Bab 8 Penulisan Lakon

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Penulisan Bab VIII

Lakon

Alur Pembelajaran

Lakon
Rancangan
Pemeranan
Menulis Cerita

136 Kelas IX SMP/MTs


A. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu memahami dan melakukan aktivitas sebagai berikut!


1. Mendeskripsikan perancangan pementasan mulai dari penulisan
cerita, pelatihan pemeran, dan perancangan tata artistik.
2. Mengidentifikasikan struktur cerita dan menuliskan cerita sebagai
persiapan pementasan.
3. Menyusun naskah lakon pendek berdasarkan kaidah penyusunan
naskah lakon seni teater modern.

B. Proses Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran
1. Amati berbagai masalah yang ada di sekitarmu, kemudian rangkum
masalah tersebut.
2. Bacalah berbagai cerita yang ada di daerahmu dan susunlah cerita
itu sesuai dengan peristiwanya.
3. Diskusikan masalah tersebut dan cerita yang kamu baca dengan
teman-temanmu.
4. Tuliskan hasil diskusi itu menjadi rangkaian cerita.
5. Komunikasikan rancangan cerita itu dengan guru pembimbing dan
teman-temanmu agar mendapatkan evaluasi.
6. Perbaiki rancanganmu sesuai dengan evaluasi guru pembimbing dan
teman-temanmu.

Seni Budaya 137


Lembar Pengamatan
Nama :
Hari /Tanggal Diskusi :
Objek Diskusi :

Pengamatan Hasil Pengamatan

Peristiwa Keseharian

Rangkuman Cerita yang


Dibaca

138 Kelas IX SMP/MTs


Lembar Diskusi
Nama :
Hari /Tanggal Diskusi :
Objek Diskusi :

Topik Hasil Diskusi

Tema

Plot Peristiwa

Setting

Penokohan

Seni Budaya 139


Aktivitas Pembelajaran

1. Carilah informasi tentang cerita dan bagaimana cara menulis cerita


2. Diskusikan dengan teman-temanmu tentang struktur dan unsur-
unsur lakon.
3. Cobalah menyusun cerita sesuai dengan struktur lakon.
4. Komunikasikan cerita yang kamu tuliskan kepada guru pembimbing
dan teman-temanmu.

LAKON
Naskah lakon atau cerita atau biasa disebut skenario adalah
instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan para
sutradara dan para pemeran. Naskah lakon bisa berdiri sendiri
sebagai bacaan berupa buku cerita atau karya sastra. Naskah
lakon merupakan penuangan dari ide cerita ke dalam alur cerita
dan susunan lakon. Seorang penulis lakon dalam proses berkarya
biasanya bertolak dari tema cerita. Tema itu disusun menjadi
sebuah cerita yang terdiri dari peristiwa-peristiwa yang memiliki
alur yang jelas, dengan ukuran dan panjang yang diperhitungkan
menurut kebutuhan sebuah pertunjukan. Meskipun sebuah naskah
lakon bisa ditulis sekehendak penulis lakon atau cerita, tetapi harus
memperhitungkan atau berpegang pada asas kesatuan (unity).
Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya
mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema (dasar pemikiran
atau gagasan, ide penulis untuk disampaikan kepada penonton),
plot (kejadian atau peristiwa yang saling mengkait), setting (latar
tempat, waktu, dan suasana cerita), serta tokoh (peran yang terlibat
dalam kejadian-kejadian dalam lakon). Akan tetapi, naskah
lakon yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan mempunyai
struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali dirumuskan
oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu
eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti klimaks atau
resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada
perkembangan kemudian tidak diterapkan secara kaku, tetapi
lebih bersifat fungsionalistik. Struktur lakon yang lebih sederhana
terdiri dari pemaparan, konflik, dan penyelesaian.

140 Kelas IX SMP/MTs


1. Latihan Menulis Struktur Cerita
a. Menentukan Tema
1. Baca cerita yang ada, kemudian tentukan temanya.
2. Diskusikan tema tersebut dengan teman-temanmu.
3. Coba temanmu membaca cerita yang berbeda dan tentukan tema
dari masing-masing cerita tersebut.
4. Pilihlah salah satu tema dari berbagai macam tema yang telah
kamu tentukan dengan kelompok tersebut.
5. Beri alasan kenapa kamu dan teman-teman diskusimu memilih
tema tersebut.

TEMA
Gagasan cerita atau ide cerita yang menjadi dasar atau inti
cerita yang hendak dituliskan oleh seorang penulis cerita. Banyak
yang menyebutkan bahwa ide atau gagasan itu sebagai tema. Ide
cerita bisa dari mana saja dan kapan pun bisa muncul dalam pikiran
penulis cerita. Ide cerita atau gagasan cerita tidak perlu dicari ke
mana-mana, ide cerita banyak tersebar di lingkungan, asal kita bisa
menangkap dan mengolahnya. Metode atau cara yang dilakukan
untuk untuk mendapatkan ide atau gagasan cerita adalah dengan
mengamati semua hal yang ada di sekitar kita. Proses pengamatan
ini akan memunculkan kesadaran dalam diri dan pikiran kita.
Tema bisa juga disebut muatan intelektual dalam sebuah
permainan, ini mungkin bisa diuraikan sebagai keseluruhan
pernyataan dalam sebuah permainan: topik, ide utama, atau pesan,
mungkin juga sebuah keadaan (Robert Cohen, 1983. hlm.54). Adhy
Asmara (1979, hlm. 65) menyebut tema sebagai premis, yaitu
rumusan inti sari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan
arah tujuan cerita. Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan
bahwa tema adalah ide dasar, gagasan, atau pesan yang ada dalam
naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita.

Seni Budaya 141


b. Menentukan Plot atau Kerangka
1). Buatlah plot cerita atau peristiwa dalam sebuah cerita sesuai dengan
waktu, tempat, dan tokoh-tokohnya (misalnya; plot 1. sekelompok
siswa pada waktu jam pelajaran sekolah berunding hendak bertamasya
ke gunung. Plot 2. Sekelompok siswa sedang dalam perjalanan
tamasya ke gunung dan sedang istirahat, karena kelelahan. Plot 3.
Sekelompok siswa diganggu oleh sekelompok monyet yang nakal,
sehingga siswa-siswa tersebut marah tapi ketakutan. Salah satu siswa
mempunyai ide, bagaimana cara mengerjai monyet-monyet yang
nakal tersebut. Plot 4. Monyet-monyet yang telah dikerjai itu datang
pada raja monyet dan melaporkan bahwa mereka telah diganggu
oleh manusia. Monyet-monyet ini membuat laporan palsu pada raja
monyet. Plot 5. Semua siswa merasa senang karena berhasil mengerjai
monyet-monyet tersebut, tetapi hari sudah sangat sore sehingga harus
membuat tenda untuk menginap. Plot 6. Sekelompok siswa yang
sedang berkumpul dan bercerita, kemudian didatangi raja monyet
yang telah dikerjai tadi. Raja monyet tersebut tidak terima karena
anak buahnya dikerjai, maka berdebatlah sekelompok siswa tersebut
dengan raja monyet, sampai raja monyet tersebut tahu bahwa anak
buahnya yang nakal. Plot 7. Sekelompok siswa pulang lagi dengan
membawa pengalaman tamasya yang berharga bagaimana manusia
seharusnya hidup berdampingan dan saling menghormati, meski
dengan hewan).
2). Buatlah plot-plot cerita yang banyak sesuai dengan tema cerita yang
telah ditentukan.
3). Tuliskan plot-plot cerita tersebut, kemudian diskusikan dengan teman-
temanmu untuk mendapatkan masukan.
4). Tulis kembali plot-plot cerita yang telah mendapat masukan tersebut
untuk dijadikan cerita yang akan dipentaskan.

PLOT
Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan
dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui
perumitan (penggawatan atau komplikasi) ke arah klimaks dan
selesaian. Rikrik El Saptaria (2006. hlm.47) mengemukakan plot
atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan
yang lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat.

142 Kelas IX SMP/MTs


Plot disusun oleh pengarang dengan tujuan untuk
mengungkapkan buah pikirannya yang secara khas. Pengungkapan
ini melalui jalinan peristiwa yang baik, sehingga menciptakan dan
mampu menggerakkan alur cerita itu sendiri.
Ada sebagian orang menyebut plot sebagai kerangka cerita,
karena terdiri dari peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung
dalam cerita. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita akan
membuat suatu rangkaian peristiwa dan menjalankan gerak cerita
sampai akhir cerita. Peristiwa-peristiwa itu terjadi karena sebab
akibat. Peristiwa yang satu adalah akibat atau sebab dari pertistiwa
yang lain. Kerangka cerita yang paling sederhana hanya terdiri
dari pemaparan, konflik, serta penyelesaian atau awal, tengah dan
akhir. Pemaparan atau awal, biasanya hanya berisi penjelasan
atau perkenalan peran-peran yang ada dalam cerita tersebut,
lokasi atau tempat kejadian peristiwa cerita, waktu peristiwa itu
berlangsung. Bagian awal atau pemaparan ini terkadang sudah
memunculkan masalah yang dihadapi oleh peran-peran yang ada,
dan bagaimana mencari cara menyelesaikan masalah tersebut.
Bagian tengah atau konflik berisi kejadian-kejadian yang
saling terkait dan menjadi masalah pokok yang disajikan kepada
penonton. Masalah-masalah ini membutuhkan penyelesaian atau
jawaban untuk menyelesaikannya. Peristiwa-peristiwa pada
bagian tengah ini seharusnya dibuat semenarik mungkin sehingga
membentuk jalinan peristiwa yang indah. Pada bagian ini juga
terjadi rintangan-rintangan yang harus dihadapi dan diselesaikan
oleh peran protagonis serta perlawanan yang dilakukan oleh peran
antagonis. Keinginan-keinginan peran protagonis dihalang-halangi
bahkan digagalkan oleh peran antagonis. Saling menyerang dan
menghalangi antarperan inilah yang menarik pada bagian tengah
atau konflik ini.
Bagian akhir cerita berisi penyelesaian cerita, di mana semua
pertanyaan-pertanyaan dan masalah menemukan jawaban dan
penyelesaian. Pertanyaan-pertanyaan penonton terhadap jalannya
cerita juga terjawab dan penonton diharapkan mendapat pelajaran
dan pencerahan dari cerita yang disajikan tersebut. Pada bagian
akhir ini tidak perlu disimpulkan atau diinformasikan penyelesaian
cerita itu kepada penonton. Biarkan saja penonton mendapatkan
jawabannya sendiri dan merenungkan apa yang sudah dilihat dan
didengar.

Seni Budaya 143


c. Menentukan Latar atau Setting
1) Tentukan setting atau latar cerita yang telah kamu buat
(misalnya; ruang kelas, siang hari, hutan siang hari, hutan sore
hari, atau hutan malam hari).
2) Sebutkan secara detail setting atau latar cerita tersebut (misalnya;
ruang kelas dengan bangku panjang seperti ruang kelas tahun
1980 dengan dinding putih dan banyak gambar pahlawannya).
3) Tuliskan setting atau latar cerita sebanyak mungkin sesuai
dengan cerita yang kamu tuliskan.

LATAR CERITA ATAU SETTING


Latar atau setting cerita terdiri atas latar tempat (menunjukkan
tempat terjadinya peristiwa), latar waktu (menunjukkan kapan
waktu terjadinya peristiwa), dan latar suasana (menunjukkan
suasana cerita tersebut). Menuliskan latar cerita adalah menuliskan
gambaran situasi tempat kejadian. Gambaran tempat kejadian
dan waktu terjadinya peristiwa yang hendak ditulis menjadi latar
cerita. Situasi, tempat, dan waktu yang menjadi latar cerita itu bisa
hasil dari imajinasi, tetapi bisa juga hasil observasi dan eksplorasi
dalam kehidupan keseharian. Observasi bisa dilakukan dengan
mengamati sebuah lingkungan keseharian yang bisa mendukung
hasil rancangan. Hasil pengamatan itu kemudian ditulis secara
detail sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan
dibaui. Proses observasi ini sekaligus mengeksplorasi tempatnya.
Tempat itu bisa tempat sepi, ramai, bising, situasi yang sibuk,
mencekam, kotor, dan bau. Semua itu hasil observasi dan eksplorasi
itu dicatat dan itu bisa menjadi bahan latar cerita yang sedang
dituliskan.
Penggambaran latar cerita ini akan berbeda-beda dari setiap
orang, karena sudut pandang yang digunakan juga berbeda. Selain
itu, juga sangat dipengaruhi oleh kepekaan atau sensitivitas jiwa
penulis. Misalnya, ketika mengamati sebuah taman sudut kota,
orang bisa menuliskan segalanya apa yang dilihat, apa yang
didengar, dan apa yang dibaui.

144 Kelas IX SMP/MTs


Tetapi, bagi sebagian orang lain, mungkin bisa juga
menuliskan apa yang dirasakan, dan itu akan mempengaruhi
hasil pengamatannya. Untuk mempersiapkan latar cerita, maka
tuliskan dan deskripsikan sebanyak mungkin hasil pengamatan
dan eksplorasi dari beberapa tempat. Jangan hanya menuliskan
suasana dan tempat itu dalam satu kata, karena akan memunculkan
tafsir yang berbeda.

d. Menentukan Tokoh-Tokoh
1) Tentukan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut dan beri
nama tokoh-tokoh tersebut. Jangan beri nama tokoh-tokoh
yang ada dalam ceritamu dengan nama sesuai cirri fisik tokoh
(misalnya; si pincang, si bisu, si bodoh, atau si buta).
2) Deskripsikan tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan ciri-ciri fisik,
kedudukan dalam masyarakat dan bagaimana cirri psikologisnya
(misalnya; Rahma, seorang pelajar kelas 9, anak tukang sampah,
periang, pandai, suka meneliti, kakinya mengalami cacat sejak
bayi, dan lain-lain).
3) Tokoh-tokoh dalam cerita tidak harus manusia, tetapi bisa juga
hewan atau tumbuhan.
4) Tokoh-tokoh yang bukan manusia, tetapi berperilaku seperti
manusia sangat dibolehkan dalam cerita.
2. Latihan Menulis Cerita

TOKOH CERITA
Peran adalah makhluk hidup yang memiliki hidup dan
kehidupan dalam dunia lakon hasil dari imajinasi seorang penulis.
Peran itu harus hidup, dalam artian memiliki dimensi kehidupan
atau memiliki karakter. Karakter itu bisa jahat, baik, bodoh, jenius,
kaya, miskin, dan lain-lain. Tugas seorang penulis lakon adalah
mendeskripsi secara ringkas peran-peran tersebut. Karena peran
itu hidup, maka perlu dijelaskan identitas dari peran tersebut,
misalnya nama, umur, jenis kelamin, bentuk fisiknya, jabatannya,
dan sisi kejiwaanya. Hal ini penting sebagai gambaran awal bagi
seorang calon pemeran ketika hendak memainkan peran tersebut.
Untuk mencari gambaran peran yang hendak ditulis, seorang
penulis lakon bisa melakukan observasi, baik dari kehidupan
keseharian atau yang ada di lingkungan sekitarnya, maupun dari
kenangan yang pernah dialaminya.

Seni Budaya 145


Lakukan observasi dan tulis secara detail peran tersebut. Susun
semua peran tersebut dalam satu susunan peran yang akan mengisi
kehidupan dunia lakon. Detail yang harus dideskripsikan ialah ada
dan bagaimana tokoh mengenakan pakaian, bersamaan dengan itu
juga bagaimana profil kepribadian tokoh dengan mengacu kepada
sejarah singkat kehidupannya.
Langkah selanjutnya adalah meletakkan peran yang telah
ditulis dan dideskripsikan tersebut ke dalam latar cerita yang
telah dibuat. Peran dituliskan secara sederhana dengan kegiatan
yang spesifik, misalnya seorang bapak sebagai guru yang dibenci
siswanya. Penjelasan yang lebih detail bisa dimasukkan dalam
dialog yang akan diucapkan oleh peran-peran yang ada dalam
lakon tersebut.
Buatlah peran tersebut menjadi hidup dengan membuatnya
bicara atau beraksi. Membuat peran bicara bisa dilakukan dengan
mempertemukan dua peran atau lebih dalam suatu suasana dan
masalah yang telah dirancang. Buatlah konflik antarperan dan
konflik itu bisa sangat sederhana atau konflik yang rumit. Konflik
sederhana bisa karena adanya kesalahpahaman yang berakhir
dengan kerumitan dan penyelesaian. Peran bisa hidup karena
penulis menciptakan rintangan-rintangan terhadap keinginan
peran tersebut. Dengan adanya rintangan, peran tersebut akan
menciptakan dan mencari taktik yang dirasakan konkret atau bisa
dilakukan, juga akan menciptakan dialog yang wajar.

a. Pemaparan
Pemaparan ini berisi tentang keterangan-keterangan tokoh,
masalah, tempat, waktu, atau pengantar situasi awal lakon. Pada
bagian pemaparan ini juga mulai ditampil bagian-bagian yang mengarah
pada terwujudnya tema. Bagian-bagian itu dibungkus sedemikian rupa
sehingga tidak nampak dengan jelas, tetapi penonton atau pembaca sudah
bisa memperkirakan arah dan keseluruhan kejadian dalam lakon. Dalam
penyusunan pemaparan, usahakan sudah mengandung konflik atau yang
mengarah pada konflik yang terjadi tetapi, masih dalam keseimbangan
lakon.

146 Kelas IX SMP/MTs


b. Penggawatan
Pada bagian penggawatan ini, dituliskan masalah dalam pemaparan
sudah mulai terganggu oleh adanya bibit-bibit masalah dan kepentingan.
Bibit masalah ini akibat dari pemikiran-pemikiran peran atau aksi
peran terhadap keinginannya. Untuk pertama kalinya, peran antagonis
bertemu dengan peran protagonis membangun konflik, akibat dari
pertentangan antarperan tersebut. Konflik ini dibangun dan dijalin
dalam peristiwa yang semakin gawat sampai mencapai klimaks. Jadi,
bagian penggawatan inilah sebenarnya tubuh atau bagian yang paling
penting dari lakon, karena kalau bagian penggawatan ini lemah, maka
lakon secara keseluruhan akan terasa lemah.
c. Klimaks
Selama ini ada pemikiran yang sedikit keliru, bahwa klimaks adalah
puncak dari ketegangan lakon. Padahal klimaks adalah titik paling
ujung dari perselisihan atau konflik antara peran protagonis dan peran
antagonis. Ketika pada titik ini, konflik ini sudah tidak bisa lagi dibuat
rumit lagi dan konflik itu harus diakhiri. Dengan berakhirnya konflik,
maka akan ada pihak yang dikalahkan atau dihancurkan dan pihak
mana yang harus dikalahkan, tergantung dari konsep dan visi seorang
penulis lakon.
d. Peleraian
Bagian peleraian ini berisi tentang alternatif-alternatif jawaban dari
permasalahan sampai terjadinya konflik antara peran antagonis dan
peran protagonis. Bentuk alternatif jawaban ini tidak boleh diwujudkan
secara nyata atau terbaca dengan mudah. Kalau alternatif jawaban ini
dibuat secara nyata dan tiba-tiba, maka akan melemahkan klimaks yang
telah dibuat. Bagian peleraian ini juga tidak boleh dibuat bertele-tele
atau kesannya dipanjang-panjangkan, karena akan membuat penonton
menjadi jemu. Peleraian juga tidak boleh dibuat tergesa-gesa, karena
akan membuat klimaks yang telah dibuat tidak berarti. Peleraian ini
seharusnya disusun dengan cermat dan tidak mengurangi ketercekaman
yang terjadi pada klimaks, tetapi lama-kelamaan semakin menurun.
e. Penyelesaian
Penyelesaian ini berisi tentang jawaban-jawaban yang menjadi
permasalahan antara peran protagonis dan antagonis. Fungsi dari
peleraian adalah untuk mengembalikan keadaan seperti awal cerita
lakon, karena segala persoalan sudah terjawab. Penyelesaian juga
merupakan bagian akhir dari cerita lakon.

Seni Budaya 147


C. Evaluasi

Pengetahuan

a. Apa yang kamu ketahui tentang lakon cerita?


b. Bagaimana tahapan atau langkah-langkah menuliskan lakon cerita?

Keterampilan

a. Buatlah kerangka cerita dari cerita yang kamu pilih.


b. Tuliskan sebuah lakon pendek dengan mengacu pada tema, plot,
setting, dan penokohan yang telah kamu tentukan.

D. Pengayaan

Lakon cerita ditulis oleh seorang penulis lakon dari kejadian yang
pernah ada atau kejadian rekaan dari imajinasi yang seolah-olah
kejadian itu ada dan pernah terjadi. Lakon cerita teater yang menarik
untuk dipentaskan adalah lakon cerita yang memiliki konflik atau
pertentangan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Untuk mempermudah dalam melaksanakan latihan menulis lakon,
seorang calon penulis lakon tidak mencari atau menuliskan suatu
peristiwa yang jauh dari kehidupannya. Peristiwa yang dekat dan
terbiasa disaksikan oleh calon penulis lakon akan menjadi bahan yang
menarik untuk dituliskan, asalkan mampu menghadirkan konflik atau
pertentangan tersebut dalam lakon ceritanya.

E. Remedial

Sebelum kamu melakukan remedial, kamu lakukan penilaian


terhadap diri kamu sendiri dan penilaian terhadap temanmu. Penilaian
itu ada pada tabel di berikut ini. Isilah sesuai dengan apa yang kamu
rasakan dan kamu amati terhadap diri sendiri dan juga teman-temanmu.

148 Kelas IX SMP/MTs


Penilaian Pribadi
Nama : ………………………………………….
Kelas : …………………………………………..
Semester : …………………..………………………
Waktu penilaian : ………………………………..…………

No. Pernyataan Ya Tidak


Saya berusaha belajar dan berlatih dengan sungguh-
1. sungguh untuk dapat menguasai tahapan-tahapan
penulisan lakon.
Saya mengikuti pembelajaran dan pelatihan dengan
2. penuh perhatian, sehingga dapat menguasai tahapan-
tahapan penulisan lakon teater modern.

Saya melakukan latihan dengan tepat waktu sesuai


3.
dengan materi pelatihan.

Saya berperan aktif dalam kelompok pelatihan penulisan


4.
lakon teater modern.
Saya bisa bekerja sama dalam kelompok pelatihan
5.
tahapan-tahapan penulisan lakon teater modern.

Saya menciptakan suasana menyenangkan dalam


6.
pelatihan tahapan-tahapan lakon teater modern.

Saya menghargai teman-teman dalam melaksanakan


7.
latihan tahapan penulisan lakoni teater modern.

Seni Budaya 149


Penilaian Antarteman
Nama teman yang dinilai : ………………………………………….
Kelas penilai : …………………………………………..
Semester : …………………..………………………
Waktu penilaian : ………………………………..…………

No. Pernyataan Ya Tidak


Saya berusaha belajar dan berlatih dengan sungguh-
1. sungguh untuk dapat menguasai tahapan-tahapan
penulisan lakon.
Saya mengikuti pembelajaran dan pelatihan dengan
2. penuh perhatian, sehingga dapat menguasai tahapan-
tahapan penulisan lakon teater modern.

Saya melakukan latihan dengan tepat waktu sesuai


3.
dengan materi pelatihan.

Saya berperan aktif dalam kelompok pelatihan


4.
penulisan lakon teater modern.
Saya bisa bekerja sama dalam kelompok pelatihan
5.
tahapan-tahapan penulisan lakon teater modern.

Saya menciptakan suasana menyenangkan dalam


6.
pelatihan tahapan-tahapan lakon teater modern.

Saya menghargai teman-teman dalam melaksanakan


7.
latihan tahapan penulisan lakoni teater modern.

150 Kelas IX SMP/MTs


F. Interaksi dengan Orang Tua Siswa

No. Pernyataan Ya Tidak

Saya berusaha belajar dan berlatih dengan sungguh-


1. sungguh untuk dapat menguasai dan mengerjakan
pementasan teater modern.
Saya mengikuti pembelajaran dan pelatihan dengan
2. penuh perhatian sehingga dapat menguasai proses kerja
pementasan teater modern.

Saya melakukan latihan, perancangan, dan perwujudan


3.
dengan tepat waktu sesuai dengan materi kerja.
Saya berperan aktif dalam kelompok kerja pementasan
4.
teater modern.
Saya bisa bekerja sama dalam kelompok kerja pementasan
5.
teater modern.
Saya menciptakan suasana menyenangkan dalam
6.
pelaksanaan pementasan teater modern.
Saya menghargai teman-teman dalam melaksanakan latihan
7.
pekerjaan dalam pementasan teater modern.

Nama Orang Tua Nama Siswa

Seni Budaya 151

Anda mungkin juga menyukai