Skripsi: (Studi Pada Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 88

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi
dan Azka Konveksi)

Oleh :

KHAMIDAH SALSABILA ROMADLONI

191102024

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2023
HASIL PENELITIAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi
dan Azka Konveksi)

Oleh :

KHAMIDAH SALSABILA ROMADLONI

191102024

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan


Penelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2023
PERNYATAAN PENGESAHAN
DATA MAHASISWA

Nama Lengkap : Khamidah Salsabila Romadloni


Nomor Induk Mahasiswa : 191102024
Tanggal Lahir : 03 Desember 2000
Tahun Masuk : 2019
Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pembimbing Akademik : dr. Nugrahadi Dwi Pasca Budiono, M.Biomed
Pembimbing : 1. Zufra Inayah, S.KM., M.Kes
2. Dwi Faqihatus Syarifah Has, S.KM, M.Epid

JUDUL PENELITIAN :
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN
DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi
dan Azka konveksi)

Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik dan


administrasi untuk mengikuti ujian hasil penelitian skripsi Prodi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gresik

Gresik, 17 Maret 2023

Mengetahui, Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kesehatan Kaprodi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Gresik Fakultas Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Gresik

Dr. Siti Hamidah, SST., Bd., M.Kes Sestiono Mindiharto, S.Psi., M.Kes
NIDN. 0724125901 NIDN. 0724047602
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi
dan Azka Konveksi)

Oleh :

Khamidah Salsabila Romadloni

191102024

Usulan penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk
dipertahankan dihadapan tim penguji hasil penelitian skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gresik

Gresik, 17 Maret 2023


Menyetujui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Skripsi,

idr. Nugrahadi Dwi Pasca Budiono, M.Biomed Zufra Inayah, S.KM., M.Kes
NIDN. 0725078805 NIDN. 0715087601

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi
dan Azka Konveksi)

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:


Khamidah Salsabila Romadloni
191102024

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gresik Pada Tanggal 17 Maret 2023
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Ketua Penguji

Sestiono Mindiharto, S.Psi., M.Kes


NIDN. 0724047602

Penguji I Penguji II

Dwi Faqihatus Syarifah Has, S.KM., M.Epid Zufra Inayah, S.KM., M.Kes
NIDN. 0703098602 NIDN. 0715087601

iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama Lengkap : Khamidah Salsabila Romadloni

NIM : 191102024

Tempat / Tanggal Lahir : Gresik, 03 Desember 2000

Tahun Masuk : 2019

Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Nama PA : dr. Nugrahadi Dwi Pasca Budiono, M. Biomed

Nama Pembimbing : Zufra Inayah, S.KM., M.Kes

Nama Penguji I : Sestiono Mindiharto, S.Psi., M.Kes

Nama Penguji II : Dwi Faqihatus Syarifah Has, S.KM., M.Epid

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam

Penulisan Skripsi saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi
dan Azka Konveksi)

Gresik, 17 Maret 2023

Mahasiswa,

Khamidah Salsabila Romadloni

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Khamidah Salsabila Romadloni

Tempat / Tanggal Lahir : Gresik, 03 Desember 2000

Alamat : Duduksampeya RT 08A RW 05

Kecamatan Duduksampeyan, Kabupaten Gresik,

iiJawa Timur

Status Keluarga : Anak Tunggal

No. Telpon / HP : 085808372006

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. MI Miftahul Jannah , lulus tahun 2013

2. MTs Negeri Gresik , lulus tahun 2016

3. SMK Negeri 1 Duduksampeyan , lulus tahun 2019

v
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN
KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KONVEKSI
DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN

Khamidah Salsabila Romadloni 191102024


Email: [email protected]

ABSTRAK
Latar Belakang: Pencahayaan merupakan faktor lingkungan kerja yang termasuk
dalam kelompok faktor resiko, apabila intensitas pencahayaan tidak memadai
maka dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Pencahayaan dibutuhkan untuk
mendukung aktivitas kerja, salah satunya di konveksi. Penelitian ini meneliti
hubungan intensitas pencahayaan dan kecelakaan kerja pada pekerja di Konveksi
di Kecamatan Duduksampeyan. Kondisi tidak aman tersebut salah satunya
dipengaruhi oleh pencahayaan yang tidak memnuhi standar. Faktor lingkungan
kerja fisik yang mempengaruhi adalah pencahayaan. Pencahayaan yang baik
dapat memberikan semangat dalam bekerja. Tujuan Penelitian: Menganalisis
hubungan intensitas pecahayaan dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja
Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan. Metode: Jenis penelitian kuantitatif.
Metode penelitian observasional analitik. Pendekatan yang digunakan adalah
cross sectional. Teknik pegambilan sampel yaitu degan teknik probability
sampling dengan jenis cluster random sampling, 44 pekerja konveksi. Uji yang
digunakan dalam analisis yaitu uji Coefficient Contingency. Hasil: Terdapat
hasil intensitas pencahayaan (63,6%) dengan kecelakaan kerja (70,5%) di
konveksi menunjukkan bahwa nilai ρ=0,003 yang berarti bahwa korelasi
bermakna. Nilai signifikan 0,003 < 0,005 sehingga dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kecelakaan kerja di Konveksi
yang ada di Kecamatan Duduksampeyan. Kesimpulan: Berdasarkan analisis
penelitian diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaa
dengan kecelakaan kerja, sehingga diperlukan intensitas pencahayaan yang
memeuhi syarat untuk meminimalisir kecelakaan kerja.

Kata Kunci: Intensitas Pencahayaan, Kecelakaan Kerja, Pekerja

vi
RELATIONSHIP BETWEEN LIGHTING INTENSITY AND WORK
ACCIDENT IN CONVECTION WORKERS
IN DUDUKSAMPEYAN DISTRICT

Khamidah Salsabila Romadloni 191102024


Email : [email protected]

ABSTRACT

Background: Lighting is a work environment factor that is included in the risk


factor group, if the lighting intensity is inadequate it can cause work accidents.
Lighting is needed to support work activities, one of which is convection. This
study examined the relationship between lighting intensity and work accidents in
workers at Convection in Duduksampeyan District. One of these unsafe
conditions is influenced by lighting that does not meet the standards. An
influencing factor of the physical work environment is lighting. Good lighting can
provide enthusiasm for work. Research Purpose: Analyze the relationship
between light intensity and the incidence of work accidents in convection workers
in Duduksampeyan District. Methods: Types of quantitative research. Analytical
observational research methods. The approach used is cross sectional. The
sampling technique is with probability sampling technique with cluster random
sampling type, 44 convection workers. The test used in the analysis is the
Coefficient Contingency test. Results: There was a result of lighting intensity
(63.6%) with work accidents (70.5%) in convection showing that the value
ρ=0.003 means that the correlation is meaningful. Significant values of 0.003 <
0.005 so that it can be known that there is a relationship between lighting
intensity and work accidents in Convection in Duduksampeyan District.
Conclusion: Based on research analysis, it was found that there is a relationship
between lighting intensity and work accidents, so lighting intensity is needed that
meets the requirements to minimize work accidents.

Keywords: lighting intensity, work accident, worker

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, berkah dan rahmat-Nya, sehingga peneliti akhirnya mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS
PENCAHAYAAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN”. Laporan skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata-1 di
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu :
1. Nadhirotul Lailiyah, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gresik
2. Dr. Siti Hamidah, SST., Bd, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Sestiono Mindiharto S.Psi., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat
4. Zufra Inayah S.KM., M.Kes selaku Dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada peneliti
5. Dwi Faqihatus Syarifah Has S.KM., M.Epid selaku Dosen pembimbing II
yang telah memberikan arahan dan masukan kepada peneliti
6. dr. Nugrahadi Dwi Pasca Budiono, M.Biomed selaku Dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan arahan serta masukan kepada peneliti
7. Pemilik usaha konveksi di Latif koveksi, Al-Chabiba konveksi dan Azka
konveksi yang telah memberikan izin tempat penelitian.
8. Pekerja konveksi di Latif koveksi, Al-Chabiba konveksi dan Azka konveksi
yang sudah mau meluangkan waktunya.
9. Teristimewa khususnya kepada Orang Tua saya, Ayahanda Nurmiato dan
Ibunda Lilik Latifah, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
penulisan skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak
terhingga kepada kedua orang tua saya.

viii
10. Sahabat-sahabat terbaik di bangku perkuliahan. Terima kasih atas semua
dukungan, semangat, doa, dan waktunya dalam pengerjaan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terbaik saya sedari kecil. Terima kasih atas semua
dukungan dan do’a yang diberikan dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
Semoga Allah SWT. dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis baik di dunia maupun di akhirat kelak. Penulis juga
menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, baik dalam bidang penulisan
maupun isi. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk perbaikan dalam menyempurnakan isi skripsi ini.

Gresik, 16 Maret 2023

Khamidah Salsabila Romadloni

ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PENGESAHAN............................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI.......................................................iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT......................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................5
1.5 Hipotesis..................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Pencahayaan............................................................................................7
2.1.1 Definisi Pencahayaan..............................................................................7
2.1.2 Sumber Pencahayaan...............................................................................8
2.1.3 Sistem Pencahayaan..............................................................................11
2.1.4 Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan............................................13
2.1.5 Pengukuran Intensitas Pencahayaan......................................................16
2.2 Kecelakaan Kerja...................................................................................18
2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja.....................................................................18
2.2.2 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja........................................................19
2.2.3 Kecelakaan Kerja pada konveksi...........................................................23

x
2.3 Penjahit..................................................................................................24
2.4 Kerangka Kosep....................................................................................25
2.5 Kerangka Teori.........................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................28
3.1 Jenis Penelitian......................................................................................28
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................28
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................28
3.3.1 Populasi.................................................................................................28
3.3.2 Sampel...................................................................................................28
3.4 Definisi Operasional..............................................................................30
3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................31
3.6 Teknik Pengelolaan Data.......................................................................31
3.7 Teknik Analisis Data.............................................................................32
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................34
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................34
4.1.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Konveksi berdasarkan Usia.....................35
4.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...............35
4.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Pencahayaan
Umum pada Pekerja Latif Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan
Tahun 2023............................................................................................36
4.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Pencahayaan
Umum pada Pekerja Azka Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan
pada Tahun 2023...................................................................................36
4.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Pencahayaan
Umum pada Pekerja Al-Chabiba Konveksi di Kecamatan
Duduksampeyan pada Tahun 2023.......................................................37
4.2 Data Khusus...........................................................................................37
4.2.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Konveksi Berdasar Intensitas Pencahayaan
...............................................................................................................37
4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Kecelakaan Kerja...............38
4.2.3 Hubungan Intensitas Pencahayaan Terhadap Kecelakaan Kerja
Karyawan Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan...........................38

xi
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................40
5.1 Intensitas Pencahayaa pada Pekerja Konveksi......................................40
5.2 Kecelakaan kerja pada Pekerja Konveksi..............................................42
5.3 Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Konveksi...................................................................................43
BAB VI PENUTUP...............................................................................................45
6.1 Kesimpulan............................................................................................45
6.2 Saran......................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
LAMPIRAN...........................................................................................................51

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standart Pencahayaan Permenaker No 5 Tahun 2018...........................13


Tabel 2.2 Standar Pencahayaa Ruangan................................................................15
Tabel 2.3 Potensi Resiko Usaha Konveksi............................................................23
Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................30
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Pekerja Konveksi di Kecamatan
Duduksampeyan tahun 2023.................................................................35
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pekerja Konveksi di
Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023.............................................36
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan Umum pada Pekerja iLatif
Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023.........................36
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan Umum pada Pekerja Azka
Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023.........................36
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan Umum pada Pekerja Al-
Chabiba Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023..........37
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan pada Konveksi di
Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023.............................................37
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja pada Konveksi di Kecamatan
Duduksampeyan Tahun 2023................................................................38
Tabel 4.8 Tabulasi Silang intensitas pencahayaan dengan Kecelakaan Kerja di
Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023.........................38

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Penentuan Titik Pengukuran Pecahayaan Umum


17

Gambar 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................26

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian.......................................................................52


Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian..........................................................53
Lampiran 3. Keterangan Kelaikan Etik...............................................................55
Lampiran 4. Pernyataan Persetujuan Publikasi...................................................57
Lampiran 5. Lembar Informed Consent..............................................................58
Lampiran 6. Lembar Kuesioner Penelitian.........................................................59
Lampiran 8. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan.....................................60
Lampiran 9. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan pada Latif Konveksi....61
Lampiran 10. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan pada Al-Chabiba
Konveksi.........................................................................................62
Lampiran 11. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan pada Azka Konveksi...63
Lampiran 12. Hasil Pengolahan Data...................................................................65
Lampiran 13. Dokumetasi.....................................................................................67
Lampiran 14. Logbook Bimbingan.......................................................................68

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan industri di sektor formal dan informal semakin pesat dan

juga meningkatkan paparan pekerja terhadap bahaya. Besarnya risiko terjadinya

tergantung pada jenis industri, teknologi dan sumber pengendalian yang ada.

Tempat kerja memiliki risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penggunaan

mesin, alat kerja, material dan proses produksi telah menjadi sumber bahaya yang

dapat menimbulkan cidera, sehingga aspek keselamatan sudah menjadi kebutuhan

masyarakat (Sukmawati, 2020)

Sumber bahaya di lingkungan kerja dapat dihasilkan dari berbagai faktor

antara lain, faktor fisik yang berasal dari pekerjaan, faktor lingkungan yang

bersumber dari lingkungan kerja dan faktor manusia yang melakukan pekerjaan

tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik secara fisik maupun psikis

(Luthan, 2021).

Keselamatan serta kesehatan kerja sudah diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang menegaskan bahwa segala kegiatan

untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui

upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (pasal 1 angka 2).

Keselamatan dan kesehatan tersebut bertujuan untuk mempertinggi derajat

kesehatan pekerja atau buruh melakukan tindakan pengendalian risiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien

dan produktif (pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012).

1
2

Konveksi merupakan usaha yag beranjak pada sektor informal. Bekerja di

industri konveksi membutuhkan ketelitian, fokus dan keterampilan. Pekerja

konveksi jahit bekerja dengan sikap kerja statis, duduk di depan mesin jahit

selama kurang lebih delapan jam. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan

selama jam kerja yang panjang sehingga menimbulkan rasa bosan atau jenuh yang

pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas pada pekerjaannya (Sukmawati,

2020).

Faktor lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi adalah pencahayaan.

Pencahayaan yang baik dapat memberikan semangat dalam bekerja. Karyawan

yang terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari rentan terhadap ketegangan mata

yang disertai dengan keletihan mental, perasaan marah dan gangguan fisik

lainnya. Pencahayaan disini tidak hanya terbatas pada pencahayaan listrik, tetapi

juga pencahayaan matahari. Pencahayaan yang baik dapat memberikan kepuasan

dalam bekerja dan tentunya akan meningkatkan produktivitas (Lubis, 2016).

Angka kematian karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja cukup

tinggi. Data International Labour Organization (ILO, 2018) menunjukkan bahwa

setiap tahun sekitar 380.000 pekerja atau 13,7% dari 2,78 juta pekerja meninggal

akibat kecelakaan ditempat kerja atau penyakit akibat kerja. Terdapat lebih dari

374 juta orang yang mengalami cedera, luka ataupun jatuh sakit setiap tahun

akibat kecelakaan yang terjadi dengan pekerja. Kondisi tidak aman tersebut salah

satunya dipengaruhi oleh pencahayaan yang tidak memnuhi standar. Angka

kecelakaan kerja sebanyak 317 juta kecelakaan terjadi pada pekerjaan per tahun

dan banyak dari kasus tersebut yang mengakibatkan karyawan absen dari
3

pekerjaan mereka. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja

dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit, karena bahaya di tempat kerja.

Berdasarkan kasus data kecelakaan dari laporan Badan Pelaksanaan

Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan, di Indonesia angka kecelakaan kerja

dilaporkan meningkat pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang

dilaporkan sebanyak 123.041 kasus (BPJS 2017), sementara itu sepanjang

tahun 2018 mencapai 173.105 kasus. Rata-rata setiap tahunnya BPJS melayani

130.000 kasus kecelakaan akibat kerja mulai dari kasus ringan sampai dengan

kasus kecelakaan dengan dampak yang fatal. Berdasarkan data BPJS

Ketenagakerjaan pada 2019 terdapat 114.000 kasus kecelakaan kerja dan pada

2020 kasus tersebut terjadi peningkatan. Rentang Januari hingga Oktober 2020,

BPJS Ketenagakerjaan mencatat terdapat 177.000 kasus kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian (Triyanto, 2018) mengenai kecelakaan kerja

pada pekerja konveksi di Kota Makassar didapatkan bahwa terdapat 31 responden

(75,6%) yang pernah mengalami kecelakaan kerja dan 10 responden (24,4%) yang

tidak pernah mengalami kecelakaan kerja, 31 responden yang mengalami

kecelakaan kerja terbanyak pada kejadian tertusuk jarum yaitu 20 responden.

Hasil statistic yaitu ρ value = 0,003, hal ini berarti bahwa ada hubungan

antara intensitas pencahayan dengan kecelakaan kerja pada pekerja konveksi di

Kota Makassar.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Jasna, J., & Dahlan, 2019)

mengenai intensitas pencahayaan diruang kerja penjahit dengan 2 cara didapatkan

bahwa intensitas pencahayaan < 100 lux yaitu sebanyak 47 atau 92,2% dan hanya

sebagian kecil dengan intensitas pencahayaan > 100 lux yaitu sebanyak 4 atau
4

7,8%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan didapatkan hasil bahwa

ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata pada penjahit

di Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar, hal ini dapat dilihat dari

hasil uji analisis dengan chi square yang didapatkan nilai ρ value = 0,019.

Hasil penelitian (Suoth & Maramis, 2018) dapat disimpulkan bahwa

terdapat lokasi penjahitan dengan intensitas pencahayaanya yang tidak memenuhi

syarat sebanyak 13 penjahitan (41,9%). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat penjahitan dengan intensitas

pencahayaanya yang memenuhi syarat sebanyak 18 penjahit (58,1%).

Konveksi memiliki beberapa ruang, masing-masing dengan fungsi yang

berbeda, termasuk ruang produksi, ruang pengukuran dan ruang finishing.

Konveksi tergolong perusahaan industri yang tidak membutuhkan terlalu banyak

tenaga kerja. Tempat kerja seperti itu, terutama di tempat kerja produksi,

pencahayaan sangat penting untuk bekerja. Pekerjaan di tempat produksi antara

lain membuat pola, menggunting, menjahit, menyulam, memasang kancing dan

hal-hal lain yang membutuhkan penerangan yang baik.

Berdasarkan hasil observasi awal, didapatakan kesimpulan bahwa sumber

pencahayaan yang digunakan pada ruangan bagian produksi di ketiga tempat

konveksi tersebut yaitu pencahayaan buatan (lampu) dan alam. Kondisi

pencahayaan di ruang bagian produksi tersebut tidak merata pada seluruh bagian

sehingga pada beberapa tempat terdapat pencahayaan kurang. Penjahit

mengatakan bahwa ruangan tempat mereka bekerja memiliki intensitas

pencahayaan (lampu) yang kurang sehingga para pekerja biasanya masih

menggunakan lampu tambahan yang diletakkan di dekat mesin jahit. Tempat kerja
5

di tiga tempat konveksi yaitu Latif koveksi, Al-Chabiba konveksi dan Azka

Konveksi, karena dalam pelaksanaan kegiatan produksinya, kesesuaian faktor K3

sangatlah berpengaruh dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas karyawan

yang juga akan mempengaruhi produktivitas perusahaan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu “Apakah intensitas pencahayaan

memiliki hubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada konveksi di

Kecamatan Duduksampeyan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan intensitas pencahayaan dengan kejadian

kecelakaan kerja pada pekerja konveksi di Kecamatan Duduksampeyan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a Mengidentifikasi intensitas pencahayaan pada pekerja konveksi di Latif

koveksi, Al-Chabiba konveksi dan Azka konveksi.

b Mengidentifikasi kejadian kecelakaan kerja pada pekerja konveksi di Latif

koveksi, Al-Chabiba konveksi dan Azka konveksi.

c Menganalisi hubungan intensitas pencahayaan dengan kejadian kecelakaan

kerja pada pekerja konveksi di Latif konveksi, Al-Chabiba konveksi dan Azka

Konveksi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

referensi atau bacaan guna menambah pengetahuan bagi peneliti berikutnya.


6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman dan menambah wawasan

serta pengetahuan bagi peneliti mengenai hubungan antara intensitas cahaya

dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja khususnya pada pekerja

yang membutuhkan tingkat ketelitian dan kecermatan seperti pekerja

konveksi.

b. Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

responden agar lebih waspada dalam hal risiko kekurangan atau kelebihan

cahaya di lingkungan kerja.

1.5 Hipotesis

H0 = Tidak ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kejadian

kecelakaan kerja pada pekerja konveksi di Latif Konveksi, Al-Chabiba

Konveksi dan Azka Konveksi

H1 = Ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kejadian kecelakaan

kerja pada pekerja konveksi di Latif Konveksi, Al-Chabiba Konveksi dan

AzkaKonveksi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencahayaan

2.1.1 Definisi Pencahayaan

Cahaya adalah salah satu dari berbagai jenis energi gelombang (wave

energy) yang disebut berbagai radiasi elektromagnetik (electromagnetic

radiation). Gelombang yang termasuk radiasi elektromagnetik ini adalah

gelombang radio,microwave, sinar inframerah, sinar ultraviolet, sinar X dan sinar

gamma (Sapta, 2019).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 dalam

(Simbolon, 2017)penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja

yang diperlukan untuk melakukan kegiatan secara efektif. Pencahayaan memiliki

satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas

permukaan.

Pencahayaan adalah cukupnya sinar yang masuk ke dalam ruang kerja

masing-masing perusahaan. Pencahayaan yang ada harus sesuai dengan

kebutuhan, tidak terlalu terang tetapi juga tidak terlalu gelap. Sistem pencahayaan

yang baik membuat karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan lebih teliti,

sehingga kesalahan karyawan dalam bekerja dapat diperkecil (Winestya, 2016).

Intensitas pencahayaan di tempat kerja merupakan ukuran kuantitas

cahaya yang menerangi benda-benda, obyek kerja, peralatan atau mesin dan

proses produksi serta lingkungan kerja. Kecukupan intensitas pencahayaan

merupakan salah satu faktor yang penting di tempat kerja (SNI, 2019).

7
8

Intensitas pencahayaan yang tidak memadai berpotensi menimbulkan

ketidaknyamanan, gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja. Menurut SNI (2019)

diperlukan intensitas pencahayaan yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan

dan kondisi lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan

produktivitas kerja.

Perusahaan harus memastikan seluruh tempat kerjanya memiliki intensitas

pencahayaan yang sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku melalui pengukuran intensitas pencahayaan secara berkala, oleh sebab itu

diperlukan metode pengukuran intensitas pencahayaan yang terstandarisasi,

meliputi ruang lingkup, istilah dan definisi, serta metode pengukuran intensitas

pencahayaan di tempat kerja (SNI, 2019).

2.1.2 Sumber Pencahayaan

Menurut Karlen dan Benya (2007) dalam (Listiana Cahyantari, Rif’ati

Dina H, 2017) berdasarkan sumber pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu:

a Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber cahaya yang berasal dari alam dan

biasanya berhubungan dengan sinar matahari langsung. Cahaya alami terbagi

menjadi dua, yaitu:

1) Sunlight yaitu sinar matahari langsung biasanya memiliki intensitas yang tinggi

dan sudut penyebaran cahaya tinggi dan sempit. Cahaya seperti ini harus dijaga

agar jumlahya tetap terkendali sehingga tidak menimbulkan silau dan radiasi

panas yang terlalu tinggi.


9

2) Daylight yaitu sinar matahari tidak langsung yang disebabkan oleh partikel

atmosfer, termasuk awan, umumnya memiliki intensitas yang sedang sampai

dengan rendah dan sudut penyebaran cahaya yang lebar. Cahaya itu biasanya

direkomendasikan untuk digunakan bersama dengan cahaya alami bangunan

karena tidak terlalu menyilaukan dan radiasi panasnya tidak terlalu tinggi.

Menurut (Juliana, 2020) cahaya alam selalu merubah intensitas dan warna

karena dipengaruhi oleh peredarannya dalam tata surya, serta cuaca saat mendung,

atau pergantian musim. Manfaat cahaya matahari dalam desain interior sangat

penting untuk menerangi ruang agar orang dapat bekerja dan kenyamanannya

sangat bergantung pada sistem pencahayaan dan kondisi lingkungan setempat.

Tinggi rendah dan lebar bukaan pintu, lebar jendela dan dinding merupakan hal

yang di perhatikan untuk mendapatkan cahaya matahari.

1. Keuntungan pencahayaan alam ;

a. Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbarui.

b. Tidak memerlukan biaya biaya dalam penggunaannya.

c. Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki

daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi mahluk hidup dibumi.

d. Cahaya alam dapat memberi kesan lingkungan yang berbeda, bahkan

kadang-kadang sangat memuaskan.

2. Kelemahan pencahayaan alam ;

a. Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena

dipengaruhi oleh waktu dan cuaca.

b. Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia.


10

c. Sinar ultraviolet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda didalam

ruang.

d. Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya

tambahan yang cukup tinggi.

b. Pencahayaan Buatan

Menurut Karlen dan Benya (2007) dalam (Listiana Cahyantari, Rif’ati

Dina H, 2017) pencahayaan buatan adalah segala bentuk pencahayaan yang

bersumber dari alat-alat yang diciptakan oleh manusia seperti lampu pijar, lilin,

minyak tanah dan obor. Cahaya buatan sering secara langsung diartikan dengan

cahaya lampu. Pencahayaan buatan membutuhkan energi untuk diubah menjadi

terang cahaya. Efisiensi menjadi pertimbangan yang sangat penting selain

menjadikan pencahayaan buatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia.

Menurut (Suhermawan Sukri, 2021) menyebutkan bahwa fungsi pokok

pencahayaan buatan di lingkungan kerja baik yang diterapkan secara tersendiri

maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut :

a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail

serta terlaksannya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.

b. Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan

aman.

c. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat

kerja.

d. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara

merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan.

e. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.


11

2.1.3 Sistem Pencahayaan

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Tahun 2001 dalam

(Triyanto, 2018a) tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada

bangunan Gedung, sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Sistem Pencahayaan Merata

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh

ruangan, digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam

ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan

yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung

maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.

2. Sistem Pencahayaan Setempat

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak

merata. Tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang

memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih

banyak dibandingkan dengan sekitarnya, hal ini diperoleh dengan

mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat

tersebut.

Menurut buku panduan Lighting oleh Akmal (2006) dalam (A zi s ,

2 01 4) ada beberapa jenis sistem pencahayaan diantaranya ialah:

1. Direct lighting atau disebut juga pencahayaan langsung. Pencahayaan ini

ditempatkan pada tempat-tempat yang dimana pencahayaannya tersebut dapat

secara langsung menerangi ruangan melalui sumber cahaya yang

dikeluarkannya tanpa ada media lain yang dibutuhkan.


12

2. Indirect lighting adalah pencahayaan tidak langsung yang ditempatkan pada

area dengan kriteria tidak terlihat langsung oleh mata pengguna ruang. Cahaya

yang dikeluarkan memiliki media lain untuk penyampaiannya karena tidak

dapat menerangi ruangan secara langsung, seperti dinding. Efek yang tercipta

ialah suasana yang lebih bersih dan sederhana.

3. Downlight merupakan penerangan dengan teknik menyinari ruangan dengan

sumber cahaya diatas dan menerangi apa yang ada dibawahnya. Cahaya yang

dikeluarkan bersifat merata dan menyeluruh. Beberapa jenis downlight

memiliki intensitas cahaya yang cukup tinggi sehingga sering digunakan

sebagai pencahayaan umur suatu ruang, namun seringkali juga menggunakan

jenis pencahayaan yang penyebar cahayanya kecil sehingga dijadikan jenis

accent lighting.

4. Uplight merupakan teknik penerangan yang dimana cahaya bersumber dari

arah bawah dan diarahkan keatas, biasanya digunakan dengan jenis

penerangan indirect agar tidak mengganggu penglihatan pengguna ruang. Efek

yang dihasilkan secara dominan ditujukan untuk kepentingan estetik, yang

mencitrakan kemegahan pada ruang interior.

5. Sidelight merupakan pencahayaan dengan menyamping, baik dari kiri ke

kanan, kanan ke kiri ataupun keduanya, biasanya digunakan untuk menerangi

suatu objek tertentu atau mengeksposnya sehingga tercipta titik fokus

penerangan ataupun menonjolkan tekstur yang ada pada sisi yang diterangi.

6. Frontlight merupakan penerangan dengan teknik sumber cahaya arah

horizontal. Penerangan biasa digunakan untuk menerangi beberapa benda seni


13

dua dimensional seperti lukisan untuk mendapatkan teang yang merata bagi

benda tersebut saja.

7. Backlight ialah memanfaatkan kegelapan dari objek untuk menitik beratkan

bentuk bayangan atau siluet yang tercipta dari objek tersebut.

8. Wall washer ialah teknik menerangi suatu bidang dinding sehingga tercipta

suatu bidang dengan efek yang terang dan terkesan bersinar.

2.1.4 Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan

Nilai Ambang Batas adalah batas maksimum perasaan aman manusia

berada ditempat kerjanya, meskipun banyak hal terjadi. Nilai ambang batas juga

dapat diidentikkan dengan kadar maksimum yang diperkenankan (Abdul Khalik

& Rahmat Hermawanto, 2019).

Menurut Permenaker No.5 Tahun 2018, tentang K3 Lingkungan Kerja,

nilai ambang batas (NAB) atau Threshold Limit Value (TLV) adalah standar

faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar atau intensitas rata-rata tertimbang

waktu (time weighted avarage) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,dalam pekerjaan sehari-hari

untuk waktu tidak lebih 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Menurut Permenaker Nomor 5 Tahun 2018, NAB faktor fisika sesuai

regulasi, tercantum dalam tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.1 Standart Pencahayaan Permenaker No 5 Tahun 2018

Intensitas
No Keterangan
(LUX)
1 Penerangan darurat 5
2 Halaman dan jalan 20
14

Intensitas
No Keterangan
(LUX)
3 Pekerjaan membedakan barang kasar seperti: 50
a) Mengerjakan bahan-bahan yang kasar
b) Mengerjakan arang atau abu
c) Menyisihkan barang-barang yang besar
d) Mengerjakan bahan tanah atau batu
e) Gang-gang, tangga di dalam Gedung yang selalu dipakai
f) Gedung-gedung untuk menyimpan barang-barang
4 Pekerjaan membedakan barang-barang kecil secara sepintas seperti: 100
a) Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah
selesai
b) Pengemasan yang kasar
c) Penggilingan padi
d) Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
e) Pengerjaan bahan-bahan pertanian
f) Kamar mesin uap
g) Alat pengangkut orang dan barang
h) Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
i) Tempat peyimpanan barang-barang dan kecil
j) Toilet dan tempat mandi
5 Pekerjaan membeda-bedakan barang kecil yang agak teliti seperti: 200
a) Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar)
b) Pengerjaan mesin dan bubut yang kasar
c) Pemeriksaan dan percobaan kasar terhadap barang- barang
d) Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda
e) Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam
kaleng
f) Pembungkusan daging
g) Mengerjakan kayu
h) Melapisi perabot

6 Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil dan 300


halus seperti:
a Pekerjaan mesin yang teliti
b Pemeriksaan yang teliti
c Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
d Pembuatan tepung
e Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau
wol berwarna muda
f Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca,
pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
15

Intensitas
No Keterangan
(LUX)
7 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus 500-1000
dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama
seperti:
a) Pemasangan yang halus
b) Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
c) Pemeriksaan yang halus
d) Penyemiran yang halus atau pemotongan gelas kaca
e) Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)
f) Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
g) Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno,
mengetik atau pekerjaan kantor yang lama
8 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang yang sangat 1000
halus dengan kontras yang kurang untuk waktu yang lama
seperti:
a) Pemasangan yang ekstra halus (arloji, dll)
b) Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat)
c) Percobaan alat-alat yang ekstra halus
d) Tukang mas dan intan
e) Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau
f) Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam
percetakan
g) Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna
tua
Sumber: Permenaker No. 5 Tahun 2018

Standar pencahayaan yang dapat digunakan yaitu standar yang dikeluarkan

oleh instansi pemerintah dalam hal ini dikeluarkan oleh Badan Standarisasi

Nasional (BSN). Standar pencahayaan didalam ruangan dapat dilihat pada tabel

yang merupakan  Stadar Nasional Indonesia (SNI) 6197:2020 tentang Konservasi

Energi pada Sistem Pencahayaan.

Tabel 2.2 Standar Pencahayaa Ruangan

Fungsi Ruangan Tingkat Fungsi Ruangan Tingkat


Pencahayaan Pecahayaan
(LUX) (LUX)
Rumah Tinggal : Lembaga Pendidikan :
Teras 60 Ruang Kelas 350
Ruang Tamu 150 Perpustakaan 350
Ruang Makan 250 Laboratorium 500
Ruang Kerja 300 Ruang paraktek komputer 500
Kamar Tidur 250 Ruang laboratorium biasa 300
Kamar Mandi 250 Raung guru 300
16

Dapur 260 Ruang olahraga 300


Garasi 60 Ruang gambar 750
Perkantoran : Kantin 200
Ruang Resepsionist 300 Hotel dan Restoran:
Ruang Direktur 350 Ruang resepsionis dan kasir 300
Ruang Kerja 350 Lobi 200
Ruang Komputer 350 Ruag serba guna 200
Ruang Rapat 300 Ruang rapat 300
Ruang Gambar 750 Ruang makan 250
Gudang Arsip 150 Kafetaria 200
Ruang Arsip Aktif 300 Kamar tidur 150
Ruang Tangga 150 Koridir 100
Darurat
Ruang Parkir 100 Dapur 300
Rumah Sakit: Pertokoan/ Ruang Pamer:
Ruang Tunggu 200 Ruang pameran dengan objek 500
yang berukuran besar
(misalnya mobil)
Ruang Rawat Inap 250 Area pejuala kecil 300
Ruang Operasi, 1000 Area penjualan besar 500
Ruang Bersalin
Laboratorium 500 Area kasir 500
Ruang Rekreasi dan 250 Toko kue dan makanan 250
Rehabilitasi
Ruang Koridor Siang 200 Toko bunga 250
Hari
Ruang Koridor 50 Toko buku dan alat 300
Malam Hari tulis/gambar
Ruang Kantor Staff 350 Toko perhiasan,arloji 500
Kamar Mandi da 200 Toko barang kulit dan sepatu 500
Toilet Pasien
Industri (Umum): Toko pakaian 500
Gudang 100 Pasar swalayan 500
Pekerjaan Kasar 200 Toko mainan 500
Pekerjaan Menegah 500 Toko alat listrik (TV,radio, 250
mesin cuci, dan lain-lain)
Pekerjaan Halus 1000 Toko alat musik da olahraga 250
Pekerjaa Amat Halus 2000 Rumah Ibadah :
Pemeriksaan Warna 750 Masjid 200
Gereja 200
Vihara 200
Sumber: SNI 6197:2020 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan.

2.1.5 Pengukuran Intensitas Pencahayaan

Menurut SNI, (2019) ada dua cara pengukuran intensitas pencahayaan

dengan menentukan titik pengukuran, yaitu pengukuran setempat dan pengukuran

umum:
17

a. Pengukuran Setempat

Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui intensitas pencahayaan pada

benda-benda, obyek kerja, peralatan atau mesin dan proses produksi serta area

kerja tertentu dimana aktivitas yang dilakukan membutuhkan intensitas

pencahayaan yang berbeda.

b. Pengukuran Umum

Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui intensitas pencahayaan secara

umum di lingkungan kerja dimana aktivitas yang dilakukan membutuhkan

intensitas pencahayaan yang sama.

Penentuan titik pengukuran:

1. Pengukuran Pencahayaan Umum

a Luas ruangan kurang dari 50 m2

Jumlah titik pengukuran dihitung dengan mempertimbangkan bahwa satu

titik pengukuran mewakili area maksimal 3m2. Titik pengukuran merupakan

titik temu antara dua garis diagonal panjang dan lebar ruangan.

Gambar 2.1 Contoh penentuan titik pengukuran pecahayaan umum

Sumber: SNI, 2019


18

b Luas ruangan antara 50m2 sampai 100m2

Jumlah titik pengukuran minimal 25 titik, titik pengukuran merupakan titik

temu antara dua garis diagonal panjang dan lebar ruangan.

c Luas ruangan lebih dari 100m2

Jumlah titik pengukuran minimal 36 titik, titik pengukuran merupakan titik

temu antara dua garis diagonal panjang dan lebar ruangan.

2. Pengukuran Pencahayaan Setempat

Titik pengukuran ditentukan pada benda-benda, obyek kerja, peralatan atau

mesin dan proses produksi serta area kerja tertentu.

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.

Tidak terduga karena peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, dan

dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan disertai kerugian materil ataupun

penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling fatal. Kecelakaan kerja

adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja pada tempat kerja yang

dapat berarti kecelakaan terjadi diakibatkan oleh pekerja pada saat melakukan

pekerjaan (Heni F.A., 2014).

Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa tidak

diinginkan yang menimbulkan kerugian terhadap manusia, kerugian terhadap

proses, maupun merusak harta benda yang terjadi di dalam suatu proses kerja

industri. Kejadian kecelakaan kerja terjadi akibat serangkaian peristiwa atau


19

faktor-faktor sebelumnya, dimana jika salah satu bagian dari peristiwa atau

faktor-faktor tersebut dihilangkan maka kejadian kecelakaan kerja tidak terjadi,

secara umum penyebab kecelakaan kerja digolongkan menjadi dua, yaitu

unsafe action dan unsafe condition. Unsafe action adalah tindakan atau perbuatan

manusia yang tidak mematuhi asas keselamatan, misalnya tidak menggunakan

safety belt pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian. Unsafe condition

adalah keadaan lingkungan tempat kerja yang tidak aman, misalnya keadaan

tempat kerja yang kotor dan berantakan (Putra, 2017).

2.2.2 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut (Heni F.A., 2014) kecelakaan kerja umumnya dikaitkan oleh

beberapa faktor penyebab, ada beberapa teori penyebab kecelakaan adalah sebagai

berikut:

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chane Theory)

Kecelakaan dianggap sebagai suatu kejadian yang terjadi secara kebetulan

yang merupakan kehendak tuhan (Act of God), sehingga tidak ada pola yang

jelas dalam rangkain peristiwanya karena itu terjadi secara kebetulan saja.

2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident Prone Theory)

Kecelakaan terjadi karena sifat-sifat individu yang mempunyai

kecenderungan untuk celaka, misalnya sifat yang ceroboh dan tidak berhati-

hati dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

3. Teori 3 Faktor Utama (Three Main Theory)

Kecelakaan kerja terjadi karena ketidakseimbangan atau lebih dari 3 faktor,

yaitu faktor manusia,peralatan, dan lingkungan.

4. Teori 2 Faktor (Two Main Theory)


20

Kecelakaan terjadi karena 2 faktor yaitu kondisi dan tindakan yang

berbahaya.

5. Teori Faktor Manusia

Kecelakaan terjadi oleh karena kesalahan dari faktor manusia yang dikenal

dengan Human Error.

Menurut Cecep D.S (2014) penyebab utama kecelakaan kerja, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan kerja

2. Tidak tersedianya alat pengaman dan pelindung bagi para pekerja

3. Keadaan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan

faktor kimia yang tidak sesuai dengan persyaratan yang tidak diperkenankan

4. Kurangnya pengetahuan dan pegalaman para pekerja tentang cara kerja dan

keselatan kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang kurang baik.

Kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh 3 faktor , yaitu faktor

manusia, faktor lingkungan dan faktor pekerjaan (Cecep D.S, 2014):

a. Faktor Manusia

1. Umur

Umur mepunyai pengaruh terhadap sebuah pekerjaan terhadap kecelakaan

akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih

tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan golongan umur

muda, karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih

tinggi. Umur muda terkadang sering mengalami kecelakaan kerja karena

kecerobohannya dan tergesa-gesa.

Tenaga kerja golongan usia muda mempunyai kecenderungan mengalami

kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan golongan umur tua. Faktor


21

yang mempengaruhi kecelakaan kerja pada golongan umur muda di

karenakan kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata

hati,ceroboh dan tergesa-gesa.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi pola pikirnya dalam menghadapi

pekerjan yang diberikan padanya, selain itu pendidikan juga

mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan

dalam rangka melaksaakan pekerjaan dan keselamatan kerja.

3. Pengalaman Kerja

Pengalamn kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan kerja. Tingginya pengalaman dan keterampilan akan disertai

dengan penurunan angka kecelakaan kerja. Kewaspadaan terhadap

kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia

dan lamanya kerja di tempat kerja.

b. Faktor pekerjaan

1. Shift kerja

Shift kerja merupakan pembagian waktu kerja dalam waktu sehari atau 24

jam. 2 masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergantian yaitu

ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan

ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam

hari dan tidur pada siang hari.

2. Jenis pekerjaan
22

Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya

kecelakaan akibat kerja.

c. Faktor lingkungan

1. Lingkungan Fisik

a. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting

bagi keselamata kerja. Penelitian membuktikan bahwa pencahayaan

yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan

produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya

kecelakaan kerja. Nilai ambang batas pencahayaan sudah ditentukan

oleh standar yang ada, tergantung pada jenis pekerjaan dan tempat

pekerjaan.

b. Kebisingan

Kebisingan di tempat kerja dapat mempengaruhi terhadap pekerja

karena dapat menimbulkan gangguan pernafasan, gangguan

komunikasi, gangguan pendengaran, sehingga menyebabkan salah

pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaa kerja. Kebisingan juga dapat

menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap. Nilai

ambang batas kebisingan adalah 85dBa untuk 8 jam kerja sehari atau

40 jam kerja dalam seminggu.


23

2. Lingkungan kimia

Lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkngan yang

memungkinkan penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Faktor tersebut

dapat berupa bahan baku suatu produksi, hasil suatu produksi dari proses,

proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.

3. Ligkungan biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik,gangguan dari seragga

maupun binatang lain yang berada ditempat kerja. Berbagai macam

penayakit dapat timbul sepeti infeksi, alergi dan sengatan serangga

maupun gigitan binatang berbisa menyebabkan beberapa penyakit serta

bisa menyebabkan kematian.

2.2.3 Kecelakaan Kerja pada konveksi

Berikut ini beberapa potensi resiko usaha konveksi:

Tabel 2.3 Potensi Resiko Usaha Konveksi

Proses Potensi Bahaya Jenis Bahaya


Pemotongan Kain Tersandung Bahaya Mekanik
Terpeleset Bahaya Mekanik
Terpotong Bahaya Mekanik
Tersayat Bahaya Mekanik
Postur kerja janggal dengan
posisi berdiri setengah
Bahaya Ergonomi
membungkung badan dan
leher
Aktivitas menggunaka tagan
Bahaya Ergonomi
secara berulang
Postur kerja janggal dengan
posisi berdiri setengah
Bahaya Ergonomi
membungkung badan dan
leher
Bordir Manual Handling Bahaya Ergonomi
Penerangan Bahaya Fisik
Suhu Panas Bahaya Fisik
Terpapar Getaran Bahaya Fisik
Terpapar Kebisingan Bahaya Fisik
24

Proses Potensi Bahaya Jenis Bahaya


Stress Kerja Bahaya Pisikologis
Tertusuk Bahaya Mekanik
Terjepit Bahaya Mekanik
Tersengat Arus Listrik Bahaya Listrik
Proses Penjahitan Jari Terkena Jarum Bahaya Mekanik
Jari Tergunting Bahaya Mekanik
Terjatuh Bahaya Mekanik
Tersandung Bahaya Mekanik
Terpeleset Bahaya Mekanik
Terjepit Mesin Jahit Bahaya Mekanik
Postur kerja yang janggal Bahaya Ergonomi
Aktivitas tangan yang
Bahaya Ergonomi
berulang-ulang
Tersengat arus listrik Bahaya Listrik
Konsleting listrik Bahaya Listrik
Terpapar getaran Bahaya Fisik
Stress kerja Bahaya Psikologi
Finishing dan Packing Tergores Bahaya Mekanik
Kejatuhan Barang Bahaya Mekanik
Jari Tergunting Bahaya Mekanik
Sumber: (Sukmawati, 2020)

2.3 Penjahit

Penjahit merupakan sebuah profesi seseorang yang bekerja membuat

pakaian seperti celana, rok, jas, kemeja baik untuk laki-laki atau perempuan

dengan menggunakan alat mesin jahit. Menjahit itu dapat dilakukan dengan

tangan memakai jarum tangan ataupun menggunakan mesin jahit. Seseorang yang

menjadi penjahit pakaian untuk pria biasanya disebut dengan nama tailor,

sedangkan penjahit pakaian wanita dikenal dengan modiste. Profesi yang

membutuhkan konsentrasi yang tinggi, dalam pengerjaannya sangat penting

adanya pencahayaan yang cukup untuk menghindari terjadinya kesalahan ketika

menjahit (Arwinno, 2018)

Pelaksanaan produksi dapat berjalan lancar perlu adanya Langkah-

langkah kerja produksi pada usaha tailor (Arwinno, 2018):

1. Menggambar model yang dipesan


25

Seorang penjahit harus memahami model busana dengan jelas, jika tidak jelas

maka perlu menanyakan kepada pemesan agar pola yang dibuat tidak keliru

dan pakaian yang dihasilkan sesuai keinginan pemesan. Berdasarkan Standar

Nasional Indonesia untuk ruangan menggambar sebayak 750 Lux.

2. Mengambil ukuran badan

Pengambilan ukuran dengan tepat dan teliti agar menghasilkan pakaian yang

pas jika dipakai. Langkah pengambilan ukuran yaitu melepas ikat pinggang

dan mengeluarkan blus, kemudian baru mengambil ukuran yang dikehendaki

3. Membuat pola

Membuat pola dilakukan pada kertas agar kesalahan mudah diperbaiki dan

tidak mengotori kain.

4. Menggunting kain

Sewaktu menggunting kain pola diatur dengan tepat yaitu memperhatikan

panjang dan lebar kain, arah serat lalu menggunting dengan hati–hati agar

menghasilkan guntingan yang rapi dan lurus sehingga pakaian yang

dihasilkan baik.

5. Menjahit

Menjahit adalah menggabungkan dua helai kain atau lebih dengan benang

sehingga menghasilkan sisa atau kampuh, agar menghasilkan jahitan yang

rapi, kuat dan bermutu perlu memperhatikan sistem menjahit yang tepat.

6. Penyempurnaan (finishing)

Bagian penyempurnaan melakukan pekerjaan membersihkan benang,

memasang kancing, menyetrika dan mengepres.

2.4 Kerangka Kosep


26

Menurut (Purwanti et al., 2016) intensitas penerangan atau intensitas

cahaya di tempat kerja bertujuan untuk menberikan penerangan kepada benda-

benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau mesin pada proses produksi

dan juga lingkungan kerja. Proses tersebut diperlukan intensitas cahaya

penerangan yang optimal, selain untuk menerangi obyek kerja, penerangan juga

diharapkan cukup memadai untuk menerangi keadaan sekelilingnya (lingkungan

kerja),agar dalam melakukan sesuatu pekerjaan tidak dapat memicu terjadinya

kecelakaan kerja oleh sebab itu daerah disekitar lingkungan kerja harus

mempunyai penerangan yang cukup.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

intensitas pencahayaan dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja Latif

Konveksi, Al-Chabiba Konveksi, dan Azka Konveksi di Kecamatan

Duduksampeyan tahun 2022. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel

independen dan variabel dependen

Variabel Independen Variabel Dependen

Intensitas Pencahayaan Kecelakaan Kerja

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


27

2.5 Kerangka Teori

Faktor Manusia
Umur
Tingkat Pendidikan
Pengalaman kerja

Faktor pekerjaan
Shift Kerja Kecelakaan Kerja
Jenis Pekerjaan

Faktor Lingkungan
Fisik (Pencahayaan dan
kebisingan)
Kimia
Biologi

Sumber: (Cecep D.S 2014)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode penelitian

observasional analitik. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dengan

tujuan untuk melihat hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kecelakaan

kerja pada pekerja konveksi di Kecamatan Duduksampeyan. Metode observasi

menggunakan metode Point Time Approach, artinya tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau

variabel subjek pada saat pemeriksaan.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian pada bulan November 2022- Februari 2023 di Latif

Koveksi, Al-Chabiba Konveksi, dan Azka Koveksi yang ada di Kecamatan

Duduksampeyan. Penggambilan data dimulai pada tanggal 4 Desember-11

Februari 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Latif konveksi, Al-

Chabiba Koveksi dan Azka Konveksi sebanyak 50 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi.

Sampel yang akan diteliti adalah karyawan yang bekerja di Latif konveksi, Al-

Chabiba Koveksi dan Azka Koveksi. Teknik pegambilan sampel yang akan
29

dilakukan dalam penelitian yaitu degan teknik probability sampling dengan jenis

cluster random sampling yang menggunakan Rumus Slovin sebagai berikut:

N
n=
1+ Ne ²

Keterangan:

n= Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

e= tingkat akurasi (95%) yaitu 0,05

Maka, n = 50/50.0,052+1 = 44 pekerja

Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka menghasilkan sebanyak 44

pekerja untuk dijadikan sampel dari 50 populasi pekerja konveksi.


3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Skala
NO Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Pengukuran
data
1 Intensitas Jumlah penyinaran pada suatu Pencahayaan Lux meter 0. Tidak memenuhi syarat = bila Nominal
Pencahayaan budang kerja yang diperlukan 1000 LUX pencahayaan ≤ 1000 lux setelah
untuk melaksanakan kegiatan melakukan pengukuran
secara efektif 1. Memenuhi syarat = bila
pencahayaan >1000 lux
setelah melakukan pengukuran

2 Kecelakaan Kecelakaan yang terjadi pada a. Tertusuk Kuesioner 0. Tidak pernah = Bila tidak Nominal
Kerja saat pekerja melakukan jarum ditemukan pekerja yang
pekerjaan dalam hubungan b. Terkena mengalami kecelakaan kerja saat
kerja dan terjadi pada saat jam seterika sedang bekerja ditempat kerja.
kerja. c. Cedera 1. Pernah = bila ditemukan pekerja
akibat yang mengalami kecelakaan kerja
Mesin saat sedang bekerja
pemotong 2. ≤1000 lux setelah melakukan
kain pengukuran
d. Tersengat
aliran listrik
31

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui metode wawancara

dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya dan

observasi secara langsung, dimulai dari melakukan observasi, mengunjungi

ketiga konveksi dan melakukan pengamatan. Proses selanjutnya adalah

melakukan pengukuran intensitas pencahayaan dengan menggunakan lux

meter, setelah melakukan pengukuran, wawancara pun dilakukan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari pemilik konveksi,

seperti nama pekerja, jenis pekerjaan dan asal daerah pekerja.

3.6 Teknik Pengelolaan Data

Pengolahan data akan dilakukan setelah pengumpulan data. Data akan

diolah dengan menggunakan komputerisasi melalui program SPSS,

sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Coefficient

Contingency. Tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Mengkode data (data coding)

Variabel yang telah diteliti diberi kode untuk memudahkan dalam pengolahan

selanjutnya.

a. Variabel Independen (Intensitas Cahaya)

1). Kode “0” untuk tidak memenuhi syarat

2). Kode “1” untuk memenuhi syarat

b. Variabel Dependen ( Kecelakaan Kerja)

1). Kode “0” untuk tidak pernah mengalami kecelakaan kerja


32

2). Kode “1” untuk pernah mengalami kecelakaan kerja

2. Menyunting data (data editing)

Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya terlebih dahulu, yaitu

kelengkapan jawaban kuesioner, konsistensi atas jawaban dan kesalahan

jawaban pada kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk

penelitian ini.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada

masing-masing variabel, setelah itu dilakukan analisis data dengan

memasukan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan

analisis univariat, bivariat (untuk mengetahui variabel yang berhubungan)

dan multivariat.

4. Membersihkan data (data cleaning)

Tahap terakhir yaitu pengecekkan kembali data yang telah dimasukkan untuk

memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian

data tersebut telah siap untuk dianalis.

3.7 Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

sebaran data dari setiap variabel independen yaitu intensitas pecahayaan dan

variabel dependen kecelakaan kerja dalam bentuk frekuensi dan presentase.


33

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini berguna untuk menganalisis hubungan antara dua

variabel (variabel independen dan dependen), dalam analisis bivariat ini, uji

yang digunakan dalam analisis yaitu uji Coefficient Contingency.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Duduksampeyan terdapat banyak homeindustry konveksi.

Lokasi penelitian ini di lakukan di 3 konveksi yang berbeda-beda dengan

menimbangkan beberapa aspek yang ada. Konveksi tersebut yaitu Latif Konveksi,

Azka Konveksi dan Al-Chabiba Konveksi. Konveksi terletak di tempat yang

berbeda-beda, seperti Azka Konveksi yang terletak di Dusun Duduk, Latif

Konveksi yang terletak di Dusun Brakung, dan Al-Chabiba Konveksi terletak di

Dusun Petis, koveksi tersebut terletak di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten

Gresik. Sebagian besar pekerjanya adalah tetangga dan kerabat yang merupakan

pekerja tetap yang tinggal di sekitar homeindustry konveksi. Jumlah pekerja pada

ketiga konveksi tersebut sebanyak 50 orang yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan.

Konveksi yang dijadikan subjek sampling terdapat 3 konveksi, diantaranya

yaitu:

1. Azka Konveksi adalah tempat konveksi di Dusun Duduk, jumlah pekerjanya

sebanyak 25 orang.

2. Latif Konveksi adalah tempat konveksi di Dusun Brakung, jumlah pekerjanya

sebanyak 10 orang.

3. Al-Chabiba Konveksi adalah tempat konveksi di Dusun Petis, jumlah

pekerjanya sebanyak 15 orang

Berdasarkan hasil observasi, lingkungan kerja pada penelitian ini adalah

ruangan-ruangan produksi yang ada di Azka Konveksi, Latif Konveksi, dan Al-

34
35

Chabiba Konveksi. Sumber pencahayaan pada penelitian ini berasal dari

pencahayaan alami dan pencahayaan buatan (lampu) dalam ruangan. Pencahayaan

buatan pada tempat penelitian setelah dilakukan pengukuran awal, ditemukan

bahwa pencahayaan di dalam ruangan termasuk dalam kategori pencahayaan yang

kurang. Melihat penggunaan lampu yang digunakan, lampu neon sangat cocok

digunakan untuk jenis pekerjaan dengan tingkat ketelitian tinggi seperti pekerja

konveksi, namun karena jarak, tata letak dan posisi lampu yang tidak sesuai

sehingga intensitas pencahayaan yang ada pada tempat kerja kurang optimal.

4.1.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Konveksi berdasarkan Usia

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan peneliti kepada pekerja

konveksi maka dapat diperoleh gambaran bahwa usia pekerja yang saya teliti

adalah sebagai berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Pekerja Konveksi di Kecamatan


Duduksampeyan tahun 2023
Usia Frekuensi Persentase (%)
< 45 Tahun 28 63,6%
≥ 45 Tahun 16 36,6%
Total 44 100,0%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar pekerja konveksi

berusia kurang dari 45 Tahun. Pekerja sebanyak 44 pekerja diketahui bahwa yang

berusia <45 tahun terdapat 28 pekerja (63,6%) dan berusia >45 tahun terdapat 16

pekerja (36,6%).

4.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan peneliti kepada pekerja

konveksi, maka dapat diperoleh gambaran bahwa jenis kelamin pekerja konveksi

yang saya teliti adalah sebagai berikut ini:


36

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pekerja Konveksi di


Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 15 34,1%
Perempuan 29 65,9%
Total 44 100,0%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar pekerja konveksi

berjenis kelamin perempuan, dalam tabel dapat dilihat distribusi pekerja koveksi

berdasarkan jenis kelamin dengan 45 pekerja diketahui bahwa terdapat 15 pekerja

(34,1%) berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 29 pekerja (65,9%)

berjenis kelamin perempuan.

4.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Pencahayaan


Umum pada Pekerja Latif Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan
Tahun 2023
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan Umum pada Pekerja
iLatif Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023
Keterangan Frekuensi Presentase (%)
Memenuhi Syarat 0 0%
Tidak Memenuhi Syarat 42 100%
Total 42 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh intensitas

pencahayaan umum di Latif konveksi tidak memenuhi syarat sesuai NAB. Tabel

dapat dilihat distribusi intensitas pencahayaan umum di Latif konveksi dengan 0

yang memenuhi syarat (0%) dan 42 yang tidak memenuhi syarat (100%).

4.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Pencahayaan


Umum pada Pekerja Azka Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan
pada Tahun 2023
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan Umum pada Pekerja
Azka Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023
keterangan Frekuensi Presentase (%)
Memenuhi Syarat 0 0%
Tidak Memenuhi Syarat 55 100%
Total 55 100%
37

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh intensitas

pencahayaan umum di Azka konveksi tidak memenuhi syarat sesuai NAB. Tabel

dapat dilihat distribusi intensitas pencahayaan umum di Azka konveksi dengan 0

yang memenuhi syarat (0%) dan 55 yang tidak memenuhi syarat (100%).

4.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Pencahayaan


Umum pada Pekerja Al-Chabiba Konveksi di Kecamatan
Duduksampeyan pada Tahun 2023
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan Umum pada Pekerja
Al-Chabiba Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023
Keterangan Frekuensi Presentase (%)
Memenuhi Syarat 0 0%
Tidak Memenuhi Syarat 32 100%
Total 32 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh intensitas

pencahayaan umum di Al-Chabiba konveksi tidak memenuhi syarat sesuai NAB.

Tabel dapat dilihat distribusi intensitas pencahayaan umum di Al-Chabiba

konveksi dengan 0 yang memenuhi syarat (0%) dan 32 yang tidak memenuhi

syarat (100%).

4.2 Data Khusus

4.2.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Konveksi Berdasar Intensitas

Pencahayaan

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan peneliti kepada pekerja

konveksi maka dapat diperoleh gambaran bahwa kondisi intensitas pencahayaan

pekerja yang saya teliti adalah sebagai berikut ini.

Tabel 4.6 iiDistribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan pada Konveksi di


Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023
Intensitas Pencahayaan Frekuensi Persentase (%)
Memenuhi syarat 16 36,4%
Tidak memenuhi syarat 28 63,6%
Total 44 100,0%
38

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian besar

pekerja konveksi yang ada di Kecamatan Duduksampeyan dari total 44 pekerja

konveksi sebagian besar memiliki kategori tidak memenuhi syarat dalam

intensitas pencahayaan yaitu berjumlah 28 pekerja (63,6%) dan untuk kategori

memenuhi syarat dalam intensitas pencahayaan terdapat 16 pekerja (36,4%).

4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Kecelakaan Kerja

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan peneliti kepada pekerja

koveksi maka dapat diperoleh gambaran bahwa kecelakaan kerja pekerja yang

saya teliti adalah sebagai berikut ini.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja pada Konveksi di


Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023
Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase (%)
Pernah 31 70,5%
Tidak pernah 13 29,5%
Total 44 100,0%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja

konveksi di Kecamatan Duduksampeyan dari total 44 pekerja pernah mengalami

kecelakaan kerja yaitu sebanyak 31 pekerja (70,5%).

4.2.3 Hubungan Intensitas Pencahayaan Terhadap Kecelakaan Kerja


Karyawan Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan

Tabel 4.8 Tabulasi Silang intensitas pencahayaan dengan Kecelakaan Kerja


di Konveksi di Kecamatan Duduksampeyan Tahun 2023
Kecelakaan kerja
Intensitas cahaya pernah tidak pernah total P-
n % N % N % Value
Memenuhi syarat 7 43,75% 9 56,25% 16 100% 0,003
Tidak memenuhi syarat 24 85,71% 4 14,29% 28 100%
Total 31 70,45% 13 29,55% 44 100%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang

pernah terjadi Sebagian besar mempunyai intensitas cahaya yang tidak memenuhi
39

syarat yaitu 85,71% dibandingkan dengan intensitas cahaya yang memenuhi

syarat yaitu 43,75%. Yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja Sebagian

besar memiliki intensitas cahaya yang memenuhi syarat yaitu 56,25%

dibandingkan dengan yang tidak memenuhi syarat yaitu 14,29%.

Hasil uji coefficient contingency dapat dikatakan bahwa ada hubungan

antara intensitas pencahayaan dengan kecelakaan kerja karena memiliki nilai P-

value sebesar 0,003 yang kurang dari α sebesar 0,05.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Intensitas Pencahayaa pada Pekerja Konveksi

Intensitas pencahayaan pada ruangan kerja di konveksi di Kecamatan

Duduksampeyan memiliki ruangan kerja yang kurang intensitas pencahayaan

dikarenakan cahaya lampu LED yang kurang menyebar dan merata, hal tersebut

dibuktikan dengan hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa intensitas

pencahayaan di konveksi di Kecamatan Duduksampeyan yang termasuk dalam

kategori tidak memenuhi syarat dalam intensitas pencahayaan terdapat 28 pekerja

(63,6%) dan yang termasuk dalam kategori memenuhi syarat terdapat 16 pekerja

(36,4%). Penelitian (Nurhayati et al., 2022) sudah melakukan studi pendahuluan,

dan diperoleh besarnya intensitas pencahayaan umum pada tiap titik bervariasi

antara 227 lux sampai dengan 808 lux. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan NAB

yang ditentukan.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Tahun 2.000 dalam

(Luthan, 2021) tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada

bangunan gedung terdapat salah satu sistem pencahayaan yakni sistem

pencahayaan merata. Sistem pencahayaan merata yakni tingkat pencahayaan yang

merata di seluruh ruangan yang digunakan jika tugas visual yang dilakukan di

seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama.

Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara

merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.

Menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 dalam (Suhermawan Sukri,

2021) intensitas pencahayaan yang baik bagi pekerja konveksi yaitu minimal

40
41

1.000 lux apabila pencahayaan tersebut tidak memenuhi standard maka akan

menimbulkan potensi-potensi bahaya yang akan merugikan pekerja.

Berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018, NAB faktor fisika sesuai

regulas, pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras yang

sedang dan dalam waktu yang lama seperti: Pemasangan yang halus, pekerjaan-

pekerjaan mesin yang halus, pemeriksaan yang halus, penyemiran yang halus atau

pemotongan gelas kaca, pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran), menjahit bahan-

bahan wol yang berwarna tua.

Sumber intensitas pencahayaan pada pekerja konveksi di Kecamatan

Duduksampeyan memiliki sumber pencahayaan buatan serta pencahayaan alami.

Sumber pencahayaan alami di konveksi karena banyaknya jendela yang berukuran

besar di ruang konveksi, namun intensitas yang dihasilkan dari pencahayaan alami

tidak tetap dikarenakan faktor cuaca. Selain itu, pencahayaan alami akan

menghasilkan panas dan kesilauan di siang hari. Sumber pencahayaan buatan di

konveksi yakni terdapat banyak lampu LED yang menerangi ruangan secara

merata. Pencahayaan buatan sangat dibutuhkan jika posisi ruangan sulit dicapai

oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi

(Sukmawati, 2020).

Penggabungan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan di Latif

konveksi, Al-Chabiba konveksi, dan Azka konveksi dapat menciptakan intensitas

pencahayaan ruangan yang terang sehingga para pekerja dapat melihat secara

detail, maka akan mempermudah terlaksananya pekerjaan-pekerja di konveksi,

akan mempermudah penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman,

tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang.


42

5.2 Kecelakaan kerja pada Pekerja Konveksi

Kecelakaan kerja di konveksi yang ada di Kecamatan Duduksampeyan

mayoritas dalam kategori pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini terbukti

bahwa dari 44 pekerja terdapat sebanyak 31 pekerja (70,5%) yang pernah

mengalami kecelakaan kerja dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja

sebanyak 13 pekerja (29,5%).

Menurut Keputusan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

No. 609 Tahun 2012 mengenai Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja

dan Penyakit Akibat Kerja, mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai kecelakaan

yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul

karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan

yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki

dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik

waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses

kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada tempat konveksi di konveksi

yang ada di Kecamatan Duduksampeyan yakni seperti tertusuk jarum sebanyak 28

insiden, jari tangan teriris benda tajam 2 insiden , jari tangan terpotong sebanyak 4

insiden dan tersengat aliran listrik 10 insiden.


43

5.3 Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Kecelakaan Kerja pada

Pekerja Konveksi

Dari hasil uji coefficient contingency menunjukkan bahwa nilai

signifikansi sebesar 0,003 yang berarti bahwa korelasi bermakna. Sehingga dapat

diketahui bahwa terdapat hubungan antara intensitas pencahayaan dengan

kecelakaan kerja karena memiliki nilai P-value sebesar 0,003 yang kurang dari α

sebesar 0,05.

Berdasarkan dari crosstabulation di konveksi yang ada di Kecamatan

Duduksampeyan yang memenuhi intensitas pencahayaan dan tidak pernah

mengalami kecelakaan kerja terdapat 9 pekerja, yang memenuhi intensitas

pencahayaan dan pernah mengalami kecelakaan kerja terdapat 7 pekerja, serta

yang ruang kerjanya tidak memenuhi intensitas pencahayaan dan pernah

mengalami kecelakaan kerja terdapat 24 pekerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Triyanto, 2018a), ditemukan

bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja lebih banyak pada kategori

intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan

kategori intensitas pencahayaan yang memenuhi syarat, namun terdapat pula

pekerja memiliki intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi syarat yang tidak

mengalami kecelakaan kerja dan memiliki intensitas pencahayaan yang memenuhi

syarat yang tidak mengalami kecelakaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Isniyani,

R., & Ginanjar, 2019) yang menyebutkan bahwa pekerja yang memiliki tingkat

pengetahuan yang rendah, sikap yang negatif serta ruang kerja dengan intensitas

pencahayaan yang kurang memiliki peluang tinggi terhadap kejadian kecelakaan


44

kerja. Penelitian yang dilakukan oleh (Putra, 2017)yang menyebutkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara faktor kondisi sumber

pencahayaan dan usia pekerja dengan keluhan kelelahan mata yang dialami oleh

pekerja. Hasil penelitian ini juga didukung dengan teori bahwa tingkat intensitas

pencahayaan itu tergantung dengan jenis pekerjaan yang membutuhkan ketelitian

atau tidak membutuhkan ketelitian. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian

namun tingkat intensitas pencahayaan kurang maka akan menimbulkan kesalahan

dalam bekerja bahkan akan menimbulkan kecelakaan kerja.

Konveksi merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sehingga

pekerjaan konveksi membutuhkan tingkat intensitas pencahayaan lebih dari 1.000

lux. Pencahayaan kurang, maka akan berdampak pada karyawan seperti kurang

teliti dalam proses menjahit, maupun dalam pekerjaan lainnya, selain itu

kurangnya intensitas pencahayaan akan menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja

seperti tertusuk jarum, jari tangan teriris benda tajam, kaki terinjak benda tajam,

jari tangan terpotong dan tersengat aliran listrik.

Intensitas pencahayaan dengan kecelakaan kerja di Latif Konveksi, Al-

Chabiba Konveksi, dan Azka Konveksi yang ada di Kecamatan

Duduksampeyan terdapat hubungan diantara keduanya. Tingkat intensitas

pencahayaan berpengaruh terhadap kecelakaan kerja pada konveksi.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian hubungan antara intensitas pencahayaan

dengan kecelakaan kerja pada pekerja konveksi di Kecamatan Duduksampeyan

sebagai berikut:

1. Intensitas pencahayaan di konveksi yang ada di kecamatan Duduksampeyan

hampir seluruhnya tidak memenuhi syarat (63,6%).

2. Kecelakaan kerja di konveksi yang ada di Kecamatan Duduksampeyan

sebagian besar pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja (70,5%)

3. Hasil uji coefficient contingency menunjukkan bahwa nilai signifikansi

korelasi sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara intensitas

pencahayaan dengan kecelakaan kerja di konveksi yang ada di Kecamatan

Duduksampeyan.

6.2 Saran

Sejalan dengan hasil penelitian ini saya memandang perlu memberikan

saran sebagai berikut:

1. Bagi pemilik konveksi, selaku pemilik usaha supaya memberikan fasilitas

terbaik bagi para pekerja atau karyawan terutama pada pencahayaan atau

penerangan ruangan kerja, karena dengan terpenuhinya intensitas

pencahayaan dengan baik akan mempermudah pekerjaan karyawan dan

memperkecil resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga bagi pemilik

konveksi megingatkan agar pekerja selalu berhati-hati dalam menyelesaikan

setiap pekerjaan dan jika terjadi kendala apapun dalam pekerjaan hendaknya

45
46

memberitahukan kepada pemilik konveksi agar terjadi transparansi diantara

kedua belah pihak serta menghindari adanya resiko yang besar. Pemilik

konveksi di usahakan menggunakan warna cerah pada dinding dan furniture,

agar menambah intensitas pencahayaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih meluas

dari intesitas cahaya terhadap kecelakaan kerja pada pekerja di konveksi

seperti melakukan penelitian mengenai kondisi lingkungan kerja dengan

kinerja karyawan, serta motivasi kerja dengan kinerja pekerja agar

mendapatkan pengetahuan atau informasi yang lebih banyak lagi mengenai

usaha konveksi.
47

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Khalik, R., & Rahmat Hermawanto, A. (2019). Analisis Kebisingan Pada
Ruangan Mesin Border Terhadap Kelelahan Operator Mesin Border Di
Home Industri Berkah Border. Sistemik : Jurnal Ilmiah Nasional Bidang
Ilmu Teknik, 7(2), 34–44.

Arwinno, L. D. (2018). Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjahit Garmen.


Higeia Journal Of Public Health Research And Development, 2(3), 406–416.

Azis, A. (2014). Desain Pencahayaan Buatan Pada Proses Relaksasi Pengguna


Pusat Kebugaran. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Senirupa Dan Desain , 1–
10.

Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).2017. Angka Kecelakaan Kerja di


Indonesia.

Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).2018. Angka Kecelakaan Kerja di


Indonesia.

Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).2019. Angka Kecelakaan Kerja di


Indonesia.

Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).2020. Angka Kecelakaan Kerja di


Indonesia.

Cecep D.S. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen


Publishing

Heni F.A., I. S. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Yogyakarta:


Deepublish, Oktober 2014.

Isniyani, R., & Ginanjar, R. (2019). Intensitas Pencahayaan Dengan Kejadian


Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Koperasi Karyawan Indokarlo Perkasa
Bagian Produksi Tahun 2018. 301–307.
48

Jasna, J., & Dahlan, M. (2019). Jurnal Kesehatan Masyarakat Pada Pekerja
Penjahit Di Kabupaten Polewali Mandar Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Al Asyariah
Mandar J-Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(1), 48–58.

Juliana, W. (2020). Hubungan Intensitas Pencahayaan dan Beban Kerja Dengan


Keluhan Kelelahan Pekerja di Bagian Produksi PT.Johan Sentosa. 1–57.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran Dan Industri.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor


609 Tahun 2012 mengenai Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja
dan Penyakit Akibat Kerja

Listiana Cahyantari, Rif’ati Dina H, B. S. (2016). Analisis Intensitas Pencahayaan


Di Ruang Kuliah Gedung Fisika Universitas Jember Dengan Menggunakan
Calculux Indoor 5.0B. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5(1), 77–81.

Lubis, A. (2016). Lingkungan Kerja Yang Kondusif Dan Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhinya Aswadi Lubis Dosen Febi Iain Padangsidimpuan. 34–50.

Luthan, A. R. M. (2021). Identifikasi Potensi Bahaya Kerja Pada Pekerja Bordir


Dan Konveksi Di Fajar Baru Helvetia.

Nurhayati, I., Atmojo, T. B., & Sari, Y. (2022). Hubungan Intensitas Pencahayaan
dan Jarak Penglihatan dengan Keluhan Kelelahan Mata Operator Jahit.
Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 18(1), 45–50.

Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Permenaker No.5 Tahun 2018, tentang
K3 Lingkungan Kerja

Purwanti, I., Poerwanto, I., Dini, I., & Mt, W. (2013). Analisa Pengaruh
49

Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata Operator Di Ruang Kontrol Pt .


Xyz. 3(4), 43–48.

Putra, D. P. (2017). Penerapan Inspeksi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja. Higeia Journal of Public
Health Research and Development, 1(3), 73–83.

Sapta, H. B. (2019). Mengenal Cahaya Sebagai Gelombang.Penerbit Duta.

Simbolon, R. V. (2017). Hubungan Intensitas Pencahayaan dan Lama Paparan


Radiasi Monitor Komputer dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja
Pengguna Komputer di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2016.

Stadar Nasional Indonesia (SNI) 6197:2020 tentang Konservasi Energi pada


Sistem Pencahayaan

Stadar Nasional Indonesia (SNI) 7062:2019 tentang Pengukuran intensitas


pencahayaan di tempat kerja.

Suhermawan Sukri, A. (2021). Hubungan Karakteristik Pekerja dan Intensitas


Pencahayaan Dengan Kelelahan Mata Pada Penjahit Sektor Usaha Informal
Di Kelurahan Tamalanrea Kota Makassar. 7, 6.

Sukmawati, I. (2020). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH Potensi Bahaya


pada Home industry Konveksi. 4(3), 384–396.

Suoth, L. F., & Maramis, F. R. R. (2018). Gambaran Intensitas Pencahayaan


Pada Penjahit Di Kompleks Gedung President Pasar 45 Kota Manado. 7(5),
3–8.

Triyanto, D. K. (2018b). Hubungan Antara Intensitas Pencahayaan dengan


Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Konveksi di Kota Makassar Tahun
2018.
50

Winestya, V. (2016). Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran,


Motivasi, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Hadji
Kalla. Universitas Hasanuddin.
51

LAMPIRAN
52

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


53

Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian


54
55

Lampiran 3. Keterangan Kelaikan Etik


56

Lampiran 3. Uji Kelaikan Etik


57

Lampiran 4. Pernyataan Persetujuan Publikasi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gresik, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :

Nama : Khamidah Salsabila Romadloni


NIM : 191102024
Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis karya : Skripsi/Tesis/Disertasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Gresik Hak Bebas Royalti Noneksklusif (non
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba konveksi
dan Azka konveksi)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Universitas Muhammadiyah Gresik berhak menyimpan, mengalih
media / formatkan, mengelola, dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Gresik


Pada Tanggal: 17 Maret 2023

Khamidah Salsabila R
191102024
58

Lampiran 5. Lembar Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Khamidah Salsabila Romadloni
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Duduksampeyan RT 08A RW 05, Gresik-Jawa Timur

Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai:


1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Intensitas Pencahayaan Dengan
Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Konveksi Di Kecamatan Duduksampeyan”
2. Prosedur penelitian
3. Manfaat ikut penelitian
Kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian tersebut, maka saya dengan ini secara sukarela,
menyatakan (bersedia / tidak bersedia *) ikut dalam penelitian. Saya akan
memberikan informasi yang benar sejauh yang saya ketahui dan saya ingat.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.

Gresik, 10 Februari 2023


Peneliti Respoden

Khamidah Salsabila Romadloni (.............................................)

*) coret yang tidak perlu


59

Lampiran 6. Lembar Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN


DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA
KONVEKSI DI KECAMATAN DUDUKSAMPEYAN
(Studi pada Latif Konveksi, Al-Chabiba konveksi
dan Azka konveksi)

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Tempat,Taggal Lahir :
Alamat :
Jenis Kelamin :
B. INTENSITAS PENCAHAYAAN
1. Hasil pengukuran intensitas pencahayaan : ……………… Lux
2. Apakah hasil pengukuran intensitas pencahayaan sudah memenuhi standar?
a. Menenuhi standar
b. Tidak memenuhi standar
C. KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan Kerja Pernah Tidak Pernah


Apakah anda pernah mengalami
kecelakaan kerja?
Apakah anda pernah mengalami
kecelakaan kerja dalam 2 bulan terakhir
ini?
Apakah anda pernah mengalami
tertusuk jarum, jari tangan teriris, jari
tangan terpotong, tersengat aliran
listrik?
Apakah anda pernah mengalami
benturan pada anggota tubuh dengan
benda kerja yang mengakibatkan
cidera?
Apakah anda pernah mengalami bahaya
ergonomi saat melakukan pekerjaan?
60

Lampiran 8. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan

Titik Responden Intensitas Pencahayaan


1 AM 121
2 R 150
3 DS 115
4 LL 154
5 NM 345
6 SK 765
7 RB 876
8 K 1023
9 KM 1029
10 NS 989
11 NA 743
12 MN 724
13 DK 898
14 RR 621
15 LK 818
16 NK 143
17 RS 148
18 ID 710
19 TW 751
20 TR 765
21 W 520
22 WN 443
23 IM 423
24 FA 364
25 NA 512
26 MK 985
27 SR 1004
28 QR 912
29 KD 724
30 LS 743
31 HM 615
32 UF 590
33 NA 603
34 DR 812
35 AR 1013
36 UM 1213
37 ER 1106
38 MH 1109
39 NH 1007
40 FM 1041
41 IS 897
42 KL 975
43 RR 983
44 BK 895
61

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan pada Latif Konveksi

Titik Intensitas Pencahayaan


1 340
2 342
3 348
4 345
5 337
6 332
7 334
8 331
9 345
10 346
11 332
12 321
13 332
14 334
15 338
16 340
17 338
18 335
19 330
20 335
21 339
22 342
23 341
24 340
25 329
26 330
27 334
28 336
29 331
30 326
31 325
32 327
33 336
34 333
35 331
36 296
37 286
38 289
39 291
40 292
41 288
42 285
62

Lampiran 10. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan pada Al-Chabiba


Konveksi

titik Intensitas pencahayaan


1 229
2 240
3 240
4 236
5 237
6 224
7 245
8 213
9 231
10 240
11 244
12 246
13 247
14 235
15 232
16 228
17 234
18 223
19 220
20 219
21 216
22 209
23 198
24 195
25 214
26 211
27 196
28 187
29 204
30 198
31 188
32 179
63

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan pada Azka


Konveksi

titik Intensitas pencahayaan


1 265
2 268
3 270
4 268
5 276
6 288
7 283
8 286
9 271
10 265
11 292
12 294
13 297
14 286
15 281
16 285
17 287
18 290
19 285
20 273
21 265
22 268
23 271
24 263
25 258
26 256
27 259
28 262
29 258
30 251
31 247
32 249
33 252
34 246
35 238
36 235
37 238
38 240
39 228
40 226
41 241
42 244
43 246
44 237
45 234
64

46 234
47 236
48 239
49 236
50 224
51 220
52 224
53 226
54 220
55 219
65

Lampiran 12. Hasil Pengolahan Data

1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

USIA
Fre P Valid Cumul
quency ercent Percent ative Percent
Valid <44 Tahun 28 6 63.6 63.6
3.6
>45 Tahun 16 3 36.4 100.0
6.4
Total 44 1 100.0
00.0

2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Intensitas Pencahayaan

INTENSITAS CAHAYA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak memenuhi syarat 28 63.6 63.6 63.6
Memenuhi syarat 16 36.4 36.4 100.0
Total 44 100.0 100.0

3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Kecelakaan Kerja

KECELAKAAN KERJA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak pernah 13 29.5 29.5 29.5
pernah 31 70.5 70.5 100.0
Total 44 100.0 100.0
66

4. Uji coefficient contingency

INTENSITAS CAHAYA * KECELAKAAN KERJA

Crosstabulation

KECELAKAAN KERJA
Tidak
pernah pernah Total
INTENSITAS Tidak memenuhi syarat Count 4 24 28
CAHAYA Expected Count 8.3 19.7 28.0
Memenuhi syarat Count 9 7 16
Expected Count 4.7 11.3 16.0
Total Count 13 31 44
Expected Count 13.0 31.0 44.0

Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .405 .003
N of Valid Cases 44
67

Lampiran 13. Dokumetasi


68

Lampiran 14. Logbook Bimbingan

LOGBOOK BIMBINGAN SKRIPSI

Pembimbing : Zufra Inayah, S.KM., M.Kes

Pertemuan ke :

Tanggal Materi Bimbingan Masukan Pembimbing Paraf


Pembimbing
12-September-
2022 Judul Merubah judul

BAB I
13-September- -Latar Belakang  Mencari sumber terbaru
2022  Referensi 5 tahun terakhir
 Lebih diringkas lagi
 Menentukan S+P+0+K

BAB I Mengganti kalimat


13-September- Tujuan Penelitian
2022
BAB II Referensi 5 tahun terakhir
19- September- Tinjauan Pustaka
2022

23-September- BAB III  Memperbaiki Definisi


2022 Metode Penelitian Operasional
 Memperbaiki Kuesioner

4-Januari-2023 BAB IV  Mengganti kata responden


Hasil Penelitian menjadi pekerja konveksi
 Penamaan pada tabel
 Pada judul tabel harus ada
Who+Where+When
 Penjelasan tabel hanya
presentase yang terbesar
 Judul tabel dirubah menjadi
tabulasi silang, penjelasan
tabulasi silang disesuaikan
dengan revisi dari Bu Zufra
69

Tanggal Materi Bimbingan Masukan Pembimbing Paraf


Pembimbing
5-Januari-2023 BAB V  Isi pembahasan meliputi
Pembahasan fakta, teori, dan opini
 Menambahkan teori pada
pembahasan
 Urutan pembahasan
disesuaikan dengan tujuan

6-Januari-2023 BAB VI  Meringkas kesimpulan


Kesimpulan dan  Dimasukkan frekuensi yang
Saran terbesar saja
 Saran bagi pekerja di hapus,
dan di jadikan satu di bagi
pemilik konveksi

12-Januari-2023 Abstrak  Pada metode penelitian lebih


disingkat lagi
 Presentase dari intensitas
pencahaan dan kecelakaan
kerja
 Pada kesimpulan,
ditambahkan saran
01-Februari- Penelitian Mencari referensi terbaru
2023 terkait cara pengukuran
intensitas pencahayaan

07-Februari- penelitian Konsultasi terkait penelitian


2023 dan cara mengukur intensitas
pencahayaan

08-Maret-2023 BAB IV  Hasil penelitian ditambahin


pengukuran intensitas
pencahayaan setempat

14-Maret-2023 BAB I-BAB VI  Pada BAB IV dirapihkan


untuk spasi pada tabel
 Pada BAB V Pembahasan
ditambahakn penjelasan
mengenai intensitas
pencahayaan umum
70

LOGBOOK BIMBINGAN SKRIPSI

Pembimbing : Dwi Faqihatus Syarifah Has, S.KM., M.Epid

Pertemuan ke :

Paraf
Tanggal Materi Bimbingan Masukan Pembimbing
Pembimbing
28-September-2022 BAB I-III  Mencantumkan sumber
 Referensi 8 tahun terakhir
 Kata-kata yang Typo
 Menambahkan definisi
operasional
12-Januari-2023 BAB IV-VI  Pada tabel Usia,
mengkategorikan usia 45
di kategori yang mana
 Penulisan pada tabel
 Penambahan teori pada
pembahasan

27-Januari-2023 BAB I Pada tujuan penelitian


menambahkan kata
“menganalisis”

08-Maret-2023 BAB III-VI Mencantumkan sumber dan


menambahkan penelitian
terdahulu pada pembahasan

Anda mungkin juga menyukai