Bab 8 Penulisan Lakon
Bab 8 Penulisan Lakon
Bab 8 Penulisan Lakon
Lakon
Alur Pembelajaran
Lakon
Rancangan
Pemeranan
Menulis Cerita
B. Proses Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
1. Amati berbagai masalah yang ada di sekitarmu, kemudian rangkum
masalah tersebut.
2. Bacalah berbagai cerita yang ada di daerahmu dan susunlah cerita
itu sesuai dengan peristiwanya.
3. Diskusikan masalah tersebut dan cerita yang kamu baca dengan
teman-temanmu.
4. Tuliskan hasil diskusi itu menjadi rangkaian cerita.
5. Komunikasikan rancangan cerita itu dengan guru pembimbing dan
teman-temanmu agar mendapatkan evaluasi.
6. Perbaiki rancanganmu sesuai dengan evaluasi guru pembimbing dan
teman-temanmu.
Peristiwa Keseharian
Tema
Plot Peristiwa
Setting
Penokohan
LAKON
Naskah lakon atau cerita atau biasa disebut skenario adalah
instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan para
sutradara dan para pemeran. Naskah lakon bisa berdiri sendiri
sebagai bacaan berupa buku cerita atau karya sastra. Naskah
lakon merupakan penuangan dari ide cerita ke dalam alur cerita
dan susunan lakon. Seorang penulis lakon dalam proses berkarya
biasanya bertolak dari tema cerita. Tema itu disusun menjadi
sebuah cerita yang terdiri dari peristiwa-peristiwa yang memiliki
alur yang jelas, dengan ukuran dan panjang yang diperhitungkan
menurut kebutuhan sebuah pertunjukan. Meskipun sebuah naskah
lakon bisa ditulis sekehendak penulis lakon atau cerita, tetapi harus
memperhitungkan atau berpegang pada asas kesatuan (unity).
Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya
mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema (dasar pemikiran
atau gagasan, ide penulis untuk disampaikan kepada penonton),
plot (kejadian atau peristiwa yang saling mengkait), setting (latar
tempat, waktu, dan suasana cerita), serta tokoh (peran yang terlibat
dalam kejadian-kejadian dalam lakon). Akan tetapi, naskah
lakon yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan mempunyai
struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali dirumuskan
oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu
eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti klimaks atau
resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada
perkembangan kemudian tidak diterapkan secara kaku, tetapi
lebih bersifat fungsionalistik. Struktur lakon yang lebih sederhana
terdiri dari pemaparan, konflik, dan penyelesaian.
TEMA
Gagasan cerita atau ide cerita yang menjadi dasar atau inti
cerita yang hendak dituliskan oleh seorang penulis cerita. Banyak
yang menyebutkan bahwa ide atau gagasan itu sebagai tema. Ide
cerita bisa dari mana saja dan kapan pun bisa muncul dalam pikiran
penulis cerita. Ide cerita atau gagasan cerita tidak perlu dicari ke
mana-mana, ide cerita banyak tersebar di lingkungan, asal kita bisa
menangkap dan mengolahnya. Metode atau cara yang dilakukan
untuk untuk mendapatkan ide atau gagasan cerita adalah dengan
mengamati semua hal yang ada di sekitar kita. Proses pengamatan
ini akan memunculkan kesadaran dalam diri dan pikiran kita.
Tema bisa juga disebut muatan intelektual dalam sebuah
permainan, ini mungkin bisa diuraikan sebagai keseluruhan
pernyataan dalam sebuah permainan: topik, ide utama, atau pesan,
mungkin juga sebuah keadaan (Robert Cohen, 1983. hlm.54). Adhy
Asmara (1979, hlm. 65) menyebut tema sebagai premis, yaitu
rumusan inti sari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan
arah tujuan cerita. Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan
bahwa tema adalah ide dasar, gagasan, atau pesan yang ada dalam
naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita.
PLOT
Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan
dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui
perumitan (penggawatan atau komplikasi) ke arah klimaks dan
selesaian. Rikrik El Saptaria (2006. hlm.47) mengemukakan plot
atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan
yang lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat.
d. Menentukan Tokoh-Tokoh
1) Tentukan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut dan beri
nama tokoh-tokoh tersebut. Jangan beri nama tokoh-tokoh
yang ada dalam ceritamu dengan nama sesuai cirri fisik tokoh
(misalnya; si pincang, si bisu, si bodoh, atau si buta).
2) Deskripsikan tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan ciri-ciri fisik,
kedudukan dalam masyarakat dan bagaimana cirri psikologisnya
(misalnya; Rahma, seorang pelajar kelas 9, anak tukang sampah,
periang, pandai, suka meneliti, kakinya mengalami cacat sejak
bayi, dan lain-lain).
3) Tokoh-tokoh dalam cerita tidak harus manusia, tetapi bisa juga
hewan atau tumbuhan.
4) Tokoh-tokoh yang bukan manusia, tetapi berperilaku seperti
manusia sangat dibolehkan dalam cerita.
2. Latihan Menulis Cerita
TOKOH CERITA
Peran adalah makhluk hidup yang memiliki hidup dan
kehidupan dalam dunia lakon hasil dari imajinasi seorang penulis.
Peran itu harus hidup, dalam artian memiliki dimensi kehidupan
atau memiliki karakter. Karakter itu bisa jahat, baik, bodoh, jenius,
kaya, miskin, dan lain-lain. Tugas seorang penulis lakon adalah
mendeskripsi secara ringkas peran-peran tersebut. Karena peran
itu hidup, maka perlu dijelaskan identitas dari peran tersebut,
misalnya nama, umur, jenis kelamin, bentuk fisiknya, jabatannya,
dan sisi kejiwaanya. Hal ini penting sebagai gambaran awal bagi
seorang calon pemeran ketika hendak memainkan peran tersebut.
Untuk mencari gambaran peran yang hendak ditulis, seorang
penulis lakon bisa melakukan observasi, baik dari kehidupan
keseharian atau yang ada di lingkungan sekitarnya, maupun dari
kenangan yang pernah dialaminya.
a. Pemaparan
Pemaparan ini berisi tentang keterangan-keterangan tokoh,
masalah, tempat, waktu, atau pengantar situasi awal lakon. Pada
bagian pemaparan ini juga mulai ditampil bagian-bagian yang mengarah
pada terwujudnya tema. Bagian-bagian itu dibungkus sedemikian rupa
sehingga tidak nampak dengan jelas, tetapi penonton atau pembaca sudah
bisa memperkirakan arah dan keseluruhan kejadian dalam lakon. Dalam
penyusunan pemaparan, usahakan sudah mengandung konflik atau yang
mengarah pada konflik yang terjadi tetapi, masih dalam keseimbangan
lakon.
Pengetahuan
Keterampilan
D. Pengayaan
Lakon cerita ditulis oleh seorang penulis lakon dari kejadian yang
pernah ada atau kejadian rekaan dari imajinasi yang seolah-olah
kejadian itu ada dan pernah terjadi. Lakon cerita teater yang menarik
untuk dipentaskan adalah lakon cerita yang memiliki konflik atau
pertentangan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Untuk mempermudah dalam melaksanakan latihan menulis lakon,
seorang calon penulis lakon tidak mencari atau menuliskan suatu
peristiwa yang jauh dari kehidupannya. Peristiwa yang dekat dan
terbiasa disaksikan oleh calon penulis lakon akan menjadi bahan yang
menarik untuk dituliskan, asalkan mampu menghadirkan konflik atau
pertentangan tersebut dalam lakon ceritanya.
E. Remedial