda (2015) tentang hubungan intensitas pencahayaan dengan keluhan

subjektif kelelahan mata pada mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menunjukkan bahwa dari 80

responden sebanyak 33 responden (41,25%) mengalami kelelahan mata dan 47

responden (58,75%) tidak mengalami kelelahan mata. Data penelitian

menunjukkan 66,67% ruang diskusi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

memiliki intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi standar.

Penggunaan komputer sebagai alat bantu pekerjaan tidak dapat dipisahkan

dari para karyawan di lingkungan Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera. Satuan kerja ini berfungsi

untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Kementrian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan. Tugas Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan yaitu melaksanakan kegiatan penurunan gangguan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

ancaman dan pelanggaran hukum lingkungan hidup dan kehutanan di Wilayah

Sumatera.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti dilihat bahwa dalam

melaksanakan pekerjaannya karyawan menggunakan komputer dekstop dan

komputer portabel sedikitnya 4 jam dalam sehari. Enam dari sepuluh karyawan

mengeluhkan adanya gejala kelelahan mata yang mereka rasakan diantaranya

mata merah, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata terasa panas

akibat penggunaan komputer dalam waktu yang lama secara terus-menerus.

Pencahayaan dalam ruang kantor tersebut berasal dari pencahayaan matahari yang

masuk melalui jendela disekeliling ruangan dan pencahayaan buatan yang berasal

dari lampu.

Kondisi pencahayaan dalam ruangan mayoritas menggunakan pencahayaan alami

yang berasal dari matahari. Pencahayaan buatan seperti lampu hanya digunakan

pada saat cuaca mendung atau saat menjelang sore hari. Para karyawan lebih

merasa nyaman bekerja dengan kondisi cahaya ruangan yang agak redup daripada

kondisi cahaya terang dengan alasan merasa silau saat menatap layar komputer.

Dengan kondisi pencahayaan tersebut beberapa karyawan mengeluhkan kelelahan

mata saat bekerja. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk

mengukur intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan

pengguna komputer di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera Tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi pokok permasalahan

yaitu bagaimana intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada

karyawan pengguna komputer di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera Tahun 2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengukur

intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna

komputer di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu mengukur

intensitas pencahayaan lokal pada ruang kantor Balai Pengamanan dan Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera dan mengetahui

keluhan kelelahan mata karyawan pengguna komputer.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai masukan bagi Balai Pengamanan

dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera

tentang hubungan intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata

sehingga dapat dijadikan informasi yang bermanfaat untuk melaksanakan

tindakan koreksi agar didapat lingkungan kerja yang aman dan nyaman,

menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti serta menerapkan ilmu

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diperoleh saat kuliah dalam praktik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

kondisi kerja yang sebenarnya, serta sebagai bahan referensi untuk peneliti

selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Pencahayaan

Pengertian pencahayaan. Pengertian cahaya menurut IES (Illuminating

Engineering Society) yaitu sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara

visual. Secara sederhana, cahaya merupakan bagian gelombang elektromagnetik

yang berbentuk energi dan mudah dikenali oleh makhluk hidup disekelilingnya

dengan mata (Muhaimin, 2001).

Menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah

penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

secara efektif. Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah

lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.

Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang pembentukannya terjadi

dengan dua cara, yaitu pijaran (incandescence) dan pendaran (luminescence). Cara

pijaran adalah pelepasan cahaya oleh objek panas misalnya, sinar matahari (di

alam) atau besi yang dipanaskan sampai titik membaranya. Sementara cara

pendaran adalah pelepasan cahaya tanpa menggunakan panas. Contohnya,

triboluminescence, yaitu ketika suatu jenis kristal, misalnya gula, tiba-tiba

diremukkan. Peremukan tersebut akan melepaskan sinar singkat (Istiawan dan

Kencana, 2006).

Sumber pencahayaan. Secara umum sumber pencahayaan dibedakan

menjadi dua, yaitu pencahayaan alamiah dan pencahayaan buatan.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

Pencahayaan alamiah. Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang

dihasilkan oleh sumber cahaya alami berupa cahaya matahari dengan intensitas

bervariasi menurut waktu, musim dan tempat. Manfaat cahaya matahari dalam

desain interior sangat penting untuk menerangi ruang agar orang bisa bekerja, dan

kenyamanannya sangat tergantung pada sistem pencahayaan dan kondisi

lingkungan setempat. Kekuatan cahaya alam sebagai spektrum energi yang

dibutuhkan untuk penerangan perlu diperhitungkan secara akurat agar cahaya bisa

mengenai ruang beserta objeknya dengan baik dan pantulannya terserap oleh mata

yang kemudian memberi sensasi ke otak dari bentuk yang dilihat dan energi panas

yang dirasakannya (Rubiharto dkk, 2006).

Pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang

dihasilkan oleh sumber cahaya lain selain cahaya alami. Menurut Tarwaka (2010)

menyebutkan bahwa sumber pencahayaan buatan yang utama adalah bersumber

dari energi listrik. Jumlah cahaya, warna cahaya itu sendiri dan warna objek kerja

berbeda-beda tergantung dari jenis sumber cahaya listrik yang digunakan. Jenis-

jenis lampu yang digunakan dalam pencahayaan buatan ada dua yaitu golongan

lampu pijar dan golongan lampu berpendar.

Golongan lampu pijar (incandescence/bulb/bohlam). Lampu pijar

tergolong lampu listrik generasi awal yang masih digunakan hingga saat ini. Jenis

lampu pijar terdiri dari lampu filamen karbon, lampu wolfram dan lampu halogen.

Bola lampu pijar dibuat hampa udara atau berisi gas mulia (Muhaimin, 2001).

Pada umumnya lampu pijar memiliki cahaya berwarna kekuningan yang

menimbulkan suasana hangat, romantis dan akrab. Intensitas cahaya pada lampu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

pijar lebih kecil dibandingkan lampu neon. Artinya, pada daya (watt) yang sama,

lampu neon menghasilkan cahaya lebih terang daripada lampu pijar (Istiawan dan

Kencana, 2006).

Golongan lampu berpendar (fluorescence/neon/TL). Lampu ini umumnya

disebut lampu neon. Pada dunia industri lampu ini lebih dikenal dengan sebutan

lampu TL (Tube Lamp). Cahaya lampu neon biasa berwarna putih. Cahaya putih

(cool light) memberikan efek dingin dan sejuk. Cahaya yang dipancarkan lampu

neon lebih terang dibanding lampu pijar dan halogen karena lampu ini hanya

efficacy lebih tinggi dari lampu pijar (Istiawan dan Kencana, 2006).

Tipe pencahayaan. Menurut Muhaimin (2001) penerangan dalam

ruangan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu penerangan untuk keperluan umum,

penerangan dikhususkan pada titik tertentu, dan penerangan dekoratif.

Penerangan untuk keperluan umum. Penerangan untuk keperluan umum

adalah penerangan yang diperlukan untuk keperluan publik, misalnya :

penerangan untuk kantor, penerangan bengkel, perkantoran, ruang tunggu di

stasiun.

Penerangan dikhususkan pada titik tertentu. Penerangan ini umumnya

menggunakan sumber cahaya dengan sudut pancaran berkas cahaya yang sempit,

misalnya : penerangan pada etalase, bagian tertentu perkantoran.

Penerangan dekoratif. Penerangan dekoratif harus mempertimbangkan

estetika dan distribusi cahaya, misalnya penerangan pada ruang keluarga, restoran,

tempat hiburan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Berdasarkan SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem

Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, sistem pencahayaan dapat

dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sistem pencahayaan merata, sistem

pencahayaan setempat dan sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat.

Sistem pencahayaan merata. Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan

yang merata di seluruh ruangan digunakan jika tugas visual yang dilakukan

diseluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama.

Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara

langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.

Sistem pencahayaan setempat. Sistem ini memberikan tingkat

pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Di tempat yang diperlukan

untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi,

diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini

diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di

atas tempat tersebut.

Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat. Sistem

pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan

setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat

tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk tugas

visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, memperlihatkan bentuk

dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu, pencahayaan

merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

tersebut, tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau

yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

Gambar 1. Tipe pencahayaan

Sistem pencahayaan tempat kerja. Penerangan yang baik adalah

penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek pekerjaannya

dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu

menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan (Suma’mur,

2009).

Tidak selalu cahaya dari suatu sumber cahaya dipancarkan langsung ke

suatu objek penerangan atau bidang kerja. Klasifikasi sistem pencahayaan dari

sumber cahaya menurut IES (Illuminating Engineering Society), antara lain

pencahayaan tidak langsung, pencahayaan semi tidak langsung, pencahayaan

difus/ menyebar, pencahayaan semi langsung, dan pencahayaan langsung.

Pencahayaan tidak langsung (indirect lighting). Pada pencahayaan tidak

langsung 90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke langit-langit ruangan sehingga

yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya pantulan. Pancaran cahaya

pada penerangan tidak langsung dapat pula dipantulkan pada dinding sehingga

cahaya yang sampai pada permukaan bidang kerja adalah cahaya pantulan dari

dinding. Pada penerangan tidak langsung langit-langit merupakan sumber cahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

semu dan cahaya yang dipantulkan menyebar serta tidak menyebabkan bayangan.

Penerangan tidak langsung menjadi tidak efisien jika cahaya yang sampai ke

langit-langit merupakan cahaya pantulan dari bidang lain. Penerangan jenis ini

diperlukan pada ruang gambar, perkantoran, rumah sakit dan hotel.

Gambar 2. Pencahayaan tidak langsung

Pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting). Pada

pencahayaan semi tidak langsung 60% hingga 90% cahaya diarahkan ke langit-

langit. Distribusi cahaya pada pencahayaan ini mirip dengan distribusi

pencahayaan tidak langsung tetapi lebih efisien dan kuat pencahayaannya lebih

tinggi. Perbandingan kebeningan antara sumber cahaya dengan sekelilingnya tetap

memenuhi syarat tetapi pada pencahayaan ini timbul bayangan walaupun tidak

jelas. Penerangan semi tidak langsung digunakan pada ruangan yang memerlukan

modelling shadow. Penggunaan pencahayaan semi tidak langsung pada : toko

buku, ruang baca dan ruang tamu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Gambar 3. Pencahayaan semi tidak langsung


Pencahayaan difus / menyebar (general diffus lighting). Pada

pencahayaan difus distribusi cahaya ke atas dan bawah relatif merata yaitu

berkisar 40% hingga 60%. Perbandingan ini tidak dapat tepat masing-masing 50%

karena armatur yang berbentuk bola yang digunakan ada kalanya ada terbuka pada

bagian bawah atau atas. Armatur terbuat dari bahan yang tembus cahaya antara

lain : kaca embun, fiberglas, plastik. Pencahayaan difus menghasilkan cahaya

teduh dengan bayangan lebih jelas dibandingkan pencahayaan tidak langsung dan

pencahayaan semi tidak langsung. Penggunaan pencahayaan difus pada tempat

ibadah.

Gambar 4. Pencahayaan difus


Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting). Pencahayaan semi

langsung 60% hingga 90% cahayanya diarahkan ke bidang kerja selebihnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

diarahkan ke langit-langit. Pencahayaan jenis ini adalah efisien. Pemakaian

pencahayaan semi langsung antara lain pada : kantor, kelas, toko, dan tempat kerja

lainnya.

Gambar 5. Pencahayaan semi langsung


Pencahayaan langsung (direct lighting). Pada pencahayaan langsung

90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke bidang kerja. Pada pencahayaan

langsung terjadi efek terowongan (tunneling effect) pada langit-langit yaitu : tepat

di atas lampu terdapat bagian yang gelap. Kelebihan pada pencahayaan langsung

adalah efisiensi penerangan tinggi dan memerlukan sedikit lampu untuk bidang

kerja yang luas sedangkan kelemahaannya adalah bayangan yang dihasilkan gelap

karena jumlah lampunya sedikit maka jika terjadi gangguan sangat berpengaruh.

Gambar 6. Pencahayaan langsung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Standar pencahayaan tempat kerja. Standar intensitas pencahayaan

berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang “Syarat-

syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja”,

menyatakan bahwa pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca,

pekerjaan arsip dan seleksi surat, harus mempunyai kekuatan 300 lux. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah

jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan

kegiatan secara efektif. Standar pencahayaan berdasarkan Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tercantum dalam tabel berikut ini :

Tabel 1
Standar Tingkat Pencahayaan Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
RI No. 5 Tahun 2018

Keterangan Intensitas
(LUX)
Penerangan darurat 5
Halaman dan jalan 20
Pekerjaan memberdakan barang kasar seperti : 50
a. Mengerjakan bahan-bahan yang kasar.
b. Mengerjakan arang atau abu.
c. Menyisihkan barang-barang yang besar.
d. Mengerjakan bahan tanah atau batu.
e. Gang-gang, tangga didalam gedung yang selalu
dipakai.
f. Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang
besar dan kasar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Tabel 1
Lanjutan

Keterangan Intensitas
(LUX)
Pekerjaan yang memberdakan barang-barang kecil secara 100
sepintas lalu seperti :
a. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang
setengah selesai (semi-finished).
b. Pemasangan yang kasar.
c. Penggilingan padi.
d. Pengupasan atau pengambilan dan penyisihan bahan
kapas.
e. Pengerjakan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira
setingkah dengan d.
f. Kamar mesin dan uap.
g. Alat pengangkut orang dan barang.
h. Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan
kapal.
i. Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil.
j. Toilet dan tempat mandi.
Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil yang
agak teliti seperti : 200
a. Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar).
b. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar.
c. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-
barang.
d. Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda.
e. Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan
dalam kaleng.
f. Pembungkusan daging.
g. Mengerjakan kayu.
h. Melapis perabot.
Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang 300
kecil dan halus :
a. Pekerjaan mesin yang teliti.
b. Pemeriksaan yang teliti.
c. Percobaan-percobaan yang teliti dan halus.
d. Pembuatan tepung
e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun
atau wol berwarna muda
f. Pekerjaan kantor dan berganti-ganti menulis dan
membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Tabel 1
Lanjutan

Keterangan Intensitas
(LUX)
Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan 500-1000
kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama seperti :
a. Pemasangan yang halus.
b. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus.
c. Pemeriksaan yang halus.
d. Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
e. Pekerjaan kayu yang halus atau ukir-ukiran.
f. Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua.
g. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik
atau pekerjaan kantor yang lama.
Pekerjaan yang membeda-bedakan barang-barang yang
sangat halus dengan kontras yang sangat kurang untuk 1000
waktu yang lama seperti :
a. Pemasangan yang ekstra halus (arloji, dll.).
b. Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat).
c. Percobaan alat-alat yang ekstra halus.
d. Tukang mas dan intan.
e. Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau.
f. Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam
pencetakan
g. Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna
tua

Pengukuran intensitas pencahayaan. Intensitas dalam penerangan

dinyatakan dalam satuan “lux”. Dalam pengukuran intensitas pencahayaan alat

yang digunakan adalah Lux Meter. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pengubahan

energi cahaya menjadi tenaga listrik oleh photoelectric cell. Berdasarkan SNI 16-

7062-2004 intensitas pencahayaan diukur dengan dua cara, pencahayaan umum

dan pencahayaan lokal.

Pencahayaan umum. Pada pencahayaan umum pengukuran dilakukan

pada setiap meter persegi luas lantai. Penentuan titik pengukuran umum meliputi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu

setinggi satu meter dari lantai.

Pencahayaan lokal. Pada pencahayaan lokal pengukuran dilakukan di

tempat kerja atau meja kerja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja.

Pengukuran titik pengukuran lokal meliputi objek kerja, berupa meja kerja

maupun peralatan kerja.

Kelelahan Mata

Anatomi mata. Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat

sensitif terhadap cahaya karena terdapat photoreceptor. Impuls saraf dari stimulasi

photoreceptor dibawa ke otak bagian lobus oksipital di serebrum dimana sensasi

penglihatan diubah menjadi persepsi (Kartika, 2016).

Diameter bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif

menerima cahaya dengan rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 miliar

cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang

mempertahankan tekanan internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata

yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Gambar 7. Anatomi mata

Bagian-bagian yang terdapat dalam mata manusia (Kartika, 2016), yaitu :

Sklera. Sklera merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat berwarna putih,

buram dan tidak tembus cahaya, kecuali di bagian depan yang disebut kornea.

Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat melekatnya otot

ekstrinsik.

Kornea. Kornea merupakan jendela mata bentuknya transparan, terletak

pada bagian depan mata berhubungan dengan sklera. Bagian ini merupakan

tempat masuknya cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.

Lapisan koroid. Memiliki pigmen berwarna coklat kehitaman dan

merupakan lapisan berpigmen. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk

mencegah refleksi atau pemantulan sinar.

Iris. Iris merupakan perpanjangan dari korpus siliaris ke anterior,

bersambungan dengan permukaan lensa anterior. Iris tidak tembus pandang dan

berpigmen. Fungsi iris adalah mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

dalam mata dengan cara merubah ukuran pupil. Ukuran pupil dapat berubah

karena mengandung serat-serat otot sirkuler yang mampu menciutkan pupil dan

serat-serat radikal yang menyebabkan pelebaran pupil.

Pupil. Pupil merupakan bintik tengah yang berwarna hitam, merupakan

celah di dalam iris. Pupil merupakan jalan masuknya cahaya untuk mencapai

retina.

Lensa. Lensa mempunyai struktur bikonveks, tidak mempunyai pembuluh

darah, transparan dan tidak berwarna. Lensa berada dibelakang iris. Ruangan

bagian depan lensa berisi cairan yang disebut aqueous humor dan ruangan pada

bagian belakang lensa berisi cairan vitreous humor. Lensa berfungsi untuk

memfokuskan cahaya yang masuk ke depan retina melalui mekanisme akomodasi,

yaitu proses penyesuaian secara otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek

secara jelas pada jarak yang beragam.

Retina. Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi 2/3 bola

mata pada bagian belakang. Retina merupakan bagian mata yang sangat peka

terhadap cahaya. Ada dua sel photoreceptor pada retina yaitu sel kerucut dan sel

batang. Pigmen pada sel kerucut berfungsi pada suasana terang atau pada tingkat

intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam penglihatan di siang hari.

Sedangkan pigmen dalam sel batang berfungsi pada situasi yang kurang terang

atau pada malam hari. Pada sel kerucut terdapat tiga macam sel yang peka

terhadap warna merah, hijau, dan biru. Kerusakan pada salah satu sel kerucut akan

menyebabkan buta warna. Selain itu, terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning

(fovea) dan bintik buta (blind spot). Bintik kuning (fovea) berperan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

penglihatan untuk melihat objek yang lebih kecil seperti kegiatan membaca huruf

kecil.

Pengertian kelelahan mata. Kelelahan mata adalah suatu keadaan mata

yang ditandai dengan adanya perubahan psikofisiologi berupa kelambatan

aktifitas motoris, respirasi, perasaan sakit dan berat pada bola mata, sehingga

mempengaruhi kerja fisik maupun kerja mental (Grandjean, 2000). Kelelahan

dapat menyebabkan seseorang kurang waspada dalam menghadapi sesuatu.

Dalam keadaan lelah, sinyal-sinyal yang berjalan maju mundur diantara talamus

dan korteks serbri tidak berfungsi secara optimal yang menyebabkan

kesiapsiagaan menurun (Sutajaya, 2004).

Kelelahan mata dikenal sebagai asthenopia yaitu ketegangan okular atau

ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala

sehubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Terdapat tiga jenis

asthenopia yaitu asthenopia akomodatif, asthenopia muskuler dan asthenopia

neurastenik. Pada pengguna komputer termasuk ke dalam asthenopia akomodatif

dimana hal ini disebabkan oleh kelelahan otot siliaris (Ilyas, 2003).

Menurut Corwin (2001) upaya mata yang melelahkan menjadi penyebab

kelelahan mental. Gejala meliputi sakit kepala, penurunan intelektual, daya

konsentrasi dan kecepatan berpikir. Lebih dari itu, bila mata pengguna komputer

mencoba mendekatkan objek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi

dipaksa dan mungkin terjadi pandangan rangkap atau kabur. Hal ini menimbulkan

sakit kepala di sekitar daerah atas mata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Susila (2001) juga menyatakan, apabila melihat objek pada jarak dekat

maka mata akan mengalami konvergensi. Konvergensi mata ini berusaha

menempatkan bayangan pada daerah retina yang sama di kedua bola mata. Bila

usaha ini gagal mempertahankan konvergensi maka bayangan akan jatuh pada dua

tempat yang berbeda pada retina. Bila diteruskan ke otak maka orang akan melihat

dua objek. Penglihatan tersebut menyebabkan rasa tidak nyaman.

Ketajaman penglihatan juga dapat turun sewaktu-waktu terutama pada saat

daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan. Gejala umum lainnya yang

sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah sakit punggung, sakit pinggang

dan vertigo (Mangunkusumo, 2002).

Gejala keluhan kelelahan mata. Menurut Grandjean (1993) yang dikutip

Rachmawati (2011) pencahayaan yang tidak didesain dengan baik akan

menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama bekerja. Pengaruh dari

penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan kelelahan mata

sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal

di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, dan kerusakan indra mata.

Menurut Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja (1995) yang dikutip

Sunandar (2011) gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain, kelopak

mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka,

merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa

sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan seperti berkabut walau mata

difokuskan, penglihatan terasa silau penglihatan seperti berkabut walau mata

difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan

warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak

ganda, mata terasa panas dan mata terasa kering.

Menurut Sheedy (2004) yang dikutip Hanum (2008), sering dan lamanya

seseorang bekerja dengan komputer dapat mengakibatkan keluhan serius pada

mata. Keluhan yang sering diungkapkan oleh pekerja komputer adalah Kelelahan

mata yang merupakan gejala awal, mata terasa kering, mata terasa terbakar,

pandangan menjadi kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, nyeri pada leher, bahu

dan otot punggung.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata

pengguna komputer. Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik. Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari

tubuh yang terdiri dari dua yaitu faktor okular dan faktor konstitusi.

Faktor okular yaitu kelainan mata berupa ametropia dan heteroforia.

Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan mata kanan tetapi tidak

dikoreksi. Heteroforia adalah kelainan dimana sumbu penglihatan dua mata tidak

sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk mempertahankan koordinasi bayangan

yang diterima dua mata menjadi satu bayangan lebih sulit. Apabila hal ini

berlangsung lama maka akan menyebabkan kelelahan mata.

Faktor konstitusi yaitu faktor yang disebabkan oleh keadaan umum seperti

tidak sehat atau kurang tidur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Faktor ekstrinsik. Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari

luar tubuh yaitu kuantitas illuminasi, kualitas illuminasi, ukuran objek, dan waktu

kerja.

Kuantitas illuminasi. Kuantitas illuminasi cahaya yang berlebihan dapat

menimbulkan silau, pandangan terganggu dan menurunnya sensitivitas retina.

Kualitas illuminasi. Kualitas illuminasi meliputi kontras, sifat cahaya

(flicker) dan warna. Kontras berlebihan atau kurang, cahaya berkedip atau

menimbulkan flicker dan warna-warna terang akan menyebabkan mata menjadi

cepat lelah.

Ukuran objek. Ukuran objek yang berukuran kecil memerlukan

penglihatan dekat sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi yang lebih

besar. Jika hal ini terjadi terus-menerus, mata menjadi cepat lelah.

Waktu kerja. Waktu kerja yang lama untuk melihat secara terus-menerus

pada suatu objek dapat menimbulkan kelelahan.

Menurut Wingnjosoebroto (2002) yang dikutip oleh Zubaidah (2012)

lingkungan yang nyaman dibutuhkan oleh para pekerja untuk dapat bekerja secara

optimal dan produktif. Lingkungan kerja yang mempengaruhi kelelahan yaitu

semua keadaan yang terdapat ditempat kerja seperti temperatur, kelembapan

udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, dan

warna.

Ada juga beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada

pengguna komputer yaitu umur, kelainan refraksi mata, durasi penggunaan

komputer, masa kerja, istirahat mata, dan jarak layar monitor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Umur. Menurut Guyton (1991) yang dikutip Nourmayanti (2010) daya

akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menebal (cembung) atau

menipis (pipih) sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat

diretina. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga

daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan

dan menipiskan mata. Daya akomodasi menurun pada usia 45-50 tahun. Hal ini

disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang kelenturannya dan kehilangan

kemampuan untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya semakin muda seseorang,

kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibanding dengan usia yang lebih tua dan

kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit.

Menurut National Aging Safety Database (NASD) usia yang semakin

lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi

lingkungan. Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Dengan bertambahnya

usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan

agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan

ketidaknyamanan penglihatan jauh. Presbiopia atau kelainan akomodasi yang

terjadi akibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia 40 tahun (Cahyono,

2005).

Menurut Ilyas (2008) umur juga berpengaruh terhadap daya akomodasi.

Semakin tua umur seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Jarak

terdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik dekat”

atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau

berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada “titik jauh” atau

punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas

akomodasi.

Kelainan refraksi mata. Kelainan refraksi mata diantaranya

hipermetropia, miopia, astigmatisme, dan presbiopi.

Hipermetropia. Hipermetropia sering juga disebut rabun dekat. Pasien

hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit

karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan

bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea.

Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena

matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan

jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya terutama

pada usia telah lanjut akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca (Ilyas

dan Yulianti, 2014).

Miopia. Pasien dengan miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat

dengan jarak dekat, sedangkan melihat jauh penglihatan kabur atau rabun jauh

(Ilyas dan Yulianti, 2014).

Astigmatisme. Astigmatisme merupakan suatu keadaan dimana sinar yang

sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang

pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik (Ilyas dan Yulianti,

2014).

Presbiopi. Dengan bertambahnya usia maka akan terjadi gangguan

akomodasi pada usia lanjut yang disebabkan oleh kelemahan otot akomodasi serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

lensa mata elastisitasnya berkurang akibat sklerosis lensa. Akibat gangguan

akomodasi ini maka pada pasien berusia 40 tahun atau lebih akan memberikan

keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedas

(Ilyas dan Yulianti, 2014).

Durasi penggunaan komputer. The University of North Carolina at

Asheville yang dikutip Hanum (2008) mengelompokkan beban kerja pekerja

komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut pekerja komputer dengan

beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara

terus-menerus, pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja

dengan lama waktu kerja antara 2-4 jam sehari secara terus-menerus, pekerja

komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja

kurang dari 2 jam sehari secara terus-menerus.

Masa kerja. Pada Encyclopedia Of Occupational and Safety (1998) yang

dikutip oleh Wiyanti (2015) terdapat keluhan gangguan pada mata rata-rata yang

dirasakan setelah pekerja yang bekerja selama 3-4 tahun untuk pekerjaan yang

membutuhkan ketelitian. Para pekerja yang masa kerja lebih tiga tahun akan

memiliki tingkat risiko yang lebih cepat mengalami kelelahan mata jika

dibandingkan dengan para pekerja yang masa kerja kurang dari tiga tahun.

Istirahat mata. Menurut Anshel (1996) yang dikutip Nourmayanti (2010)

ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer, diantaranya micro break, mini

break dan maxi break.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Micro break, yaitu mengistirahatkan mata selama 10 detik setiap 10 menit

bekerja, dengan cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan mengedipkan

mata secara relaks.

Mini break, yaitu mengistirahatkan mata selama 5 menit setiap setengah

jam dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh. Selain itu, lakukan

juga melihat jauh dengan objek yang berbeda-beda.

Maxi break, yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan

seperti jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan

siang.

Jarak layar monitor. Jarak layar monitor yang terlalu dekat dapat

mengakibatkan mata menjadi tegang, cepat lelah dan potensi gangguan

penglihatan (Hanum, 2008). Apabila seseorang bekerja melihat objek bercahaya

di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu

tertentu mengakibatkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang lama

sehingga terjadi penurunan daya akomodasi mata (Roestijawati, 2007).

Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA) pada saat

menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-

kurangnya adalah 20-40 inch atau sekitar 50-100 cm (Maryamah, 2011).

Sedangkan menurut Hanum (2008), jarak ergonomis antara layar monitor dengan

pengguna komputer berkisar antara 50 cm sampai dengan 60 cm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Kerangka Konsep

Keluhan Kelelahan Mata


Intensitas Pencahayaan
1. Ya (mengalami
1. Pencahayaan Baik kelelahan mata) jika
jika ≥ 300 lux VFI ≥ 0,4
2. Pencahayaan Buruk 2. Tidak (tidak
jika <300 lux mengalami kelelahan
mata) jika VFI <0,4

Gambar 9. Kerangka konsep penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif cross-sectional survey yang bertujuan

mengukur intensitas pencahayaan dan keluhan kelelahan mata pada karyawan

pengguna komputer di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera Tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Penelitian ini dilakukan pada karyawan pengguna komputer di

Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Wilayah Sumatera dengan alasan adanya dukungan dan kemudahan dari Balai

Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah

Sumatera untuk melakukan penelitian pada karyawan pengguna computer, belum

pernah dilakukannya penelitian tentang intensitas pencahayaan dan keluhan

kelelahan mata karyawan pengguna komputer di Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera.

Waktu penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai

Agustus.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi karyawan pengguna komputer sebanyak 22 orang.

Sampel. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu

karyawan pengguna komputer yang tidak menggunakan kacamata diperoleh

sebanyak 17 orang.

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31

Variabel dan Defenisi Operasional

Intensitas pencahayaan. Intensitas pencahayaan merupakan tingkat

pencahayaan yang memungkinkan pekerja dapat melihat objek dengan jelas.

Keluhan kelelahan mata. Keluhan kelelahan mata merupakan tingkat

kelelahan mata yang dirasakan oleh karyawan setelah bekerja dengan

menggunakan komputer berdasarkan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI).

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran

intensitas pencahayaan oleh petugas Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Medan dengan menggunakan Lux Meter pada ruangan kerja di Balai Pengamanan

dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera.

Penilaian keluhan kelelahan mata berdasarkan kuesioner Visual Fatigue Index

(VFI) yang dimodifikasi dari Kartika (2016).

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa

gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan data pendukung lainnya.

Metode Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur intensitas pencahayaan dan keluhan

kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer. Untuk dapat mengetahuinya

dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat Lux Meter serta wawancara

menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI).

Intensitas pencahayaan. Pengukuran intensitas pencahayaan

menggunakan alat Lux Meter. Pengukuran pencahayaan dilakukan secara lokal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

(pada meja kerja karyawan). Setiap responden akan mendapat hasil pengukuran

intensitas pencahayaan kemudian dicatat hasilnya.

Gambar 9. Lux Meter Merk HAGNER EC1 SN 54557 (UJI 5)

Hasil Pengukuran yang diperoleh adalah pencahayaan baik dan

pencahayaan buruk.

Pencahayaan baik (memenuhi standar ) = ≥ 300 lux

Pencahayaan buruk (tidak memenuhi standar ) = < 300 lux.

Prosedur Pengukuran terdiri dari empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

penentuan titik pengukuran, tahap persyaratan pengukuran, dan tata cara

menggunakan alat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Tahap persiapan. Dalam penelitian pengukuran dilakukan oleh petugas

Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan. Alat dihidupkan dengan cara

membuka bagian penutup Lux Meter.

Tahap penentuan titik pengukuran. Penerangan Lokal : objek kerja, berupa

meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat

dilakukan di atas meja yang ada.

Tahap persyaratan pengukuran. Persyaratan pengukuran pintu ruangan

sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan dilakukan dan lampu ruangan sesuai

dengan kondisi pekerjaan.

Tata cara menggunakan alat. Pertama hidupkan Lux Meter yang telah

dikalibrasi dengan membuka penutup sensor. Kemudian petugas menentukan titik

pengukuran pencahayaan lokal pada ruang kepegawaian (titik pengukuran lokal :

4 titik), Ruang Program (titik pengukuran lokal : 3 titik), Ruang Barang Milik

Negara dan Evaluasi dan Laporan (titik pengukuran : 5 titik), Ruang Koordinator

Teknis (titik pengukuran lokal : 2 titik), Ruang Keuangan (titik pengukuran lokal :

2 titik), Ruang Kepala Sub Bagian Tata Usaha (titik pengukuran lokal : 1 titik).

Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan dan letakkan alat

sejajar dengan mata untuk pengukuran intensitas pencahayaan lokal. Baca hasil

pengukuran pada layar Lux Meter setelah menunggu beberapa saat sehingga

didapat nilai angka yang stabil. Setelah melakukan pengukuran pada satu titik,

tutup sensor menggunakan telapak tangan untuk mengembalikan ke angka nol.

Setelah angka dilayar telah menunjukan angka nol, lakukan pengukuran pada titik

lainnya. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil (kemudian dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

pengolahan hasil pengukuran oleh petugas dengan mempertimbangkan faktor

koreksi alat). Matikan Lux Meter setelah selesai dilakukan pengukuran.

Keluhan kelelahan mata. Pengukuran variabel kelelahan mata dengan

menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) yang terdiri dari 22

pertanyaan dengan alternative jawaban Tidak Pernah (skor 1), Kadang-kadang

(skor 2), Sering (skor 3) dan Selalu (skor 4).

Kemudian dilakukan perhitungan VFI yaitu:

VFI = Total of answer for each operator

Total of higher coeficient of occurence for each ailment

Keterangan:

Total of answer for each operator : Jumlah skor total yang

diperoleh setiap

responden.

Total of higher coeficient of occurence for each ailment : Jumlah skor maksimal

dari 22 pertanyaan

(22 x 4 = 88).

Hasil Pengukuran yang diperoleh yaitu Ya dan Tidak.

Ya (mengalami kelelahan mata) = VFI ≥ 0,4

Tidak (tidak mengalami kelelahan mata) = VFI < 0,4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Tabel 2
Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Cara Ukur dan Hasil Ukur Skala Ukur


Alat Ukur
Intensitas Pengukuran 1. Pencahayaan baik Nominal
Pencahayaan (Lux Meter) (memenuhi
standar) ≥ 300 lux
2. Pencahayaan buruk
(tidak memenuhi
standar) < 300 lux
Keluhan Wawancara 1. Ya, VFI ≥ 0,4 Nominal
Kelelahan Mata (Kuesioner) 2. Tidak, VFI < 0,4

Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang

mencakup kegiatan-kegiatan seperti editing, coding, entry data, dan analysis.

Editing. Editing adalah penyuntingan data dilakukan untuk menghindari

kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

Coding. Coding adalah pemberian kode atau skoring pada tiap jawaban

untuk memudahkan entri data.

Entry data. Entry data adalah data yang telah diberi kode tersebut

kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

Analysis. Analysis adalah data-data yang telah dikumpulkan dianalisis

dengan analisis univariat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Analisis univariat. Analisis univariat bertujuan menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang disajikan dalam

bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian terdiri dari tiga, yaitu gambaran umum dan

lokasi, visi dan misi, dan struktur organisasi Balai Pengamanan dan Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera.

Gambaran umum dan lokasi Balai Pengamanan dan Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera. Balai

Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah

unit pelaksana teknis dibidang pengamanan dan penegakan hukum lingkungan

hidup dan kehutanan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

direktur jenderal penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan.

Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera berkantor di Jl. STM Suka Eka No. 9 Lingkungan

12 Kelurahan Suka Maju. Kecamatan Medan Johor. Kota Medan. Sumatera Utara.

Visi dan misi Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera. Dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera memiliki visi dan misi.

Visi. Visi dari Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera adalah melaksanakan kegiatan

penurunan gangguan, ancaman, dan pelanggaran hukum lingkungan hidup dan

kehutanan.

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38

Misi. Misi dari Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera adalah inventarisasi dan identifikasi

potensi gangguan, ancaman dan pelanggaran hukum lingkungan hidup dan

kehutanan, sosialisasi tentang adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan

gangguan dan ancaman terhadap lingkungan hidup dan kehutanan, penyusunan

rencana program penurunan gangguan ancaman dan pelanggaran hukum pada

wilayah yang berpotensi yang mengalami gangguan dan ancaman kerusakan

lingkungan, koordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya, penyidikan

terhadap pelanggaran hukum lingkungan hidup dan kehutanan, pemantauan dan

pelaporan pelanggaran terhadap izin lingkungan hidup kehutanan, pemantauan,

evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penegakan hukum, danpelaksanaan urusan

tata usaha dan rumah tangga Balai.

Struktur organisai Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera. Struktur organisasi

Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Wilayah Sumatera sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Gambar 10. Struktur organisasi Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kepala Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera adalah jabatan Eselon III-a yang disebut Kepala

Balai. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera memiliki wilayah kerja diantaranya : Aceh,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,

Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung.

Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera memiliki tiga Seksi Wilayah terdiri dari tiga seksi

yaitu seksi wilayah I, seksi wilayah II, dan seksi wilayah III.

Seksi wilayah I. Seksi wilayah I berada di Jalan Karya Kecamatan

Patumbak Medan.

Seksi wilayah II. Seksi wilayah II berada di Jalan H. R. Soebrantas Km.

8,5 Pekanbaru.

Seksi wilayah III. Seksi wilayah III berada di Jalan Srijaya Km. 5.5 RT.

21 RW. 7 Kelurahan Srijaya Kecamatan Alang Alang Lebar Palembang.

Tugas Seksi Wilayah ada tiga yaitu pengamanan, pengawasan dan

penyidikan.

Pengamanan. Pengamanan yaitu melaksanakan inventarisasi, identifikasi,

sosialisasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan gangguan, ancaman dan

pelanggaran hukum lingkungan hidup dan kehutanan.

Pengawasan. Pengawasan yaitu melaksanakan penyusunan rencana

program penurunan gangguan ancaman dan pelanggaran hukum pada wilayah

yang berpotensi mengalami gangguan dan ancaman kerusakan lingkungan dan

melaksanakan pemantauan dan pelaporan pelanggaran terhadap ijin dibidang

lingkungan hidup dan kehutanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Penyidikan. Penyidikan yaitu melaksanakan koordinasi dengan aparat

penegak hukum lainnya dalam kegiatan penyidikan pelanggaran hukum

lingkungan hidup dan kehutanan.

Karakteristik Karyawan Pengguna Komputer

Karakteristik karyawan pengguna komputer terdiri dari empat yaitu jenis

kelamin, umur, masa kerja dan lama kerja.

Jenis kelamin. Distribusi karyawan pengguna komputer berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3
Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2018

Jenis Kelamin N %
Laki-laki 5 29,4
Perempuan 12 70,6
Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa karyawan pengguna komputer

berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (70,6 %) dan berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 5 orang (29,4%).

Umur. Distribusi karyawan pengguna komputer berdasarkan umur dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4
Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan Umur Tahun 2018

Umur (Tahun) N %
< 40 11 64,7
≥ 40 6 35,3
Jumlah 17 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa karyawan pengguna komputer

berumur < 40 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) dan berumur ≥ 40 tahun sebanyak

6 orang (35,3%).

Masa kerja. Distribusi karyawan pengguna komputer berdasarkan masa

kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5
Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan Masa Kerja Tahun 2018

Masa Kerja (Tahun) N %


<3 9 52,9
≥3 8 47,1
Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masa kerja karyawan pengguna

komputer selama < 3 tahun sebanyak 9 orang (52,9%) dan masa kerja ≥ 3 tahun

sebanyak 8 orang (47,1%).

Lama kerja.Distribusi karyawan pengguna komputer berdasarkan lama

kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6
Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan Lama Kerja Tahun
2018

Lama Kerja (Jam) N %


≤4 3 17,6
>4 14 82,4
Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lama kerja karyawan pengguna

komputer mayoritas bekerja dengan menggunakan komputer selama > 4 jam

sebanyak 14 orang (82,4%) dan sisanya bekerja didepan komputer selama ≤ 4 jam

sebanyak 3 orang (17,6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Jumlah Karyawan Pada Ruang Kerja

Distribusi jumlah karyawan pada ruangan yang digunakan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 7
Distribusi Jumlah Karyawan Pada Ruang Kerja Tahun 2018

Ruang Kerja Jumlah Karyawan (Orang)

Ruang Kepegawaian 4

Ruang Program 3

Ruang BMN (Barang Milik Negara) 5

dan EVLAP (Evaluasi dan Laporan)

Ruang Koordinator Teknis 2

Ruang Keuangan 2

Ruang Kepala Sub Bagian Tata 1

Usaha

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa karyawan pengguna komputer yang

bekerja pada Ruang Kepegawaian sebanyak 4 orang, Ruang Program sebanyak 3

orang, Ruang BMN (Barang Milik Negara) dan EVLAP (Evaluasi dan Laporan)

sebanyak 2 orang, Ruang Koordinator Teknis sebanyank 2 orang, Ruang

Keuangan sebanyak 2 orang dan Ruang Kepala Sub Bagian Tata Usaha sebanyak

1 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Istirahat Mata

Distribusi karyawan pengguna komputer berdasarkan lama durasi istirahat

mata dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8
Distribusi Karyawan Pengguna Komputer dalam Melakukan Istirahat Mata
Tahun 2018

Melakukan Istirahat N %
Mata
Ya 8 47,1
Tidak 9 52,9
Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa karyawan pengguna komputer yang

tidak melakukan istirahat mata setiap setengah jam sebanyak 9 orang (52,9%) dan

karyawan pengguna komputer yang melakukan istirahat mata sebanyak 8 orang

(47,1%).

Intensitas Pencahayaan Lokal Ruang Kerja

Distribusi intensitas pencahayaan lokal ruang kerja karyawan pengguna

komputer dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9
Distribusi Intensitas Pencahayaan Lokal Ruang Kerja Tahun 2018

Intensitas Pencahayaan N %
(Lux)
< 300 14 82,4
≥ 300 3 17,6
Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa intensitas pencahayaan lokal bernilai

< 300 lux sebanyak 14 titik (82,4%), dan intensitas pencahayaan ≥ 300 lux

sebanyak 3 titik (17,6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Keluhan Kelelahan Mata

Distribusi pengguna komputer berdasarkan keluhan kelelahan mata dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10
Distribusi Karyawan Pengguna Komputer Berdasarkan Keluhan Kelelahan
Mata Tahun 2018

Keluhan Kelelahan Mata N %


Ya 9 52,9
Tidak 8 47,1
Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa karyawan pengguna komputer yang

mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 9 orang (52,9%) dan yang tidak

mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 8 orang (47,1 %).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera Tahun 2018 diperoleh 17

karyawan pengguna komputer diantaranya sebanyak 12 orang (70,6 %) berjenis

kelamin perempuan dan 5 orang (29,4%) berjenis kelamin laki-laki. Karyawan

pengguna komputer berumur <40 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) dan berumur

≥40 tahun sebanyak 6 orang (35,3%). Menurut National Aging Safety Database

(NASD) usia yang semakin lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan

mata untuk mendeteksi lingkungan. Masa kerja karyawan pengguna komputer

selama <3 tahun sebanyak 9 orang (52,9%) dan masa kerja ≥3 tahun sebanyak 8

orang (47,1%). Menurut Wiyanti (2015), terdapat keluhan gangguan pada mata

rata-rata yang dirasakan setelah pekerja yang bekerja selama 3-4 tahun untuk

pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.

Intensitas Pencahayaan Lokal dan Keluhan Kelelahan Mata

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas pencahayaan lokal pada ruang

kerja di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera dengan total 17 titik pengukuran didapatkan hasil

sebanyak 14 titik (82,4%) dengan pencahayaan buruk (tidak memenuhi standar)

dan hanya 3 titik (17,6%) yang memiliki pencahayaan baik (memenuhi standar).

Ruang kerja di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Wilayah Sumatera menggunakan cahaya alami yang masuk melalui

jendela dan sumber pencahayaan buatan. Sumber pencahayaan buatan yang

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47

bersumber dari lampu berjenis TL (Tube Lamp) dengan cahaya lampu berwarna

putih. Cahaya putih (cool light) memberikan efek dingin dan sejuk. Warna ini

dapat membuat konsentrasi tetap stabil sehingga sering dipakai pada ruang kerja

(Istiawan dan Kencana, 2006). Pencahayaan menggunakaan sistem pencahayaan

semi langsung, 60% sampai 90% cahaya diarahkan ke bidang kerja dengan arah

pencahayaan down light (pencahayaan ke bawah) berfungsi memberikan

pencahayaan secara merata. Arah pencahayaan ini berasal dari atas dengan tujuan

untuk memberikan cahaya pada objek dibawahnya (Istiawan dan Kencana, 2006).

Lampu yang digunakan berasal dari lampu yang dipasang dilangit-langit dengan

posisi lampu masuk ke dalam. Dinding ruangan memiliki cat berwarna putih

sehingga memberikan kesan lapang dan bersih serta mendukung pantulan cahaya

menyebar ke seluruh ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara langsung menggunakan kuesioner terhadap

17 karyawan pengguna komputer diperoleh hasil sebanyak 9 orang (52,9%)

mengalami keluhan kelelahan mata dan 8 orang (47,1%) tidak mengalami keluhan

kelelahan mata. Karyawan yang bekerja dengan kondisi pencahayaan baik

sebanyak 1 orang tidak mengalami keluhan kelelahan mata dan 2 orang

mengalami keluhan kelelahan mata. Meskipun kondisi pencahayaan baik, masih

terdapat karyawan yang mengalami kelelahan mata dikarenakan penggunaan

komputer > 4 jam. Hasil ini sejalan dengan hasil riset yang dilakukan National

Occupational Safety and Health (NIOSH) yang menunjukkan hampir 88% dari

seluruh pengguna komputer mengalami kondisi kelelahan mata karena terlalu

lama memfokuskan mata ke layar komputer lebih dari 4 jam sehari (Permana dkk,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

2015) sedangkan karyawan yang bekerja dengan kondisi pencahayan buruk

sebanyak 7 orang yang mengalami kelelahan mata dan 7 orang yang tidak

mengalami kelelahan mata. Meskipun pencahayaan buruk, terdapat karyawan

yang tidak mengalami kelelahan mata dikarenakan masa kerja karyawan < 3

tahun.

Ruang kerja di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera terdapat enam ruangan, yaitu ruang

kepegawaian, ruang program, ruang BMN (Barang Milik Negara) dan EVLAP

(Evaluasi dan Laporan), ruang koordinator teknis, ruang keuangan, dan ruang

kepala sub bagian tata usaha.

Ruang kepegawaian. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 1 dari 4

orang mengalami kelelahan mata. Hal ini terjadi karena intensitas pencahayan

tidak memenuhi standar yaitu 53 lux. Umur karyawan ini 40 tahun. Umur juga

dapat memengaruhi kelelahan mata, dikarenakan kelainan akomodasi mata dapat

terjadi akibat dari penuaan lensa yang biasanya timbul setelah usia 40 tahun. Masa

kerja karyawan ini 18 tahun. Masa kerja dapat memengaruhi kelelahan mata,

dikarenakan pekerja yang masa kerja lebih tiga tahun akan memiliki tingkat risiko

yang lebih cepat mengalami kelelahan mata jika dibandingkan dengan para

pekerja yang masa kerja kurang dari tiga tahun.

Ruang program. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 2 dari 3 orang

mengalami kelelahan mata. Hal ini terjadi karena intensitas pencahayaan tidak

memenuhi standar yaitu 83 lux dan 81 lux. Karyawan bekerja menggunakan

komputer selama ≥ 4 jam tanpa melakukan istirahat mata. Menurut The

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

University of North Carolina at Ashville, pekerja komputer dengan beban kerja

berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus-menerus.

Ruang BMN (Barang Milik Negara) dan EVLAP (Evaluasi dan

Laporan). Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 3 dari 5 orang mengalami

kelelahan mata. Pencahayaan pada meja M11 telah memenuhi standar yaitu 732

lux. Meskipun intensitas pencahayan telah memenuhi standar, karyawan ini

mengalami kelelahan mata. Hal ini terjadi karena intensitas cahaya yang jatuh ke

objek kerja sangat tinggi sehingga menimbulkan kesilauan yang berakibat mata

karyawan mengalami kelelahan. Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI

No. 5 Tahun 2018, intensitas pencahayaan 500-1000 lux untuk pekerjaan

membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras yang sedang dan dalam

waktu yang lama.

Ruang koordinator teknis. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 1 dari

2 orang mengalami kelelahan mata. Hal ini terjadi karena intensitas pencahayaan

tidak memenuhi standar yaitu 270 lux. Menurut Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018, intensitas pencahayaan untuk pekerjaan

kantor yaitu sebesar 300 lux.

Ruang keuangan. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 2 orang

mengalami kelelahan mata. Hal ini terjadi karena intensitas pencahayaan tidak

memenuhi standar yaitu 259 lux. Pencahayaan pada Meja M16 telah memenuhi

standar yaitu 967 lux. Meskipun pencahayaan sudah memenuhi standar

pencahayaan sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

yaitu 300 lux, namun kondisi pencahayaan tersebut dapat berisiko menyebabkan

kelelahan mata karena menyebabkan kesilauan.

Ruang kepala sub bagian tata usaha. Berdasarkan hasil penelitan

terdapat 1 titik pencahayaan buruk (tidak memenuhi standar). Meskipun meja

M17 terletak dekat dengan jendela, intensitas pencahayaan lokal masih buruk

yaitu 71 lux. Meskipun pencahayaan buruk, terdapat 1 karyawan yang tidak

mengalami kelelahan mata dikarenakan masa kerja karyawan < 3 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada karyawan

pengguna komputer di Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera Tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa

hasil pengukuran intensitas pencahayaan lokal pada seluruh meja kerja (17 titik)

karyawan pengguna komputer diperoleh intensitas pencahayaan buruk (< 300 lux)

sebanyak 14 titik (82,4%) dan intensitas pencahayaan baik (≥ 300 lux) sebanyak 3

titik, dan karyawan pengguna komputer yang mengalami kelelahan mata sebanyak

9 orang (52,9%).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberi saran agar Balai

Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah

Sumatera menambahkan intensitas pencahayaan sesuai standar pencahayaan

(≥ 300 lux) pada enam ruang kerja, dan bagi karyawan pengguna komputer agar

melakukan istirahat mata selama 5 menit setiap setengah jam menggunakan

komputer dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh serta melihat jauh

objek yang berbeda-beda.

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Pustaka

Ananda, N.S., & Dinata, I.M.K. (2015). Hubungan intensitas pencahayaan dengan
keluhan subjektif kelelahan mata pada mahassiwa semester II Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun
2015. E-Jurnal Medika Udayana, 4 (7), 5-10.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/15096.

Badan Standardisasi Nasional. (10 Juni 2001). Tata cara perancangan sistem
pencahayaan buatan. Diakses dari
http://elfajr.blog.uns.ac.id/files/2010/04/desain_pencahayaan_buatan.pdf.
Badan Standardisasi Nasional. (5 Nopember 2003). Pengukuran intensitas
penerangan di tempat kerja. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/6477328/sni-16-7062-2004-
penerangan.

Cahyono. (20 Maret 2005). Informasi biologi mata dan penglihatan. Diakses 5
April 2018, dari http://www.medicastore.com.

Corwin. (2001). Patofisiologi. New York: Mc. Graw Hill.


Hanum, I. (2008). Efektivitas penggunaan screen pada monitor komputer untuk
mengurangi kelelahan mata pekerja call centre di PT. Indosat NSR Tahun
2008 (Tesis, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id.

Ilyas, S. (2003). Penuntun ilmu penyakit mata (Edisi Ke-2). Jakarta: Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, S. (2008). Penuntun ilmu penyakit mata (Edisi Ke-3). Jakarta: Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, S & Yulianti S.R. (2014). Ilmu penyakit mata (Edisi Ke-5). Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Istiawan, S., & Kencana, I.P. (2006). Ruang artistik dengan pencahayaan.
Jakarta: Penerbit Swadaya.

Kartika, D. (2016). Hubungan intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan


mata karyawan pengguna komputer di satuan kerja penataan bangunan
dan lingkungan Provinsi Sumatera Utara (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id.

52 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Kurmasela, G. P., Saerang, J. S. M., & Rares, L. (2013). Hubungan waktu


penggunaan laptop dengan keluhan penglihatan pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik, 1 (1), 219-299.
https://www.academia.edu/9899161.
Maryamah, S. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan
mata pada pengguna komputer di bagian outbound call Graha Telkom
BSD (Bumi Serpong Damai) Tahun 2011 (Skripsi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah). Diakses 3 April 2018, dari
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id.

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. (27 April 2018). Peraturan Menteri


Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja lingkungan kerja. Diakses dari
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_5_2018.pdf.

Muhaimin, M.T. (2001). Teknologi pencahayaan. Bandung: Penerbit Refika


Aditama.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi Ke-2). Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta.

Nourmayanti, D. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan


kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer
Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia , Tbk Tahun 2009
(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah). Diakses dari
http://www.repository.uinjkt.ac.id.
Permana, M. A., Herry K. & Mardiana. (2015). Faktor yang berhubungan dengan
keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada pekerja rental komputer
di wilayah UNNES. Unnes Journal Of Public Health, 3 (3), 55-56.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/6372/4761.
Rachmawati. N. (2011). Hubungan intensitas penerangan dan lama paparan
cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di
Keluarahan X (Skripsi, Universitas Sebelas Maret). Diakses 5 April 2018,
dari http://digilib.uns.ac.id.
Suma'mur, P. K. (2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes).
Jakarta: CV Sagung Seto.

Sunandar, A. (2011). Pengendalian intensitas penerangan dengan penambahan


daya lampu untuk mengurangi kelelahan mata pegawai kantor di
Kecamatan JJ, Karanganyar (Skripsi, Universitas Sebelas Maret). Diakses
dari http://digilib.uns.ac.id.
Suptandar, J.P., Rubiharto, A.K., Astuti, S.P., & Rahayuningsih, H. (2006). Sistem
pencahayaan pada desain interior. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Susila, I.G.N. (2001). Strategi ergonomi untuk mengatasi computer vision


syndrome. Jurnal Ergonomi Indonesia, 4 (1), 5-15.
https://www.academia.edu.
Sutajaya, I.M. (2004). Peranan ergonomi dalam menata sarana pembelajaran.
Jurnal Ergonomi Indonesia, 4 (1), 10-20. https://www.scribd.com.
Tarwaka. (2004). Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan
produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Ulpah, M. Hanifa, M. D. & Siswi, J. (2015). Studi tentang faktor individu,


lingkungan kerja, komputer dan keluhan Computer Vision Syndrome
(CVS) pada pengguna komputer di Perusahaan Perakitan Mobil. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 3 (3), 514-515. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm.

Zubaidah. (2012). Pengaruh lama terpapar dan jarak monitor komputer


terhadap gejala computer vision syndrome pada pegawai negeri sipil di
kantor pemerintah kota medan (Tesis). Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara, Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN


MATA PENGGUNA KOMPUTER DI BALAI GAKKUM LHK
WILAYAH SUMATERA TAHUN 2018

No. Responden :

Unit Kerja :

Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : (Laki-laki/Perempuan)*

3. Umur : ____ tahun

4. Masa Kerja : ____ tahun

*) coret yang tidak perlu

Petunjuk Pengisian :

1. Berikan tanda checklist () pada salah satu jawaban untuk setiap pertanyaan
(penilaian ini bersifat subjektif).
2. Penilaian Keluhan Kelelahan Mata berdasarkan Visual Fatigue Index (VFI)
a. Tidak Pernah = Tidak pernah mengalami keluhan
b. Kadang-kadang = Keluhan 1-2 kali/minggu
c. Sering = Keluhan 3-4 kali/minggu
d. Selalu = Keluhan 5-7 kali/minggu

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56

Jawaban
No Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Selalu
Pernah kadang
1 Apakah mata Anda kabur jika
melihat atau tidak fokus sewaktu
bekerja menggunakan komputer
2 Apakah mata Anda terasa lelah
jika membaca
3 Apakah mata Anda sering
berkedip-kedip saat membaca
4 Apakah jika bekerja pada
komputer membuat kepala Anda
sakit (dalam waktu singkat)
5 Apakah Anda terasa lelah jika
Anda bekerja pada komputer
6 Apakah Anda kehilangan
konsentrasi ketika membaca di
komputer
7 Apakah Anda menutup sebelah
mata jika membaca
8 Apakah kata-kata dalam tulisan
bergerak jika Anda membaca
9 Apakah baris yang Anda baca
pernah terlewatkan atau terulang
lagi ketika Anda sedang
membaca
10 Apakah pada saat Anda sedang
membaca dan melihat, tiba-tiba
benda dalam ruangan yang Anda
lihat terasa kabur sesaat
11 Apakah penglihatan Anda lebih
buruk pada sore dan malam hari
daripada pagi hari
12 Ketika mulai mengeprint dan
membaca tulisannya sebentar
apakah mata Anda kabur
13 Apakah sewaktu bekerja
menggunakan komputer mata
Anda selalu melihat secara terus
menerus tanpa berkedip

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

14 Apakah saat bekerja dengan


komputer jarak monitor dengan
mata < 40 cm
15 Apakah Anda sering lupa
mengingat apa yang Anda baca
16 Sewaktu menggunakan komputer
apakah layar monitor lebih tinggi
dari pandangan Anda
17 Apakah Anda merasakan mata
penat dan letih saat pulang kerja
18 Apakah penglihatan Anda terasa
ganda/berbayang
19 Apakah Anda sering/pernah
mengalami nyeri pada leher,
bahu dan pinggang
20 Apakah mata Anda terasa kering
ketika melihat layar komputer
21 Apakah Anda lupa untuk
mengistirahatkan mata Anda
setelah satu jam bekerja
22 Apakah Anda merasa kedua mata
Anda tidak berfungsi dengan
baik

Pertanyaan Pendukung

1. Berapa lama anda bekerja menggunakan komputer dalam satu hari kerja ?
a. ≤ 4 jam
b. > 4 jam
2. Apakah setiap setengah jam pemakaian komputer Anda melakukan istirahat
mata ? (tidak berada di depan layar komputer/mengalihkan pandangan)
a. Ya
b. Tidak

Jika “Ya” berapa lama anda mengistirahatkan mata Anda ?____ menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Lampiran 3. Surat Peminjaman Alat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Lampiran 4. Denah Ruang Kerja dan Pengukuran Intensitas Pencahayaan Lokal

Ruang Kepegawaian Ruang Koordinator Teknis

1 3 14

JENDELA
2 4 13

JENDELA

Ruang Program Ruang Keuangan

5 15

JENDELA
JENDELA

16
7 6

Ruang BMN (Barang Milik Negara) Ruang Kepala Sub Bagian Tata dan
EVLAP (Evaluasi dan Laporan) Usaha

8 12

JENDELA
JENDELA

9 17
11
10

Keterangan :
: Jendela Ruangan
: Meja Kerja Karyawan dengan Pencahayaan Baik
: Meja Kerja Karyawan dengan Pencahayaan Buruk
: Pintu Ruangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Lampiran 5. Hasil Analisis Laboratorium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Lampiran 6. Surat Selesai Melakukan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Lampiran 7. Master Data

No Meja JK U KU MK KMK HPL KHPL P1 P2 P3 P4 P5


1 M1 2 40 2 2 1 52 1 1 1 1 1 1
2 M2 2 30 1 2 1 90 1 2 3 4 1 2
3 M3 1 40 2 18 2 53 1 2 2 2 2 2
4 M4 2 43 2 19 2 81 1 1 2 2 2 2
5 M5 1 29 1 1 1 83 1 2 2 2 1 1
6 M6 2 27 1 3 2 81 1 2 2 2 2 2
7 M7 2 26 1 2 1 75 1 1 2 2 1 2
8 M8 2 44 2 12 2 238 1 2 2 2 2 2
9 M9 2 26 1 3 2 248 1 1 2 1 2 2
10 M10 2 22 1 1 1 250 1 1 2 2 2 2
11 M11 2 54 2 28 2 732 2 2 2 3 2 2
12 M12 2 41 2 19 2 298 1 1 2 2 1 2
13 M13 1 23 1 2 1 634 2 1 2 2 1 2
14 M14 1 38 1 2 1 270 1 2 2 1 1 3
15 M15 2 32 1 10 2 259 1 2 2 2 3 3
16 M16 2 22 1 1 1 967 2 4 3 2 2 2
17 M17 1 26 1 2 1 71 1 1 2 2 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1
2 1 1 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2
1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1
1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2
2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2
2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2
2 1 1 2 1 1 2 2 2 3 3 3 1 3
2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 4 2 2
2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2
2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2
2 1 1 1 2 3 1 1 4 1 1 4 2 2
2 1 1 2 2 3 1 1 1 2 2 2 1 2
2 1 1 2 1 2 1 1 4 1 1 2 4 4
1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

P20 P21 P22 TOTALP PP1 PP2 YA KYA SKORP KATSKORP


1 1 1 23 2 1 5 2 0,261 1 KETERANGAN :
1 1 1 35 2 2 0,398 1 JK : Jenis Kelamin
2 2 1 42 2 1 4 1 0,477 2 (1. Laki-laki ; 2.Perempuan)
1 2 1 33 2 2 0,375 1 KU : Kategori Umur
2 2 1 37 2 1 1 1 0,42 2 (1. < 40 Tahun ; 2. ≥ 40 Tahun )
3 2 1 42 2 2 0,477 2 KMK : Kategori Masa Kerja
1 2 1 29 1 2 0,33 1 (1. < 3 Tahun ; 2. ≥ 3 Tahun )
2 2 2 37 2 1 2 1 0,42 2 KHPL : Kategori Hasil Pengukuran Luxmeter
2 2 1 35 2 1 5 2 0,398 1 (1. ≤ 300 lux ; 2. > 300 lux)
2 1 2 41 2 2 0,466 2 P : Pertanyaan
(1. Tidak Pernah ; 2. Kadang-kadang ; 3. Sering ;
1 2 1 39 2 1 3 1 0,443 2
4. Selalu)
2 2 2 35 2 2 0,398 1 SKORP : Hasil perhitungan Virtual Fatigue Index
2 2 1 34 1 2 0,386 1 KATSKORP : Kategori Skor P (1. Tidak Mengalami
Kelelahan Mata ; 2. Mengalami Kelelahan
1 1 1 38 2 1 3 1 0,432 2
Mata)
2 2 2 41 2 2 0,466 2
2 3 2 47 2 1 2 1 0,534 2
2 2 1 34 1 2 0,386 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Lampiran 8. Output Hasil Uji Univariat

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 5 29,4 29,4 29,4
Perempuan 12 70,6 70,6 100,0
Total 17 100,0 100,0

Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 40 tahun 11 64,7 64,7 64,7
>= 40 tahun 6 35,3 35,3 100,0
Total 17 100,0 100,0

Katagori Masa Kerja


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 tahun 9 52,9 52,9 52,9
>= 3 tahun 8 47,1 47,1 100,0
Total 17 100,0 100,0

Berapa lama Anda bekerja menggunakan komputer dalam satu hari kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 4 jam 3 17,6 17,6 17,6
> 4 jam 14 82,4 82,4 100,0
Total 17 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Katagori Masa Kerja


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 tahun 9 52,9 52,9 52,9
>= 3 tahun 8 47,1 47,1 100,0
Total 17 100,0 100,0

Apakah setiap setengah jam pemakaian komputer Anda melakukan


istirahat mata (tidak berada di depan layar komputer/mengalihkan
pandangan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 8 47,1 47,1 47,1
Tidak 9 52,9 52,9 100,0
Total 17 100,0 100,0

Katagori Hasil Pengukuran (lux)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 300 lux 14 82,4 82,4 82,4
>= 300 lux 3 17,6 17,6 100,0
Total 17 100,0 100,0

KatSkorP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mengalami kelelahan
8 47,1 47,1 47,1
mata
Mengalami kelelahan mata 9 52,9 52,9 100,0
Total 17 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Lampiran 9. Dokumentasi

Gambar 1. Ruang Kepegawaian

Gambar 2. Ruang Program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Gambar 3. Ruang BMN (Barang Milik Negara) dan EVLAP (Evaluasi dan
Laporan)

Gambar 4. Ruang Koordinator Teknis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Gambar 5. Ruang Keuangan

Gambar 6. Ruang Kasubbag TU (Kepala Sub Bagian Tata Usaha)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Gambar 7. Pengisian kuesinoner melalui wawancara langsung kepada pekerja

Gambar 8. Pengukuran Intensitas Pencahayaan Lokal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA